Bismillah Industri Rev Pts
Bismillah Industri Rev Pts
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin maju dunia perunggasan menjadikan industri perunggasan di
Indonesia semakin gencar melakukan peningkatan hasil produksinya baik
secara kualitas maupun kuantitas. Usaha peningkatan produk peternakan
unggas dimulai dari peningkatan kualitas ayam bibit atau Parent Stock
sebagai penghasil ayam Final Stock. Manajemen yang tepat dan benar akan
memperoleh produksi yang tinggi, maka perlu diperhatikan bagaimana proses
dan tata cara pemeliharaan untuk parent stock ayam broiler. Faktor penting
dalam pemeliharaan parent stock adalah pembibitan dan penetasan. Bibit
merupakan faktor dasar dalam peternakan unggas sebagai titik awal dari
serangkaian proses pemeliharaan sehingga diperlukan pemilihan bibit yang
tepat agar ayam dapat berproduksi secara optimal. Bibit yang unggul tidak
akan menampilkan produktifitas yang tinggi apabila tidak diikuti dengan
manajemen pemeliharaan yang baik. Dibutuhkan suatu sistem yang mengatur
unsur-unsur yang terkait untuk menjaga kestabilan produksi pada
pemeliharaan parent stock.
Usaha penetasan merupakan parameter dari suatu usaha peternakan
pembibitan dalam menghasilkan telur tetas yang berkualitas dan merupakan
langkah awal dari suatu usaha peternakan baik komersial maupun pembibitan
(breeding). Seleksi yang ketat terhadap ayam bibit parent stock harus
dilakukan oleh perusahaan pembibitan yang bersangkutan untuk dapat
memperoleh anak ayam (Final Stock) yang mempunyai sifat-sifat yang
unggul seperti yang dimiliki oleh tetuanya (Parent Stock) yang dalam hal ini
adalah produktivitas dan nilai ekonomisnya yang tinggi.
PT. Panca Patriot Prima Farm Unit Lawang merupakan suatu
perusahaan yang bergerak di bidang breeder farm broiler (parents stock).
Peternakan tersebut merupakan peternakan yang memiliki populasi 46.000
(empat puluh enam ribu) ekor ayam broiler pada setiap periode pemeliharaan
parent stock. Hasil dari breeder farm broiler berupa telur yang akan dilakukan
BAB II
ANALISIS SITUASI
2.1 Profil Perusahaan
PT. Panca Patriot Prima mempunyai usaha di Feedmill & Breeding
Farm yang berkantor pusat di Jln. Muncul Industri II No.11 Gedangan,
Sidoarjo Jawa Timur. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 18 Januari 2000
sesuai dengan Akta Pendirian tertanggal 18 Januari 2000 dengan Nomor 5
yang merupakan Perusahaan Lokal (PMDN). Saat ini PT. Panca Patriot Prima
mempunyai dua pabrik pakan di Gedangan dan Pandaan, dan mempunyai 9
Farm dan 2 Hatchery. Salah satu unit PT. Panca Patriot Prima dengan Unit
Breeding Farm dan Hatchery yang berdiri di Dusun Telogorejo Desa
Wonorejo Kecamatan Lawang Kabupaten Malang pada pertengahan tahun
2001. PT. Panca Patriot Prima Unit Breeding Farm dan Hatchery Lawang,
Malang ini merupakan unit kedua setelah Unit pertama yaitu Unit Breeding
Farm Jabung, Malang yang berdiri tahun 2000.
2.2
Organisasi
2.2.1
Ketenagakerjaan
PT. Panca Patriot Prima Lawang dipimpin oleh seorang manajer farm dan
hatchery. Pada setiap masing-masing unit farm dan hatcgery dipimpin oleh
seorang supervisor. Total karyawan pada PT.Panca Patriot Prima adalah 128
orang yang terdiri dari 1 orang manajer farm dan hatchery, 1 orang supervisor
farm, 1 orang supervisor hatchery, 21 staff kantor, 10 orang supir, 4 orang staff
logistik, 3 orang mekanik, 5 orang staff kesehatan, 9 orang staff keamanan, 39
orang staff kandang, dan 36 staff hatchery. Karyawan di breeding farm dan
hatchery Lawang Malang terdiri dari lulusan SD, SMP, SMA, dan Perguruan
Tinggi. Jadwal kerja karyawan dimulai pada pukul 06.30 WIB sampai dengan
pukul 16.00 WIB.
Direktur
Breeding Farm dan Hatchery
General Manajer
Breeding Farm dan Hatchery
Kabag. Personalia
Spv.
Satpam
-----
Spv.
Teknik
Manajer
Breeding Farm dan Hatchery
Spv.
Hatchery
Spv.
Adm.Keu
Spv.
Kendaraan
------------
Spv.
Logistik
Kabag. Kesehatan
Spv
Mekanik
Genset
Ass. Spv.
Satpam
Pelaksana
Satpam
Ass.
Spv.
Teknik
Ass. Spv.
Hatchery
Ass. Spv
Mekanik
Genset
Pelaksana.
Teknik
Pelaksana
Hatchery
Pelaksana
Kendaraan
Pelaksana
Logistik
Pelaksana
Mekanik
Genset
Keterangan :
_______ : instruksional
. : koordinasi
Gambar 1. Struktur Organisasi
2.3
Kondisi Lingkungan
PT. Panca Patriot Prima Unit Breeding Farm dan Hatchery Lawang
Spv
kesehatan
Ass. Spv
kesehatan
Pelaksana
kesehatan
PT.Panca Patriot Prima unit Breeding Farm dan Hatchery Lawang terdiri
dari unit farm dan unit hatchery. Pada unit farm memiliki 24 unit kandang dengan
populasi ayam 46.000 ekor dengan 40 tenaga kerja khusus di bagian teknik
kandang dengan karyawan warga sekitar dan warga dari luar desa. Kandang ini
merupakan kandang dengan tempat khusus untuk memelihara indukan (parent
stock) yang menghasilkan DOC (Day Old Chick) ayam potong (broiler). Kandang
yang digunakan adalah sistem kandang terbuka (open house) dengan
hasil
kantor pemasaran, 1 area mess (tempat tinggal) pekerja, 2 unit kamar mandi
umum, 2 unit sumur bor, 1 unit sumur pembuangan limbah farm, 5 unit sumur
pembuangan limbah hatchery, 1 kantor teknik dan peralatan 3 area lahan parkir, 1
lapangan olah raga, dan 1 pos satpam.
1. Unit Breeding Farm
PT. Panca Patriot Prima Lawang pada unit breeding Farm memiliki 1
pintu masuk dengan sistem sanitasi, 1 area jalan yang menghubungkan antar unit
kandang, 9 Unit area kandang yang berdiri dari timur ke arah barat, 2 kamar
mandi pekerja pada masing-masing unit kandang, dan 2 kandang isolasi. Pada
masing-masing unit kandang terdiri dari 4-6 flock kandang yang masing-masing
memiliki 5 pen. Pada masing-masing area memiliki kurang lebih 9000 ekor ayam.
Skema Breeding Farm terdapat pada Gambar 2.
2. Unit Hatchery
PT. Panca Patriot Prima Lawang memiliki satu bangunan penetasan,
lorong sanitasi, gudang peralatan hatchery, bengkel mekanik, tempat pembungan
limbah DOC afkir, ruang cuci peralatan, ruang sanitasi dan biosecurity, dan kamar
mandi. Satu bangunan penetasan terdiri dari berbagai ruang-ruang yaitu ruang
grading atau ruang penerimaan telur dan seleksi telur tetas, ruang fumigasi, egg
room atau holding room (penyimpanan telur tetas sementara), lorong prewarming,
ruang setter, ruang candling, ruang hatcher, ruang seleksi DOC, gudang
G
H
I
J
: Ruang Teknik
: Ruang Hatcher
: Ruang Pullchick
: Ruang Penyimpanan Sementara
Sebelum didistribusikan
: Ruang Penyimpanan Box
: Ruang Sanitasi dan Desinfeksi
K
L
404/Kpts/Ot.210/6/2002
Tentang
Pedoman
Perizinan
Dan
10
satu syarat persetujuan prinsip; dan atau Good Farming Practice (GMP); dan
atau upaya kelestarian lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan (UKLUPL).
Usaha
ayam
broiler
selalu
mengalami
fluktuasi
disebabkan
dengan
surat
edaran
Direktur
Jenderal
Peternakan
nomor
penyampaian pelaporan yang cepat dan tepat secara berkala sebagai bahan
analisa untuk pengambilan keputusan dan atau kebijakan perbibitan ayam ras
sesuai
dengan
surat
edaran
Direktur
Jenderal
Peternakan
nomor
12
dari dokter hewan berwenang dari negara asal serta telah mendapat
rekomendasi persetujuan pemasukan dari Direktur Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan atas nama Menteri Pertanian.
b. Ayam bibit induk impor yang akan dibiakkan berasal dari ayam bibit parent
stock yang sehat dan dibuktikan dengan keterangan asal kuri (certificate of
origin) dari pejabat yang berwenang dari negara asal dan Keterangan
Kesehatan Hewan (certificate of health) dari dokter hewan berwenang dari
negara asal serta telah mendapat rekomendasi persetujuan pemasukan dari
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan atas nama Menteri
Pertanian.
Impor anak ayam bibit dari luar negeri harus dilengkapi surat keterangan
kesehatan hewan dari dokter hewan berwenang yang mencakup:
a) pembibitan sekurang-kurangnya selama 6 bulan terakhir tidak terjangkit
penyakit unggas menular, terutama ND, FP, Fowl cholera (FC), Fowl typhoid
(FT), IB, ILT, Infectious synovitis, IBD, EDS, Pullorum, Thypoid disease,
Ornithosis, Mareks disease, LL, Mycoplasmosis, CRD, Swollen head
syndrome, Avian nephritis, Leucocytozoonosis, Coryza, Avian spirochaetosis,
AE, Avian salmonellosis dan Avian tuberculosis;
b) keterangan bebas Salmonella pullorum, S. typhoid, S. gallinarum, S. enteritidis
dengan pengujian secara serologis;
c) keterangan vaksinasi terhadap Mareks disease pada anak ayam bibit.
13
BAB III
METODE KEGIATAN
Waktu
03 Februari 2014
04 Februari 2014
05 Februari 2014
06 Februari 2014
07 Februari 2014
08 Februari 2014
09 Februari 2014
10 Februari 2014
11 Februari 2014
12 Februari 2014
13 Februari 2014
14 Februari 2014
15 Februari 2014
16 Februari 2014
17 Februari 2014
20 Februari 2014
Keterangan
Observasi dan mengikuti kegiatan di bagian breeder broiler
Observasi dan mengikuti kegiatan di bagian breeder broiler
Observasi dan mengikuti kegiatan di bagian breeder broiler
Observasi dan mengikuti kegiatan di bagian breeder broiler
Observasi dan mengikuti kegiatan di bagian breeder broiler
Observasi dan mengikuti kegiatan di bagian breeder broiler
Observasi dan mengikuti kegiatan di bagian breeder broiler
Observasi dan mengikuti kegiatan di bagian hatchery
Observasi dan mengikuti kegiatan di bagian hatchery
Observasi dan mengikuti kegiatan di bagian hatchery
Observasi dan mengikuti kegiatan di bagian hatchery
Observasi dan mengikuti kegiatan di bagian hatchery
Observasi dan mengikuti kegiatan di bagian hatchery
Observasi dan mengikuti kegiatan di bagian hatchery
Evaluasi, diskusi dan pelepasan pulang
Ujian dan evaluasi di farm oleh manager dan supervisor
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Struktur Organisasi
Struktur organisasi dalam perusahaan ini dipimpim oleh General Manajer
yang membawai beberapa unit farm. Pada breeding farm dan hatchery unit
Lawang dipimpim oleh 3 bagian yang saling berkoordinasi satu sama lain yaitu
Kabag. Personalia, Kabag. Kesehatan, dan Manajer breeding Farm dan Hatchery.
Sistem kerja manajer breeding farm dan hatchery saling berkoordinasi dengan
kabag kesehatan hewan dan kabag personalia untuk melakukan tindakan yang
berhubungan dengan perusahaan khususnya pada farm dan hatchery. Hal tersebut
dilakukan agar semua kegiatan yang berada di breeding farm dapat berjalan
dengan baik.
Kabag kesehatan hewan mempunyai beberapa tugas pokok yang harus
dipegang oleh dokter hewan. Peran dokter hewan dalam suatu breeding farm dan
hatchery adalah sebagai berikut (Lesson, 2009) :
1. Manajemen kesehetan hewan
2. Menjaga kesejahteraan hewan dengan memperhatikan proses produksi
3. Mendiagnosa klinik, laboratorik dan epidemologi penyakit hewan pada
breeding farm dan hatchery
4. Manajemen biosecurity dan pengendalian lingkungan.
Semua tindakan yang dilakukan oleh Kabag kesehatan hewan PT Panca
Patriot Prima, harus melalui koordinasi antara Kabag personalia dan Manajer
breeding farm dan hatchery. Setelah melalui koordinasi, kemudian Kabag
Kesehatan Hewan mengutus spv kesehatan hewan untuk memberikan instruksi
dan pengawasan kepada tim pelaksana kesehatan hewan untuk melaksanakan
tugasnya. Hal tersebut sudah sesuai dengan tugas masing-masing jabatan yang
berada di PT. Panca Patriot Prima, sehingga kegiatan breeding farm dan hatchery
dapat berjalan dengan baik.
15
16
Starter, saat ayam dikandangkan dipilih yang lemah, cacat dan tidak
sehat
17
2.
3.
Pada saat menjelang produksi, yaitu ayam yang lambat dewasa kelamin,
ayam yang tidak mulai bertelur pada umur 30 minggu
4.
5. Setelah satu tahun produksi ayam yang tidak sehat, early molter, slow
molter dan yang banyak lemak pada abdomennya.
Setelah masa produksi culling diperlukan bila produksi turun drastis
dan perlu juga dicari permasalahannya.Culling dilakukan juga pada ayam
betina muda menjelang bertelur dan pada ayam dewasa menjelang produksi
menurun. Khusus untuk breeding farm perlu dilakukan culling pada
pejantan untuk menghindari bibit yang kurang baik seperti sifat kebetina
betinaan yang dimiliki ayam jantan. Sifat kejantanan juga terdapat pada
ayam betina, biasanya bentuk tubuh seperti jantan dan berkokok serta
agresif. Pada pemilihan pejantan ada tandatanda pejantan yang baik yaitu :
a. Giat dan selalu ramai, tetapi tidak terlalu agresif. Kalau ada sesuatu selalu
menarik perhatiannya.
b. Bulubulunya tumbuh teratur, warna mengkilat, seakanakan baru saja
diminyaki. Bulu yang suram, menunjukkan tandatanda yang kurang
baik.
c. Pandangan matanya tajam dan menyala. Pandangan mata yang malas
menandakan kelesuan hidup atau tidak mempunyai daya hidup yang
besar.
d. Aktif mencari makan sepanjang hari. Kalau pagi paling dahulu turun dari
tenggeran dan kalau malam paling akhir tidur.
Culling perlu dilakukan bila ratarata produksi pada suatu flock
kurang dari 200 butir/tahun/ekor. Dengan sistem cage culling akan lebuh
mudah dilakukan, tetapi pada system liter harus diamati ciricirinya. Selama
bertelur pada ayam akan terjadi perubahan. Perbedaan ini terjadi pada
bagianbagian tubuh seperti vent, jengger, pial, abdomen tulang pubis, bulu,
pigmentasi dan lainnya.
1. Tandatanda ayam yang berproduksi :
18
a. Jengger dan pial: Lebar, merah, panas, bercahaya seperti ada lapisan
lilin
b.
g.
Bulu: Padat/lengkap
h.
Kaki: Putih.
g.
Bulu: Suram
h.
3.
dalam
g.
h.
Kaki dan paruh : kecil, rata, berwarna pucat, paruh pucat (tergantung
banyaknya produksi)
i.
19
j.
4.
Jarak antar ujung tulang belakang dan tulang dada adalah 4 jari
Ayam yang kurang produktif :
a. Sayap menggantung
b.
Kaki dan paruh: kaki bulat & berwarna kuning, paruh kuning,
Jarak antar ujung tulang belakang dan tulang dada kurang dari 4 jari
h.
pada lemak sub kutan, shank dan earlobe yang jelas. Pigmen ini cenderung
memudar bersamaan dengan peningkatan produksi telur. Keberadaan
pigmen pada ayam dan telur mempunyai hubungan langsung dengan
keberadaan pigmen carotinoid yang disebut xantophil dalam ramsum.
Pigmen pada bagian tubuh bertahap menghilang dan ini tidak tergantikan
selama individu tersebut bertelur secara continue. Bagian vent kehilangan
pigmen secara cepat dari kuning menjadi putih atau pink. Eye
ringkehilangan pigmen lebih lambat dari vent setelah ini baru bagian
earlobes. Bila earlobes warnanya putih berarti ayam telah bertelur secara
continue pada periode yang lebih panjang. Selanjutnya warna yang
menghilang adalah bagian paruh. Paruh memutih apabila ayam telah
bertelur 4-6 minggu. Shank merupakan bagian paling akhir kehilangan
warna. Shank yang pucat menunjukkan ayam telah berproduksi continue
selama 15-20 minggu. Bila ayam berhenti bertelur, pigmen muncul kembali
di daerah daerah yang pigmennya hilang. Ayam yang telah berhenti
bertelur selama 2-3 minggu akan terlihat ujung paruh masih pucat
sedangkan dasarnya berwarna kuning. Faktorfaktor yang mempengaruhi
produksi telur dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :.
a. Faktor luar :
1) Makanan
20
21
baik, mendapatkan sinar matahari. PT. Panca Patriot Prima memiliki 5 unit
kandang utama yang terdiri dari 5-6 flock dengan 5 pen pada masing-masing
flock dan memiliki 2 kandang isolasi. Kondisi perkandangan dengan sistem
open house dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
1. Ukuran dan Kapasitas Kandang
Kandang pada PT. Panca Patriot Prima membujur dari timur ke
barat dengan tujuan agar ayam tidak terlalu kepanasan, tetapi pagi hari dapat
memperoleh sinar matahari. Dinding kandang terbuat ram kawat dengan
ukuran tidak terlalu rapat dengan tujuan untuk sirkulasi udara kandang, dan
tidak boleh terlalu jarang sehingga predator tidak dapat masuk kedalam
kandang. Tinggi tiang tengah keatap minimal 6-7 meter dan tiang tepi
minimal 2.5 - 3 meter dengan tujuan d sirkulasi udara dalam kandang. Atap
kandang dirancang sesuai dengan fungsinya yaitu melindungi bangunan
beserta isinya dari hujan, panas matahari atau angin.
Kapasitas kandang di peternakan ini mencapai 4 ekor ayam/m2.
Menurut Etches.(2000) populasi yang terlalu padat menyebabkan ayam
peningkatan stress pada ayam akibat peningkatan suhu ruang, kurangnya O 2,
dan kesulitan dalam bergerak sehingga menurunkan produksi, disamping ini
juga akan berpengaruh pada efisien penggunaan pakan. Sedangkan populasi
yang
terlalu
kecil
akan
menyebabkan
kandang
kurang
efisien
22
broiler memiliki kandungan air 44,87%. Litter yang bersih dan kering pada
pemeliharaan ini sangat penting. Kondisi litter yang lembab dapat
mengakibatkan tingginya kadar amonia dalam kandang dan menyababkan
toksik bagi ayam, selain itu juga mencegah agar kaki ayam tidak kotor,
sebab apabila kotor akan mengotori sarang dan telur. Gas amonia memiliki
berat jenis lebih tinggi dibandingkan dengan udara, sehingga dalam kandang
gas amonia berada pada lapisan udara bagian bawah diatas permukaan
lantai. Gas amonia pada kandang dapat menyebabkan iritasi mata sehingga
terjadi penurunan produksi, konversi pakan meningkat, hingga kematian.
Pemilihan bahan desinfektan untuk penyemprotan litter harus efektif
sebagai absorban, bebas kotoran/debu, tidak mudah habis, bebas racun,
mudah dibersihkan, banyak tersedia, cepat kering, halus dan padat, daya
konduksi termal rendah, daya serap kelembapan udara rendah. Litter yang
biasa digunakan pada ayam broiler diantaranya serutan kayu, serbuk gergaji,
gilingan tebu dan kulit gandum (Setyawati, 2004). Penyemprotan litter
dilakukan untuk menekan perkembangbiakan mikoorganisme yang ada di
sekitar kandang atau didalam kandang ( Fadilah, 2008). Penyemprotan litter
yang dilakukan di PT. Panca Patriot Prima dilakukan minimal dua kali
dalam seminggu dengan disinfektan. Apabila terjadi outbreak penyemprotan
kandang dan sekitar kandang dilakukan setiap hari, tergantung angka
morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan penyakit tertentu. Preparat
yang digunakan untuk desinfeksi antara lain:
1. Didecyl-dimethyl ammonium bromide dengan dosis 1 liter
desinfektan dilarutkan dalam 100 liter air.
2. High Boiling Tar Acid (HBTA), chlorinated xylenol dan dodecil
benzene sulphonic acid dengan dosis 4 liter desinfektan dengan 400 liter air.
3. Glutaraldehyde dan QAC dengan konsentrasi 1 liter desinfektan
dilarutkan dengan 100 liter air
4. Alkyl dimetylbenzil dengan dosis untuk bakterisidal 0,05$-1%,
untuk fungisidal 0,25%-1%, untuk virusidal 0,1%-0,5%.
Dalam melakukan penyemprotan harus dilakukan rolling kandungan
disinfektan agar tidak terjadi resistensi terhadap bibit penyakit. Desinfektan
23
pakan
dan
minum
memiliki
beberapa
persyaratan
diantaranya terbuat dari bahan yang tidak mudah berkarat dan sesuai dengan
umur ayam, baik ukuran maupun bentuknya. Tempat pakan harus diletakkan
secara praktis, mudah terjangkau, mudah dipindahkan, diganti atau
ditambah isinya dan mudah dibersihkan. Bentuk tempat pakan ada 2 tipe
yaitu bundar dan panjang (Sartika, 2012)
Sistem peralatan pakan pada PT. Panca Patriot Prima menggunakan
tempat pakan manual (pan feeder). Setiap kandang memiliki 25 pan feeder
dengan kapasitas 7 kg yang digunakan untuk 10-12 ekor ayam/pan feeder.
Standar kebutuhan eating space untuk tempat pakan manual bundar eating
space standar 2 cm / ekor.
Tempat pakan pejantan dan betina diberikan secara terpisah yang
berfungsi agar memudahkan perhitungan konversi pakan pejantan dan
betina. Tempat pakan betina dilengkapi dengan grill berukuran 43 mm
sesuai lebar kepala dan leher ayam betina. Grill pada tempat pakan betina
berfungsi untuk mencegah ayam pejantan makan ditempat pakan betina.
Tempat minum pada peternakan ini menggunakan tempat minum
gantung automatis plastic cone-type round hanging waterer dengan 6
galoon dalam 1 pen. Ukuran lingkar galoon 110 cm untuk kapasitas 50-75
ekor/ galoon. Standar dringking space tempat minum manual bundar standar
adalah 1 cm/ekor. Pengaturan ketinggian posisi galoon dan tekanan air
dalam posisi rendah perlu diperhatikan sehingga air yang keluar tidak
berlebihan yang dapat menyebabkan litter basah sehingga kadar amoniak
meningkat.
24
25
26
27
Pada fase grower konversi pakan dihitung dari banyaknya pakan yang
diberikan dibagi dengan pertambahan bobot badan, sedangkan pada fase
layer konversi pakan diperoleh dari jumlah pakan yang diberikan dibagi
dengan jumlah telur yang dihasilkan. Konversi pakan dihitung untuk
mengetahui banyaknya pakan (kg) yang diperlukan umtuk menghasilkan satu
(kg) produk telur (Leeson and Summer, 2009).
4.2.1.5 Manajemen Kesehatan
Sistem produksi yang digunakan di farm Lawang adalah dengan cara
kawin alami. Setiap pen perbandingan ayam jantan dan ayam betina sekitar
1:8. Kriteria ayam pejantan yang baik yaitu: daerah kloaka dan sekitarnya
berwarna merah, jarak antara kloaka dengan kedua ujung tulang pelvis dan
jarak antara kedua ujung tulang pelvis tidak kurang dari 2 jari, serta bulu
ekornya panjang dan indah. Manajemen kesehatan yang dilakukan yaitu :
1. Sanitasi
Sanitasi yang dilakukan di farm PT. Panca Patriot Prima meliputi:
di
PT.
Panca
Patriot
Prima
meliputi
meliputi
Preparat yang digunakan untuk desinfeksi kandang yaitu Didecyldimethyl ammonium bromide, High Boiling Tar Acid (HBTA),
chlorinated
xylenol
dan
dodecil
benzene
sulphonic
acid,
29
2. Vaksinasi
Vaksinasi adalah pencegahan atau pemberian kekebalan terhadap
suatu penyakit tertentu sebelum penyakit tersebut masuk ke dalam tubuh
ayam. Penyakit yang umum adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri,
virus. Tapi yang paling sering dilakukan adalah vaksinasi terhadap penyakit
virus karena penyebarannya sangat cepat dan tidak ada obatnya. Program
vaksinasi
bertujuan
untuk
mencegah
timbulnya
penyakit
melalui
30
Jenis vaksin
ND Lasota + IB Mass
Coccivax D dan Potong paruh
AI Shigetta
Gumboro Live dan ND IBD Kill (5070%)
ND Lasota + IB Mass dan ND Kill
ILT
Fowl Pox
Coryza Kill
IB-Live
Reo Live dan AI Kill
9 Minggu
10 Minggu
11 Minggu
16 Minggu
17 Minggu
18 Minggu
20 Minggu
34 Minggu
37 Minggu
40 Minggu
Fowl Pox
Coryza Kill
ND Lasota Live dan ND Gumboro
Reo Kill
Coryza Kill
ND IB EDS
AI dan ND Kill
ND IBD kill
Revaksinasi IB live
ND Kill dan AI
Cara pemberian
Tetes mata
Spray pakan
IM / Subkutan
Tetes Mulut
Tetes Mata dan IM
Tetes mata
Tusuk sayap
IM
Tetes Mulut
Tetes Mulut dan IM/
Subkutan
Tusuk sayap
IM
Tetes mata dan SC
IM
IM
IM
IM/Subkutan
IM
IM/ Subkutan
3. Medikasi
a. Pemberian Vitamin
Vitamin merupakan zat yang ditambahkan pada bahan pakan maupun
air minum yang berguna sebagai suplemen agar organ tubuh dapat bekerja
secara optimal dan tidak rentan terhadap penyakit (Leeson and Summer,
2009). Pemberian vitamin sering dilakukan pada ayam parent stock. Vitamin
diberikan untuk menghindari stres. Stres pada ayam dapat diakibatkan pasca
transportasi, pra dan post vaksinasi, suhu udara terlalu panas, pergantian
musim, molting, pergantian pakan, timbang sampel, pindah kandang, dan
masih banyak faktor lain.
Vitamin sendiri dibagi menjadi dua macam yaitu vitamin yang
mengandung
elektrolit
dan
nonelektrolit
31
PT. Panca
Patriot
Prima
menggunakan vitamin yang mengandung vit.A, vit.D3, vit.E, vit. B1, vit.B2,
vit.B6, vit.B12, Vit.C, biotin, asam folat, methionin, lysin, arginine, glicyn,
NaCl,
diberikan pada ayam karena ayam mudah stress dalam keadaan apapun. Bila
ayam stres maka penyakit akan lebih mudah menyerang. Vitamin dapat
diberikan melalui air minum pada pagi dan sore hari ketika ayam aktif
bergerak (ASOHI, 2009).
b. Pemberian Prebiotik
Pada farm ini juga dilakukan pemberian prebiotika berupa tetes tebu
atau molase yang dicampurkan lewat air minum dengan dosis 100 ml
prebiotik dicampurkan dengan 500 ml air untuk 2000 ekor ayam. Pemberian
prebiotik ini diberikan pada saat kegiatan vaksinasi telah selesai
dilaksanakan. Prebiotik disebut juga sebagai nutrisi yang sesuai bagi bakteri
pencernaan, sehingga menekan pertumbuhan bakteri patogen dalam
pencernaan. Prebiotik berfungsi untuk memberikan nutrisi bakteri flora
normal pencernaan yang dapat membantu proses metabolisme (Gunawan dan
Sundari, 2003). Penggunaan prebiotik juga dapat meningkatkan nilai retensi
nitrogen dalam tubuh sehingga menyebabkan konsentrasi amonia pada feses
menurun. Nilai retensi nitrogen menunjukkan sejumlah nitrogen yang diserap
dan dimanfaatkan oleh tubuh (Yuzrizal dan Chen, 2003).
4. Monitoring
a. Kontrol Malam
Program Kontrol malam dilakukan untuk pemeriksaan kondisi ternak
saat malam hari. Kontrol kandang meliputi kontrol kesehatan ayam, kontrol
pencahayaan, dan kontrol kandang terhadap hewan pemangsa atau predator.
Pemantauan kesehatan meliputi pemantauan ayam yang mengorok yang dapat
disebabkan oleh infeksi Mycoplasma Galliseptum yaitu kuman penyebab
penyakit Chronic Respiratory Disease (CRD). Program ini dilakukan oleh
semua karyawan kesehatan atau yang bertanggung jawab langsung terhadap
kandang untuk menjamin kebenaran hasil pemantau malam hari.
b. Pengujian Serologis
32
33
34
keberhasilan
yang
perlu
diperhatiakn
di
farm
35
awal masuk farm. Fertililiti dan daya tetas merupakan dua sifat yang
mempunyai nilai ekonomis penting pada program pembibitan ayam. Fertiliti
adalah telur yang berpotensi dapat menghasilkan embrio. FCR adalah ratarata hasil produksi telur dalam 1 kg pakan. Konversi pakan pada breeding
farm adalah perbandingan jumlah pakan yang dihabiskan dengan produksi
telur dikalikan massa telur (rata-rata berat telur). Nilai deplesi adalah rata-rata
ayam afkir dalam 1 periode produksi.
Indeks produksi ini dapat dibagi ke dalam 3 tahap, yaitu awal produksi
puncak, puncak produksi, dan puncak-akhir produksi. Berdasarkan data pada
tahun 2013 diperoleh HD pada awal produksi (24 minggu) 1,9%, pada
puncak produksi (30-31 minggu) sebesar 90 %, dan akhir produksi 67%, hal
ini menunjukkan angka diatas standar. Standart untuk Cobb 500 menyebutkan
pada permulaan produksi telur, persentase produksi hen day sekitar 5 %.
Persentase tersebut meningkat dengan cepat pada 8 minggu pertama produksi
telur.
36
kelembapan
telur
selama
inkubasi.
Sehingga
telur
akan
Penyebab
37
(Haryono, 2000).
Retak pada kerabang telur ini karena goncangan yang
keras, hal ini bisa diakibatkan karena terinjak oleh ayam,
kondisi litter dalam nest kurang memadai, ayam bertelur
pada litter kandang dan adanya benturan pada saat proses
kotoran.
2. Egg room
Telur yang telah diseleksi dimasukkan kedalam egg room untuk
disimpan. Penyimpanan telur bertujuan untuk menjaga kualitas telur tetas.
Faktor yang berpengaruh dalam penyimpanan telur tetas diantaranya adalah
38
Suhu
Kelembaban
Penyimpanan
(%RH)
3 hari
18,3 21,1 oC
75
3-7 hari
15,0 16,7 oC
80
Lebih dari 7
12,8 13,9 oC
85
hari
dimasukkan kedalam prewarming room selama 3-4 jam dengan suhu 24 oC,
kemudian dikeluarkan dari prewarming room dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Waktu Prewarming Room
Lama
Waktu
Penyimpanan
Prewarming
0 3 hari
3 6 jam
4 -7 hari
6 12 jam
8 14 hari
12 18 jam
memiliki berat jenis mendekati air sedangkan egg yolk (kuning telur) memiliki
kandungan lemak tinggi. Lemak dan minyak memiliki berat jenis lebih rendah
dari air sehingga egg yolk dapat mengapung di albumin. Jika telur tetap berada
di satu posisi (tanpa turning), kuning telur cenderung melayang ke atas
albumen menuju shell sehingga embrio berkembang selalu terletak di atas
membran cangkang.
Pada hari ke 7 dan hari ke 14, dilakukan smooking (pengasapan) telur
dalam mesin setter. Smooking dilakukan dengan menggunakan 10 gram
eniconazole untuk 1 mesin setter yang berfungsi untuk mencegah adanya jamur
aspergillus fumigatus dan dermatophytes pada telur. Proses inkubasi akan
berpengaruh pada susut berat telur. Penyusutan berat telur pasca inkubasi
adalah 12 14% dari berat semula, hal ini menyebabkan kantung hawa
melebar hingga 1/3 bagian telur sehingga paru-paru embrio dapat berkembang.
Suhu inkubasi yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kematian embrio dini
(Death In cell), penetasan dapat terjadi lebih dini, yolk sac dapat tertarik ke
arah badan sebelum waktunya. Proses inkubasi jika suhu terlalu rendah dapat
menyebabkan proses embriogenesis menjadi tidah sempurna dan bertambahnya
waktu inkubasi.
Suhu inkubasi diatur berdasarkan hari inkubasinya seperti pada Tabel 7.
Pada unit hatchery ini dilakukan 2 kali dalam seminggu proses setter ke mesin
inkubator. Sebelum mesin inkubator ini beroperasi kembali, mesin ini harus
istirahat mesin 3 hari. Pada saat mesin istirahat dilkukan desinfeksi mesin
dengan dilakukan penyemprotan dengan menggunakan preparat Alkyl
dimetylbenzil, kemudian dihari selanjutnya dilakukan fumigasi dengan PK dan
formalin dengan perbandingan 1:2. Kemudian dibiarkan 1 hari samapai telur
masuk.
Pada tahapan inkubasi pada mesin setter perlu di perhatikan hal sebagai
berikut (Khan et al, 2012):
Pintu mesin harus tetap tertutup, hal ini untuk menjaga menghembusnya
udara panas dan lembab ke dalam ruangan, merubah kondisi mesin
sehingga setter bersuhu dingin berlebihan
41
Rata-rata suhu
Temperatur
inkubasi
telur
inkubasi
Kelembapan (%)
0-1
37oC
37,15
53
37oC
37,1
53
42
37oC
37
53
37oC
36,96
53
37oC
36,96
53
37oC
36,96
53
37oC
36,96
53
37oC
36,95
53
37oC
36,95
53
10
37oC
36,95
53
11
37oC
36,94
53
12
37oC
36,92
53
13
37oC
36,7
53
14
37oC
36,55
53
15
37oC
36,45
53
16
37oC
36,37
53
17
37oC
36,2
53
18
37oC
Transfer
53
43
pada akhir masa inkubasi adalah 80%.Hal ini akibat adanya kontaminasi dari
jamur Aspergillus. Sesuai dengan Daniel et al. (1979), bahwa kejadian infeksi
Aspergillosis ini terjadi sejak di mesin tetas, akibat mesin tetas yang tercemar
atau telur yang terkontaminasi jamur Aspergillus ketika telur tersebut retak atau
pecah.
Pada prinsipnya untuk menetaskan telur ayam hanya menjaga suhu pada
telur tersebut agar stabil sesuai yang dibutuhkan telur agar bisa menetas.. Suhu
yang baik untuk pertumbuhan embrio adalah berkisar diantara 38 - 40 oC
(Suprapto, 2010). Pada PT.Panca Patriot Prima, suhu hatcher 98,8 oF dengan
humidity (kelembapan) 53-60 RH selama 2 hari. Pada mesin hatcher perlu
diperhatikan beberapa hal yaitu (Khan et al, 2012) :
Lantai mesin yang tidak boleh basah, karena hal ini dapat menyebabkan
suhu yang tidak merata pada tray
Pintu mesin yang tidak boleh dibiarkan terbuka, karena akan menyebabkan
panas, kelembaban dan udara kotor akan bertambah pada ruangan.
Aliran udara, tumpukan tray harus diletakkan pada posisi vertikal dan tray
pada troly terisi penuh walaupun tidak ada telur untuk membuat udara
melewati tray penuh.
Kontrol telur dalam mesin hatcher dilakukan setiap hari, apabila jumlah
telur yang menetas lebih dari 15% dilakukan proses pipping. Proses pipping
dilakukan dengan menguapkan 600 cc formalin yang dilarutkan kedalam 300
cc air. Apabila jumlah telur yang menetas telah mencapai 75% dilakukan
penurunan suhu mesin hatcher menjadi 97,5oF, hal ini dilakukan untuk
mencegah terlalu tingginya suhu ruang bagi DOC yang telah menetas sehingga
terjadi shock. Pada mesin hatcher tidak semua anak ayam menetas pada saat
yang sama hal ini dikarenakan (Khan et al, 2012) :
Beda menetas antara anak ayam pertama dengan yang terakhir dapat
mencapai 24 jam
Penyebabnya : umur telur, umur kelompok, ukuran telur dan mutu cangkang
telur, tidak seimbangnya setter, penyimpanan telur dan penanganannya.
hatchery
dilakukan
untuk
mencegah
munculnya
membersihkan
ruangan
kemudian
dilakukan
penyemprotan
45
200
gram
Potassium
permanganate
(KMnO4)
yang
46
a. Air sac lesion dapat diamatai dengan 2 hal yaitu air sac yang purulent
dan
foci
nekrotik
atau
air
sac
yang
berbusa,
untuk
1-10% (reguler)
11-20% (poor)
>20%
47
Hatching Egg. Hatching Egg (HE) merupakan telur siap tetas yang hasil
perhitungannya didapatkan dari perhitungan total jumlah telur ayam yang
lulus grading dibagi dengan total telur yang dihasilkan dalam satu kadang
dalam persen. Hatchibility adalah telur yang mampu menetas. Nilai
hatchibility pada umur 49 minggu sekitar 82% dengan standar cobb 500
sekitar 84,5% dan 11,7 % DIS (dead in shell). Nilai hatchibility dibawah
standar hal ini menandakan banyak telur tetas yang tidak menetas (DIS).
Hal ini kemungkinan dikarenakan banyak kontaminasi jamur aspergillus,
sehingga perlu dilakukan peningkatan sanitasi mesin, sanitasi ruangan dan
personal higiene karyawan.
48
Saelable Chick adalah DOC yang memiliki nilai jual. Presentase nilai
Saleable Chick dipengaruhi oleh manajemen hatchery secara keseluruhan.
Setelah selesai proses pull chick, kemudian DOC diseleksi. Berdasarkan
data hasil penetasan PT. Panca Patriot Prima bulan Februari 2014 terdapat
82%, DOC saleable chick 96,3%, 3,7 % DOC afkir. Nilai saelable Chick
dibawah standar yaitu 98,6 hal ini dimungkinkan banyak DOC yang di
afkir. Banyaknya DOC afkir dimungkinkan karena kurang optimalisasi
pengaturan suhu pada mesin penetasan. Ciri-ciri DOC afkir yaitu DOC
dengan dubur basah dan black nevel.
bakteri coliform, Vibrio cholerae, Salm. typhi, dan Bact. Flexner, Salm. typhi . PK
sensitif terhadap virus poliovirus (strain MVA) (Hazen and Sawyer, 1992.).
49
pad. Satu kendaraan truk dilengkapi dengan 8-10 cooling pad. Proses distribusi
DOC dilakukan ke Jombang, Sidoarjo, Malang, Magetan, Mojokerto,
Lumajang, Bondowoso, Lamongan, Madura, Magetan, Kediri, Blitar, dan
Nganjuk paling lambat 3 hari ke berbagai daerah, dikarenakan DOC tahan
hidup tanpa makan selama 3 hari dan tahan minum selama 7 hari. Menurut
Nuryati, dkk (2000) cadangan makanan pada DOC tersebut cukup untuk
memenuhi kebutuhan anak ayam 48 72 jam sejak mulai menetas. Truck
pengantar DOC didesain khusus dengan memiliki sirkulasi udara yang baik
dengan menggunakan blower.Setiap truck pengangkut DOC memiliki 8-10
blower, pada dinding kanan kiri terdapat ventilasi udara.Apabila siang hari
blower harus dihidupkan, sedangkan pada malam hari blower harus dimatikan.
Pengangkutan telur memiliki beberapa syarat diantaranya, truk harus
mempunyai sistem suspensi yang baik, jalan akses sebaiknya dipelihara dan
tidak berlubang, sirkulasi udara cukup.
4.4 Pengolahan Limbah
4.4.1 Unit breeding farm
Limbah berupa limbah padat dan cair. Limbah padat diantaranya
yaitu kotoran, litter, bangkai ayam dan peralatan rusak. Kotoran dan litter
dilakukan penangananan untuk selajutnya dikumpulkan dalam karung
kemudian dibuat pupuk kandang. Peralatan rusak dimaukkan ke disposal
pid kemudian dilakukan pembakaran. Bangkai ayam dimasukkan kedalam
sumur. Sebulan sekali dilakukan pemberian bio HS dan kapur pada area
sumur.
50
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan selama kegiatan koasistensi di PT. Panca Patriot
Prima Breeding Farm dan Hatchery Lawang dapat di simpulkan bahwa:
1. Peran dokter hewan dalam perusahaan ini dalam pengawasan manajemen
kesehatan hewan sudah berjalan dengan baik dalam menentukan dan
melaksanakan program kesehatan.
2. Produksi pada perusahaan ini tingkat keberhasilannya dilihat dari
prosentasi saleable chick . Saleable chick lebih rendah dibandingkan
standar yaitu 96,3% dengan standar 98%. Hal ini dimungkinkan kurang
optimalnya sanitasi lalu lintas, sanitasi mesin hatchery, ketepatan waktu
panen.
3. Pengiriman telur tetas dari farm dan hatchery tidak terlalu bermasalah
karena masih dalam satu area. Pengiriman DOC ke konsumen tercatat
selama ini dengan kemasan box dan pengiriman menggunakan kendaraan
chick van yang dipakai sudah cukup baik, hal ini terbukti tidak ada
keluhan dari konsumen.
4. Pengolahan limbah padat baik di farm maupun di hatchery berjalan cukup
baik, namun untuk limah cair kurang baik karena tanpa dilakukan
pemosresan limbah dan langsung dibuang kesungai.
52
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan kepada PT. Panca Patriot Prima sebagai berikut:
1. Peningkatan pelaksanaan program sanitasi lalu lintas, sanitasi mesin
hatchery sehingga mencegah keluar masuknya agen penyakit.
2. Perlu dilakukan pengolahan limbah cair, dibuat lagon agar tidak
menganggu kesehatan masyarakat veteriner.
53
DAFTAR PUSTAKA
Al-Saffar, A., A. Al-Nasser, A. Al-Haddad, M. Al-Bahouh, and M. Mashaly.
2006. Principles of Poultry Biosecurity Program.Kuwait : Kuwait
Institude for Scientific research. Hal : 3, 26-29
Arbor actrees. 2013. Arbor actress Parent Stock Hand Book. Aviagen Brand
ASOHI (Asosiasi Obat Hewan Indonesia). 2009. Indeks Obat Hewan Indonesia.
Gita Pustaka. Jakarta
Bachari, Irawati., I.Sembiring., D.S. Tarigan. 2006. Pengaruh Frekuensi
Pemutaran Telur terhadap Daya Tetas dan Bobot Badan DOC Ayam
Kampung. Jurnal Agribisnis Perternakan. Vol. 2 (3): 101-105),
Cobb. 2003. Cobb 500 Breeder Management Guide. Cobb - Vantress Inc., Siloam
Springs, Arkansas.
Cobb. 2008. Hatchery Management Guide. Cobb - Vantress Inc., Siloam Springs,
Arkansas.
Etches. RJ. 2000. Reproduction in Poultry. CAB International, Singapore
Gunawan dan M.M.S. Sundari. 2003. Pengaruh Penggunaan Probiotik Dalam
Ransum Terhadap Produktivitas Ayam. J.Wartazoa Vol.13(3) : 92-98
Haryono. 2000. Langkah-Langkah Teknis Uji Kualitas Telur Konsumsi Ayam Ras.
Balai Penelitian Ternak Bogor.
Haynes,L. Robert., and T. W. Smith. 2012. Hatchery Management Guide.
Mississippi State University
Indriani, Risa., N. L. P. I. Dharmayanti., A. Wiyono., Darminto., dan L. Parede.
2004. Deteksi Respon Antibodi dengan Uji Hemaglutinasi Inhibisi dan
Titer Proteksi terhadap Virus Avian Influenza Subtipe H5N1. JITV Vol.
9(3) : 204-209
Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 404/Kpts/Ot.210/6/2002 Tentang Pedoman
Perizinan Dan Pendaftaran Usaha Peternakan
Khan, J.Muhammad., A.Abbas., M.Ayaz., M. Naeem., S. Qadir, M. S. Akhter.,
and W. Zia. 2012. Effect of Pre-Heating and Turning during storage
period on Hatchability and Post Hatch Performance of Broilers.
Journal of Biological Sciences Vol. 1(2): 1-6
Kusmaedi. 2001. Teknik Uji Hemaglutination Inhibition Untuk Mengukur Tingkat
Kekebalan Terhadap Newcastle Disease Dan Egg Drop Syndrome,
Balai Penelitian Veteriner. Temu Teknis Fungsional Non Peneliti
Leeson, Steven; and J.D. Summer. 2009. Broiler Breeder Production. Nottingham
University Press Manor Farm, Church Lane Thrumpton, Nottingham
Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 40/Permentan/OT.140/7/2011 tentang
Pedoman Pembibitan Ayam Ras
54
Pond, K and P. Wilson. 2000. Introduction To Animal Science. John Wiley &
Sons, INC. United States Of America
Sartika,Tike. 2012. Ketersediaan Sumberdaya Genetik Ayam Lokaldan Strategi
Pengembangannya Untuk Pembentukan Parent Dan Grand Parent
Stock (The Availability of Indonesian Native Chicken Genetic
Resources and Its Development Strategy for Establishing Parent and
Grand Parent Stock). Workshop Nasional Unggas Lokal hal 15-23
Setyawati, 2004. Pengaruh penggunaan berbagai macam bahan litter untuk
pemeliharaan ayam broiler terhadap performans dan kaitannya dengan
status darah dan kondisi Litter. [TESIS]. Program Studi Magister Ilmu
Ternak. Program Pasca Sarjana. Fakultas Peternakan Universitas
Diponegoro
Shivaprasad, H.L. 2000. Fowl typhoid and pullorum disease . Rev. Sci .Int. Epic.
19(2) : 405-424
SNI (Standar Nasional Indonesia) 01-3930-2006. Pakan anak ayam ras pedaging
(broiler starter). Badan Standarisasi Nasional. ICS 65.120
SNI (Standar Nasional Indonesia) 7652. 4 : 2011. Pakan Bibit Induk (Parent
Stock) ayam ras tipe Pedaging- Bagian 4: Pre Layer. Badan
Standarisasi Nasional. ICS 65.120
Suprapto., A. Tjahjono., E.Sunarno. 2010. Rancang Bangun Mesin Penetas Telur
Ayam Berbasis Mikrokontroler Dengan Fuzzy Logic Controller. Teknik
Elektro Industri, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
Suradi, Kusmajadi. 2006. Perubahan Kualitas Telur Ayam Ras dengan Posisi
Peletakan Berbeda Selama Penyimpanan Suhu Refrigerasi. Jurnal Ilmu
Ternak. Vol. 6 (2): 136 139
Surat edaran Direktur Jenderal Peternakan nomor 150/PD.410/F/11/2007
Surya, A. 2007. Pengaruh warna lampu penerangan terhadap performa ayam
broiler. [Skripsi]. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tokarzewski., G. Zikowska., and A. Nowakiewicz. 2012. Susceptibility Testing
Of Aspergillus Niger Strains Isolated From Poultry To Antifungal
Drugs A Comparative Study Of The Disk Diffusion,Broth
Microdilution (M 38-A) And Etest Methods. Polish Journal of
Veterinary Sciences Vol.15(1): 125-133
Umar, M.M, Sundari S, dan A.M Fuah, 2000. Kualitas Fisik Telur Ayam
Kampung Segar di Pasar Tradisional, Swalayan, dan Peternak di
Kotamadya Bogor. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
Wageningen,Van Nico., J.Meinderts., P. Bonnier.,H.Kasper. 2004. Hatching Eggs
By Hens Or In An Incubator : Fift edition. Digigrafi, Wageningen, the
Netherlands
55
56
LAMPIRAN
57