Anda di halaman 1dari 18

INVESTIGASI KLB MALARIA DI DESA BAKU-BAKULU, KEC.

PALOLO, KAB. DONGGALA


DISUSUN OLEH :
ROBERT
MARISKA SINUHAJI
IRMA JULIANA PANJAITAN
DISFANTRIWANA PANDIANGAN
DEWI SINTIA PANJAITAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA (UNPRI)
MEDAN
2015

DAFTAR ISI
Kata pengantar ....................................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................................
1.1 Latar belakang...............................................................................................................
1.2 Tujuan............................................................................................................................
1.3 Rumusan masalah...........................................................................................................
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................
2.1 Pengertian Malaria.........................................................................................................
2.2 Etiologi Malaria............................................................................................................
2.3 Manifestasi Klinis...........................................................................................................
2.4 Jenis-Jenis Malaria............................................................................................................
2.5 Diagnosis...........................................................................................................................
BAB III : PEMBAHASAN..................................................................................................
3.1 Identifikasi Klb Penyakit.................................................................................................
3.2 Penegakan Diagnosis.........................................................................................................
3.3 Karakteristik Klb Berdasarkan Orang , Tempat, Waktu..................................................
3.4 Pencegahan/Penanggulangan Dan Pengobatan...............................................................17
BAB IV: PENUTUP..............................................................................................................18
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................................18
4.2 Saran..................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA

Kata pengantar
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kasih karuniaNya kami
dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul INVESTIGASI KLB MALARIA DI
DESA BAKU-BAKULU, KEC. PALOLO, KAB. DONGGALA.
Makalah ini berisikan tentang tahapan-tahapan kasus malaria itu sendiri di investigasi
karena terdapatnya kasus malaria ini di kabupaten tersebut di tiap tahunnya bahkan di
beberapa tahun seperti tahun 2002-2005 terjadi peningkatan kasus yang di laporkan. Adapun
investigasi ini di harapkan dapat menghasilkan pemecahan dari kasus malaria tersebut. Dan
pada akhirnya investigasi yang dilakukan setelah terjadinya peningkatan kasus melalui
pengumpulan data dan analisis data maka di ketahuilah penyebab-penyebab daripada malaria
tersebut yang disebabkan oleh p.falcifarum dan p.vivax dalam kasus ini. Dan dari investigasi
barulah dikemukakan penanggulangan dan pencegahan supaya terjadinya penurunan kasus di
tahun berikutnya. Makalah ini di buat dalam rangka untuk menambah pengetahuan daripada
pembaca serta untuk pemenuhan tugas dari surveilans epidemiologi.
Kami ucapkan terimakasih kepada bapak dosen Rafael Ginting SKM.,M.Kes yang
telah banyak membantu dalam pembuatan tugas serta teman-teman yang elah
menyumbangkan dukungan dalam bentuk pemikiran dan waktunya.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan agar dapat terciptanya makalah yang lebih baik di masa yang
akan datang.

Penyusun,

BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Penyakit malaria sudah mulai dikenal sejak 3000 tahun lalu, dimulai dari masa Hipocrates
(400-377 SM), hingga pada masa Alpohonse Laveran (1880) yang menemukan bahwa
malaria disebabkan oleh plasmodium, dan Ross (1897) menemukan bahwa perantara malaria
adalah nyamuk Anopheles.
Secara epidemiologi penyakit malaria dapat menyerang orang baik laki-laki maupun
perempuan, pada semua golongan umur, dari bayi sampai orang dewasa. Infeksi malaria
tersebar pada lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia, Amerika (bagian selatan) dan
daerah Oceania dan kepulauan karibia. Lebih dari 1.6 triliun manusia terpapar oleh malaria
dengan dugaan morbiditas 200-300 juta dan mortalitas lebih dari 1 juta pertahun .
Setengah populasi di dunia berisiko malaria, diperkirakan ada 243 juta kasus dengan
kematian 843.000 kasus pada tahun 2008 (WHO, 2009). Malaria di Indonesia merupakan
salah satu penyakit yang sampai saat ini masih menjadi ancaman.
Malaria menduduki urutan kedelapan dari 10 besar penyakit penyebab utama
kematian di Indonesia, dengan angka kematian di perkotaan 0,7 % dan di pedesaan 1,7 %
(PAPDI, 2003). Di Indonesia dilaporkan kasus malaria sebanyak 1,2 juta kasus pada tahun
2008 (WHO, 2009).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui beberapa faktor resiko terjadinya penularan malaria di Desa Baku-bakulu,
Kecamatan Palolo, Kabupaten Donggala

1.2.2 Tujuan Khusus


4

Mengetahui besaran masalah malaria (melacak penderita malaria, tempat dan waktu terjadinya
penularan) di Desa Baku-bakulu, Kecamatan Palolo..
Mengetahui faktor risiko malaria (vektor, lingkungan, parasit, pekerjaan,

kebiasaan

dan perilaku lain yang mempengaruhi Man mosquito contact) di daerah tersebut.

1.3 Rumusan Masalah


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Apa itu malaria?


Apa saja diagnosis pada penyakit malaria?
Bagaimana menegakkan diagnosis KLB pada malaria?
Jelaskan karaktristik KLB berdasarkan orang, tempat dan waktu?
Apa saja tindakan penanggulangan yang dilakukan?
Apa saja tindakan pencegahan yang dilakukan?

hidup

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Malaria
Kata malaria berasal dari bahasa itali mal yang artinya buruk dan aria yang artinya udara.
Sehingga malaria berarti udara buruk (bad air). Hal ini disebabkan karena malaria terjadi
secara musiman didaerah yang kotor dan banyak tumpukkan air.
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dan genus
gigitan nyamuk anopheles. (Prabowo,2004:2).

2.2 Etiologi Penyakit Malaria


Penyakit malaria disebabkan oleh bibit penyakit yang hidup di dalam darah manusia. Bibit
penyakit tersebut termasuk binatang bersel satu, tergolong amuba yang disebut Plasmodium.
Kerja plasmodium adalah merusak sel-sel darah merah. Dengan perantara nyamuk
anopheles, plasodium masuk ke dalam darah manusian dan berkembang biak dengan
membelah diri.
Menurut Harijanto (2000) ada empat jenis plasmodium yang dapat menyebabkan
infeksi yaitu:
a) Plasmodium vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan malaria tertiana/
vivaks (demam pada tiap hari ke tiga).
b)

Plasmodium falciparum, memberikan banyak komplikasi dan mempunyai perlangsungan


yang cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan menyebabkan malaria tropika/
falsiparum (demam tiap 24-48 jam).

c)

Plasmodium malariae, jarang ditemukan dan menyebabkan malaria quartana/malariae


(demam tiap hari empat).

d) Plasmodium ovale, dijumpai pada daerah Afrika dan Pasifik Barat, di Indonesia dijumpai di
Nusa Tenggara dan Irian, memberikan infeksi yang paling ringan dan dapat sembuh spontan
tanpa pengobatan, menyebabkan malaria ovale.

Masa inkubasi malaria bervariasi tergantung pada daya tahan tubuh dan spesies
plasmodiumnya. Masa inkubasi Plasmodium vivax 14-17 hari, Plasmodium ovale 11-16 hari,
Plasmodium malariae 12-14 hari.

2.3 Manifestasi Klinis


Secara klinis gejala malaria infeksi tunggal pada penderita non imun terdiri atas serangan
demam secara berulang-ulang dengan interval tertentu (paroksisme) yang diselingi oleh
suatu periode dimana penderita bebas sama sekali dan demam. Sebelum demam penderita
merasa lemah (malaise), myalgia, sakit kepala, anoreksia, nausea dan muntah.
Gejala awal terjadi selama 2-3 hari sebelum paroksisme akut dimulai. Serangan
demam dapat terjadi terus-menerus pada penderita dengan infeksi campuran ( lebih dari 1
plasmodium ) atau satu jenis plasmodium tapi infeksi berulang-ulang dalam waktu yag
berbeda (Soegijanto, 2004:5).
Gejala malaria muncu 9-14 hari setelah terinfeksi berdasarkan gejalanya dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Gejala umum
a. Mengigil 15-60 menit
b. Demam 2-6 jam dengan suhu 37,5-40 C
c. Berkeringat 2-4 jam
d. Dapat diikuti sakit kepala, mual dan muntah
e. Dapat disertai gejala khas masing-masing daerah, seperti diare pada balita ( TimTim ), nyeri otot dan pegal-pegal pada orang dewasa (Papua), pucat dan pegal
pada orang dewasa (Yogya).
2. Gejala malaria parah
a. Gangguan kesadaran lebih dari 30 menit
b. Kejang beberapa kali dan kejang panas tinggi diikuti gangguan kesadaran
c. Mata kuning dan tubuh kuning
d. Pendarahan dihidung, gusi, atau saluran pencernaan
e. Jumlah kencing kurang
f. Warna urin seperti teh tua
g. Kelemahan umum (tidak bisa duduk atau berdiri)
h. Sesak nafas
Terdapat 3 stadium yang khas dalam malaria yaitu:
1. Stadium dingin (cold stage)
Diawali dengan mengigil dan perasaan sangat dingin, gigi gemeratak, nadi cepat
lemah, bibir dengan jari pucat dan sianosis, kulit kering dan pucat. Stadium ini
berlangsung antara 15 menit sampai dengan 1 jam.
2. Stadium demam (hot stage)
7

Setelah kedinginan penderita merasa kepanasan, muka merah, kulit kering dan terasa
panas seperti terbakar, disertai nyeri kepala dan mual muntah. Nadi menjadi kuat,
suhu badan tinggi sampai 41 C atau lebih, penderita menjadi sangat haus. Stadium ini
berlangsung 2-12 jam. Demam disebabkan oleh pecahnya eritrosit matang yang
bberisi skizon yang mengandung merozoit memasuki sirkulasi darah. Pada
plasmodium falcifarum interval tidak jelas (setiap 24-48 jam). Plasmodium vivax dan
ovale interval demam terjadi setiap 48 jam dan plasmodiummalariae setiap 72 jam.
Stadium ini berlangsung 2-4 jam.
3. Stadium berkerigat
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali, suhu badan menurun dengan
cepat kadang-kadang sampai dibawah normal. Penderita dapat tidur dengan nyenyak,
badan terasa lemas setelah bangun, stadium ini berlangsung selama 2-4 jam.
2.4 Jenis-Jenis Malaria
1. Malaria Tertiana (paling ringan)
Malaria yang disebabkan plasmodium vivax dengan gejala demam dapat terjadi
setiap 2 hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjadi 2 miggu setelah
infeksi)
2. Demam Rimba (jungle fever)
Malaria aestivo-autumnal atau disebut juga malaria tropika disebabkan
plasmodium falcifarum merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat
malaria. Organisme bentuk ini sering menghalangi darah keotak, menyebabkan
koma, mengigau dan kematian.
3. Malaria Kuartana
Malaria yang disebabkan plasmodium malariae, memiliki masa inkubasi lebih
lama dari pada penyakit malaria tertiana dan tropika, gejala pertama biasanya
terjadi antara 18-40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala itu akan berulang lagi tioa
3 hari.
4. Malaria yang jarang dijumpai
Malaria yang disebabkan plasmodium ovale yang mirip dengan malaria tertiana.

2.5 Diagnosis
Penyakit malaria tidak sukar diketahui. Selain dari demamnya kita menduga dan
tempat penderita berasal. jika didaerah malaria seorang mendadak demam,
kemungkinan ini terjangkit malaria. Lebih-lebih jika demamnya khas malaria. Jika
demamnya meragukan dilakukan pemeriksaan darah. Jika ada sel darah merah
mengandung parasit, tandanya positif malaria. Pengambilan darah untuk malaria
8

tidak sembarang waktu, darah diambil waktu demam timbul, parasitnya beredar
dalam darah sehingga seolah tidak ada parasitnya padahal parasitnya sedang
bersembunyi. Pemeriksaan darah dilakukan secara rutin kepada pendatang yang
memasuki daerah endemis.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Identifikasi KLB Penyakit


3.1.1 Masalah
Puskesmas Palolo merupakan salah satu puskesmas di wilayah Kabupaten Donggala,
Propinsi Sulawesi Tengah. Wilayah puskesmas yang melingkupi daerah perbukitan,
persawahan dan lereng gunung dengan luas wilayah 269,9 km2 dengan jumlah penduduk
15.818 ini tergolong sebagai daerah endemis malaria. Data kasus yang diperoleh dari
Puskesmas Palolo selama tahun 2002-2005 menunjukkan bahwa jumlah penderita malaria

setiap tahunnya selalu ada. Pada tahun 2004, Angka Malaria klinis per tahun (Annual Malaria
Incidence) di wilayah puskesmas ini sebesar 11,13 yang berasal dari hasil kegiatan Passive
case detection (PCD), dengan 54,3% diantaranya teridentifikasi sebagai Plasmodium
falciparum dengan jumlah kasus hampir sama sepanjang tahun.
Namun demikian, pada tahun 2005, sejak bulan September, jumlah kasus klinis
meningkat tajam dari 14 kasus menjadi 70 kasus pada bulan Oktober dan bahkan meningkat
lagi menjadi 283 kasus pada bulan November 2005. Peningkatan kasus yang terjadi
ditimbulkan oleh adanya peningkatan kasus yang mencolok di salah satu desa, yaitu Desa
Baku-bakulu. Jumlah penderita rawat inap yang diakibatkan oleh malaria meningkat pada
bulan November 2005, yaitu sebanyak 30 orang dirawat di Puskesmas Palolo dan 6 orang
dirawat di RSU Undata (Anonim, 2005).
Hasil investigasi awal yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi
Tengah dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala melalui kegiatan Mass Fever Survey
melalui diagnosis cepat menggunakan Dipstict pada awal bulan Desember 2005 berhasil
menemukan 57 kasus demam dengan jumlah penderita positif Plasmodium falciparum
sebanyak 27 orang (Anonim, 2005).
Dalam upaya menindaklanjuti adanya laporan terjadinya peningkatan kasus malaria
yang mengindikasikan terjadinya kejadian luar biasa tersebut, maka dipandang perlu untuk
dilakukan investigasi mengenai penyebaran, pola penyakit dan faktor lingkungan yang
mempengaruhinya untuk dapat dilakukan tindak lanjut secara lebih efektif dan tepat sasaran
baik jangka pendek maupun panjang.
GRAFIK 1 PENINGKATAN KASUS MALARIA SEPTEMBER-NOPEMBER 2005.

10

PENINGKATAN JUMLAH PENDERITA KASUS MALARIA DARI BULAN SEPTEMBER-NOPEMBER 2005


300
250
200
JUMLAH PENDERITA KASUS MALARIA

150
100
50
0
SEPTEMBER

3.1.2

OKTOBER

NOPEMBER

Hasil survei

Jumlah kasus malaria hasil survey darah massal berdasarkan golongan umur dan jenis
kelamin di Desa Baku-Bakulu, Kec. Palolo, Kab. Donggala
Golongan umur

0-1
1-4
5-9
10-14
15+
Tidak diket golongan
umur dan jenis kelamin
Total kasus
N=75

Kasus
L
0
1
3
2
9

P
1
1
1
3
11

Jenis parasit
Pf

Keterangan
Pv

0
1
0
0
14
12

1
1
4
5
6
31

27

48

1 fg
6 fg
3 fg
10 fg

Ket : fg, terinfeksi P. falciparum stadium gametosit.


Berdasarkan table 1 di atas menunjukkan bahwa di daerah tersebut benar-benar sedang terjadi
peningkatan kasus yang serius dan telah mengarah terjadinya Kejadian Luar Biasa Malaria.
Hal tersebut ditunjukkan oleh banyaknya kasus malaria baik P. falciparum maupun P. vivax.
11

Jumlah kasus malaria falciparum stadium gametosit yang cukup banyak pada
golongan umur di atas lima belas tahun, bahkan pada golongan umur dibawah lima tahun
(balita) telah memperkuat dugaan sebelumnya bahwa di Desa Baku-bakulu telah terjadi
penularan malaria secara setempat (indigenous).

3.2 Penegakan Diagnosis


Penegakan diagnosis melalui :
A. Wawancara Dengan Penderita Malaria Falciparum
Telah dilakukan wawancara terhadap 18 penduduk yang menderita malaria falciparum dari
hasil pemeriksaan menggunakan Dipstict. Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa 84,2%
rsponden mengaku tidak bepergian ke luar desa selama periode 1 bulan sampai 2 minggu
sebelum sakit malaria. Dalam aktifitas kese-hariannya, sebagian besar dari mereka adalah
petani kebun, namun dalam periode yang sama (1 bulan sampai 2 minggu sebelum sakit
malaria), 94,7% dari responden mengaku tidak pernah menginap di kebun. Hal ini
memperkuat dugaan bahwa kemungkinan besar mereka (penderita malaria falciparum)
terkena malaria di wilayah desa tersebut.
Aktifitas mandi dan buang air besar sebagian besar penduduk dilakukan di luar
rumah, yaitu di sumur resapan pada ditepi sungai dan di sekitar rumah, serta disekitar kebun.
Sebanyak 31,6% responden mengaku melakukan aktifitas mandinya pada saat hari sudah
gelap (setelah jam 6 sore). Kebanyakan dari mereka adalah petani kebun yang pada saat
pulang dari kebunnya mereka terlebih dahulu singgah mandi di sungai kecil yang berada di
tepi desa tersebut. Hasil wawancara ditemukan 68,4% responden mengaku mereka lebih
sering mandi pada saat hari masih terang (sekitar jam 4 sore).
Pada malam harinya, aktifitas di luar rumah lebih banyak dilakukan oleh
pemuda/remaja ataupun pria dewasa di daerah tersebut. Anak-anak dan para ibu/wanita
dewasa lebih banyak memilih tinggal di dalam rumah. Hal ini ditunjukkan oleh persentase
warga yang melakukan aktifitas di luar rumah pada malam hari sebanyak 26,3% didominasi
oleh remaja/pemuda. Selebihnya, yaitu 73,7% didominasi oleh ibu dan anak-anak.

12

Penggunaan alat perlindungan diri terhadap gigitan nyamuk belum sepenuhnya dilakukan
oleh warga setempat, terbukti dari hasil wawancara responden, hanya 10,5% yang
menggunakan alat perlindungan diri, yaitu kelambu (50%) dan obat anti nyamuk bakar
(50%), sedangkan sebagian besar responden (89,5%) mengaku tidak menggunakan alat
perlindungan diri.
Tingkat pendidikan dan kondisi geografis desa setempat turut mempengaruhi di dalam
upaya pencarian pengobatan oleh masyarakat. Sebanyak 84,2% responden mengaku bahwa
pada saat mereka merasa sakit (terkena malaria), mereka mengaku tidak berobat ke Unit
Pelayanan Kesehatan (UPK). Mereka lebih memilih mencoba pengobatan tradisional maupun
beli obat di warung di sekitar tempat tinggal mereka. Hal ini dikarenakan ada sebagian warga
yang tinggal cukup jauh dari UPK maupun warung obat dengan kondisi jalan yang sulit
dilalui kendaraan.
Upaya pencarian pengobatan dengan membeli obat di warung tampaknya sudah
menjadi kebiasaan warga setempat, terbukti meskipun rata-rata tingkat pendidikan mereka
cukup rendah (10,5% tidak sekolah; 52,6% berpendidikan SD; 15,6% berpendidikan SLTP;
10,5% berpendidikan SLTA), mereka cukup mengenal obat malaria (rezoquine & nifaquine
serta fansidar), merskipun mereka hanya membeli sesuai dengan kemampuan mereka tanpa
mengetahui dosis standar yang harusnya diminum.
Sedikitnya responden yang datang ke UPK juga disebabkan oleh adanya pelaksanaan
kegiatan pengobatan malaria gratis yang dilakukan oleh tim pemenangan dari salah satu
pendukung calon gubernur setempat beberapa bulan sebelum dilakukan kegiatan survey.
Kegiatan ini diluar pantauan puskesmas, sehingga tidak diketahui jenis obat anti malaria dan
dosis yang digunakan.

B. SURVEY ENTOMOLOGI
Spot survey entomologi dilakukan untuk mengetahui jenis nyamuk Anopheles spp. yang
dapat berperan sebagai penular penyakit di wilayah ini dan perilaku mengisap darah pada
malam hari. Kegiatan penangkapan nyamuk dilakukan dengan metode Man landing
collection antara pukul 18.00-06.00, Dari kegiatan ini berhasil dikoleksi 2 jenis nyamuk
Anopheles spp., yaitu: An. barbirostris dan An. parangensis. An. barbirostris merupakan
species suspect vector malaria di Propinsi Sulawesi Tengah (Ditjen P2M&PL, 1995),
13

sedangkan An. parangensis teridentifikasi sebagai vektor malaria di Sulawesi Utara


(Marwoto, et. al., 2001).
Hasil survey entomologi menunjukkan bahwa Anopheles parangensis kemungkinan
besar dapat berperan sebagai vektor malaria di daerah tersebut oleh karena populasinya yang
dominan dalam semua waktu dan metode penangkapan. Jenis nyamuk ini mulai banyak
tertangkap setelah pukul 12 malam sampai sekitar pukul 5 pagi meskipun pada pukul 19.-20,
jenis ini sudah mulai muncul.
Anopheles barbirostris tetap berpotensi sebagai penular malaria di Baku-bakulu
meskipun populasinya tidak dominan. Seperti halnya hasil penangkapan Anopheles
parangensis, jenis nyamuk ini mulai tertangkap setelah pukul 12 malam sampai sekitar pukul
5 pagi.

C. SURVEY LINGKUNGAN
Survey lingkungan dilakukan dilokasi yang diperkirakan berpotensial sebagai tempat
perkembangbiakan nyamuk Anopheles sp. Yang berpotensi sebagai nyamuk penular penyakit
malaria. Hasil investigasi menunjukkan bahwa di sumur-sumur kecil yang dibuat masyarakat
untuk mandi dan mencuci pakaian, baik di sekitar rumah penduduk maupun di pinggir sungai
berhasil ditemukan adanya jentik Anopheles sp. Selain itu, dipinggir sungai terdapat
kubangan air yang tidak mengalir yang menjadi tempat perkembangbiakan ptensial
Anopheles sp., oleh karena jentik maupun pupa-nya ditemukan melimpah di tempat tersebut.
Di sekitar sungai di tempat yang sering digunakan sebagai tempat pemandian oleh
warga yang baru saja pulang dari kebun juga banyak ditemukan jentik Anopheles spp.

Di sekitar rumah penduduk di dusun yang padat penduduknya dengan jumlah kasus
yang tinggi (baik di dusun 1 maupun 2), disekitar tempat tinggal mereka tidak berhasil
ditemukan adanya tempat perkembangbiakan Anopheles spp., namun oleh karena akitiftas
mandi, dan mencuci pakaian mereka yang memaksa mereka untuk pergi di sekitar sungai, di
samping jarak antara dusun yang cukup padat penduduknya dengan sungai yang berjarak
kurang lebih 500 m, sehingga memungkinkan nyamuk dapat terbang dan mencapai daerah

14

pemukiman tersebut. Adanya aktifitas penduduk yang demikian dapat menyebabkan


terjadinya penularan malaria baik disekitar desa maupun di sekitar kampung.
Kondisi perumahan yang rata-rata semi permanen (terbuat dari papan-papan kayu)
tanpa plafond an dinding yang kurang rapat memungkinkan nyamuk dengan mudah masuk ke
dalam rumah.

3.3 Karaktristik KLB berdasarkan Orang, Tempat, Dan Waktu.


3.3.1 Distribusi Kasus Malaria berdasarkan Orangnya.
1. Kasus malaria berdasarkan golongan umur dan jenis kelamin.
Golongan umur

0-1
1-4
5-9
10-14
15+
Tidak diket golongan
umur dan jenis kelamin
Total kasus

Kasus
L
0
1
3
2
9

P
1
1
1
3
11

Jenis parasit
Pf

Keterangan
Pv

0
1
0
0
14
12

1
1
4
5
6
31

27

48

1 fg
6 fg
3 fg
10 fg

Berdasarkan survei menunjukan bahwa kasus menurut umur lebih banyak terjadi pada umur
15+. Dan berdasarkan jenis kelamin, penyakit malaria lebih banyak menyerang perempuan
dengan jumlah korban sebanyak 17 orang sedangkan laki-laki berjumlah 15 orang. Dan
sisanya tidak diketahui umur dan jenis kelamin dari 75 sampel.

2. Kasus malaria berdasarkan jenis parasit


Berdasarkan survei menunjukkan bahwa di daerah tersebut benar-benar sedang terjadi
peningkatan kasus yang serius dan telah mengarah terjadinya Kejadian Luar Biasa Malaria.
Hal tersebut ditunjukkan oleh banyaknya kasus malaria baik P. falciparum maupun P. vivax.

3.3.2

Distribusi kasus Malaria berdsarkan waktu


15

Data kasus yang diperoleh dari Puskesmas Palolo selama tahun 2002-2005

menunjukkan bahwa jumlah penderita malaria setiap tahunnya selalu ada.


Pada tahun 2004, Angka Malaria klinis per tahun (Annual Malaria Incidence)
di wilayah puskesmas ini sebesar 11,13 yang berasal dari hasil kegiatan
Passive case detection (PCD), dengan 54,3% diantaranya teridentifikasi
sebagai Plasmodium falciparum dengan jumlah kasus hampir sama sepanjang

tahun.
pada tahun 2005, sejak bulan September, jumlah kasus klinis meningkat tajam
dari 14 kasus menjadi 70 kasus pada bulan Oktober dan bahkan meningkat

lagi menjadi 283 kasus pada bulan November 2005.


Survey awal bulan Desember 2005 berhasil menemukan 75 kasus demam
dengan jumlah penderita positif Plasmodium falciparum sebanyak 27 orang
(Anonim, 2005).

3.3.3 Distribusi kasus Malaria berdasarkan pada tempat


Penyebaran kasus malaria ini terjadi di Propinsi Sulawesi Tengah di kabupaten
donggala kecamatan palolo desa baku-bakulu.

3.4 PENCEGAHAN / PENANGGULANGAN DAN PENGOBATAN


Pencegahan / Penanggulangan
a. Melakukan penyemprotan rumah (IRS)
b. Membersihkan lingkungan pemukiman di dalam maupun di luar rumah
c. Mengurangi aktifitas/kegiatan malam di luar rumah
d. Mengupayakan masyarakat mandi sore/sebelum malam
e. Membuat MCK umum di sekitar pemukiman
f. Penggunaan kelambu dan anti nyamuk saat tidur
g. Melakukan penyuluhan secara serentak, pemberian leaflet dan poster malaria
a.
b.
c.
d.

Pengobatan dan perawatan


Pengobatan massal
Pembentukan Pos Malaria Desa di setiap dusun
Pembentukan Kader Malaria untuk penemuan dan pengobatan secara dini
Perawatan dan Kunjungan rumah bagi lansia dan ibu hamil serta pengobatan dan
perawatan penderita lainnya sesuai SOP.
16

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penyakit malaria disebabkan oleh bibit penyakit yang hidup di dalam darah manusia. Bibit
penyakit tersebut termasuk binatang bersel satu, tergolong amuba yang disebut Plasmodium.
Kerja plasmodium adalah merusak sel-sel darah merah. Dengan perantara nyamuk
anopheles, plasodium masuk ke dalam darah manusian dan berkembang biak dengan
membelah diri. ada empat jenis plasmodium yang dapat menyebabkan infeksi yaitu:
Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale.
plasmodium ini hidup dalam nyamuk anopheles dan akan menyerang individu yang senang
beraktivitas diluar rumah pada malam hari.

4.2 Saran
Pemerintah bekerjasama melakukan penyuluhan secara serentak, pemberian leaflet dan poster
malaria supaya masyarakat lebih waspada terhadap penyakit malaria kemudian melakukan
17

penyemprotan rumah (IRS) menghimbau masyarakat untuk membersihkan lingkungan


pemukiman di dalam maupun di luar rumah, mengurangi aktifitas/kegiatan malam di luar
rumah, mengupayakan untuk mandi sore/sebelum malam, membuat MCK umum di sekitar
pemukiman, Penggunaan kelambu dan anti nyamuk saat tidur.

Daftar Pustaka
https://buletinsulteng.wordpress.com/2011/02/28/investigasi-peningkatan-kasusmalaria-di-desa-baku-bakulu-kec-palolo-kab-donggala/

18

Anda mungkin juga menyukai