Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN DIAGNOSA CKD DI RUANG HEMODIALISA


RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN BULELENG

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Gagal ginjal kronik (GGK) adalahkemunduran perlahan dari fungsi ginjal
yang menyebabkan penimbunan limbah metabolic dalam darah atau azotemia
(Abdi,2004).
Gagal ginjal kronik adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan oleh
penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun,berlangsung progresif dan
cukup lanjut (Suhardjono,FK UI,2001).
Jadi gagal ginjal kronik adalah suatu sindrom penurunan fungsi ginjal yang
bersifat perlahan dan permanen,hingga ginjal tidak dapat menjalankan
fungsinya sama sekali.
2. Etiologi
Price dan Wilson (2005) mengaflikasikan penyebab gagal ginjal kronis
menjadi depalan kategori beserta manifestasi klinis yang muncul diantaranya :
a) Penyakit infeksi tubulointerstitial denagn manifestasi klinis pielonefritis
kronis atau refluks nefropati.
b) Penyakit peradangan dengan manifestasi klinis glomerulonefritis.
c) Penyakit vascular hipertensi,dengan manifestasi klinis berupa penyakit
nefrosklerosis benigna dan maligna serta stenosis arteria renalis.
d) Gangguan jaringan ikat dengan manifestasi klisnis berupa SLE,poliartritis.
e) Gangguan congenital dan herediter dengan manifestasi klinis penyakit
ginjal polikistik dan asidosis tubulus ginjal.
f) Penyakit metabolic dengan manifestasi

klinis

militus,gout,hiperparatirodisme dan amiloidosis.


g) Nefropati
toksik dengan
manifestasi
klinis

berupa

diabetes

penyalahgunaan

analgesic,nefropati timah.
h) Nefropati obstruktif dengan manifestasi klinis penyakit pada traktus
urinarius bagian atas (batu neoplasma ,fibrosis retroperitoneal) dan traktus
urinarius bagian bawah (hifertrofi prostrate,striktur uretra,anomaly
congenital leher vesika urinaria dan uretra).

3. Tanda dan Gejala


Menurut Suhardjono (2001) tanda dan gejala gagal ginjal kronis dapat
diklasifikasikan berdasarkan adanya gangguan fisik diantaranya :
a) Sistem Gastrointestinal
1. Anoreksia, nausea dan vomitus yang berhubungan dengan gangguan
metabolisme protein dalam usus terbentuknya zat-zat toksik akibat

metabolisme bakteri usus seperti ammonia dan metal guanidine serta


sembabnya mukosa usus.
2. Keton uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur
diubah oleh bakteri di mulut menjadi ammonia sehingga nafas berbau
ammonia akibat lain yang timbul adalah timbulnya stomatitis dan
parotitis.
3. Cegukan atau hiccup yang sampai saat ini penyebab pastinya belum
diketahui.
4. Gastritis erosive,ulkus pepitic, dan colitis uremik.
b) Sistem Integumen
1. Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuningan akibat penimbunan
urokrom,gatal-gatal dengan eskoriasi akibat toksin uremik dan
pengendapan kalsium di pori-pori kulit.
2. Ekimosis akibat gangguan hematologis.
3. Urea frost yang terjadi akibat kristalisasi urea yang ada pada keringat
namun hal ini jarang dijumpai.
4. Bekas-bekas garukan karena gatal pada kulit.
c) Sistem Hematologi
Anemia yang disebabkan berbagai factor diantaranya :
a. Berkurangnya produksi erotropoetin sehingga rangsangan eritripoesis
pada sumsum tulang menurun.
b. Hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana
uremia toksik.
c. Defisiensi besi,asam folat dan lain-lain akibat nafsu makan yang
menurun
d. Perdarahan yang sering terjadi pada saluran cerna dan kulit.
e. Fibrosis sumsum tulang akibat hiperparatiroidisme.
f. Gangguan fungsi trombosit dan trombositopenia yang mengakibatkan
perdarahan akibat agregasi dan adhesi trombosit yang berkurang serta
menurunnya factor trombosit III dan ADP atau Adenosin Diphospat.
g. Gangguan leukosit,fagositosis dan kemotaksis berkurang fungsi limfosit
menurun sehinnga imunitas menurun.
d) Sistem Saraf dan Otot
1. Rest less leg syndrome,yaitu pasien merasa pegal pada kakinya
sehingga selalu digerak-gerakkan.
2. Burning feet syndrome, yaitu

rasa

kesemutan

dan

rasa

terbakar,terutam pada telapak kaki.


3. Ensefalopati metabolic yaitu rasa lemah,tidak bisa tidur,gagguan
konsentrasi dan tremor,asteriksis moiklonus dan kejang.
4. Miopati yaitu kelemahan dan hipertrofi otot-otot terutama otot-otot
ekstremitas proksimal.
e) Sistem Kardiovaskuler
1. Hipertensi terjadi akibat adanya penimbunan cairan atau garam atau
peningkatan system rennin-angiotensin-aldosteron.
2. Nyeri
dada dan sesak nafas
akibat perikarditis,efusi
perikardinal,penyakit jantung koroner akibat ateroklerosis yang

timbul dini dan gagal jantung akibat penimbunan cairan dan


hipertensi.
3. Gangguan irama

jantung

akibat

aterosklerosis

dini,gangguan

elektrolit dan klasifikasi metastasik.


4. Edema akibat penimbunan cairan.
f) Sistem Endokrin
1. Gangguan seksual,penurunan libido,fertilitas dan ereksi pada laki-laki
menurun akibat produksi testoteron dan spermatogenesis yang
menurun. Sebab lain juga dihubungkan dengan metabolic tertentu
seperti hormone paratiroid. Pada wanita akan timbul gangguan
ovulasi,gangguan menstruasi sampai amenorrhea.
2. Gangguan metabolic glukosa,resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada gagal ginjal yang lanjut (klirens kreatinin kurang dari
15mL\

menit)

terjadi

penurunan

klirens

metabolic

insulin

menyebabkan kebutuhan obat penurun glukosa darah akan berkurang.


3. Gangguan metabolisme lemak dan vitamin D.
g) Sistem lain dalam tubuh
1. Tulang : oesteodistropi renal yaitu osteomalasia,osteitis
fibrosa,osteosklerosis dan klasifikasi metastasik.
2. Asidosis metabolic akibat penimbunan asam organic sebagai hasil
metabolism.
3. Elektrolit : hiperfosfatemia,hiperkalemia,dan hipokalsemia.

4. Stadium Gagal Ginjal Konis


Price dan Wilson (2005) membagi gagal ginjal kronis menjadi tiga stadium
diantaranya :
a. Stadium I
Pada stadium ini gangguan fungsi ginjal hampir tidak terdeteksi.
Gangguan fungsi ginjal hanya dideteksi dengan menambah beban kerja
yang berat pada ginjal,misalnya mengadakan tes GFR yang teliti.
b. Stadium II
Pada tahap ini kadar BUN baru mulai meningkat diatas batas normal.
Mulai timbul gejala-gejala poliuria dan nokturia akibat gangguan
kemampuan pemekatan.
c. Stadium III
Pada keadaan keratinin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan
sangat mencolok sebagai respon terhadap

GFR yang mengalami

penurunan. Pada stadium ini nilai GFR hanya 10% dari keadaan normal
dan bersihan kreatinin sebesar 5-10 ml per menit atau kurang. Stadium ini
terjadi apabila sekitar 90% dari massa nefron telah hancur.pasien biasanya
mengalami oliguria (urine keluar kurang dari 500 per hari) karena
kegagalan glomelurus.

Suhardjono (2001) mengklasifikasikan gagal ginjal kronik sebagai


berikut :
a. Tahap fungsi ginjal berkurang biasanya tanpa disertai manifestasi
klinis yang berarti. Dikatakan dalam fase ini bila LFG berada pada
80-50n ml\menit.
b. Ringan bila LFG 50-30n ml\menit disertai manifestasi klinis berupa
hipertensi,hiperparatiroidisme sekunder.
c. Sedang bila GFR 10-29 ml\menit dengan manifestasi tersebut
diatasditambah anemia.
d. Berat bila GFR < 5 ml\menit dengan manifestasi sama seperti diatas
ditambah dengan edema paru, koma, kejang, asidosis metabolic,
hiperkalemia hingga kematian.
5. Penatalaksanaan
Suharjdjono (2001) berpendapat, penatalaksanaan yang dapat dilaksanakan
terhadap gagal ginjal kronik meliputi:
a. Penatalaksanaan Konservatif
Dilaksanakan dalam upaya untuk
1) Memperlambat propesi gagal ginjal, dilakukan dengan :
a) Pengobatan hipertensi
b) Pembatasan asupan protein, bertujuan untuk mengurangi
hiperfiltrasi glomerulus, dengan demikian progesivitas dapat
diperlambat.
c) Restriksi
fosfor,

untuk

mencegah

hiperparatiroidisme

sekunder.
d) Mengurangi proteinuria
e) Mengendalikan hiperlipidemia.
2) Mencegah kerusakam ginjal lebih lanjut dilakukan dengan jalan:
a) Pencegahan kekurangan cairan.
b) Pencegahan dan penatalaksanaan sepsis.
c) Mengendalikan hipertensi.
d) Menghindari obat obatan nefrotoksik.
e) Pencegahan kehamilan pada pasien GGK
3) Pengelolaan urenimia dan komplikasinya dilakuan dengan jalan :
a) Pengelolaan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
b) Pencegahan dan penanganan asidosis metabolik.
c) Pencegahan dan penatalaksanaan hiperkalesimia.
d) Pemberian diet rendah protein.
e) Penatalaksanaan anemia
4) Pengelolaan kalsium dan fosfor
Untuk mencegah terjadinya hiperparatiroidisme sekunder, kadar
fosfor serum harus dikendalikan dengan diet rendah fosfor
(Terutama daging dan susu)
5) Pengelolaan hipeurisemia
Alipurinol sebaiknya diberikan 100-300 mg. Apabila kadar asam
urat > 10% mg/dL atau apabila terdapat riwayat gout.
b. Dialisis
1) Pengertian

Hemodialisa adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi


sampah buangan. Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan tahap
akhir gagal ginjal atau pasien berpenyakit akut yang membutuhkan
dialisis waktu singkat ( DR. Nursalam M. Nurs, 2006)
Hemodialysis adalah pengeluaran zat sisa metabolime seperti
ureum dan zat beracun lainnya, dengan mengalirkan darah lewat alat
dializer yang berisis membrane yang selektif-perneabel dimana
melauli membran tersebut fusi zat-zat yang tidak dikehendaki terjadi.
Hemdialysadilakukan pada keadaan gagal ginjal dan beberapa bentuk
keracunan (cristin Brooker, 2001)
Hemodialisis berasal dari kata hemo yang berarti darah dan
dialysis yang berarti pemisahan atau filtrasi melalui membrane semipermeabel. Jadihemodialisa adalah proses pemisahan atau filtrasi zatzat tertentu dari darah melalui membrane semi-permiabel ( Fery
Erawati Burnama ( instalasi Dialisis RSUD Dr. Doris Silvanus))
Hemodialisa adaah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan
dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh
yang disebut dialyzer. Prosedur ini memerlukan jalan masuk ke aliran
darah. Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka dibuat suatu hubungan
buatan diantara arteri dan vena (fistula anteriovenosa)melalui
pembedahan (www.medicastor.com)
2) Dasar-dasar Hemodialisis
Setiap 1 juta penduduk terdapat 25-50 orang mengalami gagal
ginjal terminal ( GGT)/tahun. Bila tidak diobati : meninggal dunia
bila diobati dengan terapi pengganti (TP): masih dapat hidup
bertahun-tahun.
Terapi pengganti (TP):
a. Hemodialisa
b. CAPD (continous Ambulatory peritonical dialisis)
c. Transplantasi ginjal
Hemodialisa merupakan salah satu bentuk terapi pada pasien
dengan kegagalan fungsi ginjal, baik yang sifatnya akut maupun
kronik sampai pada stadiun gagal ginjal terminal, dengan bantuan
mesin hemodialisa yaitu : sircuit darah (saluran ekstrakoporeal),
ginjal buatan (dializer ), dan sirkuit dialisat.
Prinsip pada hemodialisis, mesin mengompa darah dari tubuh
pasien kedalam dializer, dan dari sisi lain cairan dializat dialirkan
kedalam dilizer. Didalam dializer inilah proses dialisi terjadi. Darah
yang sudah didialisis atau sudah dibrsihakn dipompa kembali
kedalam

tubuh.

Untuk

kelancaran

dan

keberhasilan

proses

hemodialisis dengan mesin hemodialisis diperlukan suatu prosedur


tentang tindakan hemodialis.

3) Tujuan Hemodialisat
Tujuan hemodialisis adalah untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen
yang toksik dari dalam darah dan air yang berlebihan.
4). Indikasi hemodialisa
a. Indikasi segera
Koma, perikarditis, atau efusi perikardium, neuropati perifer,
hiperkalemi, hipertensi maligna, over hidrasi, atau edema paru,
oliguri berat atau anuria.
b. Indikasi dini
1) Gejala uremia
Mual,muntah,perubahan mental,penyakit tulang,gangguan
pertumbuhan dan perkembangan seks dan perubahan
kualitas hidup.
2) Laboratorium abnormal
Asidosis,azotemia,(kreatinin 8-12 mg %) dan blood urea
nitrogen(BUN) : 100-120 mg%,TKK :5ml/menit.
c. Frekuensi hemodialisa
Frekuensi dianalisa bervariasi,tergantung

kepada

banyaknya fungsi ginjal yang tersisa,tetapi sebagian besar


penderita menjalani dialisa sebanyak 3kali/minggu.
Program dialisa dikatakan berhasil jika:
1 penderita kembali menjalani hidup normal
2 penderita kembali menjalani diet yang normal
3 jumlah sel darah merah dapat ditoleransi
4 tekanan darah normal
5 tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif
5). Peralatan haemodialisa
1.arterial-venouse blood line (AVBL)
AVBL terdiri dari:
a). Arterial blood line (ABL)
Adalah tubing tubing/line plastic yang menghubungkan
darah dari tubing akses vescular tubuh pasien menuju
dialiser , disebut inlet ditandai dengan warna merah.
b). Venouse blood line (VBL)
Adalah tubing/line plastic yang menghubungkan darah dari
dialiser dengan tubing akses vesicular menuju tubuh pasien
disebut outlet ditandai dengan warna biru. Priming volume
AVBL antara 100-500 ml. priming volume adalah volume
cairan yang diisikan pertama kali pada AVBL dan
kompartemen dialiser.
Bagian-bagian dari AVBL dan
konektor,ujung

kompartemen adalah

runcing,segmen

pump,tubing

arterial/venouse pressure,tubing udara,bubble trap,tubing


infuse/transfuse set,port biru obat,port darah/ merah herah
heparin,tubing heparin dan ujung tumpul.
2. Dializer / ginjal buatan (artificial kidney)

Adalah suatu alatdimana proses dialisis terjadi terdiri


dari 2 ruang/kompartemen, yaitu:
a. Kompartemen darah yaitu ruangan yang berisi darah
b. Kompartemen dialisat yaitu ruangan yang berisi dialisat
c. Kedua
kompartemen
dipisahkan
oleh
membran
semipermiabel.
d. Dialiser mempunyai 4 lubang yaitu dua ujung untuk keluar
masuk darah dan dua samping untuk keluar masuk dialisat.
3. Air water treatmen
Air dalam tindakan hemodialisis dipakai sebagai
pencampur dialisisat peka (diasol). Air ini dapat berasal dari
berbagai sumber,seperti air PAM dan air sumur,yang harus
dimurnikan dulu dengan cara water treatment sehinngga
memenuhi standarAAMI (Association for the advancement of
medical instrumen). Jumlah air yang dibutuhkan untuk satu
session hemodialisis seorang pasien adalah sekitar 120 liter.
4. Larutan dialisat
Dialisat adalah larutan yang mengandung elektrolit
dalam komposisi tertentu. Dipasaran beredar dua macam
dialisat yaitu dialisat asetat dan dialisat bikarbonat. Dialisat
asetat menurut komposisinya ada beberapa macam yaitu : jenis
stndart, free potassium, low calsium dan lain lain. Bentuk
bicarbonate ada yang powder, sehingga sebelum dipakai perlu
dilarutka dalm air murni/air water treatment sebanyak 9,5 liter
dan ada yang bentukcair (siap pakai).
5. Mesin hemoedialisis
Ada bermacam-macam mesin hemodialisis sesuai
dengan mereknya. Tetapi prinsipnya sama yaitu blood
pump,system pengaturan larutan dilisat,system pemantauan
mesin terdiri dari bloodcircuit dan dilisat circuit dan berbagai
monitor sebagai deteksi adanya kesalahan. Dan komponen
tambahan sepeperti heparin pump,tombol bicarbonate, control
ultrafiltrasi,program ultrafiltrsi, kateter vena,blood volume
monitor.
6. perlengkapan hemodialisis lainnya
a. jarum punksi, adalah jarum yang dipakai pada saat melakukan
punksi akses vaskuler,macamnya:
1) Single needle

Jarum yang di pakai hanya satu, tetapi mempunyai dua


cabang,yang satu untuk darah masuk dan yang satu untuk
darah keluar. Punksi hanya dilakukan sekali.
2) AV- Fistula
Jarum yang bentuknya seperti wing needle tetapi
ukurannya

besar.

Jika

menggunakan

AV-Fistula

ini,dilakukan dua kali pemasukan.


6). Komplikasi hemodialisa
komplikasi
Demam

penyebab
Bakteri

atau

zat

penyebab

demam

( pirogen) didalam darah

Reaksi anafilaksis yang berakibat fatal


(anafilaksis)

Tekanan darah rendah


Gangguan irama jantung

Dialisat terlalu panas

Alergi terhadap zat didalam mesin

Tekanan darah rendah

Terlalu banyak cairan yang dibuang

Kadar

kalium

&

zat

lainnyayang

abnormal dalam darah

Emboli udara

Udara memasuki darah didalam mesin

Penggunaan

Perdarahan usus, otak, mata ,atau perut


heparin

didalam

untuk mencegah pembekuan

Penatalaksanaan konservatif dihentikan apabila pasien sudah memerlukan


dialisis tetap atau transplantasi. Dialisi dilakukan pada penderita GGK bila laju
filtrsi glomerulus (LFG) sudah kurang dari 5 ml/menit, yang didalam prakteknya
dianggap demikian bila LFG < 5ml/menit. Kondisi/keadaaan pasien yang hanya
memiliki LFG < 5ml/menit tidak selalu sama, sehingga dialisis dianggap perlu
dimulai jika dijumpai salah satu dari kondisi dibawah ini:
1. keadaan umum buruk dan gejala klinis nyata
2.K serum > 6 mEq/dl

mesin

3.ureum darah > 200 mg/dl


4.pH darah < 7,1
5.Anuria berkepanjangan (> 5 hari)
6.fluid overload

WOC

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1. Pengkajian Pre HD
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Riwayat penyakit, tahap penyakit .


Usia.
Keseimbangan cairan, elektrolit.
Nilai Laboratorium : Hb, Ureum, creatinin, PH.
Keluhan Subyektif : Sesak nafas, pusing, palpitasi.
Respon Terhadap Dyalisis sebelumnya.
Status Emosional.
Pemeriksaan fisik: BB, suara nafas, edema, TTV, JVP.

2. Pengkajian post HD
a. Tekanan darah : hipotensi.
b. Keluhan : pusing, palpitasi.
c. Komplikasi HD: kejang, mual, muntah, dsb.
a. Data Bio-psiko-sosial-spiritual
1. Bernafas
Gejala : Nafas pendek, batuk dengan atau tanpa sputum.
Tanda : Takipnea, Dispnea, Peningkatan frekuensi kedalaman nafas (nafas
kusmaul), batuk produktif dengan sputum merah muda encer (oedema
paru).
2. Makan dan minum
Gejala : Anoreksia, mual muntah, nyeri ulu hati, peningkatan berat badan
dengan cepat.
Tanda : Distensi abdomen / asites, pembesaran hati (tahap akhir),
perubahan turgor kulit/ kelembaban, oedema umum/ tergantung, ulserasi
fungsi, penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak
bertenaga.
3. Eliminasi (BAB/BAK)
Gejala : penurunan frekuensi urine, oliguri, anuri, perut kembung,
diare/konstipasi.
Tanda : perubahan warna urine, urine pekat.
4. Gerak dan aktivitas
Gejala : kelemahan ekstremitas malaise.

Tanda : kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.


5. Istirahat dan Tidur
Gejala : insomnia, samnolen (gelisah), gangguan tidur.
Tanda :malaise.
6. Pengaturan suhu tubuh
Gejala :hilangnya sensori panas/ dingin
7. Kebersihan Diri
Gejala : mengungkapkan pemenuhan kebersihan diri dilakukan dengan
bantuan.
8. Rasa Nyaman
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, keram otot.
Tanda : perilaku berhati-hati.
9. Rasa Aman
Gejala : mengungkapkan kecemasan.
Tanda : Roman muka kusut dan muram.
10. Sosial
Gejala : kesulitan menetukan kondisi, contoh tidak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
11. Belajar
Gejala : kurang pengetahuan terhadap penyakit, berusaha untuk
mengetahui gejala dan proses penyakit.
12. Prestasi
Gejala : tergantung individu.
13. Rekreasi
Gejala : tergantung individu.
14. Spiritual
Gejala : memiliki pandangan yang berbeda terhadap penyakitnya
tergantung individu.
b. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada klien gagal ginjal adalah :
1. Urine
a. Volume urine biasanya kurang dari 400 mL/24jam (oliguria) atau urine
tidak ada (anuria)
b. Warna urine secara abnormal keruh mungkin disebabkan oleh bakteri, pus,
lemak, partikel koloid, sedimen kotor. Urine kecoklatan menunjukkan
adanya darah, hemoglobin, miobglobin.
c. Berat jenis urine kurang dari 1,015 ( menetap pada 1,010 menunujukkan
kerusakan ginjal).
d. Protein meningkat, derajat proteinuria (3-4+). Secara kuat menunjukkan
kerusakan glomerulus.
e. Klierens Kreatinin mungkin menurun.
2. Darah
a.BUN/SC meningkat, kadar kraeatinin 10mg/dl dan diduga pada tahap akhir
rendah yaitu 5mg/dl.
b.
Hb biasanya menurun kurang dari 7-8 g/dl.
c.Penurunan asidosis metabolic ( <1,2) terjadi karena hilangnya kemampuan
ginjal mengekskresi hydrogen dan ammonia atau hasil akhir dari katabolisme
protein, bikarbonat menurun PCO2 menurun.
Protein khususnya albumin menurun, dapat menunjukkan kehilangan

d.

protein melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukkan.

3. KUB foto menunjukkan ukuran ginjal /kateter, Kantong kemih dan adanya
obstruksi (batu).
4. Ultrasonografi ginjal untuk menetukan ukuran ginjal dan adanya massa,
kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
5. EKG mungkin menunjukkan ketidakseimbangan asam basa dan eleltrolit.
II. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual muntah.
b. Kelebihan volume cairan b/d ketidakseimbangan intake dan output.
c. Intoleransi aktivitas b/d penurunan energy, ketidakseimbangan perfusi dan
ventilasi.
d. Sindrom deficit perawatan diri b/d kelemahan fisik.
e. Perubahan kenyamanan /mual b/d reflex gastrointestinal sekunder akibat
ureum meningkat.
f. Ketidakpatuhan berhubungan dengan program pengobatan yang kompleks
g.
h.
i.
j.
k.

dan berkepanjangan.
PK Uremia.
PK Anemia.
PK Hipertensi
PK Fibrilasi Ventrikel.
PK Asidosis Metabolik.

III. PERENCANAAN
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia, mual muntah.
Tujuan : asupan nutrisi terpenuhi .
Intervensi :
1) Sarankan hygiene oral yang baik sebelum dan sesudah makan.
2) Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat.
3) kaji dan catat pemasukan diit.
4) Berikan makan sedikit tapi sering dan dalam keadaan hangat.
5) Berikan daftar makan dan minuman yang diijinkan pada klien atau
keluarga.
6) Kolaborasi dengan tim gizi.
7) Timbang BB
b. Kelebihan volume cairan b/d ketidakseimbangan intake dan output.
Tujuan : menunjukan adanya keseimbangan cairan masuk dan keluar.
1) Kaji status cairan.
2) Batasi masukan cairan.
3) Identifikasi sumber potensial cairan.
4) Jelaskan pada klien dan keluarga rasional pembatasan cairan.
5) Tingkatkan dan dorong oral hygiene.
c. Intoleransi aktifitas b/d penurunan energy, ketidakseimbangan perfusi dan
ventilasi.
Tujuan : menunjukan kemajuan pada tingkat mobilitas yang lebih tinggi.
Intervensi :
1) Memberi oksigen 2-4liter/menit.
2) Ajarkan dan anjurkan pernafasan sadar terkontrol pada saat aktifitas,
stress dan emosi.
3) Anjurkan aktifitas bertahap.
4) Ukur vital sign.
5) Kaji warna membrane mukosa.
d. Syndrom deficit perawatan diri b/d kelemahan fisik

Tujuan : perawatan diri klien terpenuhi


Intervensi :
1) Bantu klien dalam memenuhi perawatan diri
2) Anjurkan klien untuk aktif berperan dalam perawatan dirinya
e. Perubahan kenyamanan/mual berhubungan dengan reflek gastro intestinal
sekunder akibat ureum meningkat
Tujuan : Mual berkurang dan merasa lebih nyaman
Intervensi :
1) Beri posisi semi fowler
2) Hindari makanan yang mengandung kafein
3) Kolaborasi dalam pemberian antiemetic
f. Ketidakpatuhan b/d program pengobatan yang kompleks dan berkepanjangan
Tujuan : menunjukka keinginan untuk pencegahan kekambuhan/komplikasi
Intervensi :
1)
2)
3)
4)

Identifikasi factor penyebab ketidakpatuhan


Bangun BHSP
Ceritakan keberhasilan klien yang mengikuti program pengobatan
Beri penjelasan tentang proses penyakit,rasional pengobatan

g. PK Uremia
Tujuan : kadar ureum mendekati/dalam batas normal,tidak terdapat tanda
dan gejala uremia.
Intervensi :
1) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pembatasan protein
2) Kolaborasi dalam tindakan Hemodialisa
3) Kolaborasi dalam pemeriksaan Lab.BUN/SC
h. PK Anemia
Tujuan : menunjukkan kadar HB meningkat
Intervensi :
1) Tingkatkan asupan Fe
2) Kolaborasi dalam pemberian transfusi darah
3) Kolaborasi dalam pemeriksaan DL
i. PK Hipertensi
Tujuan : menunjukkan tekanan darah dalam batas normal 120/80 mmHg
Intervensi :
1) Ukur vital sign
2) Anjurkan klien mengurangi asupan yang mengandung natrium
3) Kolaborasi dalam pemberian obat antihipertensi
j. PK Vibrilasi Ventrikel
Tujuan : melaporkan tidak adanya nyeri dada
Intervensi :
1) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pembatasan kalsium
2) Awasi keluhan nyeri dada
k. PK Asidosi Metabolik

Tujuan : terjadinya keseimbangan asam basa dalam tubuh


Intervensi :
1) Kolaborasi dalam pemeriksaan analisa gas darah
IV. PENATALAKSANAAN
Pada klien gagal ginjal, tindakan keperawatan difokuskan pada upaya
sebagai berikut :
a. Mempertahankan hemeostatis dengan cara :
1 Mengukur intake dan output
2 Menimbang BB harian
3 Menganjurkan pembatasan cairan oral sesuai dengan kebutuhan
b. Mencegah komplikasi gagal ginnjal yang mungkin muncul seperti
osteoporosis akibat hipokalsemia dengan memberikan CaCo3
c. Memberikan informasi tentang prognosis dan kebutuhan pengobatan
d. Mendukung penilaian terhadap perubahan pola hidup ( hidup
tergantung pada hemodialisa)
V. EVALUASI
1

Tujuan tercapai : mengidentifikasi pelaksanaan tujuan tercapai dan status

klien kembali pada keadaan sebelum sakit


Tujuan tidak tercapai :
a. Rencana dilanjutkan yang artinya diagnosa tetap berlaku,tujuan,
intervensi masih memadai
b. Direvisi, artinya dimana diagnosa tetap berlaku,tujuan, intervensi
perlu diperbaiki
c. Diagniosa resiko menjadi actual disingkirkan, jika diagnose menjadi
actual maka dibutuhkan perencanaan baru sehingga dalam planning
diuraikan perencanaan yang dimaksud.

Dari tindakan keperawatan yang diberikan secara umum, hasil yang diharapkan
adalah :
1
2
3
4

Keseimbangan cairan dan elektrolit stabil


Komplikasi yang mungkin timbul tercegah/diminimalka
Proses penyakit dan program pengobatan dipahami
Menerima terhadap situasi, melakukan perubahan pola hidup yang
diperlukan

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J.2000.Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 8.Jakarta : RGC
Doenges,M.E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Edisi 3.Jakarta : EGC
Suhardjono.2001.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : Gaya Baru
Netira,S.M.2002.Pedoman Praktis Keperawatan.Jakarta : EGC
Purwanto.2004. Dapatkah Gagal Ginjal Bertahan Hidup (online) available :
http//www.suaramerdeka.co.id (2012)

Anda mungkin juga menyukai