Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TUJUAN DAN FUNGSI EVALUASI


PENDIDIKAN ISLAM
A. TUJUAN EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM
Tujuan program

evaluasi adalah mengetahui

kadar/ukuran pemahaman anak didik terhadap materi


pelajaran, melatih keberanian dan mengajak anak
didik untuk mengingat kembali materi yang telah
diberikan. Selain itu program evaluasi bertujuan untuk
mengetahui siapa diantara anak didik yang cerdas
dan

yang

perhatian

lemah,
khusus

sehingga
agar

ia

yang

lemah

dapat

diberi

mengejar

kekurangannya, sehingga naik tingkat, kelas maupun


tamat sekolah. Sasaran evaluasi tidak bertujuan
mengevaluasi anak didik saja, tetapi juga bertujuan
untuk mengevaluasi pendidik yaitu sejauhmana ia
bersungguh-sugguh

dalam menjalankan tugasnya

untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. (Muhaimin,


1993 : 277).
Selain tujuan di atas terdapat tujuan lainnya
diadakan evaluasi yaitu :
a.Untuk mengetahui atau mengumpulkan

10

informasi tentang taraf perkembangan dan


kemajuan yang diperoleh peserta didik dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan. (PPSPA,
1974 : 109).
b.Mengetahui
menetapkan

prestasi

hasil

keputusan

belajar
apakah

guna
bahan

pelajaran perlu diulang atau dapat dilanjutkan.


Dengan demikian prinsip life long education
(pendidikan

seumur

hidup)

benar-benar

berjalan secara berkesinambungan. (PPSPA,


1974 : 109).
c.Mengetahui efektivitas cara belajar dan
mengajar apakah
pendidik

yang telah dilakukan

benar-benar tepat

atau

tidak,

terutama berkenaan dengan sikap pendidik


maupun sikap peserta didik. (PPSPA, 1974 :
111).
d.Mengetahui kelembagaan , ketersediaan sarana
prasarana

dan

efektifitas

media

yang

digunakan guna menetapkan keputusan yang


tepat dan mewujudkan persaingan sehat dalam
rangka berpacu dalam prestasi.
Muhibbinsyah (2003 : 196) menguraikan
tujuan evaluasi pendidikan ditinjau dari hasil

belajar sebagai berikut :


Pertama, untuk mengetahui tingkat kemajuan yang
telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun waktu
proses belajar tertentu. Hal ini berarti, dengan
evaluasi

guru

dapat

mengetahui

kemajuan

perubahan tingkah laku siswa sebagai hasil proses


belajar dan mengajar yang melibatkan dirinya
sebagai

pembimbing

dan

pembantu

kegiatan

belajar siswanya.
Kedua, untuk mengetahui kedudukan atau posisi
seorang siswa dalam kelompok kelasnya. Dengan
demikian, hasil evaluasi itu dapat dijadikan guru
sebagai alat penetap apakah siswa tersebut
termasuk kategori cepat atau lambat dalam arti
mutu kemampuan belajarnya.
Ketiga, untuk mengetahui tingkat usaha yang
dilakukan siswa dalam belajar. Hal ini berarti
bahwa

dengan

evaluasi,

guru

akan

dapat

mengetahui gambaran tingkat usaha siswa. Hasil


yang baik pada umumnya menunjukkan adanya
tingkat usaha yang efisien, sedangkan hasil yang
buruk adalah cerminan usaha yang tidak efisien.
Keempat, untuk mengetahui sejauh mana siswa
telah mendayagunakan kapasitas kognitifnya

(kemampuan kecerdasan yang dimilikinya) untuk


keperluan belajar. Jadi hasil evaluasi itu dapat
dijadikan

guru

sebagai

gambaran

realisasi

pemanfaatan kecerdasan siswa.


Kelima, untuk mengetahui tingkat daya guna dan
hasil guna metode mengajar yang telah digunakan
guru dalam proses belajar mengajar (PMB).
Dengan demikian apabila sebuah metode
yang digunakan guru tidak mendorong munculnya
prestasi belajar siswa yang memuaskan, guru
dianjurkan

mengganti

metode

tersebut

atau

mengkombinasikannya dengan metode lain yang


serasi. Selain itu berdasarkan Undang-Undang
Sisdiknas No.20 Tahun 2003 Pasal 58 (1) evaluasi
hasil

belajar

peserta

didik

dilakukan

untuk

memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil


belajar peserta didik, secara berkesinambungan.
Dengan demikian, maka evaluasi belajar harus
dilakukan guru secara kontinyu bukan hanya pada
musim-musim ulangan terjadwal semata.
B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN
Fungsi evaluasi adalah membantu anak didik
agar ia dapat mengubah atau mengembangkan

tingkah lakunya secara sadar, serta memberi


bantuan padanya cara meraih suatu kepuasan bila
berbuat sebagaimana mestinya. Disamping itu,
fungsi evaluasi juga dapat membantu seorang
pendidik
(baik

dalam

tidaknya)

membantu

mempertimbangkan
metode
dan

adequate

pengajaran,

serta

mempertimbangkan

administrasinya.(Hamalik, 1992: 4-5).


Sasaran-sasaran evaluasi pendidikan Islam
secara garis besarnya meliputi empat kemampuan
anak didik, yaitu:
1.Sikap dan pengalaman terhadap hubungan
pribadinya dengan Tuhannya.
2.Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan
dirinya dengan masyarakat.
3.Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan
kehidupannya dengan alam sekitarnya.
4.Sikap dan pandangannya terhadap diri sendiri
selaku hamba Allah dan

selaku anggota

masyarakat serta selaku khalifah Allah Swt.


Keempat kemampuan dasar

di atas

dijabarkan dalam klasifikasi kemampuan tenik


menjadi masing-masing sebagai berikut :
1.Sejauhmana loyalitas dan pengabdiannya

kepada Allah Swt dengan indikasi-indikasi


lahiriah

berupa

tingkah

laku

yang

mencerminkan keimanan dan ketakwaan


kepada Allah Swt.
2.Sejauhmana ia dapat menerapkan nilai-nilai
agamanya dan kegiatan hidup bermasyarakat,
seperti akhlak yang mulia, disiplin.
3.Bagaimana

ia

berusaha

mengelola

dan

memelihara serta menyesuaikan diri dengan


alam sekitarnya, apakah ia merusak ataukah
memberi makna bagi kehidupan.
4.Bagaimana dan sejauhmana ia memandang diri
sendiri sebagai hamba Allah dalam menghadapi
kenyataan masyarakat yang beraneka ragam
budaya,suku dan agama. (Arifin, 1991 : 239240).
Allah Swt

dalam mengevaluasi hamba-

hamba-Nya tidak memandang formalitas, tetapi


memandang substansi di balik tindakan hamba

hamba tersebut . Sabda Rasulullah Saw :


( )

Sesungguhnya Allah Swt tidak memandang


kepada bentuk rupa kamu dan bukan pula postur

tubuh kamu juga bukan kepada harta kamu


melainkan Allah memandang kepada hati kamu
dan amal perbuatan kamu. (HR. Thabarani).
Ramayulis (2009 : 245) menjelaskan bahwa
evaluasi dalam pendidikan Islam berfungsi sebagai
umpan balik (feed back) atau dikenal dengan
istilah murajaah terhadap kegiatan pendidikan.
Umpan balik berguna untuk :
Pertama, ishlah, yaitu perbaikan terhadap semua
komponen
perilaku,

pendidikan
wawasan

dan

termasuk

perbaikan

kebiasaan-kebiasaan

peserta didik. Kedua, tazkiyah, yaitu penyucian


terhadap semua komponen pendidikan, artinya
melihat kembali program-program pendidikan yang
dilakukan, apakah program tersebut penting atau
tidak

dalam kehidupan peserta

terdapat

didik.

Apabila

program yang harus dihilangkan dan

dicarikan sublimasi yang cocok dengan program


semula. Ketiga, tajdid, yaitu memodrenisasi semua
kegiatan pendidikan. Kegiatan yang tidak relevan
baik untuk kepentingan internal maupun eksternal
perlu diubah dan dicarikan penggantinya yang
lebih baik. Dengan kegiatan ini, maka pendidikan
dapat dimobilisasi dan didinamisasi untuk lebih

maju. Keempat, ad-dakhil, yaitu masukan sebagai


laporan bagi orang tua peserta didik berupa rapor,
ijazah, sertifikat dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai