Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas
ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Bengkulu,November 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Trauma Traktus Genitourinaria....................................
B. Jenis-jenis Trauma Traktus Genitourinaria
Trauma Ginjal.............................................................................
Trauma Ureter............................................................................
Trauma Vesika Urinaria..............................................................
Trauma Uretra............................................................................
Trauma Penis...............................................................................
Trauma Scrotum..........................................................................
DAFTAR PUSTAKA

1
2
3
3
4
4
5
6
7
8
8

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
2

Traktus urinarius atau sistem urinaria sebagai salah satu sistem tubuh , yang
memiliki organ organ yang kompleks dan rentan terhadap suatu penyakit. Terdapatnya
kelainan pada suatu organ akan mengganggu proses pembentukan dan pengeluaran dari
urine. Salah satu kelainan pada traktus urinarius adalah Striktur uretra. Striktur uretra
adalah penyempitan lumen uretra disertai menurunnya atau hilangnya elastisitas uretra
karena fibrosis jaringan, sehingga penderita mengalami kesulitan saat berkemih atau
bahkan tidak bisa berkemih. Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada striktur uretra
adalah pemeriksaan fisik dan radiologi. Pemeriksaan radiologi yang digunakan untuk
melihat adanya lokasi penyempitan pada uretra adalah uretrografi, sedangkan untuk
melihat lokasi dan panjang penyempitan adalah bipolar uretrocystografi. Seperti kasus
striktur uretra yang terjadi pada pasien yang bernama Sdr. B dengan klinis striktur
uretra, maka dilakukan pemeriksaan bipolar uretrocystografi. Penulis tertarik untuk
mengkaji dan mempelajari lebih mendalam tentang striktur uretra, peranan pemeriksaan
radiologi bipolar uretrocystografi bagi dokter pengirim ( dokter bedah ) serta membahas
teknik pemeriksaan bipolar uretrocystografi di Instalasi Radiologi RSU Dr.Saiful Anwar
- Malang pada kasus striktur uretra. Alasan-alasan itulah yang mendasari penulis tertarik
untuk menuangkannya dalam laporan kasus yang berjudul Teknik Pemeriksaan
Radiologi Bipolar Uretrocystografi Pada Kasus Striktur Uretra di Instalasi Radiologi
RSU.Dr Saiful Anwar-Malang
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari masing-masing trauma traktus genitourinaria?
2. Apa penyebab trauma traktus genitourinaria?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian

Trauma pada saluran perkemihan (traktus genitourinaria) adalah adanya benturan


pada saluran perkemihan ( ginjal, ureter, vesika urinaria, uretra ). Pada laki-laki dapat
pula mengenai scrotum, testis dan prostat.
B. Jenis-jenis trauma
1. Trauma Ginjal
Ginjal dilindungi oleh tulang-tulang iga dan otot-otot abdomen posterior yang
kuat. Beratnya trauma berbeda, dapat contosio, robekan pankhim sebagian dan
seluruhnya, atau bahkan ruptur pedikal ginjal.
a.
Etiologi
- Trauma tumpul ( tersering ).
Perkelahian, terjatuh, olah raga dengan kontak, kecelakaan lalu lintas.
- Trauma tembus
Tembakan, ruda paksa tusukan, senjata tajam.
- Akselerasi / Deselerasi
Kecelakaan lalu lintas yang mengenai pedical ginjal.
- Tatrogenik
Biopsi ginjal, koliktomi.
- Ginjal patologis
Ginjal patologis lebih mudah terjadi trauma sehubungan dengan lemahnya
pertahanan ginjal ( seperti : Ginjal polikistik, hidronefrosis, ginjal ektopik. ).
b.

Patofisiologi
Ginjal merupakan organ yang banyak mengandung urine dan darah yang
terlindung oleh lapisan lemak, tulang rusuk dan otot abdomen. Karena benturan
yang keras, maka benturan ini akan diteruskan kesemua tekanan hidrostatik dan
capsula fibrosa parenkhim ginjal yang selanjutnya menyebabkan kerusakan.
c.
-

Tanda dan gejala


Rasa sakit / nyeri daerah trauma ---- ginjal ---- bahkan sampai syok.
Hematuri.
Hematom pada pinggang.
Teraba masa pada pinggang.
Nyeri tekan pada daerah trauma.

d.
Pemeriksaan laboratorium / diagnostik
- Hematokrit menurun ( karena perdarahan ).
- HB menurun.
- Pemeriksaan IVP : Memperlihatkan suatu daerah berwarna abu-abu didaerah
trauma karena hematom dan ekstravasi urine.
4

Urogram ekskresi : Memperlihatkan gangguan fungsi / ekstravasi urine pada


sisi yang terkena.
- CT Scan : Untuk mendeteksi hematom retroperineal dan konfigurasi ginjal.
e.
Diagnosa banding
- Fraktur vertebra / iga dan hematom retroperineal.
- Trauma traktus urogenitalis lain.
f.

Penatalaksanaan
Konservatif
Istirahat total.
Transfusi.
Obat-obat konservatif.

Operatif
Operasi untuk penjahitan suatu laserasi bila fungsi ginjal masih baik.
Nefrotomi.

g.
Komplikasi
- Awal : Infeksi, perdarahan.
- Lanjut : Stenosis fibrotik dari arteri ginjal, hipertensi, hidronefrosis.

2.

Trauma Ureter
Trauma ureter jarang sekali terjadi karena struktunya fleksibel dan
terlindung oleh tulang dan otot.
a.
Etiologi
- Operasi daerah punggung dan abdomen, dimana ureter terpotong.
- Tindakan kateterisasi : ujung kateter menembus dinding ureter.
- Pemasukan zat alkali terlalu kuat.
b.
-

Tanda dan gejala


Anuria / oliguria berat setelah pembedahan didaerah pelvis dan abdomen.
Nyeri daerah panggul.
Ekstravasase urine.
Drainase urine melalui luka operasi.
Ileus terus menerus.

c.
Pemeriksaan laboratorium / diagnostik
- Tes fungsi ginjal : abnormal bila traumanya bilateral.
- Urografi ekskresi : ekstravasase urine.
- Urografi retrogad : menentukan sifat dan tempat trauma.
d.
-

Diagnosa banding
Vesikovagina dan uretrovaginal.
5

Kausa oliguri dan anuria pre renal.

e.

Patofisiologi
Karena fungsi ureter sebagai saluran pengaliran urine dari ginjal ke vesika
urinaria. Apabila terjadi trauma pada ureter, maka akan terjadi gangguan aliran
atau terjadinya ekstravasase urine dan manifestasi klinis yang dihubungkan
gangguan tersebut.

f.
-

Komplikasi
Fistula ureter.
Infeksi retroperitoneal.
Pyelonefritis.
Obstruksi ureter karena stenosis.

g.
Penatalaksanaan
- Terapi terbaik adalah pencegahan dimana perlunya pemasangan kateter
sebelum dilakukan operasi pada daerah ginjal dan abdomen untuk identifikasi.
- Diusahakan untuk mempertahankan aliran urine dengan cara :
Uretro Neosistomi bila ureter masih cukup panjang, Ureter dapat ditanamkan
ke buli-buli.
Uretro cutanostomi yaitu muara ureter dipindahkan ke kulit.
Uretro ileo sistostomi bila ureter pendek diganti dengan Ileal Lopp.
- Terapi konservatif berupa analgetik dan antibiotik.
3. Trauma Vesika Urinaria
a.
Etiologi
Trauma tumpul pada panggul yang mengenai buli-buli.
Trauma tembus.
- Akibat manipulasi yang salah sewaktu melakukan operasi Trans uretral
Resection ( TUR )
b.

Patofiisiologi
Bila buli-buli yang penuh dengan urine mengalami trauma, maka akan
terjadi peningkatan tekanan intravesikel dapat menyebabkan contosio buli-buli
/ buli-buli pecah. Keadaan ini dapat menyebabkan ruptura intraperitoneal.

c.
-

Tanda dan gejala


Nyeri supra pubik baik verbal maupun saat palpasi.
Hematuria.
Ketidakmampuan untuk buang air kecil.
Regiditas otot.
Ekstravasase urine.
6

- Suhu tubuh meningkat.


- Syok.
- Tanda-tanda peritonitis.
d.
Pemeriksaan laboratorium / diagnostik
- Hematokrit menurun.
- Cystografi : menunjukkan ekstravasase urine, vesika urinaria dapat pinddah
atau tertekan.
e.

Diagnosa banding
Ruptur uretra atau ginjal.

f.
-

Komplikasi
Urosepsis.
Klien lemah akibat anemia.

g.
Penatalaksanaan
- Atasi syok dan perdarahan.
- Istirahat baring sampai hematuri hilang.
- Bila ditemukan fraktur tulang punggung disertai ruftur vesica urinaria intra
peritoneal dilakukan operasi sectio alta yang dilanjutkan dengan laparatomi.
4. Trauma Uretra
Ruptur uretra bisa sebagian atau total, biasanya ruptur terjadi pada pars
membranesea. Dapat juga uretra pars pandibulum, trauma lebih sering dialami
pria.
a.
Etiologi
Umumnya disebabkan trauma langsung didaerah peritonium dan pelvis.
b. Tanda dan gejala
- Perdarahan dari uretra.
- Hematom perineal, mungkin disebabkan trauma bulbus cavernosus.
- Retensio urine akibat spasme M. Spinkter uretra eksternum.
- Bila buli-buli penuh terjadi ekstravasase sehingga terjadi nyeri berat dan
keadaan umum memburuk.
c.
Klasifikasi
- Trauma Grade I ( ringan ).
Yang mengalami kerusakan adalah dinding uretra, adanya perdarahan per uretra
( darah langsung keluar dari uretra ).
- Trauma Grade II ( sedang ).
7

Yang mengalami kerusakan adalah dinding uretra, bulbus cavernosus dan


kemungkinan ada hematom tetapi tidak progresif.
- Trauma Grade III ( berat ).
Pada tingkat ini uretra mengalami ruptur, bulbus cavernosus hancur dan vesika
buck robek darah mengalir keluar, menjalar kebawah kulit, perdarahan mulamula pada daerah peritoneum terus ke scrotum selanjutnya ke daerah unguinal
suprapubik.
d.
Pemeriksaan diagnostik
- Rectal Toucher
Bila ruptur terjadi di pars membranosa, maka prostat tidak akan teraba,
sebaliknya akan teraba hematome berupa masa lunak dan kenyal.
- Uretrogram
Untuk mengetahui lokasi ruptur.
e.
Komplikasi
Penyembuhan luka dapat menyebabkan strictura ureter.
f.
Penatalaksanaan
- Konservatif berupa pemasangan DC beberapa hari disertai pemberian
antibiotika.
- Jika kateter gagal dipasang, lakukan pembedahan ( operasi perineostomi )
untuk mengeluarkan bekuan darah, kemudian dipasang DC.
- Kontrol uretra dengan menggunakan Bougie untuk mengetahui ada tidaknya
striktura.
g.

Prognosis
Baik, bila dilakukan dengan cepat.

5.

Trauma Penis
Trauma pada penis yang sedang ereksi disebabkan oleh pembalut karet atau
penyempit lain yang merobek jaringan kavernosa dan dapat menyebabkan
necrosis. Kadang-kadang terjadi kerusakan jaringan penis pada kecelakaan
industri dalam hal ini mungkin diperlukan skin graf.

6.

Trauma Scrotum
Trauma pada testis jarang terjadi. Nyeri hebat, muntah dan bahkan syok bila
testis mengalami kontosio, laserasi / ruptur total, mungkin diperlukan
eksplorasi scrotum. Penyembuhan setelah trauma hebat biasanya disertai atropi
testis.
DAFTAR PUSTAKA

Junaidi, purnawan, dkk kapita selecta kedokteran, edisi kedua, FKUI.1982.


8

Depkes RI, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan / Penyakit Sistem


Urogenital, Jakarta.1996.
Purwadijanto, Agus, Kedaruratan Medik, edisi ketiga, P.T Bina Rupa Aksara,
Jakarta.1981.
Doengoes,Merilynn, E, dkk. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ketiga, penerbit
buku kedokteran. EGC.1999.
Schrock, Theodore R. Ilmu Bedah, EGC. Jakarta.
Scholtmeijer.R.J. 1987. Urologi. EGC. Jakarta.
Badenoch, david 1989. Urologi, Bina Rupa Aksara. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai