Anda di halaman 1dari 4

MIKOTOKSIKOSIS

Mikotoksikosisadalahpenyakityangtimbulsebagaiakibatmikotoksinyangikuttemakanbersamamakanan,
berbedadenganmisetismus(mycetismus)yaitukeracunansebagaiakibatmakanjamur(mushroom).

PENYEBAB
Penyebab mikotoksikosis adalah mikotoksin,yaitu toksin yang dibentuk sebagai hasil metabolisme
jamur dan diekskresikan ke dalam substrat (makanan), misalnya aflatoksin.
Penyebab misetismus (mycetismus) ialah jamur yang membentuk endotoksin termakan, misalnya
Amanita phalloides yang membentuk toksin alfa amanitin.
DISTRIBUSI GEOGRAFIK
Mikotoksikosis ditemukan dibanyak negara terutama daerah tropik dan mikotoksin ditemukan
dimakanan yang banyak tercemar jamur. Alfatoksin sering ditemukan di dalam kacang, kedelai dan
sebagainya dan sering dalam jumlah yang melampaui batas aman yang ditentukan oleh WHO. Di
samping alfatoksin juga dibentuk mikotoksin lain, misalnya okratoksin A (ochratoxin A) yang dibentuk
oleh Penicilliumviridicatum,zearlenonolehFusarium,patulinolehAspergillusclavatus,Penicillium
concentricumdanlainlain.

PATOLOGI DAN GEJALA KLINIS


Gejala yang ditimbulkan dapat akut atau menahun tergantung dari jenis dan jumlah mikotoksin
yang ikut termakan. Pada misetismus gejala dapat akut dan dapat menyebabkan kematian.
Mikotoksikosis biasanya timbul secara menahun (misalnya oleh alfatoksin) tetapi dapat bersifat akut
misalnya pada alimentary toxic aleukiayang disebabkan oleh karena makan makanan yang dibuat
dari gandum yang telah dicemari oleh Fusarium sporotrichioides.
Mikotoksin yang sering dihubungkan dengan timbulnya hepatoma ialah alfatoksin, terutama
alfatoksin-B1. Kelainan yang ditimbulkan mula-mula mirip dengan kelainan pada Turkey X
disease dengan gejala berat badan turun disusul dengan ataksia, konvulsi dan kematian pada ayam
kalkun dan sering menimbulkan gejala ikterus. Disamping aflatoksin-B1, aflatoksin-M1 juga penting
karena ditemukan dalam air susu.
Pada pemeriksaan patologi anatomik ditemukan nekrosis hepar, fibrosis dankelainan neoplastik.

Okeee,,ini hanya sebuah rangkuman yang menurut ayu penting untuk kita ketahui dan nanti juga
akan dipelajarin kok dalam ilmu keanalisan....thank's ya teman-teman smua uda nyempetin waktu
untuk baca blog dari ayu...
JUDUL BUKU : PARASITOLOGI KEDOKTERAN
PENERBIT
EDITOR

: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia


: Prof.dr. Srisasi Gandahusada
Drs. H.Herry D. Ilahude DAP&E
Prof.dr.Wita Pribadi

DAFTAR PUSTAKA

Emmons CW,Binford CM, Utz JP, Kwon Chung KJ. Medical Mycology. Third edition,1978.Lea &
Febiger,Philadelphia.
Rippon JW.Medical Mycology. Third edition, 1988. WB saunders Co. Philadelphia, London, Toronto,
Montreal, Sydney, Tokyo.

MIKOSIS & MIKOTOKSIKOSIS

LEARNING
1) MIKOSIS & MIKOTOKSIKOSIS, MELIPUTI:
ETIOLOGI

PATOGENESIS

GEJALA KLINIS

DIAGNOSA

PENANGANAN

OBJECTIVE

Mikosis
&
Mikotoksikosis,
Meliputi:
Apergillus sp termasuk dalam ordo; Thallophyta, filum; Eumycophyta, klas: Ascomycetes.
Aspergillosis merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan oleh jamur dan tersifat oleh adanya
gangguan pernafasan yang berat. Penyakit ini disebut juga brooder pneumonia, mycotic pneumonia,
dan fungal pneumonia. Infeksi yang disebabkan oleh jamur pada berbagai organ yang dapat
menimbulkan penyakit dinamakan mikosis. Berbagai jenis jamur dapat tumbuh pada pakan atau
berbagai bahan baku pakan dan menghasilkan toksin (mikotoksin), yang dapat menimbulkan penyakit
disebut mikotoksikosis. Aspergillosis bentuk akut dapat ditemukan pada ayam muda dengan
morbiditasa & mortalitas ringgi sedangkan bentuk kronis pada ayam tua morbiditas & mortalitas
rendah. Factor-faktor pendukung aspergillosis adalah kandang dengan ventilasi yang kurang
memadai, kandang berdebu, kandang dengan kelembapan tinggi, dan temperature relative tinggi (>
25C), kadar amoniak tinggi, litter basah dan lembap, pakan lembap dan berjamur, penyakit
imunosupresif (gumboro), dan temperature pemanas yang rendah pada saat pemeliharaan DOC
(Tabbu.,
2000).
Syarat tumbuh jamur meliputi beberapa hal seperti; pH 3,8 5,6. Suhu optimum; 22 30C (saprofit),
30 37C (parasit). Gas; aerobic obligat (kapang), fakultatif (khamir). Peka terhadap cahaya. Kadar
gula; 4 5%. Karbon; organic. Kerentanan antibiotic; resisten terhadap penisili, tetrasiklin, dan
kloramfenikol,
peka
terhadap
griseofulvin
(Pelczar.,
1986).
Racun (toksikan atau toksik) merupakan bahan padat, cair, atau gas yang dapat mempengaruhi
proses kehidupan sel di dalam tubuh hewan/manusia, jika bahan tersebut kontak dengan
hewan/manusia. Racun merupakan agen kemoterapeutik yang dapat berasal dari bahan toksik yang
berhubungan dengan pakan, bahan toksik yang berhubungan dengan kandang dan litter, keracunan
disinfektan dan fumigan, herbisida, insektisida, rodentisida, dan moluskasida, keracunan gas
beracun,
toksikan
asal
industri
dan
fitotoksin
(Tabbu.,
2002).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan mikotoksin adalah iklim, jenis tanaman, kepekaan
tanaman, jenis fungi pencemar, adanya kerusakan mekanik atau kerusakan akibat insekta pada
tanaman, penggunaan fungisida pada waktu panen, kondisi penyimpanan, dan cara penanganan
pasca panen. Beberapa factor yang menyebabkan mikotoksin sulit dikontrol di Asia, termasuk
Indonesia adalah pencemaran mikotoksin yang bersifat multiple, struktur kimia yang sangat stabil,
kondisi iklim yang sangat berfluktuatif, dan fasilitas pengeringan, penyimpanan dan mesin giling yang
kurang memadai. Penyakit yang ditimbulkan oleh beberapa mikotoksin yang penting pada unggas,
meliputi aflatoksin, trikotesen, okratoksin, zearalenon, sitrinin, fumonisin, fusarokromanon,
rubratoksin, ergot, moniliformin, oosporein, sterigmatosistin, patulin, dan asam siklopiazonat.
Penyakit

yang

Disebabkan

oleh

Aflatoksin

Penyakit yang disebabkan oleh aflatoksin disebut aflatoksikosis. Aflatoksikosi merupakan mikotoksin
yang bersifat sangat toksik dan karsinogenik, yang dihasilkan oleh A. flavus, A. parasiticus, dan
Penicilum puberulum. Pakan ayam dan bahan baku pakan ayam sangat baik untuk pertumbuhan
fungi dan pembentukan aflatoksin. Pencemaran aflatoksin pada makanan dan pakan sering terjadi
pada daerah topis dan sub-tropis, karean temperature dan kelembapan pad a daerah tersebut
memberikan kondisi yang optimal untuk pertumbuhan fungi. Aflatoksin terdiri dari beberapa jenis,
yaitu aflatoksin B1 & B2 yang berwarna biru (B), dan aflatoksin G1 & G2 yang berwarna hijau (G).
Aflatoksin B1 merupakan jenis yang paling toksik dan memepunyai efek primer yang bersifat
hepatotoksik pada berbagai jenis hewan, termasuk ayam. Keracunan aflatoksin dapat menimbulkan
tumor pada kandung empedu, pancreas, saluran urinarius, dan tulang. Aflatoksin B1 merupakan
metabolit yang paling sering menimbulkan tumor dan dapat di temukan pada bungkil kacang tanah,
jagung
,
biji
kapas,
dan
berbagai
jenis
biji-bijian,
dan
minyak
nabati.
Aflatoksin bersifat imunosupresif dan karsinogenik; aflatoksin B1 dengan kadar 1,0 ppm atau lebih
dapat menimbulkan sejumlah morbiditas dan mortalitas. Jika kadar aflatokisn B1 mencapai 500
1000 ppb maka dapat menimbulkan hambatan pertumbuhan dan penurunan efisiensi pakan dan jika
kadar bahan tersebut diantara 200 500 ppb, maka dapat terjadi efek imunosupresif (Tabbu., 2002).
Etiologi
Aspergillosis pada unggas terutama disebabkan Aspergillus flavus, A. terrus, A. glaucus, A. nidulans,
A. niger, A. amstelodami, dan A. nigrescens. Struktur reproduksinya (konidia) dapat tersebar di udara
pada berbagai lingkungan. Spora Aspergillus. sp dapat sangat tahan pada berbagai lingkungan
(Tabbu.,
2000).
Patogenesis
Rute utama jalannya aspergillosis adalah dengan cara menghirup spora dalam jumlah yang banyak,
juga dapat melalui telur dan dapat menyebabkan penurunan daya tetas serta peningkatan kematian
embrio. DOC dan anak ayam umur 2 hari dapat di infeksi secara buatan dengan spora A. fumigatus
melalui pencemaran incubator. Anak aam umur > 3 hari ternyata tahan terhadap infeksi buatan
dengan
spora
(Tabbu.,
2000).

Gejala
klinis
Masa inkubasi aspergillosis sekitar 4 10 hari dan proses penyakit dapat berlangsung sekitar 2
sampai beberapa minggu, yang dapat ditemukan dalam benuk akut dan kronis.
Bentuk Akut
Kesulitan (dyspnoe)

Kehilangan nafsu makan

Mengantuk

Peningkatan frekuensi pernapasan

Paralisis

Kejang-kejang

Jika disertai penyakit yang lain seperti chronic respiratory disease (CRD), infectious bronchitis
(IB), dan lain-lain maka akan terdengar suar ngorok.
Bentuk Kronis
Kehilangan nafsu makan

Bernapas dengan mulut

Emasiasi

Sianosis (kebiruan pada kulit di daerah kepala dan jengger), dan dapat berakhir kematian
(Tabbu., 2000).

Diagnosa
Perubahan
Makroskopik
Lesi awal meliputi nodule kaseus kecil berwarna kekuningan di daerah jaringan paru. Kadang
ditemukan adanya ascites yang tercampur cairan berwarna merah, plaque akan terhat lebih besar
dan meningkat jumlahnya pada permukaan kantong udara dan kerapkali membentuk agregat.
Organism tersebut biasanya mengalami sporulasi pada permukaan lesi kaseus dan permukaan
kantong udara menebal, ditandai adanya pertumbuhan jamur yang berwarna kelabu-kehijauan. Pada
flamingo, dapat juga ditemukan adanya suatu selaput yang mengandung mycelia yang menutupi
mukosa bronki, disamping adanya nodule pada paru. Pada siring, kadang-kadang ditemukan adanya
eksudat kaseus dan mycelia, yang bercampur dengan eksudat mukopurulen. Pada brooder
pneumonia, akan ditemukan adanya mikroabses pada jaringan paru. Aspergillosis bentuk sistemik
dapat
menunjukkan
adanya
lesi
pada
hati,
usus,
dan
otak.
Perubahan
Mikroskopik
Lesi pada stadium awal tersifat oleh adanya timbunan limfosit, sejumlah makrofag, dan beberapa
giant cell, yang bersifat fokal. Pada stadium selanjutnya, maka lesi akan berkembang menjadi
granuloma yang terdiri atas daerah nekrosis sentral yang mengandung heterofil dan dikelilingi oleh
makrofag, giant cells, limfosit, dan sejumlah jaringan ikat. Pada pengecatan Periodic Acid Schiff (PAS)
Reaction, dapat dubuktikan adanya hyphae di daerah jaringan nekrosis (Tabbu., 2000).
Penanganan
Pengamanan biologis yang ketat dan pelaksanaan aspek manajemen lainnya secara optimal
diperlukan untuk menghilangkan factor pendukug sumber infeksi aspergillosis. Kualitas litter dan
pakan supaya dijaga ketat, terutama terhadap kelembapan dan pencemaran oleh jamur. Kandang
dan perlengkapannya (tempat pakan & minum), gudang penyimpanan pakan/bahan baku pakan, dan
litter supaya disanitasi/didesinfeksi dengan bahan anti jamur, misalnya nistatin atau larutan CuSO4.
Pemeriksaan laboatorik kemungkinan adanya pencemaran jamur pada peralatan dan lingkungan
inkubator secara periodik. Sanitasi telur juga perlu dilakukan untuk mencegah
pencemaran Aspergillus
sp (Tabbu.,
2000).

DAFTAR PUSTAKA

Tabbu., C.R. 2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya, Volume 1. Kanisius. Yogyakarta. Hal.
142 150
Tabbu., C.R. 2002. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya, Volume 2. Kanisius. Yogyakarta. Hal.
164 166 & 191
Pelczar., M.J.; Chan., E.C.S.; Pelczar., M.F.; Terjemahan Hadioetomo., et all. 1986. Dasar-Dasar
Mikrobiologi. UI press. Jakarta. Hal. 199
Quinn., P.J,; Markey., B.K,; Carter., M.E,; Donnely., W.J.C.; Leonard., F.C.; Maghire., D.
2002. Veterinary Microbiollogy and Microbial Disease. Blackwell Science.

Anda mungkin juga menyukai