Anda di halaman 1dari 4

TEORIONLINE PERSONAL PAPER

No. 03/Jan-2014

MODEL KEPEMIMPINAN KONTIJENSI FIEDLER


Least Preferred Coworkers (LPC)
Hendryadi
www.teorionline.net
Phone : 021 9229 0445 / 0856 9752 3260
Email : hendry.basrah@gmail.com

Abstract
Kunci untuk efektivitas kepemimpinan dipandang oleh sebagian besar varian Teori
Kontingensi dengan memilih gaya yang benar dari pemimpin. Gaya ini tergantung pada
interaksi faktor internal dan eksternal dengan organisasi. Pendekatan situasional atau
pendekatan kontingensi merupakan suatu teori yang berusaha mencari jalan tengah antara
pandangan yang mengatakan adanya asas-asas organisasi dan manajemen yang bersifat
universal, dan pandangan yang berpendapat bahwa tiap organisasi adalah unik dan memiliki
situasi yang berbeda-beda sehingga harus dihadapi dengan gaya kepemimpinan tertentu.
Dari berbagai teori yang berkembang, berikut ini akan diuraikan mengenai model
kepemimpinan kontijensi dari Fiedler.
Introduction
Model kepemimpinan kontijensi Fiedler (1964, 1967) menjelaskan bagaimana situasi
menengahi hubungan antara efektivitas kepemimpinan dengan ukuran ciri yang disebut nilai
LPC rekan kerja yang paling tidak disukai (Yukl, 2005).
Teori kontingensi Fiedler menunjukkan hubungan antara orientasi pemimpin atau gaya dan
kinerja kelompok yang berbeda di bawah kondisi situasional. Teori ini didasarkan pada
penentuan orientasi pemimpin (hubungan atau tugas), unsur-unsur situasi (hubungan
pemimpin-anggota, tugas struktur, dan kekuasaan posisi / jabatan), dan orientasi pemimpin
yang ditemukan paling efektif karena situasi berubah dari rendah sampai sedang untuk
kontrol tinggi. Fiedler menemukan bahwa tugas pemimpin berorientasi lebih efektif dalam
situasi kontrol rendah dan moderat dan hubungan manajer berorientasi lebih efektif dalam
situasi kontrol moderat.
Variabel Situasional
Hubungan antara LPC pemimpin dan efektivitas tergantung pada sebuah variabel situasional
yang rumit disebut keuntungan situasional atau situational favorability atau kendali
situasi. Fiedler mendefinisikan kesukaan sebagai batasan dimana situasi memberikan
kendali kepada seorang pemimpin atas para bawahan. Tiga aspek situasi yang
dipertimbangkan meliputi :
1. Hubungan pemimpin-anggota: Adalah batasan dimana pemimpin memiliki dukungan dan
kesetiaan dari para bawahan, pemimpin mempengaruhi kelompok dan kondisi di mana ia
dapat melakukan begitu. Seorang pemimpin yang diterima oleh anggota kelompok adalah
dalam situasi yang lebih menguntungkan daripada orang yang tidak.
2. Kekuasaan Posisi / Jabatan : Batasan dimana pemimpin memiliki kewenangan untuk
mengevaluasi kinerja bawahan dan memberikan penghargaan serta hukuman.

TEORIONLINE PERSONAL PAPER


No. 03/Jan-2014

3. Struktur Tugas: Batasan dimana terdapat standar prosedur operasi untuk menyelesaikan
tugas, sebuah gambaran rinci dari produk atau jasa yang telah jadi, dan indicator objektif
mengenai seberapa baiknya tugas itu dilaksanakan.
Keuntungan ditentukan dengan memberikan bobot dan mengkombinasikan ketiga aspek
situasi tersebut. Prosedur pemberian bobot mengasumsikan bahwa hubungan pemimpinanggota lebih penting daripada struktur tugas, yang pada akhirnya adalah lebih penting
daripada kekuasaan posisi. Kemungkinan kombinasi delapan tingkatan keuntungan yang
disebut oktan ini selanjutnya dijelaskan pada Tabel berikut :
Tabel 1. Hubungan dalam Model Kontijensi LPC
=============================================================
Oktan
Hub P-A
ST
KP
Pemimpin efektif
=============================================================
1
Baik
Yes
Kuat
LPC Rendah
2
Baik
No
Lemah
LPC Rendah
3
Baik
No
Kuat
LPC Rendah
4
Baik
No
Lemah
LPC Rendah
5
Buruk
Yes
Kuat
LPC Kuat
6
Buruk
Yes
Lemah
LPC Kuat
7
Buruk
No
Kuat
LPC Kuat
8
Buruk
No
Lemah
LPC Rendah
=============================================================
Ket :
Hub PA = hubungan Pimpinan Anggota
ST
= Struktur Tugas
KP
= Kekuasaan Posisi (Jabatan)

Dari table di atas dapat dijelaskan bahwa situasi yang paling menguntungkan untuk
pemimpin (oktan 1) adalah jika ada hubungan yang baik dengan bawahan, sehingga
pemimpin memiliki kekuasaan atau posisi yang cukup besar dan tugasnya sangat terstruktur.
Saat hubungan pemimpin-anggota baik, para bawahan akan lebih mungkin memenuhi
permintaan dan arahan dari pimpinannya, bukannya mengabaikan atau menggagalkannya.
Saat seorang pemimpin memiliki kekuasaan posisi yang tinggi, lebih mudah untuk
mempengaruhi bawahan.
Menurut model ini, saat situasi amat menguntungkan (oktan 1 3) dan yang sangat tidak
menguntungkan (oktan 8), maka pemimpin yang LPC nya rendah akan lebih efektif daripada
para pemimpin yang memiliki LPC tinggi. Saat situasinya menengah dalam keuntungan
(Oktan 4 7), maka para pemimpin yang memiliki LPC tinggi akan lebih efektif daripada
pemimpin yang memiliki LPC rendah.

Instrumen LPC
Fiedler menciptakan kuesioner Least Preferred Coworkers (LPC) / rekan kerja yang
paling tidak disukai (LPC). Kuesiner ini berisi set dari 16 kata sifat yang kontras (seperti
menyenangkan - tidak menyenangkan, efisien-efisien, terbuka dijaga ketat, mendukungbermusuhan).
Nilai LPC ditentukan dengan meminta seorang pemimpin untuk memikirkan semua
rekan kerja lama dan yang ada saat ini, memilih salah satu yang paling sulit bekerja sama
dengan pemimpin, dan memberikan peringkat orang ini pada sekumpulan skala bipolar. Nilai
LPC adalah jumlah peringkat pada skala sifat bipolar ini. Seorang pemimpin yang umumnya
kritis dalam memberikan peringkat rekan kerja yang paling tidak disukai akan memperoleh
2

TEORIONLINE PERSONAL PAPER


No. 03/Jan-2014

nilai LPC yang rendah, sedangkan seorang pemimpin yang umumnya toleran akan
mendapatkan nilai LPC yang tinggi.
Interpretasi nilai LPC telah berubah beberapa kali selama ini. Menurut interpretasi
Fiedler (1978), nilai LPC menunjukkan hierarki motif seorang pemimpin. Seorang pemimpin
yang LPC nya tinggi terutama termotivasi untuk memiliki hubungan antar pribadi yang dekat
dengan orang lain, termasuk bawahan, dan akan bertindak dalam cara yang suportif dan
perhatian jika hubungan itu harus diperbaiki. Keberhasilan sasaran tugas merupakan motif
sekunder yang akan menjadi penting hanya jika motif afiliasi telah dipenuhi oleh hubungan
antar pribadi yang dekan dengan bawahan dan rekan sejawat.
Pemimpin yang LPC nya rendah terutama termotivasi oleh keberhasilan sasaran tugas dan
akan menekankan perilaku yang berorientasi tugas kapan saja terhadap permasalahan tugas.
Motif sekunder dalam membuat hubungan yang baik dengan bawahan akan menjadi penting
hanya jika kelompok itu memiliki kinerja baik dan tidak ada permasalahan tugas yang serius.
Dukungan Penelitian dan Kritik
Sejumlah studi telah dilakukan selama beberapa puluh tahun terakhir untuk menguji teori
kontijensi Fiedler. Umumnya studi-studi ini dilakukan dalam periode tahun 1970 an sampai
dengan pertengahan 1985-an. Studi-studi seperti Mitchell, dkk (1970); Wearing dan Bishop
(1974); Garcie (1981); Peter, dkk (1985); merupakan penelitian yang menguji teori ini.
Seiring dengan waktu dan berkembangnya berbagai pendekatan model kepemimpinan yang
lain, pendekatan LPC mulai ditinggalkan.
Beberapa penulis mengkritik kelemahan konseptual yang serius pada model ini. Nilai LPC
merupakan ukuran dalam pencarian makna (Schriesheim dan Kerr, 1977). Ashour (1973)
menyebutkan bahwa model LPC benar-benar sebuah teori karena tidak menjelaskan
bagaimana nilai LPC seorang pemimpin dalam mempengaruhi kinerja kelompok. Kekurangan
perilaku pemimpin yang jelas dan variabel pengganggu membatasi penggunaan model
tersebut. Dan saat tidak ada variabel perilaku, model tersebut tidak memberikan suatu
bimbingan untuk melatih para pemimpin untuk bagaimana beradaptasi dengan situasi
(Dalam Yukl, 2005).
Kesimpulan
Fiedler (1973, 1977) telah menjawab kecaman, dan perdebatan mengenai validitas model.
Namun, ketertarikan dalam teori ini telah melemah seiring waktu disaat teori situasional
yang lebih baik dikembangkan. Sebagai teori kepemimpinan situasional yang pertama, paling
tidak model ini telah memberikan kontribusi yang baik sebagai pendorong ketertarikan yang
lebih besar pada variabel situasional dalam menjelaskan efektivitas seorang pemimpin.
Referensi:
Alexander J. Wearing and Doyle W. Bishop. (1974). The Fiedler Contingency Model and the
Functioning of Military Squads. The Academy of Management Journal, Vol. 17, No. 3
(Sep., 1974), pp. 450-459.
Chester A. Schriesheim, Brendan D. Bannister and William H. Money. (1979). Psychometric
Properties of the LPC Scale: An Extension of Rice's Review. The Academy of
Management Review, Vol. 4, No. 2 (Apr., 1979), pp. 287-290
Ivancevich, et al. (2007). Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta : Erlangga.
Robert W. Rice. (1978). Psychometric Properties of the Esteem for Least Preferred Coworker
(LPC Scale). The Academy of Management Review, Vol. 3, No. 1 (Jan., 1978), pp. 106118.
3

TEORIONLINE PERSONAL PAPER


No. 03/Jan-2014

Terence R. Mitchell, Anthony Biglan, Gerald R. Oncken and Fred E. Fiedler. (1970). The
Contingency Model: Criticism and Suggestions. The Academy of Management Journal,
Vol. 13, No. 3 (Sep., 1970), pp. 253-267
Yukl. (2005). Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta : Index

Anda mungkin juga menyukai