Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

( STOIKIOMETRI )
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. DASAR TEORI
Reaksi kimia biasanya antara dua campuran zat, bukannya antar dua zat murni. Suatu bentuk
yang paling lazim dan campuran adalah larutan reaksi kimia tlah mempengaruhi kehidupan kita.
Di alam sebagian besar reaksi berlangsung dalam larutan air. Sebagai contoh cairan tubuh kita,
tumbuhan maupun hewan, merupak larutan dari berbagai jenis zat. Dalam tanah pun reaksi pada
umumya berlangsung dalam lapisan tipis lerutan yang diabsorbsi pada padatan.
Adapun contoh di kehidupan kita sehari-hari yang menggunakan reaksi kimia seperti,
makanan yang kita konsumsi setiap saat setelah dicerna diubah menjadi tenaga tubuh. Nitrogen
dan hydrogen bergabung membentuk ammonia yang digunakan sebagai pupuk. Bahan bakar dan
plastik dihasilkan oleh minyak bumi, pati tanaman dalam daun disintesis dan dan O oleh
pengaruh sinar matahari. Pelajaran yang berkaitan dengan reaksi kimia lazim dikenal sebagi
stokiometri. Stokiometri adalah bagian ilmu kimia yang mempelajar hubungan kunatitatif
antara zat yang berkaitan dalam reaksi kimia.
Bila senyawa dicampur untuk bereaksi maka sering tercampur secara kuantitatif stokiometri,
artinya semua reaktan habis pada saat yang sama. Namun demikian terdapat suatu reaksi dimana
salah satu reaktan habis, sedangkan yang lain masih tersisa. Reaktan yang habis disebut pereaksi
pembatas. Dalam setiap persoalan stokiometri, perlu untuk menentukan reaktan yang mana yang
terbatas untuk mengetahui jumlah produk yang dihasilkan. Oleh karena itu percobaan ini
dilakukan. Diharapkan kita mengerti tentang pereaksi pembatas dan pereaksi sisa.
1.2.

Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui titik maksimum dan titik minimum NaOH-HCl
Untuk mengetahui titik maksimum dan titik minimum dari campuran NaOH Untuk menetukan reaksi stokiometri dan non stokiometri

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian stoikiometri
Reaksi kimia telah mempengaruhi kehidupan kita. Sebagai contoh : makanan yang kita
konsumsi setiap saat setelah dicerna berubah menjadi tenaga tubuh. Nitrogen dan Hidrogen
bergabungn membentuk ammonia yang digunakan sebagai pupuk, bahan bakar dan plastic
dihasilkan dari minyak bumi. Pati dalam tanaman dalam daun disintetis dari CO 2 dan H2O oleh
pengaruh energi matahari. Jadi dapat dikatakan bahwa stoikiometri adalah ilmu yang
mempelajari kuantitas produk dan reaktan dalam reaksi kimia (Chang, 2003). Dengan kata lain

2.2.
2.2.1.

2.2.2.

2.2.3.

stoikiometri adalah perhitungan kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif zat yang terlibat
dalam reaksi (Syukri S, 1999).
Hukum-hukum dasar ilmu kimia
Hukum kekekalan massa
Hukum kekekalan massa ditemukan oleh Antonio Lauren Lavoisier (1785) yang berbunyi
massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama. Contoh larutan A terdiri dari perak nitrat
3,40 gram dan 25 ml air ditambahkan kedalam larutan B yang terdiri dari 3,92 gram kalium
kromat dan 25 ml air. Pada pencampuran ini terjadi reaksi dan menghasilkan endapan coklat.
Setelah selesai dan ditimbang ternyata bobot campuran larutan A dan B itu tetap, yaitu 57,32
gram.
Berdasarkan hukum kekekalan massa cacah atom tiap unsur ( bersenyawa atau bebas) yang
ada disebelah kiri tanda panah persis sama dengan cacah atom tiap unsur atau senyawa yang ada
disebalah kanan.
Hukum perbandingan tetap
Setelah munculnya hukum kekekalan massa, maka sekitar tahun 1800 Josep Louis Proust
melakukan penelitian tentang hubungan massa unsur-unsur yang membentuk senyawa. Hasil
penelitannya menunjukkan perbandingan massa unsur-unsur yang menbentuk suatu senyawa
tetap. Kemudian lahir hukum proust atau hukum perbandingan tetap yang berbunyi: setiap
senyawa terbentuk dari unsur-unsur dengan perbandingan tetap.
Hukum perbandingan ganda
John Dalton tahun 1804 adalah orang yang pertama kali meneliti kasus adanya perbandingan
tertentu suatu unsur-unsur yang dapat membentuk senyawa lebih dari satu, yang dikenal dengan
nama hukum perbandingan tetap.Hukum Perbandingan Ganda berbunyi; bila dua macam unsur
yang sama banyaknya, massa unsur berikutnya dalam senyawa-senyawa itu akan berbanding
sebagai bilangan bulat positif dan sederhana.
Contoh: pada senyawa antara nitrogen dan oksigen.
Senyawa
Bobot (gram)
Perbandingan massa oksigen
untuk massa nitrogen tetap
Nirogen Oksigen
Nitrogen monoksida

14

16

1 x 16

Nitrogen dioksida

14

32

2 x 16

Nitrogen trioksida

14

40

3 x 16

Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa untuk massa nitrogen tetap maka perbandingan
oksigen dari ketiga tersebut adalah; 1 : 2 : 3
2.2.4. Hukum perbandingan volume
Hubungan antara volume dari gas-gas dalam reaksi kimia telah diselidiki oleh Joseph Louis
Gay-Lussac dalam tahun 1905. Hasil penelitian ini lahir hukum perbandingan tetap yang
berbunyi: volume gas-gas yang bereaksi, volume gas-gas hasil reaksi , bila diukur pada suhu dan
tekanan yang tetap akan berbanding sebagai bilangan bilangan bulat dan sederhana.
2.2.5. Hukum Avogadro

Avogadro sangat tertarik mempelajari sifat gas dan pada tahun 1911 avogadro membuat hipotesis
Avogadro yang berbunyi: pada suhu dan tekanan yang tetap, semua gas yang volumenya sama
akan mengandung mokelul yang sama cacahnya (Syukri S 1999).
2.3. Persamaan kimia
Persamaan kimia terdiri dari tiga hal yaitu pereaksi, anak panah dan hasil reaksi. Pereaksi
adalah zat mula-mula yang terdapat sebelum terjadi reaksi. Hasil reaksi adalah zat apa saja yang
dihasilkan selama reaksi kimia berlansung. Suatu reaksi kimia berimbang menujukkan rumus
pereaksi kemudian anak panahdan hasil reaksi dengan jumlah atom dikiri dan di kanan anak
panah sama.
Persamaan kimia memberikan dua macam informasi penting yaitu tentang sifat reaktan dan
produk. Sifat reaktan dan produk harus ditentukan secara percobaan. Persamaan reaksi sering
ditunjukkan keadaan fisika reaktan dan produk (Sastrohamidjojo H, 2000).
Keadaan

Symbol

Padat

(p)

Cair

(c)

Gas

(g)

Larutan berair

(aq)

2.3.1. Penulisan rumus kimia

a.
b.
c.
2.3.2.
1.
2.
3.

Rumus suatu zat menyatakan banyaknya atom yang menyusun zat tersebut. Ada beberapa
jenis rumus antara lain:
Rumus Unsur
Rumus unsur kebanyakan unsur ditulis berdasarkan lambangnya baik yang monoatomik seperti
Na, Ca, dan Fe, diatomik seperti; H2, Cl2, dan F2, maupun berupa poliatomik seperti S8 dan P4.
Rumus Empiris
Rumus empiris menyatakan perbandingan bilangan bulat terkecil dari atom-atom yang
membentuk suatu senyawa, misalnya H2O2 mempunyai rumus empiris HO
Rumus molekul
Rumus molekul menyatakan banyaknya atom yang sebenarnya yang terdapat dalam molekul
atau satuan terkecil dari suatu senyawaan.
Menulis persamaan berimbang
Untuk menulis suatu persamaan dapat dilakukan dengan dengan tiga cara yaitu sebagai
berikut :
Tulis nama pereaksi, kemudian anak panah, dan kemudian hasil reaksi, (Metana +
Oksigen karbon dioksida + air)
tulis ulang setiap pernyataan itu dengan menggunakan rumus tiap zat, (CH4 + O2 CO2 +
H2O)
berimbangkan persamaan dengan memilih koefisien bilangan bulat yang sesuai untuk setiap
rumus, (CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O)

Apabila satuan rumus telah dikenali, ini merupakan cara sederhana untuk menentukan
bobot rumus suatu senyawa. Bobot rumus adalah masa dari satuan rumus relatif terhadap massa
yang ditentukan. 1200000 untuk atom karena bobot atom juga relatif terhadap , bobot rumus
dapat ditentukan dengan penjumlahan bobot atom-atomnya. Bilasuatu senyawa menganding
molekul-molekul diskrit, dapat juga didefinisikan bobot molekulnya. Bobot molekul adalah
massa dari sebuah molekul terhadap massa yang ditentukan 1200000 untuk satuan atom (Ralph
Petrucci, 1987).
Bobot satu mol suatu zat disebut bobot molar. bobot molar dalam gram suatu zat secara
numeris sama dengan bobot molekul dalam satuan massa atom. Untuk menafsirkan persamaan
kimia dalam kuantitas zat yang dapat dipelajari dilaboratorium mula-mula semua kuantitas
dinyatakan dalam mol.
Hampir selalu terlalu terdapat pereaksi yang kurang banyak ketimbanag yang dibutuhkan
agas semua pereaksi bersenyawa. Pereaksi pembatas adalah zat yang habis bereaksi saat reaksi
kimia. Pereaksi sisa adalah zat yang masih tertinggal / bersisa pada reaksi kimia. Perhitungan
yang didasarkan persamaan harus dimulai dari banyaknya pereaksi pembatas (keenan, 1984).
Mol dari suatu zat adalah banyaknya susatu zat yang mengandung 6,022 1023 satuan.
Konsep mol sangatlah penting dalam ilmu kimia karena berguna dalam menentukan jumlah
partikelzat jika diketahui massa dan massa relatif. Dalam perhitungan hubungan antara massa
dengan mol adalah

Keterangan : n = jumlah mol (mmol)


M = massa zat (M)
V = volume zat (ml)
Konsep mol juga terdapat pada gas dan suhu dengan tekanan yang sama. Persamaan ini dikenal
dengan persamaan gas ideal yang dinyatakan sebagai

atau

Keterangan : T = suhu
n = jumlah mol
P = tekanan gas
V = volume
R = tetapan gas (0,082)
Terdapat banyak metode untuk menentukan presentase bobot dari unsur-unsur yang berbeda
dalam suatu senyawa. Metode ini beraneka ragam tergantung pada mecam senyawa dan unsur
yang menyusunnya. Dua metode klasik yaitu :
a. Metode analisis pengendapan dapat digunakan bila berbentuk senyawa yang sedikit sekali larut.
Misalnya suatu senyawa baru mengandung perak, maka dapat dilarutkan. Persentase perak dapat
dihitung dengan :

atau

b. Metode analisis pembakaran digunakan secara meluas. Jika suatu zat mengandung karbon dan
hydrogen. Contoh senyawa itu setelah ditimbang dapat dibakar dalam suatu tabung tertutup
dalam suatu aliran oksigen, untuk menghasilkan karbon dioksida dan air. Produk pembakaran
dikeluarkan dari tabung dengan aliran oksigen kedalam 2 bahan penyerap, satu penyerap air dan
lainnya menyerap karbon dioksida (Keenan, 1984)
Dengan mengetahui beberapa sifat jenis reaksi, kita dapat menerangkan reaksi-reaksi kimia
lebih mudah untuk dipahami. Jenis-jenis reaksi kimia antara lain :
1. Reksi pembakaran adalah suatu reaksi dimana unsur atau senyawa bergabing dengan oksigen
membentuk senyawa yang mengandung oksigen sederhana. Misalnya (CO2, H2O, dan lain-lain)
2. Reaksi penggabungan (sintesis) adalah suatu reaksi dimana sebuah zat yang lebih kompleks
terbentuk dari dua atau lebih zat yang lebih sederhana (baik unsur maupun senyawa).
3. Reaksi penguraian adalah suatu reaksi dimana suatu zat dipisah menjadi zat-zat yang lebih
sederhana.
4. Reaksi penggantian adalah suatu reaksi dimana sebuah unsur memindahkan unsur lain dalam
suatu senyawa.
2.4. Persamaan Reaksi Setara
Persamaan reaksi setara adalah persamaan yang menunjukkan jumlah atom yang sama
antara reaktan maupun produk. Contohnya :
H2 + 1/2O2 H2O
Jumlah atom hydrogen dan oksigen dalam reaktan maupun produk adalah sama.
2.4.1. Hukum boyle
Hukum boyle berbunyi pada suhu dan jumlah mol yang sama, maka hasil kali tekanan dan
volume selalu sama.
Keterangan : P = tekanan zat
V = volume zat
2.4.2. Hukum Boyle Gay Lussac
Hukum Boyle Gay Lussac berbunyi : untuk gas dengan massa tertentu, massa hasil kali
volume dengan tekanan dibagi oleh suhu yang diukur dalam Kelvin adalah tetap. Untuk gas-gas
yang jumlahnya sama, maka berlaku :

2.4.3. Hukum Dalton


Hukum Dalton berbunyi : tekanan total dari campuran berbagai macam gas sama dengan
jumlah tekanan parsial dan gas-gas yang saling bercampur tersebut.

Ptotal = P1 + P2 + P3

Ada dua jenis reaksi kimia yang dibedakan berdasarkan pana, yaitu :
Reaksi eksoterm
Reaksi eksoterm adalah reaksi kimia yang melepas kalor. Kalor yang berpindah dari system ke
lingkungan. Perubahan entalpi bernilai negative.
Reaksi endoterm
Reaksi endoterm adalah reaksi kimia yang menyerap kalor. Kalor berpindah dari lingkungan ke
system. Perubahan entalpi bernilai positif.

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.
3.1.1.
3.1.2.
3.2.
3.2.1.
3.2.2.
-

Alat dan Bahan


Alat-alat
Gelas kimi 100 ml
Termometer
Gelas ukur 25 ml
Pipet tetes
Bahan-bahan
Larutan NaOH 1 M
Larutan HCL 1 M
Larutan 1 M
Akuades
Tisu
Prosedur Percobaan
Sistem NaOH HCL
Dituang 2 ml NaOH 1 M kedalam gelas kimia
Diukur suhu NaOH menggunakan termometer
Dicuci/dibersihkan termometernya
Dituang 6 ml HCL kedalam gelas ukur
Diukur suhu HCL
Dibersihkan kembali termometernya
Digabungkan larutan NaOH dengan HCL ke dalam gelas kimia
Diukur suhu campurannya
Dilakukan kembali langkah itu pada 4 ml NaOH dan 4 ml HCL, lalu 6 ml NaOH dan 2 ml HCL
Sistem NaOH Dituang 2 ml NaOH 1 M kedalam gelas kimia
Diukur suhu NaOH menggunakan termometer

Dibersihkan termometernya
Dituang 6 ml kedalam gelas ukur
Diukur suhu
Dibersihkan kembali termometernya
Digabungkan larutan NaOH dengan ke dalam gelas kimia
Diukur suhu campurannya
Dilakukan kembali langkah itu pada 4 ml NaOH dan 4 ml , lalu 6 ml NaOH dan 2 ml

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
4.2.1. Stokiometri sistem NaOH HCL
No. NaOH 1 M HCL 1 M

campuran

2 ml

6 ml

30

30

30,6

4 ml

4 ml

30,5

29,5

32,1

6 ml

2ml

29

29

31

1M

NaOH

campuran

2 ml

6 ml

30

30

30,6

4 ml

4 ml

30,5

29,5

32,1

6 ml

2ml

29

29

31

Reaksi dan Perhitungan


Reaksi
NaOH + HCL NaCL + O
2NaOH +
+O
Perhitungan
Sistem stokiometri NaOH + HCL
Diketahui :
V NaOH
V HCL
M NaOH
M HCL

HCL

4.2.2. Stokiometri sistem NaOH No. NaOH 1 M

4.2.
4.2.1.
4.2.2.1.
4.2.2.2.
4.2.2.
4.2.2.1.

NaOH

: 2 ml
: 6 ml
:1M
:1M

Ditanya :
Pereaksi pembatas
Pereaksi sisa
Jawab :

Diketahui :
V NaOH
V HCL
M NaOH
M HCL

: 4 ml
: 4 ml
:1M
:1M

Ditanya :
Pereaksi pembatas
Pereaksi sisa
Jawab :

Diketahui :
V NaOH
V HCL
M NaOH
M HCL

: 6 ml
: 2 ml
:1M
:1M

Ditanya :
Pereaksi pembatas
Pereaksi sisa
Jawab :

4.2.2.2. Stokiometri sistem NaOH +

Diketahui :
V NaOH
V
M NaOH
M

: 2 ml
: 6 ml
:1M
:1M

Ditanya :
Pereaksi pembatas
Pereaksi sisa
Jawab :

Diketahui :
V NaOH
V
M NaOH
M :1M

: 4 ml
: 4 ml
:1M

Ditanya :
Pereaksi pembatas
Pereaksi sisa
Jawab :

Diketahui :
V NaOH
V
M NaOH
M

: 6 ml
: 2 ml
:1M
:1M

Ditanya :
Pereaksi pembatas
Pereaksi sisa
Jawab :

4.3. Grafik

4.2.1. Grafik Stokiometri Sistem NaOH - HCL

4.2.2. Grafik Stokiometri Sistem NaOH - H2SO4

4.4. Pembahasan
Stoikiometri adalah perhitungan kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif zat yang
terlibat dalam reaksi. Reaksi stoikiometri adalah suatu reaksi kimia dimana pereaksi dalam
reaksi tersebur habis bereaksi, sehingga tidak ada mol sisa dalam pereaksi atau tidak ada pereaksi
pembatas. Dala suatu reaksi juga terdapat reaksi eksoterm dan endoterm. Reaksi eksoterm
apabila kalor berpindah dari system ke lingkungan sehingga suhu disekitar larutan menjadi panas
sedangkan reaksi endoterm adalah apabila kalor berpindah dari lingkungan ke sisitem, sehingga
suhu system menjadi lebih dingin.
Apabila suatu larutan berbeda dicampurkan biasanya terjadi perubahan sifat fisik, seperti
perubahan warna, suhu, bentuk, dan lain lain. Dalam parktikum ini yang dibahas adalah
perubahan suhu. Suhu terendah dari suatu campuran disebut titik minimum sedangkan suhu
tertinggi dari suatu campuran disebut titik maksimum. Biasanya titik maksimum didapat apabila
reaksi tersebut adalah stoikiometri.
Dalam suatu reaksi tidak semua reaktan habis. Terkadang dijumpai salah satu reaktan habis
bereaksi duluan sehingga membatasi berlanjutnya reaksi, pereaksi ini disebut pereaksi pembatas.
Dari adanya pereaksi pembatas maka terdapat reaksi yang belum bereaksi karena pereaksi yang
lain sudah habis duluan, pereaksi yang bersisa ini disebut pereaksi sisa.
Percobaan pertama dilakkan dengan 3 perlakuan yang berbeda. Perlakuan pertama yaitu
dengan mencampurkan 2 ml NaOH 2 M dan 6 ml HCL 1 M dengan pengukuran thermometer
didapat suhu NaOH adalah 30 , suhu HCL adalah 30 dan suhu campuran adalah 30,6 . Reaksi
ini termasuk reaksi non stoikiometri karena NaOH telah habis bereaksi duluan dan HCL masih
barsisa. Atau NaOH merupakan pereaksi pembatas dan HCL merupakan pereaksi sisa. Pada
perlukuan yang kedua yaitu dengan mencampurkan 4 ml NaOH 1 M dan 4 ml HCL 1 M dalam
pengukuran menggunakan thermometer didapat suhu NaOH = 30 , suhu HCL adalah 29,5 , dan
suhu campurannya adalah 32,1 . Reaksi ini termasuk dalam reaksi stoikiometri karena kedua
reaktan habis bereaksi. Dan pada perlakuan yang ketiga yaitu dengan mencampurkan 6 ml NaOH

dan 2 ml HCL. Dalam pengukuran menggunakan thermometer didapat suhu NaOH = 29 , suhu
HCL = 29 sedangkan suhu campurannya adalah 31 reaksi inimerupakan reaksi non stoikiometri
karena terdapat pereaksi pembatas dan pereaksi sisa. Dimana pereaksi pembatasnya adalah HCL
dan pereaksi sisanya adalah NaOH. Dari percobaan pertama didapat titik maksimumnya
32,1 yaitu pada saat keadaan reaksi stoikiometri dan didapat titik minimumya 30,6 .
Percobaan di atas menggunakan reagen NaOH yang bersifat basa dan larutan HCL yang
bersifat asam yang apabila kedua larutan dicampurkan akan didapat garam NaCl yang kemudian
diukur suhunya menggunakan thermometer agar dapat diketahui suhu setelah dicampurkan
kemudian diaduk agar kedua larutan dihomogenkan. Pada pembuatan larutan 1 M digunakan
akuades untuk mengencerkan larutan.
Pada percobaan kedua digunakan reagen NaOH 1 M yang bersifat basa dan yang bersifat
asam. Yang apabila dicampurkan akan menjadi garam dan juga digunakan akuades untuk
mengencerkan larutan NaOH dan menjadi 1 M. percobaan kedua dilakukan dengan
mencampurkan larutan kemudian diaduk agar larutan menjadi homogen kemudian diukur
suhunya agar dapat diketahui tinggi suhunya. Percobaan kedua juga dilakukan tiga perlakuan
berbeda yang pertama yaitu mencampukan 2 ml NaOH dengan 6 ml dan didapat suhu NaOH
adalah 28 , suhu dan suhu campurannya reaksi ini termasuk dalam reaksi non stokiometri karena
terdapat NaOH sebagai pereaksi pembatas dan sebagai pereaksi sisa. Perlakuan kedua adalah
dengan mencampurkan 4 ml NaOH dan 4 ml dan didapat suhu NaOH adalah , suhu adalah dan
suhu campurannya adalah . Reaksi ini juga termasuk dalam reaksi non stokiometri karena
terdapat NaOH sebagai pereaksi pembatas dan sebagai pereaksi sisa. Pada perlakuan ketiga
dicampurkan 6 ml NaOH dan 2 ml dan didapat suhu NaOH adalah , suhu adalah dan suhu
campurannya adalah . Reaksi ini juga merupakan reaksi non stokiometri karena terdapat NaOH
sebagai pereaksi dansebagai pereaksi pembatas. Dan pada percobaan kedua ini didapat titik
maksimumnya adalah dan titik minimumnya adalah .
Dari kedua percobaan diatas dapat kita buat garfik suhu terhadap jumlah volume masing
masing reagen. Pada grafik 4.3.1 dapat kita lihat apabila semakin banyak pereaksi yang beraksi
atau semakin sedikit pereaksi yang bersisa maka perubahan suhu semakin tinggi sehingga pada
percampuran 4 ml NaOH 1 M dan 4 ml HCL 1 M merupakan suhu tertinggi karena reaksi
tersebut merupakan reaksi stoikiometri. Dan pada grafik 4.3.2 juga membuktikan semakin sedikit
konsentrasi pereaksi sisa semakin tinggi perubahan suhunya. Dan didapat tertinggi pada
campuran 6 ml NaOH dan 2 ml .
Dalam praktikum ini terdapat beberapa factor kesalahan yang membuat hasil percobaan
kurang akurat yaitu ketika pengukuran suhu menggunakan thermometer.Thermometer mengenai
dinding gelas kimia dan tangan pada saat memegang thermometer kurang ke atas, selain itu suhu
ruangan yang kurang stabil serta pipet yang digunakan telah di gunakan pada larutan.
Dalam percobaan reagen dimasukkan kedalam gelas kimia, di ukur sesuai volume yang
diperlukan. Dan diukur menggunakan thermometer, hal ini berfungsi agar mendapatkan suhu
yang akurat dari masing masing reagen dengan volume yang berbeda. Lalu reagen dicampur
dan diguncang sedikit agar reagennya tercampur. Kemudian diukur suhu campurannya dengan
thermometer agar dapat diketahui suhu campuran tertinggi dan dapat ditentukan yang
stoikiometri.

BAB 5
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
- Titik maksimum dari campuran NaOH HCL adalah , sedangkan titik minimum dari
campuran NaOH HCL adalah .
- Titik maksimum dari campuran NaOH adalah , sedangkan titik minimum dari
campuranNaOH adalah
- Reaksi stokiometri adalah reaksi yang pereaksinya habis bereaksi membentuk hasil
reaksi/produk. Contohnya pada stokiometri sistem NaOH HCL. Pada NaOH 4 ml dalam 1 M
dan HCL 1 M pada 4 ml. sedangkanreaksi non stokiometri adalah reaksi yang pereaksinya tidak
habis bereaksi membentuk hasil reaksi / produk. Contohnya pada stokiometri sistem NaOH .
5.2. Saran
Sebaiknya bahan-bahan yang diujikan ditambah agar praktikan dapt mengetahui
perbandingan laju reaksi dari larutan lainnya seperti dan .

DAFTAR PUSTAKA
Keenan. 1984. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga
Petrucci., Ralp. 1987. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga
S, syukri. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB
Sastrohamidjojo, H. 2005. Kimia Dasar. Yogyakarta: UGM
Diposkan 25th October oleh Alex Kimia
0

Add a comment

STOIKIOMETRI
I.

TUJUAN
Menentukan Stoikiometri asam-basa dan CuSO-NaOH dengan percobaan sederhana.

II.

DASAR TEORI

A. Deskripsi Stoikiometri
Stoikiometri (Stoi-kee-ah-met-tree) merupakan bidang dalam ilmu kimia yang menyangkut
hubungan kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam pereaksi kimia, baik sebagai pereaksi
maupun hasil reaksi. Stoikiometri juga menyangkut perbandingan atom H dan O dalam molekul
HO.
Jeremias Benjamin Richter (1762-1807) adalah orang yang pertama kali meletakkan prinsip
dasar stoikiometri. Menurutnya Stoikiometri adalah ilmu tentang pengukuran perbandingan
kuantitatif atau pegukuran perbandingan antar unsur kimia satu dengan yang lain.

Tahap Awal Stoikiometri


Di awal kimia,aspek kuantitatif perubahan kimia yakni stoikiometri reaksi kimia tidak mendapat
banyak perhatian. Bahkan pada saat perhatian telah diberikan, teknik dan alat percobaantidak
menghasilkan hasil yang benar. Misalnya teori Flogiston yang mencoba menjelaskan fenomena
pembakaran dengan istilah Zat dapat terbakar. Teori ini tidak berhasil karena peerubahan masa
logam ketika di kalsinasi tidak cocok dengan teori ini.
Filsuf dari Flanders Jan Baptista Van Helmont (1579-1644) melakukan percobaan Willow. Ia
menumbuhkan bibit Willow setelah penukuran massa pot bunga dan tanahnya. Hipotesis dan
percobaan ini jauh dari sempurna, karena ia menyimpulkan bahwa akar semua materi adalah
air.
Akhirnya pada abad 18 kimiawan Jerman, Jeremias benjamin Richter (1762- 1807) menemukan
konsep ekuivalen (ekuivalen kimia) dengan pengamatan teliti reaksi asam basa, yakni hubungan
kuantitatif antara asam dan basa dalam reaksi netralisasi. Penetahuan tentang ekuivalen sangat

penting untuk menghasilkan sabun dan serbuk meisu yang baik. Jadi, pengetahuan seperti ini
sangaat penting secara praktis.

Masa Atom relatif dan Massa Atom


Dalton mengenali bahwa penting uuntuk menentukan massa setiap atom karena massanya
bervariasi untuk setip jenis atom. Atom mempunyai ukuran yang sangat kecil, sehingga tidak
mungkin menentukan massa satu atom. Massa atom adalah nilai relatif, artinya suatu rasio tanpa
dimensi.

B. Membatasi Reagen
Dalam reaksi HCl dengan NaOH, jika terdapat lebih dari satu mol NaOH dan HCl maka tidak
dapat bereaksi. Jika mengiginkan dua mol HCl yang bereaksi, maka harus mempunyai dua mol
NaOH. Jika ada kekurangan reaktan, maka peristiwa itu disebut membatasi reagen dan reaksi
akan berhenti. Jenis perhitungan ini melibatkan pemecahan masalah dan memilih salah satu yang
menghasilkan jumlah produk yang lebih kecil sebagai reagen pembatas.
C. Reaksi Kimia
Reaksi kima biasanya berlangsung antara dua campuran zat murni. Satu bentuk yang paling
lazim dari campuran adalah larutan. Di alam sebagian besar reaksi berlangsung di dalam larutan
air. Contohnya cairan tubuh baik hewan maupun tumbuhan merupakan larutan dari berbagai zat.
Dalam tanah reaksi pada umumnya berlangsung dalam lapisan tipis lrutan yang diadopsi dari
padatan.
Reaksi kimia dibagi menjadi dua kelompok besar, yatu reaksi asam-basa dan reaksi redoks. Pada
raksi asam-basa tidak ada perubahan biloks, sedangkan pada reaksi redoks terjadi perubahan
bilangan oksidasi. Kedua reaksi kimia ini dapat dikelompokkan ke dalam 4 tipe reaksi:
1. Reaksi Sintetis
Reaksi dimana dua atau lebih zat tunggal dalam reaksi kimia
2. Reaksi Dekomposisi
3. Reaksi Penggantiaan Tunggal (Single Replacement)
Reaksi dimana suatu unsur menggantikan unsur lain.

4. Reaksi Penggantian Ganda (Double Replacement)


Reaksi dimana ion-ion positif dari dua senyawa saling bertukaran.
D. Metode Job atau Metode Variasi Kontinu
Metode Job dilakukan dengan pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi yang
berubah-ubah, namun molar totalnya sama. Sifat fisika (massa, volume, suhu, daya serap)
diperiksa dan perubahannya digunakan untuk meramal stoikiometri sistem. Dari grafik aluran
sifat fisik terhadap kuantitas pereaksi, akan diperoleh titik maksimal atau minimal yang sesuai
dengan titik stoikiometri sistem yang menyatakan peerbandingan pereaksi dalam senyawa.
Contohnya dari percoban diperoleh data bahwa pada titik optimum jumlah mol AgNO : KCrO
= 2 : 1. Bila dianggap endapan yang diperoleh pada sistem ini disebabkan oleh perak dan kromat,
maka titik ini menyatakan perbandingan 2Ag dan CrO. Sistem ini dapat ditulis dengan
persamaan:
2Ag(aq) + CrO(aq) ----> AgCrO(l)
Perubahan kalor pada reaksi kimia tergantung jumlah peraksinya. Jika mol yng bereaksi diubah
dengan volume tetap, stoikiometri dapat ditentukan dari titik perubahan kalor maksimal, yaitu
denngan menyalurkan kenaikaan temperatur terhadap komposisi campuran.
III.

ALAT DAN BAHAN

1.1 Alat
No

Nama Alat

Ukuran

Tabung Reaksi

Gambar

Jumlah

Gelas Ukur

Pipet Tetes

Stand Tabung
Reaksi

Termometer

300 ml
5 ml

-10C 100C

1.2 Bahan
1. Larutan HCl 1M
2. Larutan NaOH 1M
IV.

CARA KERJA

1. Stoikiometri asam-basa
Percobaan ini menggunakan larutan NaOH 1M dan HCl 1M

a. Memasukkan 5ml NaOH 1M ke dalam tabung reaksi dan mencatat temperaturnya.


b.

Memasukkan 15ml larutan HCl 1M ke dalam tabung raksi yang lain dan mencatat
temperaturnya. mengusaahakan agar kedua larutan mempunyai tempertur yang sama sebelum
dicampur.

c.

Mencampur kedua larutan tersebut, kemudian mencatat temperatur maksimum campuran.

d. Mengulangi percobaan di atas dengan


a) 10 ml NaOH dan 10 ml HCl
b) 15 ml NaOH dan 5 ml HCl
2. Stoikiometri CuSO4 dan NaOH
Percobaan ini menggunakan larutan CuSO4 1M dan NaOH 1M
a. Memasukkan 5 ml larutan NaOH ke dalam tabung reaksi kemudian mencatat temperaturnya.
b.

Memasukkan 15 ml larutan CuSO4 ke dalam tabung reaksi lain dan mencatat temperaturnya.
Mengusahakan agar kedua larutan mempunyai temperatur yang sama sebelum dicampur.

c.

Memasukkan larutan CuSO4 ke dalam larutan NaOH dan mencatat temperatur maksimum
campuran.

d. Mengulangi langkah di atas dengan menggunakan


a) 10 ml NaOH dan 10 ml CuSO4
b) 15 ml NaOH dan 5 ml CuSO4
V.

DATA PERCOBAAN

a. Stoikiometri Asam-Basa
Percobaan

V NaOH

V HCl

TM

TA

15

31

30

-1

10

10

31

29

-2

15

31

30

-1

ke1

Keterangan:
TM

= Suhu mula-mula

TA

= Suhu akhir

= Suhu akhir Suhu mula-mula

b. Stoikiometri NaOH CuSO4


Percobaan

V NaOH

V CuSO4

TM

TA

15

29

27

-2

10

10

29

28

-1

15

29

27

-2

mol

mol

pereaksi

pereaksi x

(ml)

10-2

ke

VI.

PERHITUNGAN
Jumlah pereaksi NaOH HCl
Volume

mol

NaOH

NaOH

(ml)

1 ml x 10-2

2
3

Percobaan
ke

Volome HCl mol HCl


(ml)

1M x 10-2

0,5

15

1,5

20

10

10

20

15

1,5

0,5

20

a. mol NaOH 1M x 10-2


1. Mol = V . M

Mol = V . M

= 5 ml . 1M

= 15 ml . 1M

= 5 x 10-3 L . M

= 15 x 10-2 L . M

= 0,5 x 10-2 LM

M . 10-2 = 1,5 mol

M . 10-2 = 0,5 mol


2. Mol = V . M
= 10 ml . 1M
= 1 x 10-2 L . 1M
M . 10-2 = 1 mol
b. mol HCl M . 10-2

1. Mol = V . M

Mol = V . M

= 15 ml . 1M

= 5 ml . 1 M

= 1.5 . 10-2 L . 1M

= 0,5 x 10-2 L . M

M . 10-2 = 1,5 mol

= M . 10-2 L . M
M . 10-2 = 0,5 mol

2. Mol = V . M
= 10ml . 1M
= 1 . 10-2 L . M
c.

M . 10-2 = 1 mol
mol pereaksi x 10-2
Mol = V . M
= 20 ml . 1M
= 2 . 10-2 L . M
M . 10-2 = 2 mol
Jumlah Pereaksi CuSO4 NaOH
Volume

mol

Volome

NaOH

NaOH

CuSO4

(ml)

1 ml x 10-2

(ml)

x 10-2

(ml)

10-2

0,5

15

1,5

20

10

10

20

15

1,5

0,5

20

Percobaan
ke

mol

CuSO4 1M pereaksi

a. mol NaOH 1M x 10-2


1. Mol = V . M

Mol = V . M

= 5 ml . 1M

= 15 ml . 1M

= 5 x 10-3 L . M

= 1,5 x 10-2 L . M

= 0,5 x 10-2 LM

M . 10-2 = 1,5 mol

M . 10-2 = 0,5 mol


2. Mol = V . M
= 10 ml . 1M

mol

mol
pereaksi x

= 1 x 10-2 L . 1M
= 1,5 x 10-2 LM
M . 10-2 = 1,5 mol

b. mol CuSO4 M . 10-2


1. Mol = V . M

Mol = V . M

= 15 ml . 1M

= 5 ml . 1 M

= 1.5 . 10-2 L . 1M

= 0,5 x 10-2 L . M

M . 10-2 = 1,5 mol

= M . 10-2 L . M

2. Mol = V . M

M . 10-2 = 0,5 mol

= 10ml . 1M
= 1 . 10-2 L . M
c.

M . 10-2 = 1 mol
mol pereaksi x 10-2
Mol = V . M
= 20 ml . 1M
= 2 . 10-2 L . M
M . 10-2 = 2 mol

VII.

PEMBAHASAN
Percobaan ini dilakukan untuk mencari titik stoikiometri asam basa. Pada pencampuran NaOH
dan HCl, baik larutan NaOH dan HCl tidak berwarna (bening). Setelah pencampuran tidak
terjadi perubahan warna tetapi terjadi perubahan suhu.
Berdasarkan pada data percobaan, terjadi kesamaan suhu akhir (TA) antara percobaan 1 dan
percobaan 3. Masing-masing mempunyai volume 5 ml NaOH dengan 15 ml HCl dan 15 ml
NaOH dengan 5 ml HCl. Kedua percobaan itu memiliki suhu akhir yang sama yaitu 30o C.

percobaan lain, yaitu antara 10 ml NaOH dengan 10 ml HCl. Itu menandakan bahwa titik
stoikiometri dicapai pada saat volume kedua larutan sama, sehingga setelah pengolahan data bisa
didapatkan perbandingan koefisien reaksi dari kedua zat sama, yaitu 1 : 1.
Pada stoikiometri NaOH CuSO4, terjadi kesamaan suhu akhir (TA) pada percobaan 1 dan 3
yaitu antara 5 ml NaOH dengan 15 ml CuSO 4 dan 15 ml NaOH dngan 5 ml CuSO 4. Sedangkan
pada percobaan kedua memiliki suhu akhir (TA) sedikit lebih banyak dibanding kedua percobaan
yang lain.
VIII.

KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan metode job atau metode
variasi kontinu, dapat disimpulkan:
Pada percobaan ini dapat diketahui titik stoikiometri suatu reaksi

Pada percobaan stoikiometri asam basa NaOH HCl dapat diketahui titik stoikiometrinya,
yaitu pada saat kedua volume larutan sama.

Pada stoikiometri NaOH CuSO4, titik stoikiometri terjadi pada saat volume kedua larutan
berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Chang. Raymond, 2002. Kimia dasar. Konsep-konsep inti, Jakarta. Erlangga.
Goldberg. Davide, 2003. Kimia untuk pemula, Jakarta. Erlangga.
Anonim. Lahirnya teori atom (http://www.chem-is-try.org) diakses tanggal 8 januari 2010.
Anonim. Stoikiometri larutan (http://anggy1.wordpress.com) diakses tanggal 8 januari 2010.
Anonim. Konsep mol (http://chechepos.wordpress.com) diakses tanggal 8 januari 2010.
http://biologiikipmadiun.blogspot.com/2010/09/laporan-praktikum-stoikiometri.html

Anda mungkin juga menyukai