Anda di halaman 1dari 13

Makalah

Hubungan kerangka kerja Driving Force-Pressure-StateExposure-Effect-Action (DPSEEA), Human Development Index


(HDI) dan Environmental Burden of Disease (EBD) dalam
konteks Health Impact Assessment (HIA)

Oleh:
Iwan Rivai Alam Siahaan - 1406666340
Marifatul Mubin 1406666555
Marsen Isbayuputra - 1406666561

Dosen Pengajar:
dr. Handoyo Kun Hendrawan, MS, SpOk

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS


KEDOKTERAN OKUPASI
JAKARTA, 2015

I.

Health Impact Assessment (HIA)


A. Definisi
Health Impact Assessment (HIA) adalah suatu proses untuk mengevaluasi suatu dampak
kesehatan potensial dari suatu perencanaan, proyek atau kebijakan, sebelum diterapakan. (1) HIA
merupakan sarana untuk menilai dampak kesehatan terhadap kebijakan, perencanaan, dan
proyek-proyek dalam berbagai bidang ekonomi, menggunakan teknik-teknik kuantitatif,
kualitatif dan partisipatif. (2) HIA bertindak sebagai penyedia rekomendasi untuk
memaksimalkan luaran kesehatan positif dan meminimalisasi luaran kesehatan yang tidak
diharapakan (1)

B. Jenis jenis HIA


Bila disandingkan dengan pelaksanaan proyek, maka HIA dapat digolongkan ke dalam 3 jenis,
yaitu Prospective, Concurent, dan Retrospective. (3)
Prospective HIA, merupakan HIA yang dilakukan sebelum proyek/kebijakan dijalankan sehingga
rekomendasi dari HIA memiliki kekuatan untuk mempengaruhi kebijakan secara lebih besar.
HIA ini merupakan HIA yang paling ideal
Concurrent HIA, yaitu HIA yang dijalankan pada saat kebijakan atau program sedang
diimplemetasikan.
Retrospective HIA, HIA yang dilaksanakan terhadap kebijakan, program atau proyek yang sudah
dijalankan. Berguna saat sebuah proposal kebijakan/proyek/perencanaan yang sama di masa
depan sedang dirancang. Hasil HIA tersebut dapat dijadikan penilaian health impact yang sudah
terjadi pada proyek/kebijakan yang lampau.

C. Level Pelaksanaan HIA


Sementara itu, bila dilihat dari level pelaksanaanya, maka HIA dapat dilakukan dalam level
Desktop HIA, Rapid HIA, dan Comprehensive HIA. (3)

Desktop HIA, dilakukan dalam tempo singkat dan sumber terbatas. Hanya bukti-bukti yang dapat
diakses dengan mudah, yang dapat dijadikan sumber.
Rapid HIA, dilakukan dalam tempo yang lebih panjang daripada desktop HIA namun tetap dalam
batasan waktu yang singkat dan sumber data yang terbatas.
Comprehensive HIA, dilaksanakan dalam periode yang lebih panjang dan meliputi sumber yang
banyak.

D. Langkah Pelaksanaan HIA


Langkah-langkah utama daalam menjalankan HIA adalah (1):
1. Screening (mengidentifikasi perencanaan, kebijakan dan proyek yang membutuhkan
HIA, atau HIA dirasa perlu untuk dilakukan)
2. Scoping (mengidentifikasi efek kesehatan mana yang dimasukkan dalam pertimbangan)
3. Assessing risks and benefit (mengidentifikasi masyarakat terdampak dan bagaimana
mereka terdampak)
4. Developing recommendations (menyarankan perubahan pada proyek/rencana/kebijakan
demi meningkatkan luaran positif kesehatan dan meminimalisasi luaran negatif terhadap
kesehatan)
5. Reporting (memaparkan hasil HIA kepada pengambil keputusan)
6. Monitoring and evaluating (menentukan efek HIA terhadap keputusan yang diambil)
Ada pula sumber yang menyatakan bahwa HIA dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut
Screening, Scoping, Appraisal, Recommendation, Implementation of recommendation, dan
Monitoring and Evaluation (3)

II.

Kerangka kerja Driving force-Pressure-State-ExposureEffect-Action (DPSEEA)

Intervensi kesehatan seharusnya tidak dibatasi untuk pengobatan kasus dan pengurangan
eksposur terhadap manusia secara langsung. Perlu dibahas perlunya tindakan terpadu di semua
tingkatan dan secara khusus mengenai perlunya untuk fokus pada tindakan jangka panjang yang
bertujuan mengurangi ancaman kesehatan lingkungan. Hanya pendekatan ini bisa meningkatkan
manfaat kesehatan dan perlindungan lingkungan hidup sesuai dengan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan. (4)

Pengalaman manusia tentang lingkungan dimana mereka tinggal merupakan kombinasi dari
faktor fisik, kimia, biologi, sosial, budaya, dan kondisi ekonomi yang mengacu geografi lokal,
infrastruktur, musim, dan aktivitas manusia di dalamnya. Perbedaan ancaman kesehatan
lingkungan dapat dibagi menjadi bahaya tradisional yang dapat dihubungkan kurangnya
pembangunan, dan bahaya modern yang dihubungkan dengan pembangunan tidak berkelanjutan.
Bahaya tradisional berkaitan dengan kemiskinan dan kurangnya pertumbuhan. Bahaya
tradisional termasuk kurangnya akses terhadap air minum yang aman, sanitasi dasar yang tidak
memadai dalam rumah tangga dan masyarakat, makanan mengandung patogen, kontaminasi dari
polusi udara dalam ruangan, pemanasan dengan menggunakan bahan bakar atau batu bara yang
tidak memadai, pembuangan limbah padat, cedera bahaya kerja di bidang pertanian dan industri,
bencana alam, termasuk banjir, musim kemarau, gempa bumi, dan vektor penyakit, terutama
serangga dan tikus. (5)

Bahaya modern terkait dengan perkembangan pesat yang tidak memiliki perlindungan kesehatan
dan lingkungan yang baik dan konsumsi sumber daya alam secara berlebihan. Bahaya yang
dimasukkan adalah bahaya pencemaran air dari daerah padat, industri, pertanian, polusi udara
dari kendaraan bermotor, pembangkit listrik tenaga batu bara, industri, akumulasi limbah padat
berbahaya berbahan kimia, bahaya radiasi akibat adanya teknologi industri dan pertanian yang
baru muncul, penyakit infeksi berbahaya, penggundulan hutan, terjadi degradasi lahan dan
lingkungan maupun perubahan besar lainnya di tingkat lokal dan regional, perubahan iklim serta
penipisan ozon. Jadi, untuk bahaya lingkungan modern, memahami jalan lingkungan di mana
letak masalahnya sangat penting. (5)

WHO mengambil pendekatan yang lebih luas untuk memasukkan dampak kekuatan pendorong
makro dan tekanan pada kesehatan dan lingkungan. Framework itu dikenal dengan Driving
Force-Pressure-State-Exposure-Effect-Action (DPSEEA).

Kerangka DPSEEA ini cukup berguna untuk mencakup spektrum yang lengkap mulai dari
hubungan sebab dan akibat potensi kekuatan dan dibutuhkan tindakan dan menyatukan para
profesional, praktisi dari kedua lingkungan dan kesehatan masyarakat untuk membantu
mengarahkan mereka dalam skema yang lebih besar. Juga keerangka tersebut sangat berguna
dalam memahami perubahan lingkungan berupa teknologi dan tekanan penduduk seperti untuk
produksi, konsumsi dan limbah, perubahan lingkungan seperti tingkat polusi berupa paparan
luar, efek terhadap kesehatan , dan kelestarian lingkungan hidup secara keseluruhan. (6)

Driving Force (anthropogenic) memasukkan faktor yang memotivasi dan mendorong lingkungan
proses yang terlibat. Contohnya kebutuhan energi, pertumbuhan ekonomi, isu-isu kesehatan dan
safety, persamaan sosial, teknologi, dan kebutuhan edukasi. Pressure biasanya ditunjukkan

dengan pekerjaan manusia atau eksploitasi dari lingkungan. Contohnya, kebutuhan konsumsi,
produksi gas karbon, emisi limbah, hak asasi manusia, dan biaya pendidikan. State menyatakan
status lingkungan. Contohnya, ketersediaan sumber daya, perubahan iklim, kualitas dan
kebutuhan air bersih, dan kondisi keamanan dan kesehatan saat ini. Exposure hal-hal yang terjadi
ketika manusia dihadapkan kepada kondisi lingkungan. Contohnya, perubahan kondisi
lingkungan, efek terhadap sosial masyarakat, proporsi masyarakat yang terpapar level
kebisingan, kondisi udara, kondisi air bersih, dll. Effect menunjukkan efek bahaya dari paparan
kepada lingkungan. Contohnya, risiko ekologi, angka kesakitan atau kematian pada manusia.
Action menunjukkan intervensi kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi atau menghindari
efek kesehatan dan dapat dimasukkan ke dalam titik pada setiap kerangka DPSEEA. Contohnya
kebijakan-kebijakan ekonomi, preventif, proteksi, dan kuratif.(6)

DPSEEA mempunyai kelebihan dalam memasukkan dampak dan akibat paparan ke dalam yang
meningkatkan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan lingkungan sama baiknya terhadap
aspek ekonomi dan sosial. Kerangka dpseea dapat digunakan untuk mengevaluasi secara
kuantitatif keberlanjutan indeks untuk meningkatkan informasi pengambilan keputusan
selanjutnya.

Model DPSEEA membedakan tiga tahap anteseden paparan (dalam konteks kesehatan
lingkungan). Driving Force adalah faktor-faktor yang memotivasi dan mendorong proses
lingkungan, seperti pertumbuhan penduduk, ekonomi atau pengembangan teknis, atau intervensi
kebijakan. ini menghasilkan. Pressures (pekerjaan, produksi, konsumsi), yang mengubah
keadaan lingkungan menghasilkan bahaya lingkungan baru. Exposures tidak otomatis, tapi ada
ketika terjadi efek. Untuk mencegah itu semua disebutlah Actions diambil. DPSEEA digunakan
untuk mengukur dampak kesehatan atau sebagai kerangka kerja untuk menyarankan modifikasi
proposal. (7)

III. Human Development Index (HDI)


Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek
huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. HDI digunakan untuk
mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara
terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas
hidup. Kategori HDI adalah kesehatan, pendidikan, dan pendapatan per kapita. (8)

HDI sekarang banyak digunakan sebagai alat untuk studi berbagai hasil kesehatan di berbagai
negara. Gorobets (2011) menunjukkan bahwa persentase yang tinggi dari populasi yang sehat
dapat dilihat sebagai indikator utama pembangunan manusia yang berkelanjutan. Dengan
demikian, jika kondisi hidup yang lebih baik bagi masyarakat sebagai akibat dari pembangunan
manusia yang tinggi, kita akan mengharapkan kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat

harus ditingkatkan, dibandingkan dengan masyarakat pembangunan rendah manusia. Kondisi


kesehatan individu merupakan faktor penentu penting dari standar hidup dan pembangunan
manusia. Jika tingkat harapan hidup saat lahir dari suatu negara tinggi, kesehatan lingkungan dari
negara itu juga diharapkan akan tinggi. (8)

IV. Environmental Burden of Disease (EBD)


Penyakit Beban lingkungan (Environmental Burden of Disease, EBD) merupakan suatu studi
yang menilai beban penyakit disebabkan oleh faktor risiko lingkungan, dan terkait erat dengan
penilaian dari beban penyakit individu ataupun cedera. Beban penyakit dapat dinyatakan dalam
kematian, kejadian atau Disability-Adjusted Life Years ( DALY ). Pengukuran yang terakhir
dilakukan dengan menggabungkan beban karena kematian dan kecacatan dalam indeks tunggal.
(9)

Informasi dari Penyakit Beban Lingkungan (EBD) dapat membantu dalam mengambil suatu
keputusan dalam kesehatan dan lingkungan. Suatu masalah yang umum ditemukan, baik pada
negara maju maupun negara berkembang, adalah sumber daya terbatas dan mengetahui solusi
dalam masalah kesehatan tetapi tidak terlaksana karena dibuat dalam keadaan tidak
memungkinkan dicapai suatu tingkat lingkungan yang aman dari setiap permasalahan kesehatan.
Contoh tingkat polusi udara melebihi batas normal di sebagian kota besar tetapi sumber daya
yang tersedia tidak cukup untuk memodifikasi kebijakan dan teknologi dalam transportasi. (9)
Lingkungan yang dapat menyebabkan sakit dapat dikategorikan dalam berbagai cara, misalnya
media pembawa bahaya, faktor resiko individu.
1. Media yang membawa bahaya meliputi:
air yang digunakan untuk minum, kegiatan rekreasi atau kegiatan pertanian

(seperti irigasi);
makanan;
lingkungan khusus yang berpotensi membawa bahaya, seperti lingkungan
pertanian,sumber daya air, atau lahan basah;

Udara indoor dan outdoor

2. Faktor risiko individu meliputi:


bahan kimia;
kebisingan;
radiasi (pengion, UV, elektromagnetik)
3. Faktor risiko individu ini dapat dibagi lagi menjadi orang-orang di lingkungan kerja, atau
di lingkungan umum (lingkungan yaitu non-kerja). Banyak faktor media yang membawa
bahaya dan faktor resiko individu yang tumpang tindih.
4.

Faktor-faktor risiko juga ada dalam jenis bahaya yang berbeda termasuk:
Bahaya Kimia
Bahaya Mikroorganisme
Bahaya Fisik
Kecelakaan
Vektor

Efek paparan lingkungan terhadap kesehatan tergantung dari pengaturan sosial di mana paparan
terjadi dan pada perilaku individu. Faktor risiko perilaku erat kaitannya dengan faktor risiko fisik
(misalnya kebersihan berkaitan dengan sanitasi) dan memodifikasi dampak kesehatan faktor
risiko fisik. Memang, kontribusi spesifik faktor risiko perilaku dan fisik yang terkait kadangkadang tidak dapat dengan mudah dipisahkan, seperti misalnya dalam faktor risiko "air, sanitasi
dan kebersihan". (9)
Tujuan utama dari EBD adalah untuk memberi informasi dalam mengambil kebijakan, menilai
faktor risiko yang paling relevan terhadap kebijakan yang akan diambil. Representasi dari faktor
risiko yang mempengaruhi pilihan kebijakan, seperti pengambilan kebijakan energi, kebijakan
transportasi, atau kebijakan pengurangan emisi dimana bukti umumnya disusun di sekitar media

dan agen (misalnya kualitas udara, makanan), dan penilaian Penyakit Beban Lingkungan (EBD)
fokus pada kategori ini karena data dapat diakses. (9)

V.

Hubungan Antara EBD, HDI, DPSEEA dalam konteks HIA

Dalam pelaksanaan HIA, terdapat langkah-langkah screening, scoping, addressing risk and
benefit, developing recommendation, reporting dan montoring and evaluation. Keenam langkah
tersebut tidak harus selalu dilakukan dalam langkah-langkah tersendiri yang berurutan. Langkahlangkah dalam HIA tersebut, bisa saja dilakukan secara simultan melalui kerangka kerja
DPSEEA.

Peran EBD dalam HIA adalah sebagai parameter penilaian untuk mendapatkan data dasar
terhadap kondisi kesehatan manusia dan lingkungan sebelum dilakukan suatu proyek,
pengambilan kebijakan atau pelaksanaan suatu rencana. Hasil penilaian parameter tersebut
kemudian digunakan sebagai hulu dari kerangka kerja DPSEEA.

HDI dibutuhkan jika sebagai data dasar yang akan diambil untuk masuk ke dalam kerangka
DPSEEA, merupakan Healths Area of Concern (HAOC). HAOC sendiri merupakan parameter
kombinasi antara HDI dengan EBD.

DAFTAR PUSTAKA

1. Health Impact Assessment. Available at http://www.cdc.gov/healthyplaces/hia.htm .


Accessed on April 8, 2015
2. Health Impact Assessment. Available at http://www.who.int/hia/en/ . Accessed on April 8,
2015
3. Metcalfe O, Higgins C, Lavin T. Health Impact Assessment Guidance. 2009. Institute of
Public Health in Ireland. Available at http://www.publichealth.ie/files/file/IPH
%20HIA.pdf
4. Waheed, B. (2011). Quantitative assessment of sustainability using linkage-based
frameworks: A case study of universities
5. Carlos F. Corvaln, Tord Kjellstrm, Kirk R. Smith. (1999). Health, environment and
sustainable development. Identifying links and indicators to promote action.
Epidemiology 10(5)
6. Liu, H., Bartonova, A., Pascal, M., Smolders, R., Skjetne, E., & Dusinska, M. (2012).
Approaches to integrated monitoring for environmental health impact assessment.
Environmental Health, 11, 88.
7. Mindell, J., Ison, E., & Joffe, M. (2003). A glossary for health impact assessment.
Journal of Epidemiology and Community Health, 57(9), 647-51.
8. Onel, N., & Mukherjee, A. (2014). The effects of national culture and human
development on environmental health. Environment, Development and Sustainability,
16(1), 79-101.
9. Prs-stn A, et al. Introduction and methods: assessing the environmental burden of
disease at national and local levels. Geneva, World Health Organization, 2003. Available
at http://www.who.int/quantifying_ehimpacts/publications/en/9241546204.pdf?
ua=1%20-%20page=19 . Accessed on April 9, 2015

Anda mungkin juga menyukai