Anda di halaman 1dari 15

Nama : Nur Ariana Dwi N.

Kelas : PPAK REGULER I


NIM

:160020113111009

Peran Akuntan dalam Mewujudkan Prinsip Good Corporate Governance Pada


Organisasi di Indonesia
(Tinjauan Perspektif Teori Keagenan)

PENDAHULUAN
Semakin berkembanganya era demokrasi dan birokrasi maka semakin banyak tuntutan
publik dalam hal transparansi dan akuntabilitas sebuah organisasi. Akuntabilitas dan transparansi
merupakan perwujudan praktik tata kelola yang baik atau good corporate governance. Hal ini
bertujuan untuk menumbuhkan rasa percaya dari investor kepada organisasi. Namun, banyaknya
perusahaan besar yang memiliki kegagalan dan skandal tata kelola perusahaan mengakibatkan
hilangnya kepercayaan investor di pasar keuangan dan jatuhnya nilai pasar (Aryanti, 2012).
Tidak dapat kita pungkiri bahwa selama 10 tahun terakhir istilah Good Corporate
Governance (GCG) menjadi isu yang paling hangat terutama di Indonesia. Hal ini di awali
karena keterpurukan ekonomi Indonesia akibat krisis ekonomi pada tahun 1997-1998 yang
dipandang sebagai akibat dari lemahnya praktik Good Corporate Governance (GCG) di negara
Indonesia. Disamping itu, banyaknya kasus pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan emiten
di pasar modal yang ditangani oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) menunjukkan
rendahnya mutu praktik GCG di Negara Indonesia (Arifin, 2005). Perhatian corporate
governance terutama di Indoensia juga dipicu oleh skandal di antaranya yaitu insider trading
insider trading yang terjadi di PT. BCA dan terungkapnya mark-up laporan keuangan PT. Kimia
Farma yang overstated.
Skandal-skandal yang terjadi di perusahaan tersebut terjadi dikarenakan praktek
kecurangan dari manajemen yang berlangsung tanpa terdeteksi dalam waktu yang cukup lama
dan lemahnya tata kelola perusahaan. Tata kelola sangatlah penting karena dalam perusahaan
besar di perekonomian modern berhubungan dengan banyak pihak yang menyediakan modal
(shareholders) dan pihak yang mengatur sumber daya (manajemen) (Aryanti, 2012).
Perkembangan tata kelola perusahaan berangkat dari teori keagenan (agency theory) yang
dikembangkan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976 yang mengawali timbulnya Good

Nama : Nur Ariana Dwi N.


Kelas : PPAK REGULER I
NIM :160020113111009
Corporate Governance. Konsep GCG ini mempunyai maksud agar tata kelola sebuah organisasi
lebih baik, transparansi dan akuntabilitas.. Hal ini mendorong pemerintah Indonesia untuk
bersungguh-sungguh menyelesaikan masalah tata kelola perusahaan di Indonesia.
Untuk itu, dibentuklah Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG)
pada tahun 1999 melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan
Industri, namun tahun 2004, KNKCG diubah menjadi Komite Nasional Kebijakan Governance
(KNKG) dengan pertimbangan untuk memperluas cakupan ke tata kelola sektor publik (public
governanceyang telah menerbitkan Pedoman Nasional Good Corporate Governance (Pedoman
Nasional GCG) pertama kali pada tahun 1999, yang kemudian direvisi pada tahun 2001 dan
2006 (Otoritas Jasa Keuangan, 2014). Selain itu, pentingnya governance ini banyak muncul
dalam UU seperti UU no. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU No. 19 tahun 2003
tentang BUMN (Aryanti, 2012).
Walaupun sudah ada regulasi yang mengatur agar organisasi menerapkan Good
Corporate Governance dalam organisasi, namun pelaksanaan GCG ini dalam kenyataan
menemui banyak kendala, dinatranya adanya oenyelewengan-penyelewengan terutama dalam hal
pengelolaan keuangan. Hal ini tidak akan terjadi apabila kontrol dalam perusahaan tersebut
efektif, dalam hal ini perusahaan perlu penerapan Sistem Pengendalian Internal (SPI) (Astuti,
2010). Pihak yang dianggap berperan dalam penegakan SPI ini adalan seorang akuntan.
Akuntan adalah salah satu profesi yang terlibat dalam pengelolaan organisasi.
keterlibatan akuntan mencakup salah satu bagian dari manajemen untuk melaksanakan fungsi
sebagai penyedia informasi keuangan organanisasi (Ichsan, 2014). Profesi akuntan merupakan
elemen utama dari GCG sehingga penegakkan GCG tidak bisa berjalan tanpa keterlibatan profesi
akuntan (Saputro, 2010). Hal ini juga didukung dengan etika yang dimiliki oleh seorang akuntan
yang berkecimpung langsung dala organisasi tersebut. Seorang akuntan yang memiliki etika dan
integritas yang baik, akan mendukung dan mendorog terwujudnya GCG dalam organisasi
tersebut. Oleh karena itu, peran akuntan sangatlah penting, dari segi kemampuan dan juga dari
segi etika dan integritas yang mereka miliki.

Nama : Nur Ariana Dwi N.


Kelas : PPAK REGULER I
NIM :160020113111009
PEMBAHASAN
Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan merupakan pendorong yang mengawali timbulnya isu good corporate
governance. Teori keagenan ini dikembangkan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976. Teori
tersebut mendasarkan hubungan kontrak antara principal dan agen. Principal merupakan pihak
yang memiliki sumberdaya dan memberikan mandate kepada agen, sdangkan agen merupakan
pihak yang diberi amanat oleh principal (Ikatan Akuntan Indonesia, 2015). Teori keagenan ini
dapat diaplikasikan dengan wujud dalam kontrak kerjayang mengatur proporsi hak dan
kewajiban masing-masing pihak. Inti dari teori keagenan ini adalah pendesain kontrak yang tepat
untuk menyelaraskan kepentingan principal dana gen dalam hal terjadi konflik kepentingan
(Arifin, 2005).
Dalam jurnal Arifin (2005), teori keagenan menurut Eisenhard (1989) dilandasi oleh 3
(tiga) buah asumsi, yaitu : (a) asumsi tentang sifat manusia; (b) asumsi tentang keorganisasian;
dan (c) asumsi tentang informasi. Asumsi tentang sifat manusia menekankan bahwa manusia
memiliki sifat untuk mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas
(bounded rationality), dan tidak menyukai risiko (risk aversion). Asumsi keorganisasian adalah
adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria produktivitas dan adanya
Asymmetric Information (AI) antara prinsip dan agen. Dan asumsi tentang informasi adalah
bahwa informasi dipandang sebagai barang komoditi yang usa diperjualbelikan.
Jensen dan Meckling (1976) dalam Arifin dan Rachmawati (2006) yang dikutip oleh
Aryanti (2012), mengidentifikasi bawha untuk mengurangi kesempatan manajer melakukan
tindakan yang merugikan investor luar, ada du acara yaitu investor luar melakukan pengawasan
(monitoring) dan manajer sendiri melakukan pembatasan atas tindakan (bonding). Kedua
kegiatan tersebut akan mengurangi kesempatan penyimpangan oleh manajer sehingga nilai
perusahaan akan meningkat namun juga akan mengurangi nilai perusahaan karena memunculkan
biaya. Adapun asumsi dan penerapan Teori Keagenan dalam Organisasi adalah sebagai berikut :

Tabel 1

Nama : Nur Ariana Dwi N.


Kelas : PPAK REGULER I
NIM

:160020113111009
Asumsi Dasar dalam Teori Keagenan

Asumsi Manusia
Model Perilaku
Fakta Penerapannya
Akibat yang timbul
Konsekuensi
Pemecahan

Reward
Asumsi informasi
Sumber : Arifin, 2005

Homo Economicus, yang memaksimalkan


utilitasnya
Self serving behavior
Prinsipal dan Agen cenderung menerapkan
tujuan secara kaku (rigid)
Conflict of Interest
Timbul agency cost dalam mengawasi kinerja
manajer dan agen
Sharing rule antara principal dana gen perlu
dibuat
Ekstresnik, yaitu komoditi berwujud dan bisa
dipertukarkan dan memiliki nilai pasar yang
bisa diukur.
Sebagai komditi yang dapat diperjualbelikan

Good Corporate Governance (GCG)


Mengapa diperlukan good corporate governance diperlukan dalam sebuah organisasi?
seperti dijelaskan di atas, bahwa GCG merupakan sebuah aplikasi tata kelola yang baik pada
perusahaan yang menerapkan prinsip akuntabilitas dan transparansi. Dalam kajian Bank Dunia
menunjukkan bahwa keberhasilan Korea Selatan cepat pulij dari krisis karena peningkatan
kualitas praktik corporate governance 1999. Perbaikan yang dilakukan antara lain meliputi
kewajiban untuk pengungkapan laporan keuangan konsolidasi, penggunaan standar akuntansi
yang sesuai dengan IASC, pembentukan Komite Audit pada chaebols dan perusahaan publik, dan
menegakkan hak-hak pemegang saham (Yuhertiana, 2004).
Pada dasarnya perusahaan yang didirikan oleh pemiliknya memiliki tujuan untuk
mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Namun, dalam proses menjalankan perusahaan
dalam memperoleh keuntungan, perusahaan terlibat dengan beberapa pihak yang terkait dengan
perusahaan. Setiap pihak yang terlibat dalam perusahaan memiliki kepentingan masing-masing.
dan adanya self serving behavior pada manajer atau agen memungkinkan mereka mengambil
keputusan dan kebijakan yang kurang bermanfaat bagi perusahaan, hal ini memungkinkan

Nama : Nur Ariana Dwi N.


Kelas : PPAK REGULER I
NIM :160020113111009
timbulnya tata kelola perusahaan yang kurang sehat (Arifin, 2005). Kemudian akan
menimbulkan ketidakseimbangan informasi atau disebut asimetri informasi (asymmetric
informantion) (Ikatan Akuntan Indonesia, 2015).
Akibat adanya informasi yang tidak seimbang (asimetri) ini, dapat menimbulkan 2 (dua)
permasalahan yang disebabkan adanya kesulitan principal untuk memonitor dan melakukan
control terhadap tindakan agen. Jensen dan Meckling (1976) yang dikutip oleh Arifin (2005)
menyatakan permasalahan tersebut adalah :
a) Moral Hazard, yaitu ketika agen tidak melaksanakan hal-hal yang telah disepakati bersama
dalam kontrak kerja.
b) Adverse Selection, yaitu keadaan dimana principal tidak dapat mengetahui apakah suatu
keputusan yang diambil oleh agen benar-benar didasarkan atas informias yang telah
diperoleh atau malah sebuah kelalai tugas.
Oleh karena itu, perusahaan harus mengupayakan keseimbangan untuk mempertahankan
eksistensinya dan bermanfaat bagi seluruh entitas masyarakat (Yuhertiana, 2004).
Ditinjau dari arti kata secara harfiah Good Corporate Governance, maka good adalah
baik, sedangkan Corporate adalah perusahaan governance adalah tata kelola, sehingga secara
sederhana diartikan bahwa Good Corporate Governance sebuah tata kelola perusahaan yang
baik. Coroporate governance merupakan proses dan struktur yang digunakan untuk
mnegarahkan dan mengelola bisnis dan urusan perusahaan dalam rangka meningkatkan
kemakmuran bisnis dan akuntabilitas perusahaan (Yuhertiana, 2004). Hasil dari penerapan GCG
tersebut diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi organisasinya yang ditunjukkan dari
adanya peningkatan kinerja, berhasil ditekannya konflik kepentingan dan harmonisasi pengambil
keputusan berjalan dengan baik (Astuti, 2010).
Secara umum terdapat lima prinsip dasar dari good corporate governance yaitu (Kaihatu,
2006):
1. Transparency (Keterbukaan informasi), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan
relevan mengenai perusahaan.

Nama : Nur Ariana Dwi N.


Kelas : PPAK REGULER I
NIM :160020113111009
2. Accountability (Akuntabilitas),

yaitu

kejelasan

fungsi,

struktur,

sistem,

dan

pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara


efektif.
3. Responsibility (Pertanggungjawaban), yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan
terhadap prinsip korporasi yang sehat serta perUU yang berlaku.
4. Indepedency (Kemandirian), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara
profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manajemen yang
tidak sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
korporasi yang sehat.
5. Fairness (kesetaraan da kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi
hakhak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang
berlaku
GCG merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan, namun dalam penerapan
ataupun pelaksanaan GCG dalam sebuah organisasi tidaklah mudah, banyak sekali hambatanhambatan dalam pelaksanaan GCG tersebut. Oleh karena itu, dalam penerapan GCG
memerlukana tahapan-tahapan agar penerapan GCG dapat berjalan dengan lancar dan
mendapatkan dukungan dari seluruh unsur di dalam perusahaan. Adapun tahapan-tahapan dalam
menerapkan GCG yang digunakan perusahaan yang telah berhasil menerapakn GCG menurut
Chin (2000) dan Shaw (2003) yang dikutip oleh Kaihatu (2006) adalah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Tahap ini terdiri dari 3 (tiga) langkah utama : 1) awareness bulding langkah awal untuk
membangun kesadaran mengenai arti penting GCG; 2) GCG assessment upaya mengukur
dan memetakan kondisi perusahaan dalam penetapan GCG dan guna memastikan titik awal
level penerapan GCG; 3) GCG manual building proses penyusunan pedoman implementasi
GCG dimana mencakup aspek organ-organ perusahaan dan seluruh anggota perusahaan
seperti :
o Kebijakan GCG perusahaan
o Pedoman GCG bagi organ-organ perusahaan
o Pedoman perilaku
o Audit commitee charter
o Kebijakan disclosure dan transparansi
o Kebijakan dan kerangka manajemen resiko

Nama : Nur Ariana Dwi N.


Kelas : PPAK REGULER I
NIM :160020113111009
o Roadmap implementasi
2. Tahap Implementasi
Setelah tahapan persiapan,, perusahaan akan memulai tahap implementasi yang idmana
terdiri dalam 3 (tiga) tahap :
a. Sosialisasi, untuk mengenalkan kepada seluruh pihak yang ada di perusahaan tentang
aspek-aspek yang terkait tentang GCG.
b. Implementasi, penerapan GCG sesuai dengan pedoman GCG yang ada dan berdasarkan
roadmap yang telah disusun. Dimana implementasi ini bersifat top down approach.
c. Internalisasi, mencakup memperkenalkan GCG pada seluruh proses bisnis dan berbagai
peraturan perusahaan. Dengan upaya ini dapat dipastikan bahwa penerapan GCG bukan
sekedar dipermukaan atau sekedar suatu kepatuhan yang bersifat superficial tetapi benarbenar tercermin dalam seluruh aktivitas perusahaan.
3. Tahap Evaluasi
Pada tahap ini organisasi harus melakukannya secara teratur dari waktu ke waktu untuk
mengukur sejauh mana efektivitas penerapan GCG telah dilakukan dengan meminta pihak
independen melakukan audit implementasi dan scoring atas praktik GCG yang ada.
Adapun proses GCG menurut Suratman (2000) yang dikutip oleh Siboro (2007) adalah sebagai
berikut :

Gambar 1
Proses GCG Dalam Perusahaan

Nama : Nur Ariana Dwi N.


Kelas : PPAK REGULER I
NIM

:160020113111009

Sumber : Suratman, 2000


Peran Akuntan dalam Menegakkan Prinsip Good Corporate Governance
Implementasi dari GCG dalam sebuah organisasi bukanlah suatu hal yang mudah. Indeks
good corporate governance di Indonesia menurut penelitian McKinsey (1999) yang dikutip oleh
Yuhertiana (2004) menunjukkan terendah di antara negara lain. Suatu survai tahun 1999 oleh
PricewaterhouseCoopers terhadap investorinvestor internasional di Asia, menunjukkan bahwa
Indonesia dinilai sebagai salah satu yang terburuk dalam bidang standar-standar akuntansi dan,
pertanggungjawaban terhadap para pemegang saham, standar-standar pengungkapan dan
transparansi serta proses-proses kepengurusan perusahaan (Yuhertiana, 2004).
Sudah menjadi hal yang umum bahwa adanya persinggungan berbagai kepentingan
diantara pemilik, manajemen, dan stakeholders yang lain dalam perjalanan suatu perusahaan,
akan memunculkan motif-motif yang berusaha untuk menguntungkan satu pihak tertentu
(Saputro, 2010). Buruknya praktik corporate governance mengakibatkan tidak adanya
transparansi dan ini sangat rentan terhadap KKN (Yuhertiana, 2004). Terlepas dari berbagai
kendala yang dihadapi dalam penerapan GCG hal tersebut tidak terlepas dari peran akuntan
sebagai pihak pengendali jalannya perusahaan dan juga lingkungan organisasi yang mendukung
berhasilnya penerapan GCG tersebut.
Profesi akuntan menjadi sangat menentukan dalam penerapan good corporate
governance. Hal ini dilihat profesi akuntan yang terlibat langsung dalam pengelolaan
perusahaan. Keterlibatan akuntan mencakup dua pihak yaitu internal dan eksternal (Saputro,
2010). Keterlibatan internal terjadi saat akuntan menjadi salah satu bagian dalam menyediakan
informasi keuangan yang disajikaan dalam laporan keuangan dan sebagai bagian yang terlibat
langsung dalam aktivitas perusahaan. Sementara itu, keterlibatan akuntan eksternal adalah pada
saat mereka menjalankan fungsi audit independen terhadap kewajaran laporan keuangan

Nama : Nur Ariana Dwi N.


Kelas : PPAK REGULER I
NIM :160020113111009
perusahaan. Fungsi akuntan sebagai auditor independen dituntut untuk bersikap independen
dalam menilai kewajaran laporan keuangan.
Dari keterlibatan akuntan dalam pengelolaan perusahaan atau organisasi peran akuntan
secara signifikan terlibat dalam berbagai aktivitas penerapan prinisp-prinsip GCG, yaitu (Arifin,
2005):
1. Prinsip kewajaran (fairness)
Prinsip kewajaran berhubungan dengan penyajian laporan keuangan. Laporan
keuangan yang wajar berarti laporan keuangan tersebut tidak mengandung salah saji material,
disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Adanya
kewajaran laporan keuangan dapat mempengaruhi investor untuk membeli atau menarik
sahamya pada sebuah perusahaan. Kewajaran penyajian dapat dipenuhi jika data yang ada
didukung oleh adanya bukti-bukti yang sah dan benar serta penyajiannya tidak ditujukan
hanya untuk sekelompok orang-orang tertentu. Sering terjadi konflik dalam diri akuntan yang
bekerja pada perusahaan karena di satu pihak mereka harus tetap memegang kode etik
profesi namun di lain pihak kadangkala mereka harus menuruti keinginan manajemen
perusahaan tempat mereka bekerja untuk melakukan suatu pekerjaan yang tidak sesuai
dengan kode etik. Bila akuntan tersebut memiliki integritas dalam melaksanakan tugasnya,
tentu dia tetap memegang etika profesi untuk mengungkapakan informasi akuntansi dalam
laporan keuangan perusahaan secara fair sesuai dengan prinsip dan standar yang berlaku.
Dengan ditegakkannya prinsip fairness ini, paling tidak akuntan berperan membantu pihak
stakeholders dalam menilai perkembangan suatu perusahaan dan membantu mereka untuk
membandingkan kondisi perusahaan dengan perusahaan yang lainnya.
2. Prinsip Akuntabilitas (accountability)
Prinsip ini merupakan tanggung jawab manajemen melaluo pengawasan yang efektif
yaitu dengan dibentuknya komite audit. Komite audit mempunyai tugas utama untuk
melindungi kepentingan pemegang saham ataupun pihak-pihak lain yang berkepentingan
dengan melakukan tinjauan atas reliabilitas dan integritas informasi dalam laporan keuangan
dan laporan operasional lain beserta kriteria untuk mengukur, melakukan klasifikasi dan
penyajian dari laporan tersebut. Untuk alasan itulah profesi akuntan sangat diperlukan dan
mempunyai peranan yang penting untuk menegakkan prinsip akuntabilitas. Akuntabilitas

Nama : Nur Ariana Dwi N.


Kelas : PPAK REGULER I
NIM :160020113111009
diperlukan sebagai salah satu solusi mengatasi agency problem yang timbul antara pemegang
saham dan manajemen.
3. Prinsip Transparansi
Prinsip transparansi berhubungan dengan kualitas informasi yang disampaikan
perusahaan. Kepercayaan investor sangat tergantung dengan kualitas penyajian informasi
yang disampaikan perusahaan. Untuk itu informasi yang ada dalam perusahaan harus diukur,
dicatat, dan dilaporkan oleh akuntan sesuai dengan prinsip dan standar akuntansi yang
berlaku. Prinsip transparansi ini menghendaki adanya keterbukaan dalam melaksanakan
proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam penyajian yang lengkap (disclosure)
atas semua informasi yang dimiliki perusahaan.
4. Prinsip Responsibilitas
Prinsip ini berhubungan dengan tanggungjawab perusahaan kepada pihak-pihak yang
berkaitan dengan perusahaan. Selain itu, prinsip ini juga berkaitan dengan kwajiban
perusahaan untuk mematuhi semua peraturan dan hukum yang berlaku. Pandangan
pemegang saham dan stakeholder lainnya saat ini tidak hanya memfokuskan pada perolehan
laba perusahaan tetapi juga memperhatikan tanggungjawab sosial dan lingkungan
perusahaan.
Profesi akuntan baik internal maupun eksternal menjadi sangat menetukan dalam penerapan
good corporate governance. Profesionalitas, integritas, indepedensi dan dengan tetap memegang
teguh kode etik profesi akuntan dapat mendorong terjadinya penerapan GCG yang baik pada
sebuah organisasi atau perusahaan. Selain itu, dengan mengikuti 4 (empat) prinsip GCG yang
telah dijelaskan di atas, maka peran akuntan akan secara siginifikan terlibat dalam penerapan
GCG yang baik.
Penerapan GCG di Indonesia
Krisis ekonomi yang melanda Asia berdampak luas terhadap negara-negara yang ada di
ASEAN, yaitu Korea Selatan, Thailand, dan Indonesia. Yang mana pada tahun 1990-an
dipandang sebagai macan Asia. Era pascakrisis ditandai dengan goncangan ekonomi
berkelanjutan, yaitu restrukturisasi sector perbankan, pelelangan asset yang berakibat penuruan
iklim berusaha (Kaihatu, 2006). Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG)
berpendapat bahwa perusahaan di Indonesia mempunyai tanggung jawan untuk menerapkan

Nama : Nur Ariana Dwi N.


Kelas : PPAK REGULER I
NIM :160020113111009
standar GCG. Akan tetapi, banyak pihak yang melaporkan masih rendahnya perusahaan yang
menerapkan prinsip tersebut (Wibowo, 2010). Tantangan yang masih sampai sekarang dihadapi
Indonesia adalah belumnya memahami secara luas prinisp dan praktek dari GCG oleh komunitas
perusahaan atau pemerintah publik. Maka komunitas internasional masih menempatkan
Indonesia pada urutan bawah dalam implementasi GCG (kaihatu, 2006).
Ada 3 (tiga) penilaian utama dalam tata kelola perusahaan di Indonesia yang dilakukan
oleh lembaga international, yaitu (Ikatan Akuntan Indonesia, 2015):
1. Reports on the Observance of Standards and Codes (ROSC). The world bank dan IMF
melakukan penilaian atas penerapan prinsip-prinsip tata kelolaan perusahaan yang disusun
oleh OECD (Organisation for Economic Co-Operatuon and Development).
2. Credit Lyonnais Securities Asia (CLSA). CLSA merupakan asosiasi broker dan grup
investasi bersama-sama dengan ACGA (the Asian Corporate Governance Association) untuk
melakukan survey dab menilai tata kelola perusahaan di beberapa negara di Asia-Pasifik.
3. ASEAN CG Scoreacard. Suatu alat untuk memeringkat kinerja tata kelola perusahaan publik
dan terbuka ASEAN. Indonesia dan 5 (lima) negara anggota ACMF (Malaysia, Philippines,
Singapore, Thailnad, and Vietnam) adalah negara yang mengembangkan scorecard tersebut
dan menggunakannya untuk menilai praktik GCG perusahaan terbuka dengan kapitalisasi
pasar besar di masing-masing negara.
Adapun penilaian GCG di Indonesia oleh Bank Dunia (ROSC) adalah semakin membaiknya
penerapan GCG sejak penilaian terakhir dilakukan pada tahun 2004. Kenaikan terebsar dalam
hak pemegang saham. Namun, jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Pasifik lain,
Indonesia agak tertinggal. Adapun hasil penilaian dari ROSC adalah sebagai berikut :
Tabel 2
Penilaian GCG Indonesia oleh ROSC

2009

2004

Asia Pacific
Region

Enforcement & Institutional Framework

72

68

Shareholder Rights

72

56

73

CG Principles

Nama : Nur Ariana Dwi N.


Kelas : PPAK REGULER I
NIM

:160020113111009

Equitable Treatment of Shareholders

75

60

62

Role of Stakeholders

70

60

71

Disclosure & Transparency

73

60

72

Responsibility of the Borad

66

60

68

Sumber : Ikatan Akuntan Indonesia (Modul Etika Profesi dan Tata Kelola Korporat), 2015
Penilaian berdasarkan ASEAN CG Scorecard dari ASEAN Capital Market Forum atas
penerapan GCG di Indonesia bahwa rata-rata masih tergolong relative rendah, hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar oerusahaan terbuka di Indonesia belum mempraktikkan
prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang berbasis internasional. Namun terjadi perbaikan yang
signifikan selama setahun terakhir (Ikatan Akuntan Indonesia, 2015).
Laporan tentang GCG oleh CLSA (2004) yang dikutip oleh Kaihatu (2006),
menempatkan Indonesia di urutan terbawah dengan skor 1,5 untuk masalah penegakan hukum,
2,5 untuk mekanisme institusional dan budaya corporate governance, dan dengan total 3,2.
Meskipun skor Indonesia di tahun 2004 lebih baik dibandingkan dengan 2003, kenyataannya,
Indonesia masih tetap berada di urutan terbawah di antara Negara-negara Asia. Faktor-faktor
penyebab rendahnya kinerja Indonesia adalah penegakan hukum dan budaya corporate
governance yang masih berada di titik paling rendah di antara Negara-negara lain yang sedang
tumbuh di Asia. Adapun tabel skore tersebut yang dikutip oleh Kaihatu (2006) adalah sebagai
berikut :
Tabel 3
Corporate Governance in Asia (2004) Contining Under Performance

Nama : Nur Ariana Dwi N.


Kelas : PPAK REGULER I
NIM :160020113111009
Sumber : CLSA Asia Pacific Markets, Asian Corporate Governance Assocition
Dilihat dari penilaian yang diberikan kepada Indonesia, bisa dikatakan bahwa penerapan
GCG di Indonesia masih dalam proses perbaikan. Walapun Indonesia masih berada di bawah
negara-negara Asia Pasific lainnya, namun Indonesia tetap melakukan perbaikan yang signifikan
dalam tahun terakhir ini. Dari hasil penilaian tersebut, diharapkan Indonesia dapat lebih
mengevaluasi mengenai penerapan GCG di perusahaan yang ada di Indonesia. Di lain hal, peran
akuntan sebagai pemeran utama dalam penerapan GCG di perusahaan di Indonesia diharapkan
dapat mampu menjadi lebih baik lagi. Baik dari sehi independen, integritas dan tetap memegang
teguh kode etik profesi. Sehingga, harapan agar Indonesia dapat menerapakan GCG yang lebih
baik lagi dapat tercapai pada tahun-tahun berikutnya.

PENUTUP
Simpulan
Dalam perkembangan era demokrasi publik banyak menuntut agar perusahaan lebih
transparansi dan akuntabilitas terutama terkait dengan masalah aktivitas operasional perusahaan
dan keuangan di perusahaan. Akuntabilitas dan transparansi merupakan perwujudan praktik tata
kelola yang baik atau good corporate governance. Dalam penerapan GCG tidaklah mudah,
banyak hambatan-hambatan yang dihadapi dalam penerapannya. Dalam penerapan GCG pada
perusahaan, peran akuntan sangatlah penting. Baik profesi akuntan yang bersifat internal
perusahaan ataupun ekternal perusahaan. Dalam mendorong penerapan GCG di perusahaanperusahaan yang ada di Indonesia, akuntan haruslah independen, memiliki integritas yang tinggi,
memegang teguh kode etik profesi, sehingga hal tersbeut dapat mendukung jalannya penerpan
GCG yang baik dalam perusahaan atau organisasi yang ada di Indonesia. Bebrapa tahun terakhir
ini, nilai atau skor penerapan GCG yang ada di Indonesia masih relative rendah jika kita
bandingkan dengan negara Asia Pasific lainnya. Namun, tahun-tahun terakhir ini Indonesia terus
mengalami peningkatan dalam segi penilaian, artinya Indonesia telah mengalami kemajuan yang
siginifikan dalam usahan menerapkan GCG yang baik.
Saran

Nama : Nur Ariana Dwi N.


Kelas : PPAK REGULER I
NIM :160020113111009
1. Dalam penerapan Good Corporate Governance dibutuhkannya regulasi seperti penegakan
hukum dalam pelaksanaannya. Sehingga, adanya keharusan yang sangat mengikat pada
setiap organisasi yang ada di Indonesia.
2. Adanya hukuman atau sanksi yang diberikan kepada organisasi yang tidak menerapkan GCG
dengan baik.
3. Adanya standard yang mengatur tentang penerapan good corporate governance sama halnya
seperti Standar Akuntansi dan Standar Audit.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin. 2005. Peran Akuntan Dalam Menegakkan Prinsip Good Corporate Governance
Pada Perusahaan Di Indonesia (Tinjauan Perspektif Teori Keagenan). Fakultas Ekonomi,
Universitas Diponegoro, Bandung.
Aryanti, Dian Sita. 2012. Peran Komite Audit dan Audit Internal Dalam Perwujudan
Good Corporate Governance Pada BUMN yang Sudah Go Public (Studi Kasus : PT. Wijaya
Karya Tbk.). Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta.
Astuti, Dewi Saptantinah Puji. 2010. Peran Internal Audit Dan Komite Audit Dalam
Mewujudkan Good Corporate Governance. Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi,
Vol. 8, No. 1, Hlm: 1-10
Ichsan, Taufikul, Herbirowo Nugroho, dan Yusep Friya PS. 2014. Peran Akuntan Dalam
Mewujudkan Good Governance Pada Organisasi Sektor Publik Dan Pengaruhnya Terhadap
Kinerja Organisasi. Epigram, Vol. 10, No. 2, Hlm : 64-74.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2013. "Modul Etika Profesi dan Tata Kelola Korporat". Jl.
Sindanglaya No.1, Jakarta Pusat. Graha Akuntan.
Kaihatu, Thomas S. 2006. Good Corporate Governance dan Penerapannya di
Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 8, No. 1, Hlm : 1-10
Otoritas Jasa Keuangan. 2014. Roadmap Tata Kelola Perusahaan Indonesia.
www.ojk.go.id. [diakses pada 28 Oktober 2016].

Nama : Nur Ariana Dwi N.


Kelas : PPAK REGULER I
NIM

:160020113111009
Saputro, Andik S. Dwi. 2010. Penguatan Sharia Governance Melalui Reformasi
Akuntansi. Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto, Vol., No., Hlm :
Siboro, Danri Toni. 2007. Hubungan Good Corporate Governance (Gcg) Dengan
Pengungkapan Laporan Keuangan. Fokus Ekonomi, Vol. 2, No. 2, Hlm : 17-29
Wibowo, Edi. 2010. Implementasi Good Corporate Governance Di Indonesia. Jurnal
Ekonomi dan Kewirausahaan, Vol. 10, No. 2, Hlm : 129-138.

Anda mungkin juga menyukai