Anda di halaman 1dari 57

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin maju dunia perunggasan menjadikan industri perunggasan di
Indonesia semakin gencar melakukan peningkatan hasil produksinya baik
secara kualitas maupun kuantitas. Usaha peningkatan produk peternakan
unggas dimulai dari peningkatan kualitas ayam bibit atau Parent Stock
sebagai penghasil ayam Final Stock. Manajemen yang tepat dan benar akan
memperoleh produksi yang tinggi, maka perlu diperhatikan bagaimana proses
dan tata cara pemeliharaan untuk parent stock ayam broiler. Faktor penting
dalam pemeliharaan parent stock adalah pembibitan dan penetasan. Bibit
merupakan faktor dasar dalam peternakan unggas sebagai titik awal dari
serangkaian proses pemeliharaan sehingga diperlukan pemilihan bibit yang
tepat agar ayam dapat berproduksi secara optimal. Bibit yang unggul tidak
akan menampilkan produktifitas yang tinggi apabila tidak diikuti dengan
manajemen pemeliharaan yang baik. Dibutuhkan suatu sistem yang mengatur
unsur-unsur yang terkait untuk menjaga kestabilan produksi pada
pemeliharaan parent stock.
Usaha penetasan merupakan parameter dari suatu usaha peternakan
pembibitan dalam menghasilkan telur tetas yang berkualitas dan merupakan
langkah awal dari suatu usaha peternakan baik komersial maupun pembibitan
(breeding). Seleksi yang ketat terhadap ayam bibit parent stock harus
dilakukan oleh perusahaan pembibitan yang bersangkutan untuk dapat
memperoleh anak ayam (Final Stock) yang mempunyai sifat-sifat yang
unggul seperti yang dimiliki oleh tetuanya (Parent Stock) yang dalam hal ini
adalah produktivitas dan nilai ekonomisnya yang tinggi.
PT. Panca Patriot Prima Farm Unit Lawang merupakan suatu
perusahaan yang bergerak di bidang breeder farm broiler (parents stock).
Peternakan tersebut merupakan peternakan yang memiliki populasi 46.000
(empat puluh enam ribu) ekor ayam broiler pada setiap periode pemeliharaan
parent stock. Hasil dari breeder farm broiler berupa telur yang akan dilakukan

penetasan di unit hatchery. Perusahaan ini memiliki program manajemen


pemeliharaan pada breeder farm sehingga dapat dilakukan pelatihan
kompentesi sarjana kedokteran hewan untuk mencapai gelar dokter hewan.
Oleh karena itu, kegiatan PPDH (Program Profesi Dokter Hewan) pada rotasi
industri ini untuk mengetahui manajemen perusahaan dalam breeder farm
(parents stock) sehingga pada unit hatchery dapat menghasilkan kualitas
DOC yang unggul dan sebagai upaya yang positif dari pemerintah untuk
menyediakan dokter hewan yang trampil dan ahli dalam bidangnya.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari kegiatan PPDH rotasi industri adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana struktur organisasi pada perusahaan ini?
2. Bagaimana proses produksi pada perusahaan ini?
3. Bagaimana proses distribusi produk dari perusahaan ini?
4. Bagaimana proses pengolahan limbah pada perusahaan ini?
5. Bagaimana peran, fungsi dan kewenangan dokter hewan di perusahaan
breeding farm?
1.3 Tujuan
Tujuan dari kegiatan PPDH rotasi industri adalah sebagai berikut:
1. Memahami struktur organisasi pada perusahaan
2. Memahami proses produksi yang dilakukan pada perusahaan
3. Memahami proses distribusi produk pada perusahaan
4. Memahami proses pengolahan limbah pada perusahaan
5. Mengetahui peran, fungsi dan kewenangan dokter hewan.
1.4 Manfaat
Kegiatan PPDH rotasi industri ini diharapkan mahasiswa:
1. Mampu memahami sistem oprasional perusahaan
2. Mampu memahami proses produksi baik pada breeding farm maupun
pada hatchery
3. Memahami proses distribusi DOC kepada peternak
4. Mampu memahami proses proses pengolahan limbah pada perusahaan
5. Mampu mengetahui peran, fungsi dan kewenangan dokter hewan.

BAB II
ANALISIS SITUASI
2.1 Profil Perusahaan
PT. Panca Patriot Prima mempunyai usaha di Feedmill & Breeding
Farm yang berkantor pusat di Jln. Muncul Industri II No.11 Gedangan,
Sidoarjo Jawa Timur. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 18 Januari 2000
sesuai dengan Akta Pendirian tertanggal 18 Januari 2000 dengan Nomor 5
yang merupakan Perusahaan Lokal (PMDN). Saat ini PT. Panca Patriot Prima
mempunyai dua pabrik pakan di Gedangan dan Pandaan, dan mempunyai 9
Farm dan 2 Hatchery. Salah satu unit PT. Panca Patriot Prima dengan Unit
Breeding Farm dan Hatchery yang berdiri di Dusun Telogorejo Desa
Wonorejo Kecamatan Lawang Kabupaten Malang pada pertengahan tahun
2001. PT. Panca Patriot Prima Unit Breeding Farm dan Hatchery Lawang,
Malang ini merupakan unit kedua setelah Unit pertama yaitu Unit Breeding
Farm Jabung, Malang yang berdiri tahun 2000.
2.2

Organisasi

2.2.1

Ketenagakerjaan
PT. Panca Patriot Prima Lawang dipimpin oleh seorang manajer farm dan

hatchery. Pada setiap masing-masing unit farm dan hatcgery dipimpin oleh
seorang supervisor. Total karyawan pada PT.Panca Patriot Prima adalah 128
orang yang terdiri dari 1 orang manajer farm dan hatchery, 1 orang supervisor
farm, 1 orang supervisor hatchery, 21 staff kantor, 10 orang supir, 4 orang staff
logistik, 3 orang mekanik, 5 orang staff kesehatan, 9 orang staff keamanan, 39
orang staff kandang, dan 36 staff hatchery. Karyawan di breeding farm dan
hatchery Lawang Malang terdiri dari lulusan SD, SMP, SMA, dan Perguruan
Tinggi. Jadwal kerja karyawan dimulai pada pukul 06.30 WIB sampai dengan
pukul 16.00 WIB.

2.2.2 Struktur Organisasi


Pimpinan tertinggi dari PT. Panca Patriot Prima Breeding Farm dan
Hatchery adalah seorang direktur yang membawahi General manajer. Seorang
General manajer membawahi kabag. Personalia, Kabag. Kesehatan, dan Manajer
breeding Farm dan Hatchery di seluruh unit breeding farm dan hatchery yang ada
di kab. Malang.
Kabag. Personalia membawahi satpam yang berda diseluruh Unit
Breeding Farm dan Hatchery yang ada diseluruh kab. Malang. Kepala bagian
kesehatan dipimpin oleh seorang dokter hewan yang bertanggung jawab atas
seluruh unit breeding farm dan hatchery yang ada di seluruh kab. Malang. Kabag.
Kesehatan membawahi seluruh supervisor dan staf pelaksana bagian kesehatan
yang ada di seluruh kab. Malang.
Pada setiap unit breeding farm dan hatchery lawang, dipimpin oleh
seorang manajer yang membawahi langsung supervisor teknik (farm), hatchery,
administrasi keuangan, logistik dan mekanik genset. Struktur organisasi terdapat
pada Gambar 2.
2.2.3 Fungsi Sosial
Fungsi sosial dari perusahaan adalah memberikan lapangan kerja bagi
penduduk sekitar sebagai karyawan tetap maupun kontrak. Turut memberikan
kontribusi untuk desa setempat melalui penyediaan fasilitas dan transportasi bagi
masyarakat sekitar perusahaan, serta bantuan pembangunan jalan dan perayaan
hari-hari besar keagamaan dan kemerdekaan.

Direktur
Breeding Farm dan Hatchery

General Manajer
Breeding Farm dan Hatchery

Kabag. Personalia

Spv.
Satpam

-----

Spv.
Teknik

Manajer
Breeding Farm dan Hatchery

Spv.
Hatchery

Spv.
Adm.Keu

Spv.
Kendaraan

------------

Spv.
Logistik

Kabag. Kesehatan

Spv
Mekanik

Genset
Ass. Spv.
Satpam
Pelaksana
Satpam

Ass.
Spv.
Teknik

Ass. Spv.
Hatchery

Ass. Spv
Mekanik

Genset

Pelaksana.
Teknik

Pelaksana
Hatchery

Pelaksana
Kendaraan

Pelaksana
Logistik

Pelaksana
Mekanik

Genset
Keterangan :
_______ : instruksional
. : koordinasi
Gambar 1. Struktur Organisasi
2.3

Kondisi Lingkungan
PT. Panca Patriot Prima Unit Breeding Farm dan Hatchery Lawang

berlokasi di di Dusun Telogorejo Desa Wonorejo Kecamatan Lawang Kabupaten


Malang, Jawa Timur. Lokasi farm terletak di daerah pertanian yang dikelilingi
perkebunan. PT. Panca Patriot Prima Unit Breeding Farm dan Hatchery Lawang
mempunyai luas wilayah 7 hektar yang dikelilingi pagar pembatas dari tembok
setinggi 2 meter. Hal ini sudah sesuai dengan persyaratan tinggi minimal pagar
lokasi

penetasan yang ditulis dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal

Peternakan No.274kpts/Ditjenpet/Deptan/1980 yaitu stinggi 2 meter.

Spv

kesehatan

Ass. Spv

kesehatan
Pelaksana

kesehatan

PT.Panca Patriot Prima unit Breeding Farm dan Hatchery Lawang terdiri
dari unit farm dan unit hatchery. Pada unit farm memiliki 24 unit kandang dengan
populasi ayam 46.000 ekor dengan 40 tenaga kerja khusus di bagian teknik
kandang dengan karyawan warga sekitar dan warga dari luar desa. Kandang ini
merupakan kandang dengan tempat khusus untuk memelihara indukan (parent
stock) yang menghasilkan DOC (Day Old Chick) ayam potong (broiler). Kandang
yang digunakan adalah sistem kandang terbuka (open house) dengan

hasil

telurnya ditetaskan langsung di Unit Hatchery Lawang.


2.4

Keadaan Umum Perusahaan


PT. Panca Patriot Prima terdiri dari unit breeding Farm, unit hatchery, 1

kantor pemasaran, 1 area mess (tempat tinggal) pekerja, 2 unit kamar mandi
umum, 2 unit sumur bor, 1 unit sumur pembuangan limbah farm, 5 unit sumur
pembuangan limbah hatchery, 1 kantor teknik dan peralatan 3 area lahan parkir, 1
lapangan olah raga, dan 1 pos satpam.
1. Unit Breeding Farm
PT. Panca Patriot Prima Lawang pada unit breeding Farm memiliki 1
pintu masuk dengan sistem sanitasi, 1 area jalan yang menghubungkan antar unit
kandang, 9 Unit area kandang yang berdiri dari timur ke arah barat, 2 kamar
mandi pekerja pada masing-masing unit kandang, dan 2 kandang isolasi. Pada
masing-masing unit kandang terdiri dari 4-6 flock kandang yang masing-masing
memiliki 5 pen. Pada masing-masing area memiliki kurang lebih 9000 ekor ayam.
Skema Breeding Farm terdapat pada Gambar 2.

Gambar 2. Denah Farm di PT.Panca Patriot Prima


Keterangan:
A: Kandang Unit 1
K: Tempat Parkir Karyawan
B: Kandang Unit 2
C: Kandang Unit 3
D: Kandang Unit 4
E: Kandang Unit 5
F: Kandang Isolasi
G: Unit Kesehatan Hewan

H: Tempat Parkir Truck Farm


I: Kantor Administrasi
J: Tempat Parkir Manajer
K: Tempat Parkir Pegawai
L: Ruang Sanitasi Pekerja
M: Pos Karyawan Pada Unit Kandang

2. Unit Hatchery
PT. Panca Patriot Prima Lawang memiliki satu bangunan penetasan,
lorong sanitasi, gudang peralatan hatchery, bengkel mekanik, tempat pembungan
limbah DOC afkir, ruang cuci peralatan, ruang sanitasi dan biosecurity, dan kamar
mandi. Satu bangunan penetasan terdiri dari berbagai ruang-ruang yaitu ruang
grading atau ruang penerimaan telur dan seleksi telur tetas, ruang fumigasi, egg
room atau holding room (penyimpanan telur tetas sementara), lorong prewarming,
ruang setter, ruang candling, ruang hatcher, ruang seleksi DOC, gudang

penyimpan box DOC, ruang penyimpanan DOC sementara sebelum dikirim ke


pelanggan,
Ruang grading atau ruang penerimaan telur merupakan tempat
penerimaan telur dari truk yang berasal dari farm ke hatchery serta sebagai tempat
untuk penyeleksian telur tetas sebelum dimasukkan kedalam setter. Egg room
atau holding room adalah ruang penyimpan telur tetas DOC sementara, sebelum
masuk kedalam ruang setter yang berfungsi untuk menghambat proses
pertumbuhan embrio (dorman) dan untuk memperpanjang masa simpan telur.
Lorong prewarming adalah lorong menempatkan telur dari ruang
penyimpanan sebelum masuk keruang setter untuk menurunkan suhu telur agar
suhu telur tidak terkejut apabila telur masuk kedalam mesin setter. Ruang setter
adalah ruang untuk inkubasi telur yang memiliki 12 mesin setter dengan masingmasing mesin memiliki 6 kamar setting.
Ruang candling yaitu ruangan untuk meneropong atau melihat
terdapatnya embrio atau tidak didalam telur. Ruang Hatcher adalah ruang untuk
menetaskan telur yang telah dinyatakan berembrio pada saat candling. Ruang
seleksi DOC adalah ruang untuk proses seleksi DOC yang baru menetas untuk
selanjutnya dikemas dan didistribusikan. Denah hatchery dapat dilihat pada
Gambar 3.

Gambar 3 Denah Hatchery PT.Panca Patriot Prima


Keterangan:
A
: Lorong sanitasi
B
: Ruang Penerimaan HE
dan ruang Grading
C
: Ruang Penyimpanan
D
: Lorong Prewarming
E
: Ruang Setter
F
: Ruang Candling

G
H
I
J

: Ruang Teknik
: Ruang Hatcher
: Ruang Pullchick
: Ruang Penyimpanan Sementara
Sebelum didistribusikan
: Ruang Penyimpanan Box
: Ruang Sanitasi dan Desinfeksi

K
L

3. Perizinan Dan Legalisasai Perusahaan


Sebuah peternakan memerlukan suatu perizinan terhadap pemerintah.
Peternakan adalah suatu usaha yang dijalankan secara teratur dan terus
menerus pada suatu tempat dan dalam jangka waktu tertentu untuk
tujuan komersial yang meliputi kegiatan menghasilkan ternak (ternak
bibit/ternak potong), telur, susu serta usaha penggemukan suatu jenis ternak
termasuk mengumpulkan, mengedarkan dan memasarkannya yang untuk tiap
jenis ternak jumlahnya melebihi jumlah yang ditetapkan untuk tiap jenis
ternak pada peternakan rakyat.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000
tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah

Otonom, maka kewenangan pemberian izin usaha peternakan yang telah


ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 merupakan
kewenangan Kabupaten/Kota. Ketentuan dan tata laksana pendirian
perusahaan peternakan telah diatur dalam Keputusan Menteri Pertanian
Nomor

404/Kpts/Ot.210/6/2002

Tentang

Pedoman

Perizinan

Dan

Pendaftaran Usaha Peternakan. Setiap Perusahaan Peternakan yang dalam


skala usaha tertentu wajib memenuhi ketentuan di bidang perizinan usaha
yang meliputi :
a. Persetujuan Prinsip
Persetujuan Prinsip diberikan kepada pemohon izin usaha peternakan
untuk dapat melakukan kegiatan persiapan fisik dan administrasi termasuk
perizinan terkait antara lain Izin Lokasi/HGU/sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Izin Tempat Usaha/HO,
Izin Tenaga Kerja Asing, Izin Pemasangan Instalasi serta peralatan yang
diperlukan, serta membuat Upaya Kelestarian Lingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UKL/UPL). Persetujuan Prinsip berlaku selama
jangka waktu 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang 1 kali selama satu
tahun.
b. Izin Usaha
Izin usaha diberikan oleh Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk
olehnya sesuai kewenangannya. Jangka waktu berlakunya izin usaha
peternakan ditetapkan oleh Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk
olehnya dan berlaku untuk seterusnya selama perusahaan peternakan yang
bersangkutan melakukan kegiatan usahanya. Syarat memperoleh Izin
Usaha Permohonan tersebut harus memperoleh .
c. Izin Perluasan Usaha Peternakan.
Izin usaha peternakan diberikan kepada Pemohon yang telah
memiliki persetujuan prinsip dan siap melakukan kegiatan produksi,
termasuk untuk memasukkan ternak dengan memiliki/memenuhi salah

10

satu syarat persetujuan prinsip; dan atau Good Farming Practice (GMP); dan
atau upaya kelestarian lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan (UKLUPL).
Usaha

ayam

broiler

selalu

mengalami

fluktuasi

disebabkan

ketidakseimbangan antara permintaan (demand) dan penawaran (supply)


sehingga diperlukan adanya ketersediaan data yang akurat melalui
penyampaian pelaporan yang cepat dan tepat secara berkala sebagai bahan
analisa untuk pengambilan keputusan dan atau kebijakan perbibitan ayam ras
sesuai

dengan

surat

edaran

Direktur

Jenderal

Peternakan

nomor

150/PD.410/F/11/2007 tanggal 19 November 2007 tentang kebijakan


pengendalian pasokan ayam broiler. Pelaporan tersebut berupa laporan
populasi, produksi dan distribusi bibit ayam ras, serta realisasi pemasukan
benih dan atau bibit ayam ras bagi masing-masing pembibit yang merupakan
aplikasi dari rencana pemasukan,
Pelaporan mengenai populasi, produksi dan distribusi bibit dan atau
benih ayam ras meliputi jumlah populasi bibit ayam ras baik yang sedang
berproduksi maupun yang belum berproduksi, jumlah produksi bibit dan atau
benih ayam ras yang dihasilkan (PS dan FS), distribusi DOC dan HE baik PS
maupun FS yang dilakukan setiap bulan. Pelaporan produksi dan distribusi
bibit ayam dilakukan ketika perusahaan breeding farm ayam ras akan
melakukan impor bibit ayam ras dari luar negeri diwajibkan menyampaikan
rencana impor yang meliputi bulan, jenis, jumlah dan negara asal. Pelaporan
dilakukan sekurang-kurangnya 1 bulan sebelum pelaksanaan impor.
Pelaporan realisasi dilakukan setelah melakukan pemasukan bibit dan atau
benih ayam ras dari luar negeri yang meliputi tanggal pemasukan, jenis,
jumlah dan negara asal yang merupakan realisasi dari rencana pemasukan
benih dan atau bibit ayam ras dari masing-masing pembibit. Pelaporan
dilakukan sekurang-kurangnya 7 hari setelah pelaksanaan impor.
4. Pelaporan Usaha Breeding Farm
Usaha ayam ras dari waktu ke waktu selalu mengalami gejolak
disebabkan ketidakseimbangan antara permintaan (demand) dan penawaran
(supply) sehingga diperlukan adanya ketersediaan data yang akurat melalui
11

penyampaian pelaporan yang cepat dan tepat secara berkala sebagai bahan
analisa untuk pengambilan keputusan dan atau kebijakan perbibitan ayam ras
sesuai

dengan

surat

edaran

Direktur

Jenderal

Peternakan

nomor

150/PD.410/F/11/2007 tanggal 19 November 2007 tentang kebijakan


pengendalian pasokan ayam broiler. Pelaporan tersebut berupa laporan
populasi, produksi dan distribusi bibit ayam ras, serta realisasi pemasukan
benih dan atau bibit ayam ras bagi masing-masing pembibit yang merupakan
aplikasi dari rencana pemasukan,
Pelaporan mengenai populasi, produksi dan distribusi bibit dan atau
benih ayam ras meliputi jumlah populasi bibit ayam ras baik yang sedang
berproduksi maupun yang belum berproduksi, jumlah produksi bibit dan atau
benih ayam ras yang dihasilkan (PS dan FS), distribusi DOC dan HE baik PS
maupun FS yang dilakukan setiap bulan
Pelaporan produksi dan distribusi bibit ayam dilakukan ketika
perusahaan breeding farm ayam ras akan melakukan impor bibit ayam ras
dari luar negeri diwajibkan menyampaikan rencana impor yang meliputi
bulan, jenis, jumlah dan negara asal. Pelaporan dilakukan sekurangkurangnya 1 bulan sebelum pelaksanaan impor.
Pelaporan realisasi dilakukan setelah melakukan pemasukan bibit dan
atau benih ayam ras dari luar negeri yang meliputi tanggal pemasukan, jenis,
jumlah dan negara asal yang merupakan realisasi dari rencana pemasukan
benih dan atau bibit ayam ras dari masing-masing pembibit. Pelaporan
dilakukan sekurang-kurangnya 7 hari setelah pelaksanaan impor.
5. Mekanisme Impor Parent Stock
Parent stock adalah jenis ayam tertentu untuk menghasilkan ayam
pedaging (final stock). DOC Ayam parent stock pada PT. Panca Patriot Prima di
impor dari misori. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor :
40/Permentan/OT.140/7/2011 tentang Pedoman Pembibitan Ayam Ras, Impor
parent stock yang akan dibiakkan harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Berasal dari ayam bibit galur murni yang sehat dan dibuktikan dengan
keterangan asal kuri (certificate of origin) dari pejabat yang berwenang dari
negara asal dan memenuhi ketentuan kesehatan hewan (certificate of health)

12

dari dokter hewan berwenang dari negara asal serta telah mendapat
rekomendasi persetujuan pemasukan dari Direktur Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan atas nama Menteri Pertanian.
b. Ayam bibit induk impor yang akan dibiakkan berasal dari ayam bibit parent
stock yang sehat dan dibuktikan dengan keterangan asal kuri (certificate of
origin) dari pejabat yang berwenang dari negara asal dan Keterangan
Kesehatan Hewan (certificate of health) dari dokter hewan berwenang dari
negara asal serta telah mendapat rekomendasi persetujuan pemasukan dari
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan atas nama Menteri
Pertanian.
Impor anak ayam bibit dari luar negeri harus dilengkapi surat keterangan
kesehatan hewan dari dokter hewan berwenang yang mencakup:
a) pembibitan sekurang-kurangnya selama 6 bulan terakhir tidak terjangkit
penyakit unggas menular, terutama ND, FP, Fowl cholera (FC), Fowl typhoid
(FT), IB, ILT, Infectious synovitis, IBD, EDS, Pullorum, Thypoid disease,
Ornithosis, Mareks disease, LL, Mycoplasmosis, CRD, Swollen head
syndrome, Avian nephritis, Leucocytozoonosis, Coryza, Avian spirochaetosis,
AE, Avian salmonellosis dan Avian tuberculosis;
b) keterangan bebas Salmonella pullorum, S. typhoid, S. gallinarum, S. enteritidis
dengan pengujian secara serologis;
c) keterangan vaksinasi terhadap Mareks disease pada anak ayam bibit.

13

BAB III
METODE KEGIATAN

3.1 Metode Kegiatan


Metode yang digunakan dalam koasistensi rotasi industri ini adalah
dengan survei melalui pengumpulan data primer dan data sekunder. Kegiatan ini
dilaksanakan sesuai dengan jadwal pelaksanaan kegiatan, Pengumpulan data
primer yang akan digunakan dalam kegiatan ini yaitu melalui observasi
partisipatori, yang merupakan kegiatan observasi langsung di lapangan, serta
wawancara terkait dengan hal-hal yang akan diamati kepada pihak-pihak yang
bekerja sesuai dengan bidang pekerjaan masing-masing. Sumber data lainnya
adalah bersumber dari data laporan kegiatan data dari instansi terkait,buku, jumal,
serta penelusuran intemet. Analisis data dilakukan menggunakan metode analisa
deskriptif.
3.2 Waktu dan Lokasi
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 3-17 Februari 2014 di PT. Panca
Patriot Prima Farm Unit Lawang, Malang, Jawa Timur.
3.3. Jadwal Kegiatan
Tabel 1. Jadwal Kegiatan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Waktu
03 Februari 2014
04 Februari 2014
05 Februari 2014
06 Februari 2014
07 Februari 2014
08 Februari 2014
09 Februari 2014
10 Februari 2014
11 Februari 2014
12 Februari 2014
13 Februari 2014
14 Februari 2014
15 Februari 2014
16 Februari 2014
17 Februari 2014
20 Februari 2014

Keterangan
Observasi dan mengikuti kegiatan di bagian breeder broiler
Observasi dan mengikuti kegiatan di bagian breeder broiler
Observasi dan mengikuti kegiatan di bagian breeder broiler
Observasi dan mengikuti kegiatan di bagian breeder broiler
Observasi dan mengikuti kegiatan di bagian breeder broiler
Observasi dan mengikuti kegiatan di bagian breeder broiler
Observasi dan mengikuti kegiatan di bagian breeder broiler
Observasi dan mengikuti kegiatan di bagian hatchery
Observasi dan mengikuti kegiatan di bagian hatchery
Observasi dan mengikuti kegiatan di bagian hatchery
Observasi dan mengikuti kegiatan di bagian hatchery
Observasi dan mengikuti kegiatan di bagian hatchery
Observasi dan mengikuti kegiatan di bagian hatchery
Observasi dan mengikuti kegiatan di bagian hatchery
Evaluasi, diskusi dan pelepasan pulang
Ujian dan evaluasi di farm oleh manager dan supervisor

14

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Struktur Organisasi
Struktur organisasi dalam perusahaan ini dipimpim oleh General Manajer
yang membawai beberapa unit farm. Pada breeding farm dan hatchery unit
Lawang dipimpim oleh 3 bagian yang saling berkoordinasi satu sama lain yaitu
Kabag. Personalia, Kabag. Kesehatan, dan Manajer breeding Farm dan Hatchery.
Sistem kerja manajer breeding farm dan hatchery saling berkoordinasi dengan
kabag kesehatan hewan dan kabag personalia untuk melakukan tindakan yang
berhubungan dengan perusahaan khususnya pada farm dan hatchery. Hal tersebut
dilakukan agar semua kegiatan yang berada di breeding farm dapat berjalan
dengan baik.
Kabag kesehatan hewan mempunyai beberapa tugas pokok yang harus
dipegang oleh dokter hewan. Peran dokter hewan dalam suatu breeding farm dan
hatchery adalah sebagai berikut (Lesson, 2009) :
1. Manajemen kesehetan hewan
2. Menjaga kesejahteraan hewan dengan memperhatikan proses produksi
3. Mendiagnosa klinik, laboratorik dan epidemologi penyakit hewan pada
breeding farm dan hatchery
4. Manajemen biosecurity dan pengendalian lingkungan.
Semua tindakan yang dilakukan oleh Kabag kesehatan hewan PT Panca
Patriot Prima, harus melalui koordinasi antara Kabag personalia dan Manajer
breeding farm dan hatchery. Setelah melalui koordinasi, kemudian Kabag
Kesehatan Hewan mengutus spv kesehatan hewan untuk memberikan instruksi
dan pengawasan kepada tim pelaksana kesehatan hewan untuk melaksanakan
tugasnya. Hal tersebut sudah sesuai dengan tugas masing-masing jabatan yang
berada di PT. Panca Patriot Prima, sehingga kegiatan breeding farm dan hatchery
dapat berjalan dengan baik.

15

4.2 Proses Produksi


4.2.1 Unit Breeding Farm
4.2.1.1 Sistem perkandangan
A. Persiapan Kandang
Sebelum ayam dimasukkan ke farm lawang terlebih dahulu
dilakukan persiapan kandang. Persiapan kandang ini dilakukan saat fase
istirahat kandang selama 1 bulan. Persiapan kandang yang dilakukan
diantaranya yaitu:

Pengeluaran litter atau sekam

Pencucian kandang dan nest dengan air bersih untuk memastikan


materi sekam dan benda asing keluar dari area perkandangan.

Penyemprotan kandang dan nest dengan soda atau detergen pada


seluruh bagian kandang.

Kemudian dilanjutkan dengan memberikan kapur aktif atau gamping


sehingga dengan pemberian kapur aktif yang panas akan dapat
mambunuh mikroorganisme yang ada di wilayah perkandangan.

Sanitasi kandang dan lingkungan kandang dengan mengunakan


desinfektan sebagai berikut :
1. Didecyl-dimethyl ammonium bromide dengan dosis 1 liter
desinfektan dilarutkan dalam 100 liter air.
2. High Boiling Tar Acid (HBTA), chlorinated xylenol dan dodecil
benzene sulphonic acid dengan dosis 4 liter desinfektan dengan
400 liter air.
3. Glutaraldehyde dan QAC dengan konsentrasi 1 liter desinfektan
dilarutkan dengan 100 liter air
4. Alkyl dimetylbenzil dengan dosis untuk bakterisidal 0,05$-1%,
untuk fungisidal 0,25%-1%, untuk virusidal 0,1%-0,5%.

Istirahat kandang selama 2 minggu, kemudian dilakukan pencucian


tempat pakan, tempat minum dan tandon air dengan detergen supaya
tidak aka mikroorganisme yang menempel dan tetap hidup pada
peralatan tersebut. Outbreak penyakit dalam satu flok dapat terjadi

16

akibat adanya kontaminasi silang yang diakibatkan dari pencucian


kandang yang kurang optimum (Priadi, 2011).

Pengisian sekam pada kandang dengan ketebalan 7cm

Dilakukan penyemprotan sekam sebanyak 5x dengan menggunakan


formalin:air sebanyak 1:4. Ayam siap dimasukkan ke dalam kandang

B. Seleksi Parent Stock


Seleksi parent stock adalah kegiatan memilih tetua atau induk
untuk menghasilkan keturunannya melalui pemeriksaan dan/atau pengujian
berdasarkan kriteria dan tujuan tertentu, dengan menggunakan metode atau
teknologi tertentu (PERMENTAN Nomor 40/Permentan/OT.140/7/2011).
Program seleksi bertujuan untuk mengubah frekuensi gen dari suatu
populasi sehingga terekspresi pada kemampuan tumbuh dan produksi yang
diinginkan. Pada umumnya, metode seleksi ternak yang akan digunakan
sebagai bibit hanya ditetapkan berdasarkan sifat fenotip. Pemilihan bibit
dilakukan baik pada pejantan maupun pada betina.
Seleksi eror dilakukan pada umur ayam 8-10 minggu, dan ditempatkan
pada kandang seleksi terpisah atau dalam pen. Pada umur 8-10 minggu
seleksi eror dilakukan pada eror jantan maupun betina. Dengan ciri-ciri Pial
lebih tumbuh panjang dibanding betina, badan lebih besar dibanding betina,
bulu kasar, kaki besar, Pial lebih lambat tumbuh, ukuran badan lebih kecil,
kaki pendek / kecil. Seleksi eror dilakukan setiap hari secara perlahan lahan
agar ayam dalam kelompok tidak stress dan tidak perlu di jaring. Setelah
berumur 10 minggu dan dipastikan bahwa yang terseleksi benar-benar error
dan dalam kelompok sudah tidak ada yang error maka hitung jumlah ayam
error tersebut.
Culling adalah pemisahan atau pengafkiran ayam yang dilihat secara
ekterior dan dinilai potensinya yang mungkin berpengaruh terhadap
produksinya. Pengafkiran ialah menyisihkan ayamayam yang buruk dan
tidak produktif dari kawanan (satu kelompok ayam). Culling kemungkinan
dilakukan sepanjang tahun yaitu mulai dari :
1.

Starter, saat ayam dikandangkan dipilih yang lemah, cacat dan tidak

sehat
17

2.

Pada masa pertumbuhan, yaitu yang lambat tumbuhnya dipisahkan

3.

Pada saat menjelang produksi, yaitu ayam yang lambat dewasa kelamin,
ayam yang tidak mulai bertelur pada umur 30 minggu

4.

Tidak sehat dan tidak efisien selama 78 bulan produksi

5. Setelah satu tahun produksi ayam yang tidak sehat, early molter, slow
molter dan yang banyak lemak pada abdomennya.
Setelah masa produksi culling diperlukan bila produksi turun drastis
dan perlu juga dicari permasalahannya.Culling dilakukan juga pada ayam
betina muda menjelang bertelur dan pada ayam dewasa menjelang produksi
menurun. Khusus untuk breeding farm perlu dilakukan culling pada
pejantan untuk menghindari bibit yang kurang baik seperti sifat kebetina
betinaan yang dimiliki ayam jantan. Sifat kejantanan juga terdapat pada
ayam betina, biasanya bentuk tubuh seperti jantan dan berkokok serta
agresif. Pada pemilihan pejantan ada tandatanda pejantan yang baik yaitu :
a. Giat dan selalu ramai, tetapi tidak terlalu agresif. Kalau ada sesuatu selalu
menarik perhatiannya.
b. Bulubulunya tumbuh teratur, warna mengkilat, seakanakan baru saja
diminyaki. Bulu yang suram, menunjukkan tandatanda yang kurang
baik.
c. Pandangan matanya tajam dan menyala. Pandangan mata yang malas
menandakan kelesuan hidup atau tidak mempunyai daya hidup yang
besar.
d. Aktif mencari makan sepanjang hari. Kalau pagi paling dahulu turun dari
tenggeran dan kalau malam paling akhir tidur.
Culling perlu dilakukan bila ratarata produksi pada suatu flock
kurang dari 200 butir/tahun/ekor. Dengan sistem cage culling akan lebuh
mudah dilakukan, tetapi pada system liter harus diamati ciricirinya. Selama
bertelur pada ayam akan terjadi perubahan. Perbedaan ini terjadi pada
bagianbagian tubuh seperti vent, jengger, pial, abdomen tulang pubis, bulu,
pigmentasi dan lainnya.
1. Tandatanda ayam yang berproduksi :

18

a. Jengger dan pial: Lebar, merah, panas, bercahaya seperti ada lapisan
lilin
b.

Kepala/muka: Lebar, halus, bersih

c. Mata: Bercahaya cerah


d. Dubur/vent: Lebar, basah, elastis, putih
e. Perut: Halus, penuh, elastis
f.

Kulit: Tipis, halus, longgar

g.

Bulu: Padat/lengkap

h.

Kaki: Putih.

2. Tandatanda ayam yang belum berproduksi adalah:


a. Jengger dan pial: Kecil, kering, mengkerut, pucat, kasar
b.

Kepala/muka: Kasar, pucat, kecil

c. Mata: Sayu, malas


d. Dubur/vent: Kecil, bulat, mengkerut, kering, berwarna kuning
e. Perut: Keras, berlemak
f.

Kulit: Tebal, melekat pada daging

g.

Bulu: Suram

h.

Kaki: Kasar, kering.

3.

Sifat sifat ayam yang berproduksi tinggi adalah sebagai berikut :


a. Tingkah lakunya : lincah, riang, suka berkotekkotek, aktif mencari
makan
b.

Cepat dewasa kelamin : artinya masa bertelurnya yang pertama lebih


awal. Misalnya Leghorn 55,5 bulan sudah bertelur.

c. Tidak mempunyai sifat mengeram


d. Masa bertelurnya lama
e. Bentuk kepala : halus, lebar, dalam, pipih, dan mata cerah
f.

Bentuk badan : panjang, punggung halus, tubuh penuh dan dada

dalam
g.

Keadaan perut : lunak

h.

Kaki dan paruh : kecil, rata, berwarna pucat, paruh pucat (tergantung
banyaknya produksi)

i.

Bulu : kering, lurus, mudah patah

19

j.
4.

Jarak antar ujung tulang belakang dan tulang dada adalah 4 jari
Ayam yang kurang produktif :

a. Sayap menggantung
b.

Perawakan : bentuk tubuh segi empat

c. Kepala : kasar, sempit, cekung, dan mata suram


d. Bentuk badan : punggung pendek, dada dangkal, tubuh kurus
e. Keadaan perut : tebal, kenyal
f.

Kaki dan paruh: kaki bulat & berwarna kuning, paruh kuning,

panjang dan rata


g.

Jarak antar ujung tulang belakang dan tulang dada kurang dari 4 jari

h.

Bulunya umumnya bersih.


Pada beberapa bangsa ayam akan memperlihatkan pigmen kuning

pada lemak sub kutan, shank dan earlobe yang jelas. Pigmen ini cenderung
memudar bersamaan dengan peningkatan produksi telur. Keberadaan
pigmen pada ayam dan telur mempunyai hubungan langsung dengan
keberadaan pigmen carotinoid yang disebut xantophil dalam ramsum.
Pigmen pada bagian tubuh bertahap menghilang dan ini tidak tergantikan
selama individu tersebut bertelur secara continue. Bagian vent kehilangan
pigmen secara cepat dari kuning menjadi putih atau pink. Eye
ringkehilangan pigmen lebih lambat dari vent setelah ini baru bagian
earlobes. Bila earlobes warnanya putih berarti ayam telah bertelur secara
continue pada periode yang lebih panjang. Selanjutnya warna yang
menghilang adalah bagian paruh. Paruh memutih apabila ayam telah
bertelur 4-6 minggu. Shank merupakan bagian paling akhir kehilangan
warna. Shank yang pucat menunjukkan ayam telah berproduksi continue
selama 15-20 minggu. Bila ayam berhenti bertelur, pigmen muncul kembali
di daerah daerah yang pigmennya hilang. Ayam yang telah berhenti
bertelur selama 2-3 minggu akan terlihat ujung paruh masih pucat
sedangkan dasarnya berwarna kuning. Faktorfaktor yang mempengaruhi
produksi telur dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :.
a. Faktor luar :
1) Makanan

20

2) Rontok bulu / luruh (molting)


3) Temperatur sekeliling
4) Kandang
5) Kegaduhan
6) Penyakit.
b. Faktor dalam (keturunan)
Faktor dalam adalah merupakan faktor keturunan yang sulit diatasi.
Pada umumnya bibit yang baik akan menurunkan ayam yang baik, yang
produksi telurnya tinggi. Sebaliknya, dari keturunan ayam yang jelek akan
menurunkan ayam yang produksinya rendah.
Farm head membuat proposal penjualan eror dengan dasar jumlah error
yang sudah terhitung jumlah ayam error tersebut. Pengeluaran/penjualan
ayam error ( umur 15 minggu ) dilakukan setelah proposal disetujui direksi
dan sudah ada DO dari bagian sales kantor pusat. Penjualan error dilakukan di
luar gerbang farm disaksikan oleh pembeli. Penimbangan dilakukan dengan
cara menimbang ayam dan keranjangnya, sebanyak 4 keranjang sekali
timbang dan satu keranjang berisi 10 ekor. Catat semua hasil penimbangan di
farm yang ada untuk dilaporkan ke kantor pusat, yakni : Nama Pembeli, Berat
Penimbangan, Jumlah Ayam, dan Asal Kandang. Setelah selesai penjualan,
bersihkan bulu-bulu yang rontok dan spray dengan desinfektan ammonium
quartener dosis 2cc/liter air ditempat bekas penjualan tersebut (Parmita,
2000).
Pada Umur ke 20 minggu dilakukan skip a day feeding untuk dilakukan
pengontrolan berat badan ayam. Pada saat program ini dilaksanakan
dilakukan proses seleksi betina untuk pemeliharaan parent stock yaitu dengan
penimbangan BB dengan sampel 1% dari populasi harus BB10% , seks eror
(slips) (pada jantan dan betina) diidentifikasi dengan melihat jengger (comb)
warna, bentuk normal dan tidak terpotongnya jari kaki.
C. Program Perkandangan
Sistem perkandangan yang digunakan PT. Panca Patriot Prima adalah
open house dengan alas litter. Kandang open house adalah kandang yang
dindingnya dengan sistem terbuka sehingga terdapat sirkulasi udara yang

21

baik, mendapatkan sinar matahari. PT. Panca Patriot Prima memiliki 5 unit
kandang utama yang terdiri dari 5-6 flock dengan 5 pen pada masing-masing
flock dan memiliki 2 kandang isolasi. Kondisi perkandangan dengan sistem
open house dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
1. Ukuran dan Kapasitas Kandang
Kandang pada PT. Panca Patriot Prima membujur dari timur ke
barat dengan tujuan agar ayam tidak terlalu kepanasan, tetapi pagi hari dapat
memperoleh sinar matahari. Dinding kandang terbuat ram kawat dengan
ukuran tidak terlalu rapat dengan tujuan untuk sirkulasi udara kandang, dan
tidak boleh terlalu jarang sehingga predator tidak dapat masuk kedalam
kandang. Tinggi tiang tengah keatap minimal 6-7 meter dan tiang tepi
minimal 2.5 - 3 meter dengan tujuan d sirkulasi udara dalam kandang. Atap
kandang dirancang sesuai dengan fungsinya yaitu melindungi bangunan
beserta isinya dari hujan, panas matahari atau angin.
Kapasitas kandang di peternakan ini mencapai 4 ekor ayam/m2.
Menurut Etches.(2000) populasi yang terlalu padat menyebabkan ayam
peningkatan stress pada ayam akibat peningkatan suhu ruang, kurangnya O 2,
dan kesulitan dalam bergerak sehingga menurunkan produksi, disamping ini
juga akan berpengaruh pada efisien penggunaan pakan. Sedangkan populasi
yang

terlalu

kecil

akan

menyebabkan

kandang

kurang

efisien

penggunaannya dan akan berpengaruh juga pada pertumbuhan bobot


badannya yang kurang optimal disebabkan ayam terlalu banyak bergerak.
Daya tampung kandang sistem litter untuk ayam umur > 14 minggu 6
ekor/m2.
Kandang dipeternakan ini memiliki nest (tempat bertelur) dengan
24 lubang. Masing-masing lubang digunakan untuk 4 ekor ayam. Ukuran
dari nest adalah 31x31x31 cm. Lubang dari masing-masing nest harus selalu
terisi penuh sekam yang bersih untuk mencegah pecah dan kotornya telur
2. Litter
Litter atau alas kandang pada PT. Panca Patriot Prima
menggunakan sekam dengan ketebalan 15 cm. Menurut Setyawati (2004)
litter sekam padi yang telah digunakan selama 52 hari pemeliharaan ayam

22

broiler memiliki kandungan air 44,87%. Litter yang bersih dan kering pada
pemeliharaan ini sangat penting. Kondisi litter yang lembab dapat
mengakibatkan tingginya kadar amonia dalam kandang dan menyababkan
toksik bagi ayam, selain itu juga mencegah agar kaki ayam tidak kotor,
sebab apabila kotor akan mengotori sarang dan telur. Gas amonia memiliki
berat jenis lebih tinggi dibandingkan dengan udara, sehingga dalam kandang
gas amonia berada pada lapisan udara bagian bawah diatas permukaan
lantai. Gas amonia pada kandang dapat menyebabkan iritasi mata sehingga
terjadi penurunan produksi, konversi pakan meningkat, hingga kematian.
Pemilihan bahan desinfektan untuk penyemprotan litter harus efektif
sebagai absorban, bebas kotoran/debu, tidak mudah habis, bebas racun,
mudah dibersihkan, banyak tersedia, cepat kering, halus dan padat, daya
konduksi termal rendah, daya serap kelembapan udara rendah. Litter yang
biasa digunakan pada ayam broiler diantaranya serutan kayu, serbuk gergaji,
gilingan tebu dan kulit gandum (Setyawati, 2004). Penyemprotan litter
dilakukan untuk menekan perkembangbiakan mikoorganisme yang ada di
sekitar kandang atau didalam kandang ( Fadilah, 2008). Penyemprotan litter
yang dilakukan di PT. Panca Patriot Prima dilakukan minimal dua kali
dalam seminggu dengan disinfektan. Apabila terjadi outbreak penyemprotan
kandang dan sekitar kandang dilakukan setiap hari, tergantung angka
morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan penyakit tertentu. Preparat
yang digunakan untuk desinfeksi antara lain:
1. Didecyl-dimethyl ammonium bromide dengan dosis 1 liter
desinfektan dilarutkan dalam 100 liter air.
2. High Boiling Tar Acid (HBTA), chlorinated xylenol dan dodecil
benzene sulphonic acid dengan dosis 4 liter desinfektan dengan 400 liter air.
3. Glutaraldehyde dan QAC dengan konsentrasi 1 liter desinfektan
dilarutkan dengan 100 liter air
4. Alkyl dimetylbenzil dengan dosis untuk bakterisidal 0,05$-1%,
untuk fungisidal 0,25%-1%, untuk virusidal 0,1%-0,5%.
Dalam melakukan penyemprotan harus dilakukan rolling kandungan
disinfektan agar tidak terjadi resistensi terhadap bibit penyakit. Desinfektan

23

sangat penting bagi peternakan. Desinfektan akan membantu mencegah


infeksi terhadap bibit penyakit yang berasal dari peralatan maupun dari
pekerja yang ada di peternakan dan juga membantu mencegah tertularnya
pekerja oleh penyakit ayam petelur. Perlu diperhatikan bahwa desinfektan
harus digunakan.
3. Tempat Pakan dan Minum
Tempat

pakan

dan

minum

memiliki

beberapa

persyaratan

diantaranya terbuat dari bahan yang tidak mudah berkarat dan sesuai dengan
umur ayam, baik ukuran maupun bentuknya. Tempat pakan harus diletakkan
secara praktis, mudah terjangkau, mudah dipindahkan, diganti atau
ditambah isinya dan mudah dibersihkan. Bentuk tempat pakan ada 2 tipe
yaitu bundar dan panjang (Sartika, 2012)
Sistem peralatan pakan pada PT. Panca Patriot Prima menggunakan
tempat pakan manual (pan feeder). Setiap kandang memiliki 25 pan feeder
dengan kapasitas 7 kg yang digunakan untuk 10-12 ekor ayam/pan feeder.
Standar kebutuhan eating space untuk tempat pakan manual bundar eating
space standar 2 cm / ekor.
Tempat pakan pejantan dan betina diberikan secara terpisah yang
berfungsi agar memudahkan perhitungan konversi pakan pejantan dan
betina. Tempat pakan betina dilengkapi dengan grill berukuran 43 mm
sesuai lebar kepala dan leher ayam betina. Grill pada tempat pakan betina
berfungsi untuk mencegah ayam pejantan makan ditempat pakan betina.
Tempat minum pada peternakan ini menggunakan tempat minum
gantung automatis plastic cone-type round hanging waterer dengan 6
galoon dalam 1 pen. Ukuran lingkar galoon 110 cm untuk kapasitas 50-75
ekor/ galoon. Standar dringking space tempat minum manual bundar standar
adalah 1 cm/ekor. Pengaturan ketinggian posisi galoon dan tekanan air
dalam posisi rendah perlu diperhatikan sehingga air yang keluar tidak
berlebihan yang dapat menyebabkan litter basah sehingga kadar amoniak
meningkat.

24

4.2.1.2 Program Pencahayaan


Pengaruh / respon induk ayam terhadap stimulasi cahaya adalah
berdasarkan kondisi dan berat badan ayam. Hal ini sangat penting untuk
diperhatikan yaitu janganlah merespon cahaya pada ayam yang beratnya
dibawah standard. Intensitas cahaya pada kandang adalah faktor kritis bagi
pertumbuhan ayam dalam kandang terbuka. Dalam situasi ini cahaya buatan
harus cukup memadai secara continue untuk perangsangan cahaya pada ayam
setelah cahaya alam dari luar menurun. Kegagalan cahaya buatan
mengakibatkan tertundanya dewasa kelamin bagi ayam karena penurunan
panjang cahaya alami harian pada ayam.
Periode layer pencahayaan berfungsi sebagai penerangan, penglihatan,
dan menjaga suhu tubuh. sehingga dapat makan secara optimal (Surya, 2007).
Program pencahayaan dilakukan untuk pengaturan pencapaian produksi
maksimal pada ayam jantan dan ayam betina pada umur 21 minggu hingga
masa afkir.
Waktu pencahayaan dilakukan selama 17 jam. Pencahayaan
menggunakan cahaya lampu dan cahaya matahari. Lampu dinyalakan pada
pukul 03.30-06.00 dan 17.00-20.00 sedangkan penggunaan cahaya matahari
dari pukul 06.00 hingga pukul 17.00. Setiap kandang menggunakan 9 lampu
dengan jarak antar lampu 4 meter. Lampu bagian tepi kandang menggunakan
15 watt, sedangkan pada tengan kandang 8 watt sehingga diperoleh intensitas
cahaya 80 lux. Perhitungan intensitas cahaya dilakukan dengan menggunakan
lux meter.
Waktu pencahayaan dan intensitas cahaya sangat penting karena
berkaitan dengan pemicu perkembangan alat alat reproduksi (dewasa
kelamin), feed intake, dan produksi telur. Cahaya yang menembus ke otak
unggas akan merangsang hipotalamus untuk menghasilkan hormon
Gonadotropin dan merangsang kelenjar pituitari untuk menghasilkan Follicle
Stimulating Hormone (FSH) dan Leutinizing Hormone (LH) yang
merangsang dan mempertahankan fungsi reproduksi. Cahaya merangsang
pelepasan dan peningkatan suplai FSH. Hormon ini melalui aktivitas ovari

25

mengakibatkan terjadinya ovulasi dan keluarnya telur (Pond and Wilson,


2000).
4.2.1.3 Program Pemeliharaan
Proses pemeliharaan di PT. Panca Patriot Prima Lawang ini dimulai
dari fase grower - layer. Pemeliharaan pada fase starter dilakukan pada PT.
Panca Patriot Prima Keradenan. Pemindahan pada fase starter ke grower pada
farm ini dimulai pada umur 8-12 minggu. Pada saat umur 14 minggu
dilakukan penimbangan berat badan untuk melakukan pengelompokan under
weight, standart weight, dan over weight. Pengelompokkan ini bertujuan
untuk mendapatkan keseragaman (Uniformity) dengan memperhatikan
perhitungan BB 10 %. Penimbangan berat badan menggunakan sampel 1%
dari populasi atau flock. Penimbangan dilakukan pada waktu yang
bersamaan. Uniformity ditentukan dengan menghitung prosentase hasil
penimbangan dengan prosentase rata-rata berat sampel. Ayam dianggap
seragam bila 80% berat pullet berada pada 15% berat sampel. Ayam dengan
tingkat uniformity yang buruk dipisahkan kedalam pen yang berbeda dan
diberikan manajemen khusus.
Fase produksi pada ayam dimulai pada umur 23-24 minggu hingga
masa afkir (65 minggu). Ayam pejantan saat awal dikawinkan adalah 24
minggu sedangkan umur betina 21 minggu. Ayam jantan pada fase laying
ditempatkan 3 hari sebelum ayam betina dimasukkan pada kandang untuk
program perkawinan. Rasio pejantan dan betina adalah 1 :10. Ayam betina
mengalami puncak produksi pada umur 28-31 hari.
Setiap harinya, ayam bertelur didalam nest (tempat telur). Telur
diambil 5 kali sehari pada pukul 07.30, 09.15, 10.15, 12.40, dan 14.00.
Pengambilan telur dilakukan sesering mungkin untuk mencegah terjadinya
kontaminasi telur dan pecahnya telur. Telur yang telah terkumpul difumigasi
dengan Potassium permanganate (KMnO4) dan formalin dalam ruang
fumigasi. Potassium permanganate dapat menginaktivasi bakteri, virus, dan
fungi melalui oksidasi secara langsung dari dinding sel dan dapat merusak
enzim mikroorganisme pathogen seperti bakteri, fungi, virus dan algae. Pk
sensitif terhadap bakteri coliform, Vibrio cholerae, Salm. typhi, dan Bact.

26

Flexner, Salm. typhi . PK sensitif terhadap virus poliovirus (strain MVA)


(Etches, 2000).
Indikasi produksi diperlukan untuk mengukur dan membandingkan
hasil produksi dengan standar. Indikasi produksi dalam breeding farm
diantaranya HD (Hen Day), HW (Hen Week), HH (Hen House) dan HE (Hen
Egg). Hen day mencerminkan produksi dari ayam yang hidup atau jumlah
ayam yang dipelihara. Hen-day merupakan indikasi produksi yang baik yang
digunakan untuk mengetahui indikasi produksi harian. Hen-day didapatkan
dari perhitungan antara jumlah telur yang dihasilkan dibagi dengan jumlah
ayam yang ada dalam persen (Leeson and Summer, 2009).
4.2.1.4 Program Pemberian Pakan
Pakan adalah campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang
sudah lengkap maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara
khusus dan mengandung zat gizi yang mencukupi kebutuhan ternak untuk
dapat dipergunakan sesuai dengan jenis ternaknya (SNI 01-3930-2006).
Pakan yang digunakan harus disesuaikan jumlah proteinnya karena protein
merupakan polimer asam amino essensial yang diperlukan untuk reproduksi.
Pakan didistribusian secara merata dan dengan waktu yang sama.
Divisi feed mill bertugas melakukan pendistribusian ke seluruh farm dengan
menggunakan truk angkut dan pakan yang didistribusikan telah ditimbang
sesuai kebutuhan populasi ayam tiap flock.
Pemberian pakan pada PT. Panca Patriot Prima dilakukan sekali pada
pukul 07.00. Waktu pemberian pakan harus selalu dimonitor. Pakan akan
habis rata-rata 2,5-3,5 jam. Pakan yang diberikan rata-rata 155gram/ekor
ayam dengan komposisi kadar air 12 %, protein kasar 16%, lemak kasar 34%, serat kasar 4-5%, kalsium 3,2%, phospor 0,4%, mineral 2860K Cal/kg.
Jumlah pemberian pakan berkaitan dengan konversi pakan. Konversi
pakan adalah perbandingan antara banyaknya pakan yang diberikan dengan
banyaknya produksi. Konversi pakan juga dapat dihitung melalui indikator
HD (Hen Day) seperti pada Tabel 2.

27

Tabel 2. Kebutuhan pakan per ekor ayam (gram)


Hen Day (HD) %
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
50%
55%
60%
65%

Jumlah Pakan (gram)


118
120
122
124
127
130
132
137
141
145
150
155
160

Pada fase grower konversi pakan dihitung dari banyaknya pakan yang
diberikan dibagi dengan pertambahan bobot badan, sedangkan pada fase
layer konversi pakan diperoleh dari jumlah pakan yang diberikan dibagi
dengan jumlah telur yang dihasilkan. Konversi pakan dihitung untuk
mengetahui banyaknya pakan (kg) yang diperlukan umtuk menghasilkan satu
(kg) produk telur (Leeson and Summer, 2009).
4.2.1.5 Manajemen Kesehatan
Sistem produksi yang digunakan di farm Lawang adalah dengan cara
kawin alami. Setiap pen perbandingan ayam jantan dan ayam betina sekitar
1:8. Kriteria ayam pejantan yang baik yaitu: daerah kloaka dan sekitarnya
berwarna merah, jarak antara kloaka dengan kedua ujung tulang pelvis dan
jarak antara kedua ujung tulang pelvis tidak kurang dari 2 jari, serta bulu
ekornya panjang dan indah. Manajemen kesehatan yang dilakukan yaitu :

1. Sanitasi
Sanitasi yang dilakukan di farm PT. Panca Patriot Prima meliputi:

Kontrol lalu lintas : pelaksanaan kontrol lalu lintas pada peternakan


ayam PT. Panca Patriot Prima dilakukan dengan adanya lorong
penyemprotan desinfeksi didepan pintu masuk kandang untuk setiap
28

kendaraan yang akan masuk kedalam kandang. Larutan desinfeksi


yang digunakan adalah Glutaraldehyde dan QAC dengan konsentrasi
1 L desinfektan dilarutkan dengan 100 liter air. Kendaraan yang
digunakan dibedakan berdasarkan jenis angkutan seperti kendaraan
transportasi telur ke hatchery, mengangkut pakan, dan pengangkutan
DOC untuk didistribusikan ke peternak. Perbedaan kendaraan
dilakukan untuk menghindari dan mencegah kontaminasi bakteri
dari satu kendaraan ke kendaraan lainnya. Pekerja yang membawa
kendaraan bekerja sesuai dengan tugas kendaraan yang dikendarai.

Desinfeksi perkandangan : desinfeksi terhadap kandang yang


dilakukan

di

PT.

Panca

Patriot

Prima

meliputi

meliputi

pengangkatan litter dan sanitasi lingkungan. Pengangkatan litter


dilakukan secara periodik ketika litter tampak basah dan ketika ayam
pada masa afkir. Penggantian litter dilakukan untuk mengurangi
jumlah amoniak dalam kandang dan mencegah munculnya
mikroorganisme pathogen. Penyemprotan kandang dilakukan untuk
menekan perkembangbiakan mikoorganisme yang ada di sekitar
kandang atau didalam kandang ( Fadilah, 2008). Penyemprotan
kandang yang dilakukan di PT. Panca Patriot Prima dilakukan
minimal dua kali dalam seminggu dengan disinfektan. Apabila
terjadi outbreak penyemprotan kandang dan sekitar kandang
dilakukan setiap hari, tergantung angka morbiditas dan mortalitas
yang diakibatkan penyakit tertentu.

Preparat yang digunakan untuk desinfeksi kandang yaitu Didecyldimethyl ammonium bromide, High Boiling Tar Acid (HBTA),
chlorinated

xylenol

dan

dodecil

benzene

sulphonic

acid,

Glutaraldehyde dan QAC, Alkyl dimetylbenzil dengan dosis untuk


bakterisidal 0,05%-1%. Dalam melakukan penyemprotan harus
dilakukan rolling kandungan disinfektan agar tidak terjadi resistensi
terhadap bibit penyakit. Desinfektan sangat penting bagi peternakan.
Desinfektan akan membantu mencegah infeksi terhadap bibit
penyakit yang berasal dari peralatan maupun dari pekerja yang ada

29

di peternakan dan juga membantu mencegah tertularnya pekerja oleh


penyakit ayam petelur. Perlu diperhatikan bahwa desinfektan harus
digunakan secara tepat (Haynes and Smith, 2012).

Program sanitasi pekerja : Setiap pekerja yang akan masuk


diharuskan mandi, menggunakan seragam khusus unit masingmasing dan tidak diperbolehkan pekerja masuk dari satu unit ke unit
lain untuk mencegah adanya kontaminasi silang dari kandang ke
hatchery.

2. Vaksinasi
Vaksinasi adalah pencegahan atau pemberian kekebalan terhadap
suatu penyakit tertentu sebelum penyakit tersebut masuk ke dalam tubuh
ayam. Penyakit yang umum adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri,
virus. Tapi yang paling sering dilakukan adalah vaksinasi terhadap penyakit
virus karena penyebarannya sangat cepat dan tidak ada obatnya. Program
vaksinasi

bertujuan

untuk

mencegah

timbulnya

penyakit

melalui

pembentukan antibodi yang sesuai dengan jenis vaksin yang diberikan.


Vaksin harus disimpan pada suhu 2-80C (Wibowo dkk, 2013). Vaksinasi
dilakukan pada pagi atau sore hari untuk melindungi vaksin agar tidak terkena
sinar matahari secara langsung, karena apabila terkena matahari secara
langsung maka akan merusak vaksin
Aplikasi vaksinasi yaitu melalui tetes mata, tetes hidung, cekok (oral),
melalui air minum, suntikan (injeksi) di bawah kulit dan injeksi di bawah otot
atau dengan metode spray/penyemprotan halus. Jenis vaksin yang
digunakan ada dua 2 yaitu vaksin live dan vaksin kill. Program vaksinasi PT.
Panca Patriot Prima seperti pada Tabel 3.
Perlakuan ayam sebelum pelaksanaan vaksinasi adalah 3 hari sebelum
dan sesudah vaksin dan pada saat vaksinasi harus diberi vitamin. Vaksin
hanya dilakukan pada ayam dalam kondisi sehat (Wibowo dkk, 2013).
Program vaksinasi dalam suatu peternakan jenis vaksin yang digunakan dan
program vaksinasinya beragam antar peternakan.
Setelah pelaksanaan vaksinasi botol bekas vaksin dan peralatan yang
digunakan didesinfektan dan kemudian botol bekas vaksin tersebut dibuang di

30

tempat yang aman dan

dibakar, peralatan vaksin setelah didesinfektan

disterilkan dengan air panas sehingga dapat digunakan kembali untuk


menghindari penyebaran bibit penyakit (Wibowo dkk, 2013).
Tabel 3.. Program Vaksinasi PT Panca Patriot Prima Lawang
Umur
1 Hari
4 Hari
1 Minggu
2 Minggu
3 Minggu
4 Minggu
5 Minggu
6 Minggu
7 Minggu
8 Minggu

Jenis vaksin
ND Lasota + IB Mass
Coccivax D dan Potong paruh
AI Shigetta
Gumboro Live dan ND IBD Kill (5070%)
ND Lasota + IB Mass dan ND Kill
ILT
Fowl Pox
Coryza Kill
IB-Live
Reo Live dan AI Kill

9 Minggu
10 Minggu
11 Minggu
16 Minggu
17 Minggu
18 Minggu
20 Minggu
34 Minggu
37 Minggu
40 Minggu

Fowl Pox
Coryza Kill
ND Lasota Live dan ND Gumboro
Reo Kill
Coryza Kill
ND IB EDS
AI dan ND Kill
ND IBD kill
Revaksinasi IB live
ND Kill dan AI

Cara pemberian
Tetes mata
Spray pakan
IM / Subkutan
Tetes Mulut
Tetes Mata dan IM
Tetes mata
Tusuk sayap
IM
Tetes Mulut
Tetes Mulut dan IM/
Subkutan
Tusuk sayap
IM
Tetes mata dan SC
IM
IM
IM
IM/Subkutan
IM
IM/ Subkutan

3. Medikasi
a. Pemberian Vitamin
Vitamin merupakan zat yang ditambahkan pada bahan pakan maupun
air minum yang berguna sebagai suplemen agar organ tubuh dapat bekerja
secara optimal dan tidak rentan terhadap penyakit (Leeson and Summer,
2009). Pemberian vitamin sering dilakukan pada ayam parent stock. Vitamin
diberikan untuk menghindari stres. Stres pada ayam dapat diakibatkan pasca
transportasi, pra dan post vaksinasi, suhu udara terlalu panas, pergantian
musim, molting, pergantian pakan, timbang sampel, pindah kandang, dan
masih banyak faktor lain.
Vitamin sendiri dibagi menjadi dua macam yaitu vitamin yang
mengandung

elektrolit

dan

nonelektrolit

31

PT. Panca

Patriot

Prima

menggunakan vitamin yang mengandung vit.A, vit.D3, vit.E, vit. B1, vit.B2,
vit.B6, vit.B12, Vit.C, biotin, asam folat, methionin, lysin, arginine, glicyn,
NaCl,

KCl, NaHCO3 yang berfungsi sebagai antistress yang sering

diberikan pada ayam karena ayam mudah stress dalam keadaan apapun. Bila
ayam stres maka penyakit akan lebih mudah menyerang. Vitamin dapat
diberikan melalui air minum pada pagi dan sore hari ketika ayam aktif
bergerak (ASOHI, 2009).
b. Pemberian Prebiotik
Pada farm ini juga dilakukan pemberian prebiotika berupa tetes tebu
atau molase yang dicampurkan lewat air minum dengan dosis 100 ml
prebiotik dicampurkan dengan 500 ml air untuk 2000 ekor ayam. Pemberian
prebiotik ini diberikan pada saat kegiatan vaksinasi telah selesai
dilaksanakan. Prebiotik disebut juga sebagai nutrisi yang sesuai bagi bakteri
pencernaan, sehingga menekan pertumbuhan bakteri patogen dalam
pencernaan. Prebiotik berfungsi untuk memberikan nutrisi bakteri flora
normal pencernaan yang dapat membantu proses metabolisme (Gunawan dan
Sundari, 2003). Penggunaan prebiotik juga dapat meningkatkan nilai retensi
nitrogen dalam tubuh sehingga menyebabkan konsentrasi amonia pada feses
menurun. Nilai retensi nitrogen menunjukkan sejumlah nitrogen yang diserap
dan dimanfaatkan oleh tubuh (Yuzrizal dan Chen, 2003).
4. Monitoring
a. Kontrol Malam
Program Kontrol malam dilakukan untuk pemeriksaan kondisi ternak
saat malam hari. Kontrol kandang meliputi kontrol kesehatan ayam, kontrol
pencahayaan, dan kontrol kandang terhadap hewan pemangsa atau predator.
Pemantauan kesehatan meliputi pemantauan ayam yang mengorok yang dapat
disebabkan oleh infeksi Mycoplasma Galliseptum yaitu kuman penyebab
penyakit Chronic Respiratory Disease (CRD). Program ini dilakukan oleh
semua karyawan kesehatan atau yang bertanggung jawab langsung terhadap
kandang untuk menjamin kebenaran hasil pemantau malam hari.
b. Pengujian Serologis

32

Fungsi dari pengujian sampel serum antara lain membantu dalam


mendiagnosa penyakit, monitoring titer antibodi, mengetahui keberhasilan
vaksinasi, untuk mengetahui base line titer atau level minimal titer antibodi
agar peternakan aman dari infeksi penyakit tertentu. Mekanisme pengujian
sampel serum diantaranya:
Pengambilan Darah
Pengambilan sampel darah dilakukan untuk pemeriksaan darah.
Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui adanya infeksi pada
unggas dan mengetahui titer antibodi pasca vaksinasi (Leeson and
Summer, 2009). Pengambilan sampel dilakukan setiap 1 bulan sekali atau
40 hari pasca vaksinasi dengan jumlah sampel 2 ekor ayam setiap pen. dan
mengumpulkan darah dalam tabung terbuka. Darah diambil sebanyak 0,7
ml pada vena brachialis. Darah yang telah diperoleh kemudian dimasukkan
dalam tabung venojec tanpa EDTA.
Isolasi Serum
Pemeriksaan laboratorium memerlukan sample serum. Darah yang
telah diperoleh di letakkan miring 2 jam pada suhu kamar. Sampel serum
adalah kuning jernih dan akan terpisah dari sel-sel darah . Sampel darah 23 ml menghasilkan sekitar 0,5 ml. Pengujian sampel darah dilakukan untuk
uji HA-HI Avian influenza dan ND (New Castle Disease)
Pengiriman Sampel
Sampel serum yang telah di isolasi selanjutnya diberi label.
Keterangan label berisi umur dan nama kandang. Serum selanjutnya
dimasukkan ke dalam cool box dan diberikan ice pack gel sebanyak 10
buah yang disusun sedemikian rupa sehingga spesimen berada ditengahtengah ice pack gel. Sampel selanjutnya dikirim ke laboratorium PT.
Panca Patriot Prima yang berdada di kecamatan Jabung. Beberapa faktor
penyebab kerusakan serum ialah sinar matahari, suhu tinggi, pH dan
kontaminasi logam. Selama pengiriman, serum harus berada pada suhu 28oC sehingga dapat tahan 3-5 hari.
Pengujian HI (Hemaglutinin inhibition)

33

Tujuan uji HI (Hemaglutinin inhibition) yaitu untuk mengetahui


titer antigen dan atau mengetahui titer antibodi terhadap antigen virus yang
mempunyai protein hemaglutinin misalnya virus influenza, parainfluenza,
adenovirus, rubella, alphavirus, bunyaviruses, flaviviruses dan beberapa
strain picornavirus. Keuntungan dari tes HI adalah relatif mudah dan
murah untuk dilakukan. Prinsip dasar HI test adalah hambatan reaksi
agglutinasi sel darah merah (RBC) oleh virus akibat adanya ikatan antara
virus dengan antibodi spesifik. Hasil uji positif jika tidak terjadi aglutinasi
sedangkan hasil uji negatif jika terjadi aglutinasi (Indriani et al, 2004).
Pengujian HI pada PT. Panca Patriot Prima dilakukan untuk
mengatahui keseragaman titer antibodi pasca vaksinasi dan untuk
mengetahui titer antigen saat terjadinya outbreak khususnya untuk
penyakit AI (Avian Influenza) dan ND (New Castle Disease). Pengujian
HI dilakukan 40 hari pasca vaksinasi dan pengulangan rutin setiap 2 bulan
sekali. Hasil titer antibodi yang diperoleh dibandingkan dengan standar
titer protektif. Titer protektif adalah batas minimal jumlah antibodi dalam
tubuh yang masih mampu melindungi terhadap virus tertentu. Titer
protektif ND untuk ayam adalah 64, sedangkan untuk AI adalah 28
(Kusmaedi, 2001).
Rapid Plate Agglutination Test (RPAT)
Prinsip utama RPAT adalah pengikatan antigen dengan antibodi dalam
serum sehingga terjadi aglutinasi. Uji ini digunakan untuk mendeteksi
Mycoplasma gallisepticum, dan Salmonella Pullorum. Uji ini sangat
sensitif, cepat, mudah, tanpa perlakuan dan peralatan khusus. Metode uji
RPAT adalah dengan mencampur satu tetes serum dengan satu tetes
antigen diatas plate dan diaduk selama 5 detik. Hasil uji positif terlihat
adanya butiran pasir (aglutinasi) akibat ikatan antigen dengan antibodi
(Shivaprasad, 2000).
c. Nekropsi
Tujuan bedah bangkai atau nekropsi adalah untuk mengetahui adanya
suatu penyakit sedini mungkin dengan melihat patologi anatomi dengan mata
telanjang khususnya perubahan menciri pada tubuh / organ ayam sehingga

34

dapat diadakan treatment secepat cepatnya. Nekropsi dilakukan pada ayam


mati yang dicurigai terkena penyakit. Nekropsi segera dilakukan setelah ayam
mati, agar tidak terjadi perubahan-perubahan akibat proses pembusukan.
Sesuai dengan Alexander and Senne (2008), nekropsi harus dilakukan
sebelum bangkai mengalami autolisis, jadi sekurang-kurang 6 8 jam setelah
kematian.
Pada farm ini semua bangkai wajib di bedah, termasuk ayam ayam
yang dimatikan (diafkir) dan dilakukan penanaman bangkain pada sumur
yang berukuran 1,5 x 25 meter yang mana diatas sumur dibuatkan lubang
kecil dengan tutup yang dapat dibuka untuk memasukkan bangkai. Perlakuan
yang diberikan pada sumur pembuangan bangkai ini adalah dengan
pemberian pengurai limbah organik dengan isi preparat lignolitik, cellulotik
dan proteolitik. Pengurai limbah organik ini diberikan sebulan sekali untuk
menguraikan bangkai agar cepat membusuk. Area sekitar lubang sumur di
taburi dengan kapur agar tidak ada lalat yang mencemari lingkungan.
Kelemahan cara ini adalah adanya pencemaran lingkungan oleh bangkai
apabila penanganan sedikit lalai dan seharusnya dilakukan pencatatan dalam
buku khusus untuk monitoring hasil pembedahan.
4.2.1.6 Indikator Keberhasilan
Indikator

keberhasilan

yang

perlu

diperhatiakn

di

farm

dibandingkan dengan standar COBB-500 dapat dilihat pada Lampiran 1.


Evaluasi produksi diperlukan untuk mengukur hasil produksi pada sebuah
farm. Evaluasi produksi ini dapat dilakukan dengan cara menghitung hen-day
atau Egg production (EP). Hen-day didapatkan dari perhitungan jumlah telur
yang dihasilkan dibagi dengan jumlah ayam betina dalam kandang pada hari
kemarin dalam persen. Hen-day mencerminkan produksi nyata dari ayam
yang hidup dan berproduksi. Evaluasi produksi lainnya adalah Hen Week
(HW), Hen House (HH), fertility, FCR (Feed Convertion Rate), dan nilai
deplesi.
Hen week merupakan rata-rata telur yang dihasilkan dibandingkan
dengan jumlah ayam saat itu yang dihitung perminggu. Hen House adalah
rata-rata telur yang dihasilkan dibandingkan dengan jumlah ayam pada saat

35

awal masuk farm. Fertililiti dan daya tetas merupakan dua sifat yang
mempunyai nilai ekonomis penting pada program pembibitan ayam. Fertiliti
adalah telur yang berpotensi dapat menghasilkan embrio. FCR adalah ratarata hasil produksi telur dalam 1 kg pakan. Konversi pakan pada breeding
farm adalah perbandingan jumlah pakan yang dihabiskan dengan produksi
telur dikalikan massa telur (rata-rata berat telur). Nilai deplesi adalah rata-rata
ayam afkir dalam 1 periode produksi.
Indeks produksi ini dapat dibagi ke dalam 3 tahap, yaitu awal produksi
puncak, puncak produksi, dan puncak-akhir produksi. Berdasarkan data pada
tahun 2013 diperoleh HD pada awal produksi (24 minggu) 1,9%, pada
puncak produksi (30-31 minggu) sebesar 90 %, dan akhir produksi 67%, hal
ini menunjukkan angka diatas standar. Standart untuk Cobb 500 menyebutkan
pada permulaan produksi telur, persentase produksi hen day sekitar 5 %.
Persentase tersebut meningkat dengan cepat pada 8 minggu pertama produksi
telur.

Pada saat ayam berumur 31-32 minggu, produksi telur mencapai

puncaknya dengan persentase produksi hen day lebih dari 80 %. Produksi


telah mencapai puncaknya apabila selama 5 hari berturut-turut produksi telur
tidak meningkat. Setelah mencapai puncaknya, persentase produksi hen day
menurun secara konstan dengan laju penurunan sebesar 1% per minggu. Pada
saat ayam berumur 65 minggu, persentase produksi hen day telah berada di
bawah angka 50% (Cobb, 2003).
PT. Panca Patriot Prima pada Februari tahun 2014 dengan HD umur
49 minggu berkisar 62,9 % dengan standartnya 64%, hal ini HD hampir
mendekati nilai standart, sehingga sudah dapat dikatakan cukup baik untuk
produksi telur tetasnya. Pada umur 49 minggu nilai fertiliti sekitar 93,6%
dengan standar cobb 500 yaitu 95,3%. Nilai FCR pada umur 49 minggu
normal yaitu setiap 1 kg pakan menghasilkan tambahan berat badan sekitar
1,08 kg. Nilai deplesi sekitar 11,3% dengan nilai standar cobb 500 sebesar
10,3%. Nilai HD dibawah standar dan nilai deplesi diatas standar hal ini
dimungkinkan dikarenakan kurang maximalnya sanitasi misalkan kontrol lalu
lintas, personal higiene. Nilai fertiliti dibawah standar hal ini menandakan

36

bahwasanya dimungkinkan kurangnya rasio pejantan dan betina, serta


kualitas pejantan yang menurun misalnya pejantan obesitas, cacat fisik.
4.2.2 Unit Hatchery
4.2.2.1 Proses di unit hatchery
1. Gradding
Telur-telur yang baru datang dari kandang disebut HE (Hatching Egg),
telur tersebut langsung masuk ke grading room. Telur yang baru datang
diseleksi

berdasarkan ukuran, kebersihan, dan keutuhan. Telur yang baru

datang diseleksi berdasarkan ukuran, kebersihan, dan keutuhan, seperti di


bawah ini pada Tabel 4.
Menurut Wageningen et al (2004), telur yang retak dapat menyebabkan
hilangnya

kelembapan

telur

menghasilkan DOC yang

selama

inkubasi.

Sehingga

telur

akan

lemah atau dapat menyebabkan kegagalan

embriogenesis. Telur yang kotor dapat menyumbat lapisan pori-pori cangkang


sehingga pertukaran udara keluar menjadi terhambat. Telur yang terlalu besar
dan memiliki kuning telurnya ganda tidak menetas walaupun di masukkan
mesin hatcher. Sebaliknya telur yang terlalu kecil, juga kurang menetas dengan
baik. Berat telur normal adalah 62,0 - 61,9.
Telur yang masuk kriteria, ditempatkan pada tray kemudian ditempatkan
di troly pasreform. Troly pasreform memuat 32 Egg tray dengan isi 150 telur.
Peletakkan HE di tray juga harus dengan posisi bagian yang tumpul di atas,
kemudian dilakukan pelabelan berdasarkan umur, lama penyimpanan dan
nomer kandang ayam penghasil HE: Penelitian yang dilakukan oleh Suradi
(2006) menyebutkan bahwa .peletakan telur pada posisi tumpul diatas dapat
menghambat penyusutan berat telur namun tidak berpengaruh secara nyata.

Tabel 4. Telur Afkir


Gambar

Penyebab

37

Ukuran telur terlalu besar

Ukuran telur terlalu besar ini diakibatkan karena proses


pembentukan ovum dan jatuh di infundibulum yang
terjadi bersamaan sehinga menyebabkan kuning telur
ganda. (Haryono, 2000)

Ukuran telur terlalu kecil

Ukuran telur terlalu kecil ini dikarenakan adanya sesuatu


yang jatuh di infundibulum sehingga proses pembentukan
telur akan berjalan meskipun benda yang jatuh di
infundibulum.ini bukan kuning telur, tetapi dindingdinding sel ataupun bagian luar organ yang telah tua

Telur dengan kerabang retak.

(Haryono, 2000).
Retak pada kerabang telur ini karena goncangan yang
keras, hal ini bisa diakibatkan karena terinjak oleh ayam,
kondisi litter dalam nest kurang memadai, ayam bertelur
pada litter kandang dan adanya benturan pada saat proses

Telur dengan kerabang keriput.

transportasi (Shofiyanto dkk, 2008.).


Telur dengan kerabang keriput dikarenakan kekurangan
zat penyusunannya sehingga lapisannya tidak rata, hal ini
dapat disebabkan ayam terserang Infectious Bronchitis
(IB) (Haryono, 2000).

Telur terkontaminasi darah dan

Telur terkontaminasi darah dan kotoran dapat disebabkan

kotoran.

ayam mengalami pendarahan di bagian kloaka, akibat


obesitas pada saat mulai bertelur. Telur yang terkontaminasi
kotoran dapat disebabkan adanya kotoran induknya sendiri
seperti ayam yang menempel di cangkang telur (Haryono,
2000).

Telur dengan kerabang lunak.

Kerabang telur sangat tipis sehingga kerabang telur menjadi


lunak. Keadaan ini disebabkan oleh belum siapnya ayam
untuk bertelur (terlalu dini). Penyebab lainnya mungkin
karena ayam terserang IB, dan kekurangan unsur kalsium di
dalam pakannya (Umar dkk, 2000).

2. Egg room
Telur yang telah diseleksi dimasukkan kedalam egg room untuk
disimpan. Penyimpanan telur bertujuan untuk menjaga kualitas telur tetas.
Faktor yang berpengaruh dalam penyimpanan telur tetas diantaranya adalah
38

suhu, lama penyimpanan, dan posisi penyimpanan. Temperatur penyimpanan


telur sebaiknya tidak terlalu panas atau terlalu dingin. Temperatur dan
humidity/ kelembaban egg room harus selalu diperhatikan untuk mencegah
kontaminasi karena temperatur yang terlalu tinggi akan menyebabkan
timbulnya air di permukaan cangkang sehingga akan memudahkan tumbuhnya
mikroorganisme yang kemudian akan berpenetrasi ke dalam cangkang. Pada
PT. Panca Patriot Prima telur pada egg room disimpan pada suhu 18-21oC
selama 3-4 hari seperti Tabel 5.
Tabel 5. Suhu Penyimpanan dan Kelembaban
Lama

Suhu

Kelembaban

Penyimpanan

(%RH)

3 hari

18,3 21,1 oC

75

3-7 hari

15,0 16,7 oC

80

Lebih dari 7

12,8 13,9 oC

85

hari

Temperatur lingkungan terlalu panas dapat menyebabkan embryo akan


berkembang, tetapi perkembangan itu tidak normal dan mati sebelum atau
sesudah berada dalam mesin tetas (Kartasudjana, 2001). Menurut Suradi
(2006), pertukaran gas dapat terjadi melalui pori-pori di kulit telur selama
penyimpanan. Karbondioksida berdifusi keluar dari telur, dan konsentrasi
menurun dengan cepat selama 12 jam pertama setelah telur diletakkan. Telur
juga kehilangan uap air selama penyimpanan. Hilangnya karbon dioksida dan
uap air berkontribusi terhadap hilangnya daya tetas telur setelah penyimpanan.
3. Inkubasi / Setter
Telur dari ruang penyimpanan (egg room), selanjutnya akan di inkubasi.
Sebelum masuk ke masa inkubasi di mesin setter/ inkubator, HE harus
mengalami prewarming dan preheating. Tujuan dari prewarming ini adalah
menyetabilkan temperatur dari egg room dengan suhu rendah ke dalam
prewarming room dengan suhu ruang, untuk mencegah terjadinya embrio
shock. Hal yang perlu diperhatikan saat proses prewarming antara lain
kebersihan dan sanitasi prewarming room (Khan et al, 2012). Telur
39

dimasukkan kedalam prewarming room selama 3-4 jam dengan suhu 24 oC,
kemudian dikeluarkan dari prewarming room dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Waktu Prewarming Room
Lama

Waktu

Penyimpanan

Prewarming

0 3 hari

3 6 jam

4 -7 hari

6 12 jam

8 14 hari

12 18 jam

Telur yang telah mengalami prewarming dimasukkan kedalam mesin


setter untuk dilakukan preheating pada suhu 35,66 oC, namun sebelum
preheating telur dilakukan fumigasi telur didalam mesin setter dengan metode
penguapan 600 gram potasium klorat yang dilarutkan dalam 1200 cc formalin
selama 15 menit yang berfungsi untuk untuk mencegah rekontaminasi. Larutan
fumigan tersebut akan berevaporasi ketika dipanaskan secara elektrik,
kemudian asapnya akan berpenetrasi melalui cangkang.
Telur yang siap di inkubasi dimasukkan ke alat inkubator. Inkubasi
dilakukan selama 18 hari. Terdapat dua jenis inkubasi yaitu inkubasi single
stage (all in/all out) dan inkubasi multi stage. Inkubasi single stage adalah
inkubasi dengan mesin inkubator diisi oleh HE yang umur embrionya sama
dengan kondisi temperatur disesuaikan kebutuhan pertumbuhan embrio.
Sedangkan inkubasi jenis multi stage adalah mesin inkubator berisi HE yang
umurnya berbeda-beda. Pada PT. Panca Patriot Prima, jenis inkubasi yang
digunakan adalah inkubasi single stage. Kelebihan inkubasi single stage adalah
kondisi temperatur disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan embrio. Mesin
inkubator memiliki kapasitas 24 troly dengan tiap troly berisi 4800 telur.
Selama di inkubasi, telur mengalami turning. Proses turning adalah
proses membalikkan telur 45o kearah vertikal setiap 1 jam sekali (Bachari dkk,
2006). Proses ini bertujuan untuk pemerataan pemanasan selama telur berada
di mesin setter dan mencegah embrio menempel ke membran cangkang,
terutama selama minggu pertama inkubasi (Khan et al, 2012). Menurut Haynes
et al (2012), albumin (putih telur) tidak mengandung partikel lemak dan
40

memiliki berat jenis mendekati air sedangkan egg yolk (kuning telur) memiliki
kandungan lemak tinggi. Lemak dan minyak memiliki berat jenis lebih rendah
dari air sehingga egg yolk dapat mengapung di albumin. Jika telur tetap berada
di satu posisi (tanpa turning), kuning telur cenderung melayang ke atas
albumen menuju shell sehingga embrio berkembang selalu terletak di atas
membran cangkang.
Pada hari ke 7 dan hari ke 14, dilakukan smooking (pengasapan) telur
dalam mesin setter. Smooking dilakukan dengan menggunakan 10 gram
eniconazole untuk 1 mesin setter yang berfungsi untuk mencegah adanya jamur
aspergillus fumigatus dan dermatophytes pada telur. Proses inkubasi akan
berpengaruh pada susut berat telur. Penyusutan berat telur pasca inkubasi
adalah 12 14% dari berat semula, hal ini menyebabkan kantung hawa
melebar hingga 1/3 bagian telur sehingga paru-paru embrio dapat berkembang.
Suhu inkubasi yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kematian embrio dini
(Death In cell), penetasan dapat terjadi lebih dini, yolk sac dapat tertarik ke
arah badan sebelum waktunya. Proses inkubasi jika suhu terlalu rendah dapat
menyebabkan proses embriogenesis menjadi tidah sempurna dan bertambahnya
waktu inkubasi.
Suhu inkubasi diatur berdasarkan hari inkubasinya seperti pada Tabel 7.
Pada unit hatchery ini dilakukan 2 kali dalam seminggu proses setter ke mesin
inkubator. Sebelum mesin inkubator ini beroperasi kembali, mesin ini harus
istirahat mesin 3 hari. Pada saat mesin istirahat dilkukan desinfeksi mesin
dengan dilakukan penyemprotan dengan menggunakan preparat Alkyl
dimetylbenzil, kemudian dihari selanjutnya dilakukan fumigasi dengan PK dan
formalin dengan perbandingan 1:2. Kemudian dibiarkan 1 hari samapai telur
masuk.
Pada tahapan inkubasi pada mesin setter perlu di perhatikan hal sebagai
berikut (Khan et al, 2012):
Pintu mesin harus tetap tertutup, hal ini untuk menjaga menghembusnya
udara panas dan lembab ke dalam ruangan, merubah kondisi mesin
sehingga setter bersuhu dingin berlebihan

41

Penyebab rendahnya suhu yaitu terbakar elemen pemanas, rendahnya


voltase pada mesin dan menyebabkan naiknya waktu siklus pemanasan,
dinginya ruangan.
Air bocor dan lantai basah, akan mendinginkan telur, merusak
perkembangan embrio, bahkan dapat mematikan embrio, meningkatnya
kelembaban, pendinginan setempat yang berakibat tidak meratanya
penetasan.

Tabel 7 Program Inkubasi


Lama

Rata-rata suhu

Temperatur

inkubasi

telur

inkubasi

Kelembapan (%)

0-1

37oC

37,15

53

37oC

37,1

53

42

37oC

37

53

37oC

36,96

53

37oC

36,96

53

37oC

36,96

53

37oC

36,96

53

37oC

36,95

53

37oC

36,95

53

10

37oC

36,95

53

11

37oC

36,94

53

12

37oC

36,92

53

13

37oC

36,7

53

14

37oC

36,55

53

15

37oC

36,45

53

16

37oC

36,37

53

17

37oC

36,2

53

18

37oC

Transfer

53

4. Candling dan Hatcher room


Telur yang telah berumur 18 hari, segera dipindahkan ke mesin hatchery
untuk ditetaskan. Telur yang akan ditetaskan sebelumnya harus melalui
beberapa tahapan yaitu, candling telur, pemindahan dari tray ke basket hatcher
dan pining telur. Proses candling dilakukan untuk menseleksi HE fertile, HE
infertile, HE explode/ busuk, dan kering. HE yang fertil dipindahkan dari tray
ke basket hatcher. Basket hatcher masuk mesin hatcher/penetasan. Pada proses
perpindahan telur ke mesin hathcer harus meminimalkan retaknya telur karena
cangkang telur mudah pecah akibat pemanasan di mesin setter hal ini
dikarenakan kalsium dan mineral sudah terserap dari cangkang oleh embrio
sehingga embrio sangat mudah rusak.
HE busuk terlihat penetasan telur yang mengeluarkan busa karena
busuk, hal tersebut diduga karena pada penelitian kelembaban mesin tetas

43

pada akhir masa inkubasi adalah 80%.Hal ini akibat adanya kontaminasi dari
jamur Aspergillus. Sesuai dengan Daniel et al. (1979), bahwa kejadian infeksi
Aspergillosis ini terjadi sejak di mesin tetas, akibat mesin tetas yang tercemar
atau telur yang terkontaminasi jamur Aspergillus ketika telur tersebut retak atau
pecah.
Pada prinsipnya untuk menetaskan telur ayam hanya menjaga suhu pada
telur tersebut agar stabil sesuai yang dibutuhkan telur agar bisa menetas.. Suhu
yang baik untuk pertumbuhan embrio adalah berkisar diantara 38 - 40 oC
(Suprapto, 2010). Pada PT.Panca Patriot Prima, suhu hatcher 98,8 oF dengan
humidity (kelembapan) 53-60 RH selama 2 hari. Pada mesin hatcher perlu
diperhatikan beberapa hal yaitu (Khan et al, 2012) :

Lantai mesin yang tidak boleh basah, karena hal ini dapat menyebabkan
suhu yang tidak merata pada tray

Pintu mesin yang tidak boleh dibiarkan terbuka, karena akan menyebabkan
panas, kelembaban dan udara kotor akan bertambah pada ruangan.

Aliran udara, tumpukan tray harus diletakkan pada posisi vertikal dan tray
pada troly terisi penuh walaupun tidak ada telur untuk membuat udara
melewati tray penuh.
Kontrol telur dalam mesin hatcher dilakukan setiap hari, apabila jumlah

telur yang menetas lebih dari 15% dilakukan proses pipping. Proses pipping
dilakukan dengan menguapkan 600 cc formalin yang dilarutkan kedalam 300
cc air. Apabila jumlah telur yang menetas telah mencapai 75% dilakukan
penurunan suhu mesin hatcher menjadi 97,5oF, hal ini dilakukan untuk
mencegah terlalu tingginya suhu ruang bagi DOC yang telah menetas sehingga
terjadi shock. Pada mesin hatcher tidak semua anak ayam menetas pada saat
yang sama hal ini dikarenakan (Khan et al, 2012) :

Beda menetas antara anak ayam pertama dengan yang terakhir dapat
mencapai 24 jam

Penyebabnya : umur telur, umur kelompok, ukuran telur dan mutu cangkang
telur, tidak seimbangnya setter, penyimpanan telur dan penanganannya.

5. Pull Chick atau Pengemasan


44

Kegiatan pengemasan pada hatchery lawang ini dilakukan seminggu 2


kali pada hari senin dan kamis. Anak ayam yang telah menetas dikeluarkan dari
mesin hatcher. Keterlambatan dalam mengeluarkan anak ayam dapat
menyebabkan dehidrasi anak ayam yang menetas terlalu dini. Anak ayam
sebaiknya dikeluarkan ketika masih basah 5%.
Ayam yang baru menetas selanjutnya disebut DOC (Day Old Chick).
DOC kemudian diseleksi berdasarkan kondisi fisiknya. Ciri DOC yang sehat
adalah mempunyai tubuh yang berkembang baik. Perut harus tampak berisi
atau padat, warnanya cerah sesuai breednya, kaki tampak relatif kuat dan
mempunyai kuku yang panjang dan lurus, anak ayam berdiri tegak dan lincah,
pusar / umbilicus harus tertutup dengan baik, kering, dan licin. DOC yang telah
diseleksi selanjutnya dikemas kedalam kardus. Sesuai dengan Sutiyono dkk
(2006), bahwa pusar yang tidak segera menutup akan menyebabkan
permasalahan lain yaitu terjadinya omphalitis. Adanya peradangan ini akan
menyebabkan bibit penyakit mudah menginfeksi seperti Salmonella sp.,
Clostridium dan yang paling sering adalah infeksi bakteri Escherichia coli.
Setiap kardus berisi 100+2 ekor DOC yang siap didistribusikan. DOC
yang didistribusikan tanpa dilakukan vaksinasi terlebih dahulu, sehingga pada
saat pendistribusian ke kemitraan didampingi oleh tenaga PPL dalam
pemeliharaan ketangan kemitraan.
6. Manajemen Kesehatan
a. Sanitasi
Desinfeksi

hatchery

dilakukan

untuk

mencegah

munculnya

mikroorganisme yang dapat menyebabkan kerusakan telur, telur infertil,


kematian embrio dini, dan penyakit pada DOC yang baru ditetaskan.
Desinfeksi hatchery yang dilakukan meliputi desinfeksi ruang, fumigasi
setter, fumigasi hatcher, desinfeksi peralatan. Desinfeksi ruang dilakukan
dengan

membersihkan

ruangan

kemudian

dilakukan

penyemprotan

menggunakan desinfektan. Peralatan yang digunakan seperti egg tray,


passreform tray, basket hatcher, dan egg troly dicuci menggunakan deterjen
dan di semprot menggunakan desinfektan. Setiap pekerja yang akan masuk

45

diharuskan mandi, menggunakan seragam khusus unit masing-masing, masuk


ke lorong sanitasi dan tidak diperbolehkan pekerja masuk dari satu unit ke
unit lain untuk mencegah adanya kontaminasi silang dari kandang ke
hatchery. Pada lorong sanitasi dilakukan penyemprotan dengan larutan
desinfektan Glutaraldehyde dan QAC dengan konsentrasi 1 liter desinfektan
dilarutkan dengan 100 liter air.
Sanitasi hatchery dengan

mengunakan desinfektan sebagai berikut

yaitu Didecyl-dimethyl ammonium bromide dengan dosis 1 liter desinfektan


dilarutkan dalam 100 liter air, High Boiling Tar Acid (HBTA), chlorinated
xylenol dan dodecil benzene sulphonic acid dengan dosis 4 liter desinfektan
dengan 400 liter air, Glutaraldehyde dan QAC dengan konsentrasi 1 liter
desinfektan dilarutkan dengan 100 liter air Alkyl dimetylbenzil dengan dosis
untuk bakterisidal 0,05$-1%, untuk fungisidal 0,25%-1%, untuk virusidal
0,1%-0,5%.
Dalam melakukan penyemprotan harus dilakukan rolling kandungan
disinfektan agar tidak terjadi resistensi terhadap bibit penyakit.Mesin setter
dan hatcher yang telah dibersihkan di fumigasi. Fumigasi dilakukan
menggunakan

200

gram

Potassium

permanganate

(KMnO4)

yang

dicampurkan 100 cc formalin selama 15 menit. Masa istirahat mesin hatcher


dan setter adalah 1 hari. Sanitasi peralatan seperti meja grading, troly setter,
troly hatcher, troly DOC setelah selesai digunakan disemprot dengan air
bertekanan kemudian dilakukan spray menggunakan larutan desinfektan.
Setelah kering, basket DOC tersebut difumigasi dengan burning formalin
dengan dosis 14 cc formalin/per m3 selama 15 menit.Fumigasi dilakukan di
dalam mesin hatcher.
4.2.2.2 Monitoring
Program monitoring pada hatchery PT Panca Patriot Prima yaitu
menggunakan Piped embryo dan breakout analysis.
1. Piped embryo
Piped embryo ini digunakan untuk mengevaluasi kualitas DOC, yaitu
dengan memeriksa lesi pada air sac, lesi pada gizzard, penampakan hepar
embrio, dan penampakan jantung.

46

a. Air sac lesion dapat diamatai dengan 2 hal yaitu air sac yang purulent
dan

foci

nekrotik

atau

air

sac

yang

berbusa,

untuk

menginterprestasikan lihat tabel. 8


Tabel 8 Interprestasi air sac
0% (negative)

Farm bebas dari Mg/Ms, membutuhkan minimum antibiotic

1-10% (reguler)

Dibutuhkan antibiotic program treatment untuk memperbaiki


performance

11-20% (poor)

Antibiotic treatment untuk mempertahankan produktivitas dan


performance

>20%

Program antibiotic dapat mempertahankan performance, tetapi


tidak cukup. Diperlukan lebih banyak perhatian untuk
memecahkan masalah yang ada secara multilevel

b. Gizard lesion dapat diinterprestasikan dengan 2 hal, yaitu infeksius dan


mekanik. Apabila ditemukan positif >25% maka breeder terinfeksi Reo
virus dan adanya kemungkinan muncul problem RSS pada level final
stock (broiler). Dan faltor mekanis adalah ventilasi / temperature tinggi
pada hatcher menyebabkan tingginya % early hatching (menetas lebih
awal). Disarankan untuk cek titer Reo dan cek set point di hatcher
room.
c. Hati berubah menjadi hijau atau terdapat pinpoint nekrotik hemorrhage
menandakan bahwa positif kontaminasi Salmonella sp. kontaminasi
tersebut dapat terjadi pada saat di farm (nest) karena frekuensi
pengambilan telur yang rendah dan saat transfer pre heating ke setter.
Disarankan untuk melakukan tes kontaminasi (TPC) pada air farm,
ruangan egg storage dan setter room.
d. Jantung ditemukan inflamasi (nodule putih), menandakan bahwa
positif kontaminasi Pseudomonas pada telur di nest (dirty egg/ floor
egg). Disarankan untuk melakukan tes kontaminasi (TPC) pada air
farm, ruangan egg storage dan cek frekuensi pengambilan telur
(collecting egg).
2. Breakout analysis

47

Breakout analysis yaitu menganalisis menggunakan 3 point yang


berhubungan dengan early death, late death, dan cracked (inkubasi).
a. Early death
Tinggi angka early death berhubungan dengan handling, fumigasi, egg
storage (lebih dari 7 hari), fluktuasi temperature saat di gudang telur,
IB dan Salmonella. Jika dikaitkan dengan hasil Pipped test, lesi pada
hati yang yang berhubungan dengan kontaminasi Salmonella sp.
menunjukkan angka yang tinggi. Disarankan uji kontaminasi pada
tempat-tempat yang telah disebutkan di atas.
b. Late death
Angka Late death berhubungan dengan fluktuasi temperature
(ventilasi), kelembaban, handling saat transfer, dan beberapa penyakit
infeksius seperti Mycoplasma, salmonella, Pseudomonas, E. coli. Jika
dikaitkan dengan hasil Pipped test, lesi pada air sac (Mycoplasma), lesi
pada hati (Salmonella), dan jantung (Pseudomonas) maka perlu
dilakukan hal-hal monitoring seperti di atas.
c. Cracked (inkubasi)
Cracked (inkubasi) berhubungan dengan handling pada saat transfer
dari setter ke hatcher atau transfer ke setter. Dilihat dari terjadinya
kontaminasi (masuknya agen penyakit) ke telur pada saat fase
perkembangan embryo di atas 7 hari.
4.2.2.3 Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan yang perlu diperhatiakn di hatchery dibandingkan
dengan standar COBB-500 dapat dilihat pada Lampiran 1 diantaranya yaitu

Hatching Egg. Hatching Egg (HE) merupakan telur siap tetas yang hasil
perhitungannya didapatkan dari perhitungan total jumlah telur ayam yang
lulus grading dibagi dengan total telur yang dihasilkan dalam satu kadang
dalam persen. Hatchibility adalah telur yang mampu menetas. Nilai
hatchibility pada umur 49 minggu sekitar 82% dengan standar cobb 500
sekitar 84,5% dan 11,7 % DIS (dead in shell). Nilai hatchibility dibawah
standar hal ini menandakan banyak telur tetas yang tidak menetas (DIS).
Hal ini kemungkinan dikarenakan banyak kontaminasi jamur aspergillus,
sehingga perlu dilakukan peningkatan sanitasi mesin, sanitasi ruangan dan
personal higiene karyawan.
48

Saelable Chick adalah DOC yang memiliki nilai jual. Presentase nilai
Saleable Chick dipengaruhi oleh manajemen hatchery secara keseluruhan.
Setelah selesai proses pull chick, kemudian DOC diseleksi. Berdasarkan
data hasil penetasan PT. Panca Patriot Prima bulan Februari 2014 terdapat
82%, DOC saleable chick 96,3%, 3,7 % DOC afkir. Nilai saelable Chick
dibawah standar yaitu 98,6 hal ini dimungkinkan banyak DOC yang di
afkir. Banyaknya DOC afkir dimungkinkan karena kurang optimalisasi
pengaturan suhu pada mesin penetasan. Ciri-ciri DOC afkir yaitu DOC
dengan dubur basah dan black nevel.

4.3 Distribusi Produk


4.3.1 Unit Breeding Farm
Sistem distribusi telur tetas dari kandang ke hatchery diangkut dengan
menggunakan trus khusus untuk mengangkut telur tetas. Syarat truk pengangkut
telur yang baik adalah truk harus memiliki system suspense yang baik, jalan akses
sebaiknya dipelihara dan tidak berlubang-lubang, sirkulasi udara yang memadai
untuk menjaga suhu pada 55F - 60F, sebaiknya truk berjalan nonstop ke tempat
penetasan. Telur tetas setiap hari dilakukan pengambilan telur sebanyak 5 kali
pengambilan, yaitu pada pukul 07.30, 09.15, 10.15, 12.40, dan 14.00. Telur
diletakkan di dalam tray telur yang disimpan dalam lemari telur yang telah
dilakukan fumigasi dengan menggunakan formalin dan potasium karbonat dengan
perbandingan 2:1. Potassium permanganate dapat menginaktivasi bakteri, virus,
dan fungi melalui oksidasi secara langsung dari dinding sel dan dapat merusak enzim
mikroorganisme pathogen seperti bakteri, fungi, virus dan algae. Pk sensitif terhadap

bakteri coliform, Vibrio cholerae, Salm. typhi, dan Bact. Flexner, Salm. typhi . PK
sensitif terhadap virus poliovirus (strain MVA) (Hazen and Sawyer, 1992.).

4.3.2 Unit Hatchery


Sistem distribusi DOC dari terminal hatchery ke customor dari
kemitraan, kemitraan marketing, sub kemitraan, order luar. Proses distribusi
menggunakan truck dengan kapasitas 180-220 box. Truk pengantar DOC
dikondisikan mencapai suhu 20,35 22,2 oC dengan menggunakan cooling

49

pad. Satu kendaraan truk dilengkapi dengan 8-10 cooling pad. Proses distribusi
DOC dilakukan ke Jombang, Sidoarjo, Malang, Magetan, Mojokerto,
Lumajang, Bondowoso, Lamongan, Madura, Magetan, Kediri, Blitar, dan
Nganjuk paling lambat 3 hari ke berbagai daerah, dikarenakan DOC tahan
hidup tanpa makan selama 3 hari dan tahan minum selama 7 hari. Menurut
Nuryati, dkk (2000) cadangan makanan pada DOC tersebut cukup untuk
memenuhi kebutuhan anak ayam 48 72 jam sejak mulai menetas. Truck
pengantar DOC didesain khusus dengan memiliki sirkulasi udara yang baik
dengan menggunakan blower.Setiap truck pengangkut DOC memiliki 8-10
blower, pada dinding kanan kiri terdapat ventilasi udara.Apabila siang hari
blower harus dihidupkan, sedangkan pada malam hari blower harus dimatikan.
Pengangkutan telur memiliki beberapa syarat diantaranya, truk harus
mempunyai sistem suspensi yang baik, jalan akses sebaiknya dipelihara dan
tidak berlubang, sirkulasi udara cukup.
4.4 Pengolahan Limbah
4.4.1 Unit breeding farm
Limbah berupa limbah padat dan cair. Limbah padat diantaranya
yaitu kotoran, litter, bangkai ayam dan peralatan rusak. Kotoran dan litter
dilakukan penangananan untuk selajutnya dikumpulkan dalam karung
kemudian dibuat pupuk kandang. Peralatan rusak dimaukkan ke disposal
pid kemudian dilakukan pembakaran. Bangkai ayam dimasukkan kedalam
sumur. Sebulan sekali dilakukan pemberian bio HS dan kapur pada area
sumur.

Menurut PERMENTAN nomor 40/Permentan/OT.140/7/2011,

lubang penguburan bangkai harus mempunyai kedalaman minimal 1,5


meter dan ditaburi kapur sebelum ditutup rapat dengan tanah. Lubang
harus berada di dalam lokasi peternakan dan berjarak minimal 20 meter
dari kandang terdekat dan jauh dari penduduk untuk mencegah polusi
maupun penyebaran penyakit. Limbah cair berupa kotoran cair dari
kandang. Tempat pembuangan limbah cair dibuang ke sungai. Hal tersebut
kurang sesuai dengan pengolahan limbah cair, seharusnya perlu ada
pengolahan limbah cair agar tidak mencemari lingkungan sekitar. Limbah

50

cair, yang dibuang ke perairan akan mengotori air yang dipergunakan


untuk berbagai keperluan dan mengganggu kehidupan biota air. Upaya
yang dapat dilakukan dalam pengendalian pencemaran air dan
pencemaran tanah yang terutama adalah pada pihak peternakannya. Untuk
mengetahui adanya cemaran mikroba pada air perlu dilakukannya uji
kualitas air dan uji peralatan kualitas sanitasi.
Pengelola
peternakan harus memiliki manajemen AMDAL
(Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Cara pengendalaian limbah
peternakan ayam broiler dapat dilakukan dengan membuat saluran air dan
selokan khusus untuk limbah cair. Untuk masyarakat yang bermukim di
sekitar lokasi peternakan tersebut haruslah membuat sumur yang letaknya
jauh dari sumber pencemar (limbah peternakan) sesuai dengan aturan
dalam syarat pembuatan sumur yang baik. Hal ini juga berlaku pada
masyarakat yang airnya telah tercemar, masyarakat harus membuat sumber
air bersih (sumur) yang letaknya berjauhan dari sumber pencemaran
(soehadji, 1992).
4.4.2 Unit hatchery
Limbah berupa limbah padat dan cair. Limbah padat diantaranya
telur afkir, DOC afkir, bulu-bulu. Semuanya itu dimasukkan kedalam
kresek hitam kemudian ditumbuk dan dimasukkan ke dalam sumur.
Sebulan sekali dilakukan pemberian bio HS dan kapur pada area sumur.
Limbah cair berupa kotoran cair dari sisa sisa pembersihan. Limbah cair
dilakukan pembuangan ke sungai. Hal tersebut kurang tepat untuk
penanganan limbah cair, seharusnya perlu ada penanganan khusus untuk
pengolahan limbah cair. Limbah cair, yang dibuang ke perairan akan
mengotori air yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan
mengganggu kehidupan biota air. Perlu adanya pengujian kualitas air dan
swab peralatan hatchery serta dilakukan exposure test pada ruang
hatchery. Upaya yang dapat dilakukan dalam pengendalian pencemaran air
dan pencemaran tanah yang terutama adalah pada pihak peternakannya.

51

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan selama kegiatan koasistensi di PT. Panca Patriot
Prima Breeding Farm dan Hatchery Lawang dapat di simpulkan bahwa:
1. Peran dokter hewan dalam perusahaan ini dalam pengawasan manajemen
kesehatan hewan sudah berjalan dengan baik dalam menentukan dan
melaksanakan program kesehatan.
2. Produksi pada perusahaan ini tingkat keberhasilannya dilihat dari
prosentasi saleable chick . Saleable chick lebih rendah dibandingkan
standar yaitu 96,3% dengan standar 98%. Hal ini dimungkinkan kurang
optimalnya sanitasi lalu lintas, sanitasi mesin hatchery, ketepatan waktu
panen.
3. Pengiriman telur tetas dari farm dan hatchery tidak terlalu bermasalah
karena masih dalam satu area. Pengiriman DOC ke konsumen tercatat
selama ini dengan kemasan box dan pengiriman menggunakan kendaraan
chick van yang dipakai sudah cukup baik, hal ini terbukti tidak ada
keluhan dari konsumen.
4. Pengolahan limbah padat baik di farm maupun di hatchery berjalan cukup
baik, namun untuk limah cair kurang baik karena tanpa dilakukan
pemosresan limbah dan langsung dibuang kesungai.

52

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan kepada PT. Panca Patriot Prima sebagai berikut:
1. Peningkatan pelaksanaan program sanitasi lalu lintas, sanitasi mesin
hatchery sehingga mencegah keluar masuknya agen penyakit.
2. Perlu dilakukan pengolahan limbah cair, dibuat lagon agar tidak
menganggu kesehatan masyarakat veteriner.

53

DAFTAR PUSTAKA
Al-Saffar, A., A. Al-Nasser, A. Al-Haddad, M. Al-Bahouh, and M. Mashaly.
2006. Principles of Poultry Biosecurity Program.Kuwait : Kuwait
Institude for Scientific research. Hal : 3, 26-29
Arbor actrees. 2013. Arbor actress Parent Stock Hand Book. Aviagen Brand
ASOHI (Asosiasi Obat Hewan Indonesia). 2009. Indeks Obat Hewan Indonesia.
Gita Pustaka. Jakarta
Bachari, Irawati., I.Sembiring., D.S. Tarigan. 2006. Pengaruh Frekuensi
Pemutaran Telur terhadap Daya Tetas dan Bobot Badan DOC Ayam
Kampung. Jurnal Agribisnis Perternakan. Vol. 2 (3): 101-105),
Cobb. 2003. Cobb 500 Breeder Management Guide. Cobb - Vantress Inc., Siloam
Springs, Arkansas.
Cobb. 2008. Hatchery Management Guide. Cobb - Vantress Inc., Siloam Springs,
Arkansas.
Etches. RJ. 2000. Reproduction in Poultry. CAB International, Singapore
Gunawan dan M.M.S. Sundari. 2003. Pengaruh Penggunaan Probiotik Dalam
Ransum Terhadap Produktivitas Ayam. J.Wartazoa Vol.13(3) : 92-98
Haryono. 2000. Langkah-Langkah Teknis Uji Kualitas Telur Konsumsi Ayam Ras.
Balai Penelitian Ternak Bogor.
Haynes,L. Robert., and T. W. Smith. 2012. Hatchery Management Guide.
Mississippi State University
Indriani, Risa., N. L. P. I. Dharmayanti., A. Wiyono., Darminto., dan L. Parede.
2004. Deteksi Respon Antibodi dengan Uji Hemaglutinasi Inhibisi dan
Titer Proteksi terhadap Virus Avian Influenza Subtipe H5N1. JITV Vol.
9(3) : 204-209
Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 404/Kpts/Ot.210/6/2002 Tentang Pedoman
Perizinan Dan Pendaftaran Usaha Peternakan
Khan, J.Muhammad., A.Abbas., M.Ayaz., M. Naeem., S. Qadir, M. S. Akhter.,
and W. Zia. 2012. Effect of Pre-Heating and Turning during storage
period on Hatchability and Post Hatch Performance of Broilers.
Journal of Biological Sciences Vol. 1(2): 1-6
Kusmaedi. 2001. Teknik Uji Hemaglutination Inhibition Untuk Mengukur Tingkat
Kekebalan Terhadap Newcastle Disease Dan Egg Drop Syndrome,
Balai Penelitian Veteriner. Temu Teknis Fungsional Non Peneliti
Leeson, Steven; and J.D. Summer. 2009. Broiler Breeder Production. Nottingham
University Press Manor Farm, Church Lane Thrumpton, Nottingham
Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 40/Permentan/OT.140/7/2011 tentang
Pedoman Pembibitan Ayam Ras

54

Pond, K and P. Wilson. 2000. Introduction To Animal Science. John Wiley &
Sons, INC. United States Of America
Sartika,Tike. 2012. Ketersediaan Sumberdaya Genetik Ayam Lokaldan Strategi
Pengembangannya Untuk Pembentukan Parent Dan Grand Parent
Stock (The Availability of Indonesian Native Chicken Genetic
Resources and Its Development Strategy for Establishing Parent and
Grand Parent Stock). Workshop Nasional Unggas Lokal hal 15-23
Setyawati, 2004. Pengaruh penggunaan berbagai macam bahan litter untuk
pemeliharaan ayam broiler terhadap performans dan kaitannya dengan
status darah dan kondisi Litter. [TESIS]. Program Studi Magister Ilmu
Ternak. Program Pasca Sarjana. Fakultas Peternakan Universitas
Diponegoro
Shivaprasad, H.L. 2000. Fowl typhoid and pullorum disease . Rev. Sci .Int. Epic.
19(2) : 405-424
SNI (Standar Nasional Indonesia) 01-3930-2006. Pakan anak ayam ras pedaging
(broiler starter). Badan Standarisasi Nasional. ICS 65.120
SNI (Standar Nasional Indonesia) 7652. 4 : 2011. Pakan Bibit Induk (Parent
Stock) ayam ras tipe Pedaging- Bagian 4: Pre Layer. Badan
Standarisasi Nasional. ICS 65.120
Suprapto., A. Tjahjono., E.Sunarno. 2010. Rancang Bangun Mesin Penetas Telur
Ayam Berbasis Mikrokontroler Dengan Fuzzy Logic Controller. Teknik
Elektro Industri, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
Suradi, Kusmajadi. 2006. Perubahan Kualitas Telur Ayam Ras dengan Posisi
Peletakan Berbeda Selama Penyimpanan Suhu Refrigerasi. Jurnal Ilmu
Ternak. Vol. 6 (2): 136 139
Surat edaran Direktur Jenderal Peternakan nomor 150/PD.410/F/11/2007
Surya, A. 2007. Pengaruh warna lampu penerangan terhadap performa ayam
broiler. [Skripsi]. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tokarzewski., G. Zikowska., and A. Nowakiewicz. 2012. Susceptibility Testing
Of Aspergillus Niger Strains Isolated From Poultry To Antifungal
Drugs A Comparative Study Of The Disk Diffusion,Broth
Microdilution (M 38-A) And Etest Methods. Polish Journal of
Veterinary Sciences Vol.15(1): 125-133
Umar, M.M, Sundari S, dan A.M Fuah, 2000. Kualitas Fisik Telur Ayam
Kampung Segar di Pasar Tradisional, Swalayan, dan Peternak di
Kotamadya Bogor. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
Wageningen,Van Nico., J.Meinderts., P. Bonnier.,H.Kasper. 2004. Hatching Eggs
By Hens Or In An Incubator : Fift edition. Digigrafi, Wageningen, the
Netherlands

55

Wibowo. E, Sarwo., W.Asmara., M.H.Wibowo., B. Sutrisno. 2013. Perbandingan


Tingkat Proteksi Program Vaksinasi Newcastle Disease Pada Broiler.
Journal Saints Veteriner vol.31(1): 16-26
Yusrizal and T.C. Chen. 2003 Effect of adding chicory fructans in feed on fecal
and intestinal microflora and excreta voatile ammonia. Int. J. of Poult.
Sci. 2 (3): 188-194
Zainuddin, D. dan W.T. Wibawan. 2007. Biosekuriti dan Manajemen Penanganan
Penyakit Ayam Lokal. Penebar Swadaya. Jakarta
Zakaria. M. A. Senong . 2010. Pengaruh Lama Penyimpanan Telur Ayam Buras
Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Telur Dan Berat Tetas. Jurnal
Agrisistem Vol. 6(2) ; 97-103

56

LAMPIRAN

57

Anda mungkin juga menyukai