Perencanaan Sistem Drainase 130227011440 Phpapp01 160314063932 PDF
Perencanaan Sistem Drainase 130227011440 Phpapp01 160314063932 PDF
Oleh :
MUHAMMAD LANTIP . R
NIM. 0909025030
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
DAFTAR ISI
1.1. Pendahuluan
1.2.Landasan Teori
1.3.Contoh desain drainase
1.4.
BAB II. PERENCANAAN SISTEM DRAINASE LAPANGAN TERBANG
16
2.1. Pendahuluan
2.2. Landasan teori
2.3. Contoh Desain Drainase
20
2.1. Pendahuluan
2.2. Landasan teori
2.3. Contoh Desain Drainase
25
2.1. Pendahuluan
2.2. Landasan teori
2.3. Contoh Desain Drainase
30
2.1. Pendahuluan
2.2. Landasan teori
2.3. Contoh Desain Drainase
BIOPORI,SISTEM
PEMBUANGAN
BERTEKANAN
PEMBUANGAN GRAVITASI
DAN
SISTEM
58
2.1. Pendahuluan
2.2. Landasan teori
2.3. Contoh Desain Drainase
65
2.1. Pendahuluan
2.2. Landasan teori
2.3. Contoh Desain Drainase
BAB I
PERENCANAAN DRAINASE JALAN RAYA
1.1 Pendahuluan
Salah satu aspek terpenting dalam perencanaan jalan raya adalah melindungi jalan
dari air permukaan dan air tanah. Dengan kata lain drainase merpakan salah satu factor
terpenting dalam perencanaan pekerjaan jalan. Genangan air dipermukaan jalan
memperlambat kendaraan dan memberikan andil terjadinya kecelakaan akibat
terganggunya pandangan oleh cipratan dan semprotan air. Jika air memasuki struktur
jalan, perkerasan dan tanah dasar (subgrade) menjadi lemah, dan hal ini akan
menyebabkan konstruksi jalan lebih peka terhadap kerusakan akibat lalu lintas. Air juga
berpengaruh kurang baik pada bahu jalan, lereng, saluran, dan bagian lain dari jalan.
Kegagalan dapat terjadi pada saat pemotongan tebing atau pembuatan tanggul dan
jembatan karena disapu oleh banjir.
Kecepatan air yang besar pada saat terjadi banjir menyebabkan erosi yang
berakibat pada keruntuhan jalan dan/atau jembatan. Di sisi lain, kecepatan air yang
rendah pada bangunan-bangunan
mengakibatkan
terjadinya
penyempitan
dan
penyumbatan.
Penyumbatan
mengakibatkan erosi lebih lanjut atau limpas dan mungkin juga keruntuhan
Tabel 1. Periode ulang debit rencana yang direkomendasikan untuk bangunan drainase
utama (Hassing, J.M. 1996)
Kelas Jalan
100
50
50
25
Pasir Halus
0,45
Lempung Kepasiran
0,50
Lanau Aluvial
0,60
Kerikil Halus
0,75
Lempung kokoh
0,75
Lempung padat
1,10
Kerikil kasar
1,20
Batu-batu besar
1,50
Pasangan batu
1,50
Beton
1,50
Beton bertulang
1,50
Sumber : Petunjuk desain drainase permukaan jalan No. 008/T/BNKT/1990, BINA MARGA
Kecepatan aliran air ditentukan oleh sifat hidrolis penampang saluran, salah
satunya adalah kemiringan saluran. Pada tabel 3 dapat dilihat hubungan antara
kemiringan selokan samping dan tipe material yang digunakan.
Tabel 3. Hubungan kemiringan selokan samping (i) dan jenis material
Jenis Material
Pasir Halus
Tanah asli
Napal kepasiran
0 - 5
Lanau Aluvial
Kerikil Halus
Lempung kokoh
Lempung padat
Kerikil kasar
5 - 10
Batu-batu besar
Pasangan batu
Beton
10
Beton bertulang
Sumber : Petunjuk desain drainase permukaan jalan No. 008/T/BNKT/1990, BINA MARGA
nd
0,013
0,020
0,010
0,40
Hutan gundul
0,60
Koefisien
Pengaliran ( C )*
0.70 - 0.95
0.40 - 0.70
0.40
0.10
0.70
0.60
0.70
0.60
0.60
0.40
0.20
0.45
0.70
0.75
0.65
0.20
0.85
0.75
0.95
0.70
0.90
0.60
0.40
0.60
0.80
0.90
1.
Tanah asli
0 - 5
2.
Kerikil
5 - 7,5
3.
Pasangan
7,5
Sumber : Petunjuk desain drainase permukaan jalan No. 008/T/BNKT/1990, BINA MARGA
Sumber : Perencanaan sistem drainase jalan Pd. T-02-2006-B, DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
200 meter
5 meter
L2 : Bahu jalan
2 meter
10 meter
: L1 , koefisien C1 = 0,70
Bahu Jalan
: L2 , Koefisien C2 = 0,65
Perumahan
: L3 , Koefisien C3 = 0,60
10
= 2,0
=(
t2
Ket :
(1)
(2)
(3)
11
12
(Suripin, 2004:79)
Keterangan :
Q = Debit banjir rencana (m/dt)
C = Koefisien pengaliran (tabel)
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Daerah pengaliran (m2)
1.3.9 Tentukan kecepatan saluran (V) < kecepatan ijin dan kemiringan saluran
13
Keterangan :
V
= Koefisien kekasaran
= Radius hidrolik
= Kemiringan saluran
14
15
BAB II
PERENCANAAN DRAINASE LAPANGAN TERBANG
2.1 Pendahuluan
Airport adalah area daratan atau air yang secara regular dipergunakan untuk
kegiatan tinggal landas (Take off) dan mendarat (landing) pesawat udara, dilengkapi
dengan fasilitas untuk pendaratan, parkir pesawat, perbaikan pesawat,naik turun
penumpang, dan barang sebagai tempat perpindahan antar moda transportasi.
Sistem drainase pada Bandar udara sangat diperlukan untuk menjaga keselamatan
moda transportasi, tidak mengurangi skid resistance ban, dan akibat buruk lainnya.
2.2 Landasan Teori
Fungsi drainase lapangan terbang:
1. Intersepsi dan mengalirkan air permukaan tanah yang berasal dari lokasi d
sekitar lapangan terbang
2. Membuang air permukaan dari lapangan terbang
3. Membuang air bawah tanah dari lapangan terbang
Drainase permukaan, berfungsi untuk menangani air permukaan di sekitar
lapangan terbang , khususnya yang berasal dari hujan. Langkah perencanaan: a.
menentukan debit rencana (berupa aliran permukaan / runoff); b. menentukan layout
drainase permukaan
Drainase bawah permukaan berfungsi untuk membuang air dari base course,
membuang air dari subgrade di bawah permukaan, menerima, mengumpulkan, dan
membuang air dari mata air atau lapisan tembus air.
Untuk saluran bawah tanah dapat dipakai pipa berlubang dengan bahan pipa
terbuat dari metal, beton, PVC, dll. Lubang-lubang biasanya meliputi sepertiga dari
keliling pipa. Berdasarkan pengalaman, pipa dengan diameter 6 inch (15 cm) sudah
cukup untuk mengalirkan air.
Dalam suatu perencanaan dan perancangan drainase lapangan terbang, perlu
diperhatikan hal-hal berikut di bawah ini :
Saluran drainase harus berada di bawah muka tanah dan tidak memotong
landasan pacu, agar pada saat perawatan tidak mengganggu.
Tanah di bawah runway, taxiway dan apron harus mempunyai daya dukung
yang cukup kuatterhadap beban pesawat terbang yang lalu di atasnya.
16
Air dari luar wilayah landasan terbang tidak boleh membebani sistem drainase
lapangan udara. Genangan air akibat air hujan dan tebal salju maksimum 10
cm di atas runway dan harus segera dapat dikeringkan.
Kemiringan runway kecil sekali yaitu maksimum 1 % ke arah memanjang dan
1,5 % ke arah melintang, denagn kemiringan shoulder ke arah melintang
maksimum 2,5 5 %.
Sistem drainase lapangan terbang harus baik. Tidak diperkenankan ada
selokan terbuka, kecuali selokan keliling lapangan terbang (interception ditch)
yang menampung air yang akan memasuki lapangan terbang dari daerah
sekelilingnya.
Saluran drainase lapangan terbang didesain dengan intensitas hujan 1 kali
dalam 5 tahun terlampaui. Yang berarti dalam waktu 5 tahun boleh terjadi
banjir 1 kali atau banjir dengan periode ulang 5 tahun.
Untuk lapangan terbang sipil digunakan hujan rencana dengan kala ulang 5
tahun
Untuk lapangan terbang militer digunakan hujan rencana dengan kala ulang 2
tahun
Jika digunakan saluran bulat maka diameter minimumnya tidak boleh kurang
dari 12 inchi (30 cm).
17
Ket :
18
Pipa pembuangan
Aggregat halus
Aggregat kasar
19
BAB III
PERENCANAAN DRAINASE PERTANIAN
3.1.
Pendahuluan
Dalam
merancang
bangun suatu
drainase
agar
tidak
terjadi kelebihan
pada lahan pertanaman, yang perlu diperhatkan yaitu jenis tanah dan lahan yang akan
diberi saluran drainase, kondisi iklim terutama curah hujan, kedalaman permukaan air
tanah yang sesuai untu jenis tanaman yang dibudidayakan. Dengan adanya drainase
yang
baik,
maka
tanaman tidak
mentaati
atau
apa
yang
secara mengikuti
telah dirancangkan,
arah
garis
kontur
baik
atau
secara
secara
random,
memotong
Dengan demikian
saluran drainase minimal sebaiknya disesuaikan dengan saluran air irigasi, agar
lebih menguntungkan terutama dalam pemeliharaannya di kemudian hari. Saluran
irigasi dan drainase
diberi
jalan
inspeksi,
lahan-lahan
digali
menghubungkan
pertanaman
penurunan dangkal
hamper
sampai
yang
dangkal
yang
merupakan
dengan
topografi
lahan
teratur,
penggalian seluruh drainase dibuat sejajar antara satu dengan yang lainya. Penggalian
saluran drainase pada lahan pertanaman yang berkemiringan dilakukan dengan
jalan memotong lereng atau mengikuti garis kontur, sehingga kecepatan aliran airnya
dapat terbatasi dan erosi dapat dicegah.
20
3.2.
Landasan Teori
Agar
dapat
melakukan pekerjaan
untuk
mengatasi
masalah pengatusan
pertanian dengan baik haruslah dilakukan tindakan survai dan penyidikan kondisi
lahan serta mengkaji data historis yang tersedia. Dalam melakukan survai
dan penyidikan ini dibutuhkan pengumpulan semua data yang ada termasuk peta
rancangan dan catatan-catatan yang berhubungan dengan masalah pengatusan yang
ada serta wawancara dengan nara sumber. Data yang telah terkumpul ini kemudian
dievaluasi untuk dapat dipakai mengidentifikasi masalah. Data yang diperlukan antara
lain :
1.
Peta, termasuk peta situasi dan topografi, peta tanah, peta geologi,
peta air tanah, tata guna tanah dan tata jaringan irigasi dan drainase
2.
Data : data klimat termasuk curah hujan, data debit sungai, data pola tanam dan
tata tanam, hasil dan produksi tanaman
3.
3.3.
Contoh perencanaan
Berikut adalah contoh perencanaan saluran irigasi-drainase pertanian.
Saluran pembuang dilambangkan dengan
Saluran Induk dilambangkan dengan
21
22
23
24
BAB IV
PERENCANAAN DRAINASE REL KERETA API
4.1. Pendahuluan
Sistem pematusan/drainase, yaitu sistem pengaliran pembuangan air disuatu daerah
jalan rel agar tidak sampai terjadi penggenangan.Sistem Drainase berfungsi :
a. Mengurangi pengaruh air yang dapat merubah konsistensi tanah sehingga
tubuh jalan selelu dalam kondisi firm (mantap, keras dan padat). Akibatnya
pembentukan kantong-kantong balas tidak terjadi.
b. Tidak ada genangan air tubuh jalan), di mana ini akan menyebabkan terjadinya
pembuangan lempung dan gaya (efek) pompa disaat kereta api lewat yang bisa
maikin memperlemah kestabilan dan kekuatan jalan rel.
c. Perjalanan kereta ap tidak terganggu Perencanaan pematusan harus
dikonsultasikan secara seksama kestaf perencanaan jalan K.A.
25
Balast
Rel
REL
BANTALAN REL
BALAST
26
27
28
29
BAB V
PERENCANAAN SISTEM DRAINASE RUMAH TEMPAT TINGGAL
5.1. Pendahuluan
Dalam pembuatan tempat tinggal dan perumahan, perlu diperhatikan saluran yang
akan dibuat. Saluran drainase merupakan suatu jaringan untuk menampung limpasan
permukaan dan limbah rumah tangga. Perumahan Puri Edelweis dimana perumahan ini
merupakan salah satu perumahan besar di kota Probolinggo, masih memiliki kekurangan
dalam hal saluran drainase terutama saluran primernya. Masih banyak terjadi kerusakan pada
dinding salurannya dan dimensi salurannya kurang sesuai dengan perencanaan.Berdasarkan
uraian sebelumnya, maka akan direncanakan jaringan drainase yang sesuai dengan daerah
tersebut sehingga nantinya dapat berfungsi dengan baik dan tidak merugikan mayarakat
sekitar.
30
fk
tan
. ..................................(2.a) (Soemarto, 1987 : 38)
tan
Keterangan :
fk
= Faktor koreksi.
31
tan
tan
Uji Homogenitas
Setelah uji konsistensi dilakukan maka dilanjutkan dengan uji homogenitas yaitu suatu
pengujian yang dilakukan untuk mengecek homogen atau tidak homogennya suatu data yang
akan digunakan dalam perencanaan. Suatu kumpulan data yang akan dianalisis harus
homogen.
Uji homogenitas dilakukan dengan meninjau apakah plot titik (N, TR) pada kertas
grafik homogenitas berada pada batas yang homogen.
Keterangan :
N
= Jumlah data.
TR
R10
TR
R 10
.x.T R sebagai ordinat. ..........................(Soemarto, 1987 : 38)
R
n
d1 . .d 2 . .d 3 ................ d n
d
1 .. (2.b) (Soemarto, 1987 : 31)
n
1 n
Keterangan :
d
Pengolahan Data
32
logXi
Log X =
i l
. (2.c)
(logXi logX)
Si =
n 1
(2.d)
X 2h
i 1
O i E i 2 .. (2.g)
Ei
(Suripin, 2004:57)
Keterangan :
X 2h
33
Oi
Ei
34
Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu. Intensitas Curah
Hujan dapat dibuat dengan Rumus Mononobe, rumus ini digunakan apabila data hujan
jangka pendek tidak tersedia, yang ada hanya data hujan harian. Rumus yang digunakan
adalah:
2
R 24 3
I 24 .(2.h)
24 t
Keterangan :
I
(Suripin,2004 : 82)
2
n
to .x.3,28.x. L.x.
menit (2.i)
S
3
Ls
menit.. (2.j)
60V
Keterangan :
tc
to
td
= Waktu aliran pada saluran dari satu titik ke titik lainnya (menit).
35
= Kemiringan lahan.
Ls
(Suripin, 2004:79)
Keterangan :
Q = Debit banjir rencana (m/dt)
C = Koefisien pengaliran (tabel)
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Daerah pengaliran (m2)
Jika A dalam Ha maka :
Q = 0,00278 x C x I x A..(2.l)
(Suripin, 2004:79)
36
Jenis Bangunan
Volume Limbah
Cair
(liter/orang/hari)
Daerah Perumahan :
- Rumah besar untuk keluarga tunggal.
- Rumah tipe tertentu untuk keluarga tunggal.
- Rumah untuk keluarga ganda (rumah susun).
- Rumah kecil (cottage).
(Jika dipasang penggilingan sampah, kalikan BOD
dengan faktor 1,5)
Beban BOD
(gram/orang/hari)
400
100
300
80
240 300
80
200
80
400 600
100
200
80
140
70
200
50
300
80
80
30
60
20
120
50
25 40
20
15
15
60
25
20
10
Sekolah :
- Sekolah dengan asrama.
- Sekolah siang hari dengan kafetaria.
- Sekolah siang hari tanpa kafetaria.
Restoran :
- Tiap pegawai.
- Tiap langganan.
- Tiap makanan yang disajikan.
Terminal transportasi :
- Tiap pegawai.
- Tiap penumpang.
37
Rumah sakit.
600 - 1200
30
Kantor
60
25
20
10
10 - 20
10
60 - 120
25
D
h
38
Manning
2
V=
1
R 3 . S 2 .(2.m)
n
R=
A
.(2.n)
P
Q= V . A ......(2.o)
Keterangan :
V
= Koefisien kekasaran
= Radius hidrolik
= Kemiringan saluran
39
Jenis Aliran
Aliran dikatakan kritis apabila kecepatan aliran sama dengan kecepatan kritis (
kecepatan yang diijinkan ). Jika kecepatan aliran lebih kecil daripada kecepatan kritis (Fr <
1), maka alirannya disebut subkritis, sedangkan jika kecepatan alirannya lebih besar daripada
kecepatan kritis, maka alirannya disebut superkritis (Fr > 1).(Anggrahini,1997:47)
Parameter yang menentukan ketiga jenis aliran tersebut adalah bilangan Froude (Fr)
yaitu perbandingan antara kecepatan dengan gaya gravitasi. Bilangan Froude untuk saluran
didefinisikan sebagai :
V
g.x.h
Keterangan :
(Anggrahini,1997:47)
Fr
Jenis-jenis Pasangan
Banyak bahan yang dapat dipakai untuk pasangan saluran. Tetapi pada prakteknya di
Indonesia hanya ada tiga bahan yang dianjurkan pemakaiannya:
- Pasangan batu
- Beton, dan
- Tanah (KP-03, 1986:36).
Bangunan Pelengkap
Gorong-gorong
x
y
r
D
d
40
Curah hujan daerah adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan,
bukan curah hujan pada satu titik tertentu. Data yang digunakan dalam perhitungan ini adalah
data akhir hasil konsistensi yang homogen. Dalam perencanaan ini metode perhitungannya
digunakan metode rata-rata aljabar karena data yang digunakan merupakan data hujan harian
maksimum tiap tahun.
Tabel Perhitungan Curah Hujan Daerah
No
Tahun
STASIUN
STASIUN
STASIUN
Wonoasih
Jorongan
Triwung
RATARATA
1997
98
105
142
115,000
1998
92
54
118
88,000
1999
64
80
92
78,667
2000
96
91
84
90,333
2001
102
90
127
106,333
2002
87
76
118
93,667
2003
111
102
101
104,667
2004
127.647
78
163.881
123,176
2005
69.276
100
118.279
95,852
10
2006
54.523
63
106.879
74,801
Pengolahan Data
Perhitungan Curah Hujan Rancangan
Metode Log Person
Setelah menghitung curah hujan daerah kemudian dihitung besarnya curah hujan
rancangan dengan Metode Log Pearson type III.
Tabel 4: Perhitungan Curah Hujan Daerah dengan Log Person Tipe III
41
Log X - Log
X
Curah
P(%)
Log X
(Log X Log X)
(Log X - Log
X)
Hujan
115
123,176 9,090909
2,091
0,108
0,0118
0,00127
88
115,000
18,182
2,061
0,079
0,0062
0,00049
78,667
106,333
27,273
2,027
0,045
0,0020
0,00009
90,333
104,667
36,364
2,020
0,038
0,0014
0,00005
106,333
95,852
45,455
1,982
0,000
0,0000
0,00000
93,667
93,667
54,545
1,972
-0,011
0,0001
0,00000
104,667
90,333
63,633
1,956
-0,026
0,0007
-0,00002
123,176
88,000
72,727
1,944
-0,038
0,0014
-0,00005
95,852
78,667
81,818
1,896
-0,086
0,0074
-0,00064
74,801
74,801
90,909
1,874
-0,108
0,0117
-0,00127
-0,00008
jumlah
19,821
jumlah
0,0427
Rata2
1,982
0,0689
Cs
-0,03
Uji kecocokan
Uji Chi-Kuadrat
Uji Chi-Kuadarat digunakan untuk menentukan apakah persamaan distribusi yang telah
dipilih dapat mewakili distribusi statistik sampel data yang dianalisis.
Tabel 5: Perhitungan Chi-Kuadrat
Tahun
X
empiris
X
teoritis
(X em-X
t)2/X t
42
1999
123,176 130,000
0,3582
2000
115,000 119,120
0,1425
2002
106,333 111,500
0,2394
2006
104,667 106,000
0,0168
2003
95,852
96,850
0,0103
2005
93,667
95,620
0,0399
2001
90,333
94,032
0,1455
1998
88,000
92,000
0,1739
2004
78,667
80,130
0,0267
10
1997
74,801
77,435
0,0896
1,2428
970,496
[P]
Ch
Empiris
Empiris
Teoritis
123,176
9,091
6,0
0,031
115,000
18,182
11,3
0,069
106,333
27,273
26,0
0,013
104,667
36,364
30,9
0,055
43
95,852
45,455
58,0
-0,125
93,667
54,545
66,0
-0,115
90,333
63,636
70,2
-0,066
88,000
72,727
72,0
0,007
78,667
81,818
88,1
-0,063
10
74,801
90,909
97,0
-0,061
Blok NC Saluran 7 - 8
Jenis saluran
= TersierTR = 5 Tahun
Ls (panjang saluran)
= 30,000 m
L (panjang limpasan)
= 15,000
a. Jalan
= 4,5 m (jarak as jalan ke saluran)
b. Blok
5. A (Luas) = 450,000 m2
a. Jalan
= 135,000 m2
b. Blok
= 450,000 m2
6. S (kemiringan limpasan)
a. Jalan
= 0.02
b. Blok
= 0,005
7. n (Koefisien kekasaran)
a. Jalan
= 0.013
b. Blok
= 0,02
44
8. C (koefisien limpasan)
a. Jalan
= 0,8 aspal
b. Blok
= 0,6
= 0,6 m/dt
b. Blok
= 0,4 m/dt
= 109,647 mm.
11. to (waktu yang diperlukan air untuk mengalir di permukaan lahan (waktu limpasan)
menuju saluran terdekat)
2
n
to .x.3,28.x. L.x.
S
3
2
n
to jalan .x.3,28.x. L.x.
S
3
2
0,016
to jalan .x.3,28.x. 6,000.x.
3
0,020
= 1,095 menit
2
0,030
toblok .x.3,28.x. L12,750x.
3
0,005
= 1,025 menit.
12. td (waktu aliran pada saluran dari satu titik ketitik lainya)
Ls
menit
td
60V
60 = satuan konversi dari jam ke menit.
td jalan
108,750
60.x.0,600
= 0,833 menit.
45
td blok
108,750
60.x.0,400
= 1,25 menit
tc (waktu konsentrasi dalam jam)
t c .t o . .t d
tc jalan
= to + td
= 1,095 + 0,833
= 1.929 menit = 0,032 jam.
tc blok
= to + td
= 1,025 + 1,25
= 2,275 menit = 0,038 jam.
R 24 3
I 24
24 t
(Suripin,2004:67)
Keterangan :
I
46
Contoh perhitungan
2
R 24 3
I 24
24 t
2
I jalan
117,489 24 3
24 0,032
= 376,817 mm/jam.
2
I blok
117,489 24 3
24 0,038
= 337,521 mm/jam
Debit Banjir Rancangan
Contoh perhitungan pada blok C1 saluran 7 8.
Jika A dalam Ha maka :
Q
= 0,00278 x C x I x A
= 0,025 m3/dtk.
= 0.011 m3/dtk.
: tersier
: 2 unit
: 60
47
4. Banyaknya penghuni
5. Jumlah penghuni total
6. Debit air kotor (Q)
: 5 orang/rumah
: 10 orang
: 10 x 0,000003472
: 0,0000347 m3/dtk.
:78
2. Saluran sebelumnya
:-
3. Jenis saluran
: Tersier
4. Limpasan dari
: Q1 + Q2
: (0,025+0,010) + 0,0000347
: 0,035 m3/detik.
Contoh perhitungan 2
1. Saluran
:89
2. Saluran sebelumnya
:78
3. Q 7 8
: 0,0367 m3/detik.
4. Jenis saluran
: Sekunder
5. Limpasan dari
48
8. Debit total
: Q1 + Q2 + Q7 - 8
: (0,042 + 0,016) + 0,035
: 0,093 m3/detik.
=30,000 m
= 17,640 m
= 17,600 m
elevasi.7 .elevasi.8
Ls
17,640 17,600
m
30,000
= 0,0013
- Lebar (B) dicoba 0,80 m
- Dipakai tinggi (h) =
B
2
0,8
= 0,4 m.
2
= B.h
= 0,8.0,4
= 0, 32 m2
= B+2h
= 0,8 + 2.0.4
= 1.6 m
A
P
49
0.24
1 .4
= 0.2 m
-Koefisien Kekasaran Manning
Dari tabel 2.9 untuk nilai n bata dalam adukan semen nilainya 0,025
- Kecepatan aliran dalam saluran (V)
2
1
.x.R 3 .x.s 2
n
2
1
.x.0,2 3.x.0,0013 2
=
0,025
= 0,493 m/dt
Kecepatan yang dizinkan antara 2 m/detik sampai 0,6 m/detik, sehingga kecepatan
aliran tidak memenuhi namun lebar bisa dipakai. Jadi penyelesaiannya dengan cara
mengurangi elevasi akhir sebesar 0.03 m.
- Kemiringan lahan (s) =
= 0,012
2
1
.x.R 3 .x.s 2
n
2
1
.x.0,20 3 .x.0,012 2
=
0,025
= 1,478 m/dt
- Debit (Qhitung)
=VxA
= 1,478 x 0,32
= 0,473 m/dt
50
- Q rencana
= 0,035 m/dt
Karena debit hitung lebih besar dari debit rencana maka dimensi yang direncanakan bisa
dipakai.
- Bilangan froude (Fr)
V
=
g.x.h
1,478
9,8.x.0,4
= 0,747
51
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Blok
= NB
Saluran titik awal
= 38
Saluran titik akhir
= 67
Jenis saluran
= gorong-gorong
Saluran sebelumnya
= 21 - 38 , 73 38 ( Q = 0,334 )
Panjang lintasan aliran di dalam saluran/sungai (Ls)
= 8,000 m
Elevasi muka tanah asli awal
= 12,750 m
Elevasi muka tanah asli akhir
= 12,710 m
x
y
r
52
Alternatif 1 :
P = 4,5 r
= 4,5 . 0,30
= 1,35 m
R = 0,608 r
= 0,608. 0,30
= 0,18
-
12,75 12,71
= 0,005
8
2
1
0,183 3 0,005
0,013
= 1,75 m/detik
Kecepatan yang dijinkan antara 2 m/detik sampai 0,6 m/detik, sehingga
diameter bisa dipakai.
Kontrol debit :
Q = V. A
= 1,75. 0,246
= 0,43 m3/dt > Q. Rencana ( dapat digunakan )
53
Alternatif 2 :
Fb = D h
h = 0.814 D (SNI)
= 0,60 0,48
= 0.12 m
y = 0,18 m
r = 0,30 cm
Cos a =
18
30
a = 53,15 o
= 360 2 a
= 360 106 = 254
2a
x r 2
360
254
x r 2
360
= 0.199
sin
x
r
sin 53,15
x
r
x
L
= 0,799 r = 0,239
=
1
xy
2
= 0,239 x 0,18x
1
2
= 0,022
L
(A)
=L
+2L
54
= 0,199 + 2 x 0,022
= 0,243
P
360
x 2r
254
x 2r
360
= 1,31
R
A
P
0,243
1,31
= 0,21
-
12,75 12,71
= 0,005
8
Kontrol s
2
1
.x.R 3 .x.s 2
n
2
1
.x.0,213.x.s 2
=
0,013
= 0.00547
1
- Kecepatan aliran dalam saluran (V) = .x.R 3 .x.s 2
n
2
1
.x.0,213.x.0,005 2
0,013
= 1,94 m/dt
55
Kecepatan yang dijinkan antara 2 m/detik sampai 0,6 m/detik, sehingga kecepatan
aliran memenuhi.
- Kontrol Debit :
Q
=VxA
= 1,94 x 0,243
= 0,45 m/detik
56
Keterangan :
= Lebar : 1,00 m ; Tinggi : 0.50 m
= Lebar : 0,60 m ; Tinggi : 0.30 m
= Lebar : 0,80 m ; Tinggi : 0.40 m
= Lebar : 0,70 m ; Tinggi : 0.35 m
57
BAB VI
PERENCANAAN SISTEM DRAINASE RUMAH TINGGAL DAN GEDUNG
SISTEM BIOPORI,SISTEM PEMBUANGAN BERTEKANAN DAN SISTEM
PEMBUANGAN GRAVITASI
6.1 Pendahuluan
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna
memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota
(perencanaan infrastruktur khususnya). Secara umum, drainase didefinisikan sebagai
serangkaian bangunan airyang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air
dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.
Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam
kaitannya dengan salinitas, dimana drainase merupakan suatu cara pembuangan kelebihan air
yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang
ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut.
Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum
yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman,
bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke
badan air (sumber air permukaan dan bawah permkaantanah) dan atau bangunan resapan.
Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk
memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir.
Kegunaan saluran drainase antara laIn :
Mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada
akumulasi air tanah.
Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.
58
Sistem gravitasi
Air buangan mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang
lebih rendah secara gravitasi ke saluran umum yang letaknya lebih rendah
Sistem Bertekanan
Sistem yang menggunakan alat ( pompa ) karena saluran umum
letaknya lebih tinggi dari letak alat plambing, sehingga air buangan di
kumpulkan terlebih dahulu dalam suatu bak penampungan, kemudian di
pompakan keluar ke roil umum. Sistem ini mahal, tetapi biasa di gunakan
pada bangunan yang mempunyai alat alat plambing di basement pada
bangunan tinggi / bertingkat banyak.
SUMUR RESAPAN
Sumur resapan dibuat dengan tujuan untuk mengalirkan air buangan dari permukaan tanah ke
akuifer air tanah. Alirannya berlawanan dengan sumur pompa, tetapi konstruksi dan cara
pembangunannya mungkin dapat saja sama. Pengimbuhan sumur akan lebih praktis apabila
terdapat akuifer tertekan yang dalam dan perlu untuk diimbukan, atau pada suatu kawasan
kota yang memiliki lahan yang sempit/terbatas. Kriteria perancangan sumur resapan:
1. Sumur resapan harus berada pada lahan yang datar, tidak pada tanah berlereng, curam
atau labil.
2. Sumur resapan berjarak minimal lima meter dari tempat penimbunan sampah dan septic
tank dan berjarak minimal satu meter dari fondasi bangunan.
59
3. Kedalaman sumur resapan bisa sampai tanah berpasir atau maksimal dua meter di bawah
permukaan air tanah. Kedalaman muka air (water table) tanah minimum 1,50 meter pada
musim hujan.
4. Struktur tanah harus mempunyai permeabilitas tanah (kemampuan tanah menyerap air)
minimal 2,0 cm per jam yang berarti dalam satu jam mampu menyerap genangan air
setinggi 2 cm.
Prosedur dan tata cara pembuatan lubang resapan
Cara pembuatan sumur resapan air pada rumah dengan talang air adalah sebagai berikut:
1. Buat sumur dengan diameter 80-100 cm sedalam 1,5 m namun tidak melebihi muka air
tanah.
2. Untuk memperkuat dinding tanah, gunakan buis beton, pasangan bata kosong (tanpa
plesteran) atau pasangan batu kosong.
3. Buatlah saluran pemasukan yang mengalirkan air hujan dari talang ke dalam sumur
resapan dengan menggunakan pipa paralon.
4. Buatlah saluran pembuangan dari sumur resapan menuju parit yang berfungsi membuang
limpahan air saat sumur resapan kelebihan air. Ketinggian pipa pembuangan harus lebih
tinggi dari muka air tanah tertinggi pada selokan drainase jalan tersebut.
5. Isi lubang sumur resapan air dengan koral setebal 15 cm.
6. Tutup bagian atas sumur resapan dengan plat beton. Di atas plat beton ini dapat diurug
dengan tanah.
60
2. Mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2-3 cm setebal 2 cm.
3. Isi lubang dengan sampah organik yang berasal dari sampah dapur, sisa tanaman, atau
dedaunan.
4. Sampah organik perlu ditambahkan jika isi lubang sudah berkurang atau menyusut
akibat proses pelapukan.
5. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir musim kemarau
bersamaan dengan pemeliharaan lubang.
61
pembuangan gravitasi
62
pembuangan bertekanan
63
resapan
64
BAB VII
PERENCANAAN SISTEM DRAINASE LAPANGAN GOLF
7.1. Pendahuluan
Drainase pada lapangan golf memiliki peranan vital bagi keadaan tanah, tanah yang
menggenang dapat menyebabkan tanah tergulung dan berlumpur.
7.2. Landasan Teori
Dalam kasus ini sistem drainase menggunakan Struktur multi-Flow dan bentuk
menyediakan drainase yang unik keuntungan. Profil datar menyediakan luas permukaan yang
unggul yang memungkinkan lebih kesempatan bagi air untuk memasuki sistem. Its unggul
kekuatan secara signifikan mengurangi risiko yang hancur. Dan yang karakteristik aliran
internal memungkinkan air untuk meninggalkan area hijau cepat. Selain itu, tidak perlu
trenched dalam tetapi hanya digulung di atas sub-kelas di mana ia terletak jauh dari
jangkauan pemotong gelas dan coring peralatan. Kebijaksanaan konvensional telah sering
65
ditempatkan garis drainase kolektor hanya di titik rendah dari basis sub-hijau. Asumsinya
adalah bahwa karena air akan menemukan daerah dataran rendah tetap dan karena hijau
memungkinkan air bergerak bebas, ini adalah semua yang diperlukan. Praktek ini
mengabaikan efek bahwa air bergerak telah di struktur hijau. Bergerak air membawa partikel
halus dengan itu. Semakin banyak air yang bergerak dan kecepatan lebih tinggi pada yang
bergerak, tanah lebih akan membawa dengan itu. Instalasi pembuangan baris lebih lanjut
selain membutuhkan yang bergerak air dalam volume yang lebih besar ke tempat
pengumpulan yang lebih sedikit. Hal ini mengakibatkan migrasi besar tanah yang
menyebabkan istirahat down dari struktur tanah dan potensi pemblokiran jalur
drainase.Drainase pada hijau golf harus lembut dan menyeluruh. Pola intensif menurunkan
kecepatan air gerakan dan akibatnya melindungi integritas rapuh struktur hijau. Penyebaran
baris drainase di atas seluruh sub-kelas dari hijau berarti air memiliki kurang jarak perjalanan
dan hasil dalam migrasi tanah kurang. Tapi menemukan garis dekat bersama-sama juga
memastikan prompt dan menyeluruh drainase. Lihatlah pembuluh darah di bagian belakang
sisi daun untuk model drainase efektif. Semakin sedikit air perlu jarak perjalanan untuk
mencapai jalan keluar, semakin baik drainase tersebut. Intensif berpola drainase
memungkinkan untuk menghilangkan sejumlah besar air dalam waktu singkat tanpa
mengganggu struktur tanah. Dua filter terpisah menjamin bahwa sistem drainase akan tidak
gagal jarum-meninju geotekstil bungkus mencegah pasir dari memasuki saluran aliran. Dua
inci yang bersih, pasir sangat kasar efektif melindungi geotekstil dari penyumbatan akibat
lumpur dan denda tanah lainnya.
Sistem Desain dan Tata Letak Ketika merancang drainase untuk hijau, utama Multi- Arus
kolektor harus berbaring horizontal pada sub-kelas dan ditempatkan di sepanjang garis jatuh
maksimal. A 4 "diameter Pipa PVC harus ditempatkan langsung di bawah utama line, keluar
hijau pada akhir rendah. Tee PVC harus dipasang di jalur PVC, mengarah ke atas, pada setiap
lokasi menurut Pola intensif di sebuah herringbone kerahasiaan guration menyediakan
drainase
seragam
untuk
setiap
bagian
dari
green.
66
67
DAFTAR PUSTAKA
68