Andreson (Mulyasa: 2004) membedakan perencanaan dalam dua kategori yaitu perencanaan
jangka panjang dan perencanaan jangka pendek. Perencanaan jangka panjang yang disebut
dengan unit plans, merupakan perencanaan yang bersifat komperhensif dimana dapat
dilihat aktivitas yang direncanakan guru selama satu semester. Perencanaan umum ini
memerlukan uraian yang lebih rinci dalam perencanaan jangka pendek yang disebut dengan
perencanaan jangka pendek yang disebut perencanaan pembelajaran , guru dapat
memodifikasi perencanaan umum yang telah dibuatnya disesuaikan dengan kondisi kelas dan
karakteristik siswa.
Perencanaan unit dimulai dengan pertimbangan isi (content) yang telah ditetapkan dalam
kurikulum nasional yang berlaku. Selanjutnya prioritas utama yang harus dipertimbangkan
dalam tahap ini adalah informasi yang telah diidentifikasi seperti jumlah siswa, materi yang
akan disampaikan, pendekatan pembelajaran , dan kemungkinan sumber belajar.
Bentuk-bentuk perencanaan lain dikemukakan oleh lorin dari Savage dan Amstrong
(1996:124) menurut mereka.
guru-guru akan menggunakan perencanaan jangka panjang dan jangka pendek. Perencanaan
jangka panjang disebut unit plane yang berisi garis besar (out lines) mengenai apa-apa
yang dikerjakanselama satu tahun pembelajaran. Perencanaan unit ini selanjutnya dijabarkan
menjadi bagian-bagian rencana yang lebih kecil yaitu antara 2-4 minggu pembelajaran.
Dengan demikian out lines berisi garis besar apa yang akan dikerjakan oleh guru dan siswa
selama proses belajar, bagi guru yang kurang pengalaman pada umumnya memerlukan
perencanaan yang lebih rinci dibandingkan dengan guru yang sudah berpengalaman.
Berdasarkan seluruh uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan itu terbagi
dalam dua bentuk, yaitu perencanaan jangka panjang dan jangka pendek.
C. Pengembangan Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rangkaian yang saling berhubungan
dan saling menunjang antara berbagai unsur atau komponen yang ada dalam pembelajaran
atau dengan pengertian lain yaitu suatu proses, mengatur, mengkoordinasikan, dan
mentapkan unsur-unsur komponen pembelajaran. Unsur dan kompenen yang dimaksud
adalah tujuan, bahan ajar/materi, strategi atau metode, dan penilaian atau evaluasi.
1. Tujuan Pembelajaran / Kompetensi
Tujuan pembelajaran adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran,yaitu
adanya perilaku siswa kearah yang lebih positif, baik segi pengetahuannya, sikapnya, ataupun
keterampilannya. Tujuan ini menjadi penting sebab akan menentukan arah dari proses belajar
mengajar. Tujuan akan mewarnai semua komponen pembelajaran.
Dilihat dari segi operasionalnya, tujuan pembelajaran berisi rumusan pernyataan mengenai
kemampuan atau kualifikasi tingkah laku yang diharapkan dimiliki/dikuasai siswa setelah ia
mengikuti proses pembelajaran. Tujuan ini dibedakan menjadi tujuan pembelajaran umum
dan tujuan pembelajaran khusus . Tujuan pembelajaran umum disusun dirumuskan oleh tim
pengembang kurikulum pusat, sedangkan tujuan pembelajaran khusus perumusannya
diserahkan kepada guru yang melakukan proses permbelajaran di sekolah.
Mengingat tujuan khusus ini dibuat oleh guru, maka sebagai guru perlu memperhatikan tiga
hal pokok :
Harus memahami tipe hasil belajar, sebab tujuan tersebut pada hakikatnya merupakan
hasil belajar yang ingin dicapai.
Harus memahami cara merumuskan tujuan pembelajaran sampai tujuan tersebut jelas
isinya dan dapat dicapai oleh siswa setiap proses pembelajaran terakhir.
2. Materi Pembelajaran
Menurut Syaidoh dan ibrahim (2003), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menetapkan materi pembelajaran antara lain :
a. Materi pembelajaran hendaknya sesuai dengan atau menunjang tercapainya tujuan
intruksional.
b. Materi pembelajaran hendaknya sesuai dengan pendidikan atau perkembangan siswa pada
umumnya.
c. Materi pembelajaran hendaknya terorganisasi secara sistematik dan kesinambungan.
d. Materi pembelajaran mencakup hal-hal yang bersifat faktual maupun konseptual.
3. Kegiatan Belajar Mengajar
a. Dalam pembelajaran yang harus diprioritaskan adalah aktivitas siswa. Komponen ini
cenderung pada proses belajar mengajar yang memadukan antara materi yang dipelajari
dengan cara untuk mempelajarinya. Kegiatan belajar harus dilaksanakan secara sistematis,
efektif, dan efisien serta berorientasi pada tujuan pembelajaran.
b. Kegiatan belajar harus sesuai pada pembelajaran khusus (TPK), contoh alternatif rumusan
kegiatannya adalah:
Kegiatan belajar harus efektif dan efesien. Artinya, kegiatan belajar yang akan
dilaksanakan harus mengutamakan ketepatan kegiatan untuk mencapai tujuan dan
dapat dilaksanakan dengan waktu yang relative singkat serta biaya, tenaga, dan
fasilitas yang relative kecil.
Kegiatan belajar harus fleksibel. Artinya, kegiatan belajar tidak bersifat kaku harus
tetap sesuai dengan rencana, akan tetapi dapat dikembangkan sesuai kondisi yang
ada.
Kegiatan belajar harus sesuai dengan kemampuan siswa. Misalnya, apabila dalam
kegiatan belajar akan dilaksanakan kegiatan observasi, maka siswa harus sudah
memiliki kemampuan dalam teknik observasi serta cara melaporkan hasil observasi
atau kegiatan lainnya.
Kegiatan belajar harus sesuai dengan alat atau fasilitas yang tersedia dalam
pembelajaran. Kegiatan belajar yang dilaksanakan perlu mempertimbangkan alat atau
fasilitas pendukung yang dimiliki oleh sekolah.
Kegiatan belajar harus disesuaikan dengan waktu yang tersedia (alokasi dalam
kurikulum). Kriteria ini tidak berbeda dengan kriteria efisiensi.
4. Evaluasi
Evaluasi belajar yang harus dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran, meliputi evaluasi awal
pembelajaran, evaluasi proses pembelajaran, dan evaluasi akhir pembelajaran.
Evaluasi awal pembelajaran diperlukan untuk mengetahui kemampuan awal (entry behavior)
siswa.
Evaluasi proses ditunjukan untuk mengatuhi kemampuan siswa dalam perbuatan atau
tindakan secara proses. Adapun evaluasi akhir dilakukan untuk mengetahui sampai dimana
tingkat kemampuan siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Evaluasi juga berfungsi untuk dasar diagnosis belajar siswa yang dilanjutkan dengan
bimbingn atau diberikan poengayaan atau perbaikan.
Evaluasi dalam perencanaan pembelajaran harus jelas tentang :
a. Tujuan evaluasi.
b. Tekhnik evaluasi yang digunakan.
c. Bentuk dan jenis evaluasi yang digunakan.
d. Alat evaluasi dan kunci jawaban.
Kriteria evaluasi dalam perencanaan pembelajaran adalah sebagai berikut :
1) Evaluasi harus terorientasi pada tujuan pembelajaran.
2) Evaluasi harus berdasarkan pada pengembangan kegiatan belajar mengajar.
3) Evaluasi harus memperhatikan waktu yang tersedia.
4) Evaluasi harus memungkinkan ada kegiatan tindak lanjut.
5) Evaluasi harus memberikan umpan balik bagi siswa.
6) Evaluasi harus berdasarkan pada bahasan atau materi.
Dalam program pembelajaran di sekolah, seperti berkenaan dengan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), guru dituntut menyusun program untuk jangka waktu yang cukup
panjang yang disebut silabus dan progam untuk jangka waktu yang pendek disebut dengan
RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).
Makalah | Adapun yang akan di bahas pada kesempatan kali ini adalah Pengertian
Perencanaan Pembelajaran, Bentuk-Bentuk Perencanaan Pembelajaran, Pengembangan
Perencanaan Pembelajaran
Kerangka acuan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Mekanika klasik
Sejarah
Garis waktu
Cabang[tampilkan]
Dasar[sembunyikan]
Percepatan
Momentum sudut
Pasangan
Asas D'Alembert
Energi
potensial
Gaya
Kerangka acuan
kinetik
Impuls
Massa
Daya mekanik
Kerja mekanik
Momen
Momentum
Ruang
Kecepatan
Waktu
Torsi
Kelajuan
Kerja virtual
Rumus[tampilkan]
Topik inti[tampilkan]
Rotasi[tampilkan]
Ilmuwan[tampilkan]
Kerangka acuan adalah suatu perspektif dari mana suatu sistem diamati. Dalam bidang
fisika, suatu kerangka acuan memberikan suatu pusat koordinat relatif terhadap seorang
pengamat yang dapat mengukur gerakan dan posisi semua titik yang terdapat dalam sistem,
termasuk orientasi objek di dalamnya.
Daftar isi
1 Jenis
o
2.1.1 Kasus 1
2.1.2 Kasus 2
2.1.3 Kasus 3
2.1.4 Kasus 4
2.1.5 Kasus 5
2.1.6 Kasus 6
4 Referensi
Jenis
Terdapat dua jenis kerangka acuan, yaitu: kerangka acuan inersia dan non-inersia. Jenis yang
pertama adalah jenis kerangka acuan yang telah diisyaratkan oleh prinsip relativitas
Newtonian [1].
Kerangka acuan inersia
Suatu kerangka acuan inersia bertranslasi dengan suatu kecepatan konstan, yang berarti
kerangka acuan itu tidak berotasi (hanya bertranslasi) dan pusat koordinatnya bergerak
dengan kecepatan konstan di sepanjang sebuah garis lurus (dengan kecepatan tetap, tanpa
adanya komponen percepatan). Dalam kerangka acuan inersia, berlaku hukum pertama
Newton (inersia) dan juga hukum gerak Newton.
Beberapa cara untuk mendeskripsikan secara singkat suatu kerangka acuan inersial. Suatu
kerangka acuan inersial adalah suatu kerangka acuan yang [2];
Suatu kerangka acuan non-inersia, sebagai contoh mobil yang bergerak melingkar, atau
komidi putar yang sedang berputar, berakselerasi atau/dan berputar. Hukum pertama Newton
tidak berlaku dalam kerangka acuan non-inersial, yang terlihat dengan adanya percepatan
pada objek tanpa adanya gaya yang menyebabkannya dalam kerangka acuan tersebut.
Kecepatan konstan saja tidak cukup untuk membuat suatu kerangka acuan menjadi kerangka
acuan inersia, ia juga harus bergerak dalam garis lurus. Gerak berputar atau melengkung akan
menyebabkan kerangka acuan tidak lagi menjadi inersia dikarenakan munculnya percepatan
sentripetal.
Beberapa cara singkat untuk mendeskripsikan kerangka acuan non-inersia, yaitu, suatu
kerangka acuan non-inersia adalah suatu kerangka acuan yang;[3]:
dipercepat.
di mana muncul gaya-gaya fiktif agar hukum gerak Newton tetap berlaku.
Secara umum apabila suatu kerangka acuan inersia telah dipilih, maka diharapkan bahwa
pengamatan yang dilakukan langsung pada objek pengamatan itu atau hanya dari kerangka
acuan relatif yang dipilih akan memberikan hasil pengamatan yang sama. Jika tidak, berarti
ada yang salah dalam proses pemilihan kerangka atau dikatakan bahwa kerangka acuan tidak
inersial.
Kerangka acuan yang diam
Sebagai ilustrasi di bawah ini diambil kasus sebuah benda dijatuhkan tanpa kecepatan awal
(gerak jatuh bebas) dari atas sebuah gedung [4]. Dimisalkan terdapat kemungkinan tiga pilihan
titik (di atas gedung, di tengah dan di bawah) dan dua arah (ke atas dan ke bawah) untuk
menentukan kerangka acuan inersial. Di sini diambil kasus khusus, yaitu antara koordinat
semesta dan koordinat pengamat tidak saling bergerak satu sama lain (kecepatan konstan =
0).
Catatan:
: posisi awal.
: posisi akhir.
: percepatan.
: jarak akhir, jarak yang diperlukan benda untuk sampai ke lantai gedung
dihitung dari posisi mula-mula ia dilepaskan.
Kasus 1
Gamba
r
Posisi
pengamat
di atas
Arah y+
Persamaan
gerak
Jarak/wakt
u
tempuh
ke atas
Kasus 2
Gamba
r
Posisi
pengamat
di atas
Arah y+
Persamaan
gerak
Jarak/wakt
u
tempuh
ke bawah
Kasus 3
Gamba
r
Posisi
pengamat
di tengah
Arah y+
ke atas
Persamaan
gerak
Jarak/wakt
u
tempuh
Kasus 4
Gamba
r
Posisi
pengamat
di tengah
Arah y+
Persamaan
gerak
Jarak/wakt
u
tempuh
ke bawah
Kasus 5
Gamba
r
Posisi
pengamat
di bawah
Arah y+
Persamaan
gerak
Jarak/wakt
u
tempuh
ke atas
Kasus 6
Gamba
r
Posisi
pengamat
di bawah
Arah y+
Persamaan
gerak
Jarak/wakt
u
tempuh
ke bawah
Ilustrasi dalam contoh ini adalah seorang pengamat sedang berada di atas sebuah bus yang
bergerak lurus beraturan () terhadap pengamat lain yang diam di suatu tempat. Sebuah objek
di-jatuhbebas-kan di atas bis. Kedua pengamat harus mengukur jarak tempuh dan waktu
tempuh yang sama (dari posisi awal dijatuhkan sampai mencapai atap bis) karena kedua
pengamat dilihat dari yang lainnya berada pada kerangka acuan inersial.
Ilustrasi kerangka acuan non-inersial
Contoh sederhana kerangka acuan non-inersial adalah apabila suatu kerangka acuan bergerak
lurus dipercepat atau bergerak melingkar (rotasi).
Pegas dalam lift
Suatu contoh sederhana kerangka acuan non-inersia adalah kerangka acuan yang diletakkan
dalam suatu lift dipercepat (baik ke atas maupun ke bawah) [5].
Suatu benda dan pegas diletakkan di dalam lift untuk membuktikan hal tersebut. Pengamat
adalah pengamat dalam lift yang tidak bergerak terhadap objek berupa suatu massa dan
pegas, sedangkan pengamat adalah pengamat yang diam terhadap tanah.
Bila lift merupakan suatu kerangka acuan inersial () maka panjang pegas adalah sama seperti
panjang pegas mula-mula.
Akan tetapi bila lift dipercepat maka panjang pegas akan berubah. Pengamat akan
menyaksikan suatu gaya fiktif bekerja pada pegas yang menyebabkan panjangnya berubah,
padahal tidak ada gaya yang dikenakan padanya. Lain halnya dengan pengamat yang dengan
jelas melihat mengapa pegas dapat berubah panjangnya. Hal ini dikarenakan lift yang
bergerak dipercepat memberikan gaya normal kepada pegas sehingga panjangnya berubah.
Gerak melingkar
Gerak melingkar merupakan contoh sederhana lain dari suatu tempat di mana peletakan suatu
kerangka acuan padanya akan menyebabkan kerangka acuan menjadi non-inersia [6], walapun
gerak melingkar yang dimaksud memiliki kecepatan putar tetap (gerak melingkar beraturan).
Kecepatan putaran tetap adalah kecepatan linier yang diubah selalu arahnya setiap saat
(dipercepat) dengan teratur, jadi pada dasarnya adalah suatu gerak berubah beraturan.
Dalam gerak melingkar baik yang vertikal, horisontal maupun di antaranya, terdapat
perbedaan pengamatan antara pengamat yang diam di atas tanah dengan pengamat yang
bergerak bersama objek yang diamati , Pengamat dengan jelas melihat adanya gaya tarik
menuju pusat yang selalu mengubah arah gerak objek sehingga bergerak melingkar (tanpa
adanya gaya ini objek akan terlempar keluar, hukum inersia Newton), akan tetapi tidak
menyadari hal ini. tidak mengerti mengapa ia tidak jatuh (meluncur) padahal ia membuat
sudut dengan arah vertikal. Dalam kasus ini timbul gaya fiktif yang seakan-akan menahan
pengamat sehingga tidak jatuh.