Laporan Praktikum Farmakognosi
Laporan Praktikum Farmakognosi
Disusun oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Muhammad ridlo
Aini zuhriah
Miftakhul jannah
Sugi hartono
Ahcmad subhan z.
Dhea chita rizka
(132210101038)
(132210101048)
(132210101054)
(132210101062)
(132210101088)
(132210101102)
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas
perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu
fase diam (stationary) dan fase bergerak (mobile). Fase diam dapat berupa zat
padat atau zat cair, sedangkan fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas.
Dalam farmakognosi ini, yang menjadi pembelajaran utama adalah bahan
alam yaitu tumbuhan. Tumbuhan memiliki banyak kandungan senyawa yang
dapat dimanfaatkan sebagai obat. Bahan alam kemudian dapat diolah menjadi
suatu senyawa yang dapat memberikan manfaat melalui zat-zat atau
kandungan kimia yang ada di dalamnya. Bahwa simplisia sebagai bahan
dengan kandungan kimia yang bertanggungjawab terhadap respons biologis
untuk mempunyai spesifikasi kimia, yaitu informasi komposisi (jenis dan
kadar) senyawa kandungan.(Anonim,2000)
Pada makalah kali ini, kami akan membahas tentang hasil praktikum uji
histokimia dan KLT terhadap Phillanthi Herba. Dimana dari hasil uji tersebut
dapat diketahui kandugan apa saja yang terdapat pada Phillanthi herba. Uji
seperti ini sangat bermanfaat, karena dengan melakukan pengujian terhadap
suatu simplisia kita dapat menentukan kandungan kimia apa saja yang terdapat
pada simplisia tersebut sehingga memudahkan kita dalam membuat sauatu
sediaan yang sesuai dengan keinginan. Uji kandungan ini juga berguna agar
sediaan yang terbuat dari suatu simplisia dapat memberi efek terapi yang
optimum sesuai dengan kandungan kimia pada simplisia tersebut.
1.2.
-
Tujuan
Mahasiswa dapat mengidentifikasi fragmen-fragmen spesifik serbuk
herba
Mahasiswa dapat mengidentifikasi serbuk herba dengan penambahan
reagen kimia.
Mahasiswa mampu menganalisis senyawa identitas serbuk herba dengan
metode KLT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kromatografi Lapis Tipis
Istilah kromatografi berasal dari bahasa Latin chroma berarti warna
dangraphien berarti menulis.Kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh
Michael Tswest (1903) seorang ahli botani dari Rusia. Michael Tswest dalam
percobaannya ia berhasil memisahkan klorofil dan pigmen-pigmen warna lain
dalam ekstrak tumbuhan dengan menggunakan serbuk kalsium karbonat (CaCO3)
yang diisikan ke dalam kaca dan petroleum eter sebagai pelarut. Proses pemisahan
itu diawali dengan menempatkan larutan cuplikan pada permukaan atas kalsium
karbonat (CaCO3), kemudian dialirkan pelarut petroleum eter. Hasilnya berupa
diantaranya
Phyllanthus
urinaria,Phyllanthus
niruri
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.
Universitas Jember
: Senin, 22 September 2014
selesai
3.2.
KOH 5%
Amonia 25%
FeC
NaOH 5%
Sinar UV 366 nm
Neraca analitik
Penggaris
Corong kaca
Pensil
Pipet ukur
Chamber
Ball filler
Mikropipet
Kloroform
Kertas saring
Air
Labu ukur
Sitroborat
Botol timbang
Kuersetin
Phyllanthi Herba
Aluminiuma klorida
Methanol
3.3.
Cara Kerja
3.3.1. Uji Histokimia
3.1.1.
Uji KLT
Hitung Rf
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Uji
Histokimia
4.1.1. Hasil
Reagen
H2SO4 P
NaOH 5%
KOH 5%
Amonia 25%
FeCl3
ditetesi beberapa asam sulfat. Diaduk dan ternyata setelah diamati terjadi perubahan
warna kuning kecoklatan. Hal ini tidak sesuai dengan literatur. Dalam literatur
disebutkan bahwa akan terjadi perubahan warna hijau apabila ditambah asam sulfat
pekat.
triterpen dan steroid. Jadi berdasarkan hasil percobaan, Phyllanti herba tidak
mengandung triterpen dan steroid.
Reagen NaOH 5%
ditetesi beberapa NaOH 5%. Diaduk dan ternyata menghasilkan coklat. Hal ini sesuai
dengan literatur bahwa akan terjadi perubahan warna coklat apabila ditambah NaOH
5%.
Reagen KOH 5%
Pada awalnya, 2 mg Phyllanti herba ditaruh di plat tetes kemudian
ditetesi beberapa KOH 5%. Diaduk dan ternyata menghasilkan warna coklat. Hal ini
sesuai dengan literatur bahwa akan terjadi perubahan warna coklat apabila ditambah
KOH 5%.
4.1.1.4.
Reagen Ammonia 25 %
ditetesi beberapa ammonia 25%. Diaduk dan ternyata menghasilkan warna coklat. Hal
ini sesuai dengan literatur bahwa akan terjadi perubahan warna coklat apabila ditambah
amonia 25%.
adanya alkaloid. Jadi Phyllanti herba positif mengandung alkaloid dan kumarin.
Pada umumnya alkaloid menccakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau
lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari sistem siklik.
Alkaloid seringkali beracun bagi manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan
fisiologi
yang
menonjol
yang
digunakan
secara
luas
dalam
bidang
gugus rantai samping. Banyak sekali alkoloid yang khas pada suatu suku tumbuhan
atau beberapa tumbuhan sekerabat. Jadi nama alkoloid sering kali diturunkan dari
sumber tumbuhan penhasilnya, misalnya alkoloid Atropa atau alkoloid tropana, dan
sebagainya.(Harbrone.J.B,1987)
bismusubnitrat dalam 2 ml HCl pekat dan 10 ml air ; (2) 6 g Kalium iodide dalam 10
ml air. Larutan persediaan ini dicampur dengan 7 ml HCl pekat dan 15 ml air. Untuk
menyemprot kertas dengan pereaksi iodoplatinat, 10 ml larutan platina klorida 5%
dicampur dengan 240 ml Kalium iodide 2% dan diencerkan dengan air sampai 500 ml.
untuk menyemprot pelat, campurkan 10 ml platina klorida 5%, 5 ml HCl pekat, dan 240
ml Kalium iodide 2% (Teyler.V.E,1988)
C. Klasifikasi alkaloid
alkaloid sebagai kelompok senyawa, tidak diperoleh definisi tunggal tentang alkaloid.
Sistem klasifikasi yang diterima, menurut Hegnauer, alkaloid dikelompokkan sebagai:
1. Alkaloid Sesungguhnya
aktivitas phisiologi yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa; lazim mengandung
Nitrogen dalam cincin heterosiklik ; diturunkan dari asam amino ; biasanya terdapat
aturan tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan
tidak memiliki cincin heterosiklik dan alkaloid quartener, yang bersifat agak asam
daripada bersifat basa.
2. Protoalkaloid
dan asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloid diperoleh
berdasarkan biosintesis dari asam amino yang bersifat basa. Pengertian amin biologis
sering digunakan untuk kelompok ini. Contoh, adalah meskalin, ephedin dan N,Ndimetiltriptamin.
3. Pseudoalkaloid
biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloid yang penting dalam khas ini, yaitu alkaloid
steroidal (contoh: konessin dan purin (kaffein).(Teyler.V.E,1988)
4.1.1.5.
Reagen FeCl2 5%
ditetesi beberapa FeCl2 5%. Diaduk dan ternyata menghasilkan warna hijau kebiruan.
Hal ini sesuai dengan literatur bahwa akan terjadi perubahan warna hijau kebiruan
apabila ditambah FeCl3 5%.
Reagen FeCl3 ini berfungsi untuk mendeteksi adanya tanin. Jadi
terdapat
luas
dalam
tumbuhan
berpembuluh,
dalam
angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasanya, tanin dapat
bereaksi dengan protein membentuk kepolumer mantap yang tidak larut dalam air.
Dalam industri, tanin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mampu
mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai karena kemampuanya
menyambung silang protein.
4.2.
4.2.1. Hasil
Standar
Analit
Kelompok
4.2.2. Pembahasan
Kromatografi merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi
kertas dan elektroforesis. Meskipun demikian, kromatografi planar ini dapat dikatakan
sebagai bentuk terbuka dari kromatografi kolom. Fase gerak yang dikenal sebagai
pelarut pengembang akan bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada
pengembangan secara menaik (ascending) atau karena pengaruh gravitasi pada
pengembanngan secara menurun (descending) (Rohman, 2007).
Fase diam yang digunakan dalam percobaan ini adalah gel silica yang
memiliki mekanisme sorpsi adsorbsi. Gel silica dapat digunakan pada senyawasenyawa yang mengandungasam amino, hidrokarbon, vitamin, dan alkaloid.
Kebanyakan fase diam dikontrol keajegan ukuran partikel dan luas permukaannya
Eluen adalah fase gerak yang berperan penting pada proses elusi bagi larutan
umpan (feed) untuk melewati fase diam (adsorbent). Interaksi antara adsorbent dengan
eluen sangat menentukan terjadinya pemisahan komponen. Eluen dapat digolongkan
menurut ukuran kekuatan teradsorbsinya pelarut atau campuran pelarut tersebut pada
adsorben dan dalam hal ini yang banyak digunakan adalah jenis adsorben alumina atau
sebuah lapis tipis silica. Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir
pelarut yang relatif tak polar dari ikatannya dengan alumina. Fase gerak yang
digunakan pada pratikum kali ini adalah Kloroform : Metanol : Air dengan
perbandingan 8,5 : 1,3 : 0,2
Sistem fase gerak KLT yang paling sederhana ialah campuran dua pelarut
organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian
rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal. Fase gerak harus mempunyai
kemurnian yang sangat tinggi karena KLT merupakan teknik yang sangat sensitif. Daya
elusinya pun harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf terletak antara 0,2-0,8
untuk memaksimalkan pemisahan (Rohman, 2007).
Dari hasil praktikum ini, jarak analit ke larutan standar ialah 1,8 cm sehingga
diperoleh nilai Rf analit sebesar 0,23. Sedangkan nilai Rf standar 0, 59. Hal ini sangat
jauh berbeda jika dibandingkan dengan literatur yang mengatakan bahwa nilai Rf
simplisia guazumae adalah 0,3 dihitung sebagai kuersetin.
Perolehan nilai Rf yang berbeda jauh mungkin disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya :
1. Suhu ruangan
2. Penyemprotan penampak noda yakni sitroborat. Mengingat pada saat
praktikum alat penyemprot mengalami sedkit gangguan sehingga mungkin
saja mempengaruhi jumlah sitroborat yang disemprotkan ke lempeng klt.
3. Ketidaktelitian saat pengenceran.
4. Penotolan yang kurang tepat
5. Proses homogenisasi yang kurang
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil praktikum uji histokimia pada sampel simplisia tersebut
termasuk kedalam simplisia Phyllanthi Herba
2. Berdasarkan hasil uji KLT dari sampel nilai Rf nya adalah
B. SARAN
1. Dalam melakukan pengenceran sampel harus dilakukan dengan hati-hati karena
dapat mempengaruhi hasil nilai Rf nya, karena noda yang ditimbulkan tidak sesuai
dengan persyaratan yang ditentukan
2. Dalam praktikum harus memperhatikan titik kritis, dimana titik itu sangat
berpengaruh terhadap hasil uji sampel yang ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1978. Materia Medika Indonesia Jilid II. Jakarta : Departemen Kesahatan
Republik (Hal 44-45)
Anonim, 1989, Materia Medika Indonesia Jilid V-VI. Jakarta : Departemen kesehatan
Republik Indonesia