Anda di halaman 1dari 6

1.2.

1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kadar glukosa yang terdapat dalam sampel dengan menggunakan metode Somogy-Nelson.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar glukosa dalam sampel dengan spektrofotometer 20 D + melalui metode
Somogy-Nelson.
1.2 Prinsip Percobaan
Adapun prinsip dari percobaan kadar glukosa ini adalah penentuan kadar glukosa dalam sampel melalui reduksi ion Cu 2+ oleh glukosa sehingga
membentuk endapan merah bata Cu2O, dengan penambahan arsenomolibdat akan membentuk warna biru kemudian akan ditentukan kadarnya
pada spektrofotometer 20 D+ dengan panjang gelombang maksimum. Nilai absorbansi yang diperoleh menunjukkan kadar glukosa dalam
sampel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kata karbohidrat timbul karena rumus molekul senyawa ini dapat dinyatakan sebagai hidrat dari karbon. Contohnya, glukosa memiliki rumus
molekul C6H12O6 yang dapat ditulis C6(H2O)6. Karbohidrat ialah polihidroksialdehida, polihidroksi keton, atau zat yang memberikan senyawa
seperti itu jika dihidrolisis. Kimiawi karbohidrat pada dasarnya merupkan kimia gabungan dari dua gugus fungsi, yaitu gugus hidroksil dan gugus
karbonil (Hart, dkk., 2003).
Karbohidrat sangat beraneka ragam sifatnya. Misalnya, sukrosa (gula pasir) dan kapas keduanya adalah karbohidrat. Salah satu perbedaan utama
antara pelbagai tipe karbohidrat ialah ukuran molekulnya. Monosakarida (sering disebut gula sederhana) adalah suatu kesatuan karbohidrat
tersederhana. Maka tak dapat dihidrolisis menjadi molekul karbohidrat yang lebih kecil (Fessenden dan Fessenden, 1999).
Monosakarida yang umum terdapat di alam ialah yang atom C-nya berkisar antara 3-7. Dengan jumlah atom C sebagai pokok maka
monosakarida ini terbagi menjadi golongan aldosa dengan nama aldo-triosa, aldo-tetrosa, aldo-pentosa dan seterusnya, bilamana jumlah atom C
dalam senyawa itu berturut-turut adalah sebanyak tiga, empat, lima, dan seterusnya. Golongan monosakarida yang kedua adalah ketosa dengan
nama-nama berawalan keto (Martoharsono, 1998).
Glukosa merupakan suatua aldoheksosa, disebut juga dekstrosa karena memutar bidang polarisasi ke kanan.glukosa merupakan komponen utama
gula darah, menyusun 0,065 0,11 % darah kita. Glukosa dapat terbentuk dari hidrolisis
pati, glikogen dan maltosa. Glukosa sangat penting bagi tubuh kita karena sel tubuh
kita menggunakannya langsung untuk menghasilkan energi. Glukosa dapat dioksidasi oleh zat pengoksidasi lembut seperti pereaksi Tollens
sehingga sering disebut sebagai gula pereduksi (Budiman, 2009).
D-glukosa

-D-glukosa

-D-glukosa

Struktur 1. Glukosa dalam proyeksi Fischer dan Haworth


Glukosa merupakan suatu monosakarida aldoheksosa yang terdapat dalam tubuh manusia dan makhluk hidup lainnya. Ini merupakan
produk akhir metabolisme karbohidrat yang dilepas ke dalam darah dan menjadi sumber energi utama makhluk hidup. Karena perannya sebagai
energi utama, glukosa kemudian ditranspor ke dalam sel untuk menghasilkan energi. Proses pembentukan energi ini terjadi dalam mitokondria
dengan membutuhkan oksigen sebagai bahan bakarnya untuk menghasilkan ATP sebagai energi untuk setiap kegiatan sel. Glukosa darah ini
dipengaruhi oleh faktor status gizi, genetik, umur dan penyakit (Ningsih, dkk., 2008).
Dalam sel tubuh, glukosa dapat diubah menjadi
glikogen dan sebaliknya glikogen dapat diubah menjadi glukosa melalui reaksi biokimiawi yang bertahap. Perubahan glukosa menjadi glikogen
disebut glikogenesis, sedangkan perubahan glikogen menjadi glukosa disebut glikogenolisis. Struktur glikogen hati sama dengan strukutur
glikogen otot, namun fungsi keduanya berbeda. Glikogen otot berperan sebagai sumber energi, sedangakan glikogen hati berperan dalam
mempertahankan kadar glukosa darah. Banyak jasad renik, jamur, dan beberapa protozoa mempunyai enzim-enzim yang mampu merombak
selulosa menjadi glukosa. Rayap mudah mencerna selulosa karena saluran ususnya memiliki parasit trichonympha yang memproduksi enzim
selulase. Pencernaan selulosa oleh hewan-hewan pemamah biak (herbivora) disebabkan oleh jasad renik atau flora usus di dalam sistem ceran
hewan tersebut yang menghasilkan selulase. Hal ini menyebabkanhewan pemamah biak hidup dengan makan rumput (Sumardjo, 2009).
Banyak cara yang dapat digunakan untuk menentukan banyaknya karbohidrat dalam suatu bahan yaitu antara lain dengan cara kimiawi, cara
fisik, cara enzimatik atau biokimiawi dan cara kromatografi. Penentuan karbohidrat yang termasuk polisakarida maupun oligosakarida
memerlukan pendahuluan yaitu hidrolisa lebih dahulu sehingga diperoleh monosakarida. Gula sederhana, terutama yang memiliki gugus karbonil
(seperti glukosa dan galaktosa) dapat teroksidasi membentuk gugus karboksil dan mereduksi komponen lain yang disebut gula pereduksi
(reducing sugar). Untuk keperluan ini, maka bahan dihidrolisa dengan asam atau enzim pada suatu keadaan tertentu. Penentuan monosakarida
yang dihasilkan dapat dengan salah satu cara yaitu dengan metode oksidasi dengan kupri (Sumardjo, 2009).
Metode ini di dasarkan pada peristiwa tereduksinya kupri-oksida menjadi kupro oksida karena adanya gula reduksi. Reagen yang digunakan
merupakan campuran kupri sulfat, Na-karbonat dan asam sitrat (reagen luff) atau campuran kupri sulfat dan K-Na-tartrat (reagen Sohlet) reagen
ini disebut reagen nelson. K-Na-tartat berfungsi sebagai pencegah terjadinya pengendapan kupri oksida yang ada dalam reagen. Pada kedua
macam reagen tersebut, yang berfungsi sebagai oksidator adalah kupri oksida yang denga gula reduksi akan mengalami reduksi menjadi kupro
oksida dan mengendap berwarana merah bata (Sumardjo, 2009).

METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan Nelson A, larutan Nelson B, larutan induk glukosa 1 mg/mL, larutan sampel,
larutan arsenomolibdat, akuades, kertas label dan tissue roll.
3.2 Alat Percobaan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah buret 50 mL, pipet mikro, gelas kimia 600 mL, gelas kimia 1000 mL, tabung reaksi, rak tabung
reaksi, pipet skala 1 mL, pipet skala 5 mL, pipet skala 2 mL, penangas listrik, statif, labu ukur 10 mL, filter, bulb, corong kaca, batang pengaduk,
spektrofotometer 20 D+, botol semprot, kuvet, sikat tabung, penangas listrik dan gegep.
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Pembuatan Larutan Induk
10 mg glukosa anhidrat ditimbang dan dilarutkan dalam labu ukur 10 mL dengan akuades sampai tanda batas, sehingga diperoleh larutan induk 1
mg/mL.
3.3.2 Pembuatan Larutan Standar
Pembuatan larutan standar ini dilakukan melalui proses pengenceran dari larutan induk. Dalam pembuatan larutan standar dengan konsentrasi
0,006 mg/mL; 0,010 mg/mL; 0,012 mg/mL; 0,014 mg/mL; 0,18 mg/mL, dan 0,20 mg/mL. Larutan induk dipipet ke dalam masing-masing tabung
reaksi sebanyak 0,03 mL; 0,05 mL; 0,006 mL; 0,07 mL; 0,09 mL dan 0,10 mL. Lalu diencerkan dengan akuades dalam ukuran tertentu hingga
masing-masing larutan mencapai volume 5 mL, yaitu dengan ditambahkan akuades masing-masing 4,97 mL; 4,95 mL; 4,94 mL; 4,93 mL; 4,91
mL; dan 4,90 mL. Tiap larutan dalam tabung dihomogenkan.
Tabel 1. Pembuatan Larutan Standar
No.

[Glukosa]

V dipipet (mL)

V H2O yang ditambah


V total (mL)
(mL)

1.

0,006

0,03

4,97

2.

0,010

0,05

4,95

3.

0,012

0,06

4,94

4.

0,014

0,07

4,93

5.

0,018

0,08

4,91

6.

0,020

0,10

4,90

3.3.3 Pembuatan Reagen Nelson


Reagen dibuat dengan cara mencampurkan larutan Nelson A dengan larutan Nelson B dengan perbandingan 25 : 1, sebanyak 7 mL
larutan Nelson A dipipet ke dalam gelas kimia kemudian ditambahkan dengan 0,28 mL larutan Nelson B, kemudian dihomogenkan.
3.3.4 Preparasi Sampel
Pada pembuatan larutan sampel digunakan faktor pengenceran sebanyak 30.000 kali. Pada tahap pertama dilakukan pengenceran 30.000 kali,
yaitu sampel dibuat dengan mengambil 0,03 mL larutan sampel lalu diencerkan hingga 1 mL dengan ditambahkan akuades 0,97 mL, kemudian
dikocok. Tahap kedua, dilakukan lagi pengenceran 25.000 kali, yaitu dipipet sebanyak 0,04 mL larutan diencerkan hingga 1 mL dengan
ditambahkan akuades 0,96 mL kemudian dikocok.
3.3.5 Penentuan Kadar Glukosa
Masing-masing larutan standar, sampel, dan blanko dipipet 0,5 mL lalu dtambahkan 0,5 mL pereaksi Nelson, kemudian dipanaskan 20 menit lalu
didinginkan dalam gelas kimia yang berisi air es. Setelah itu, ditambahkan reagen arsenomolibdat sebanyak 0,5 mL. Kemudian, ditambahkan
akuades sebanyak 3,5 mL dan dikocok. Absorban diukur pada panjang gelombang maksimum yang telah ditentukan dengan menggunakan
spektrofotometer 20 D+
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Pada percobaan ini, penentuan kadar glukosa dengan menggunkan metode Nelson-Somogy, yaitu berdasarkan reduksi ion kupri oleh
glukosa
(gula
reduksi)
dalam
suasana
basa
dengan
arsenomolibdat
yang
memberi
warna
biru.
Tabel 2.Penentuan Panjang Gelombang () Maksimum

Panjang Gelombang ( )

Absorbansi

660

0,460

670

0,464

675

0,468

680

0,462

Gelombang Maksimum
Tabel 3. Penentuan Kadar Glukosa
Konsentrasi

Absorban

0,006

0,286

0,010

0,370

0,012

0,384

0,014

0,468

0,018

0,566

0,020

0,576

Sampel 25000x

0,776

Sampel 30000x

0,478

Grafik 2. Penentuan Kadar Glukosa


Perhitungan kadar untuk sampel dengan 25000x:
y

= 22,13x + 0,1466

0,776 = 22,13x + 0,1466


0,776 0,1466= 22,13x
0,6294 = 22,13x
x = 0,02844 mg/mL
kadar glukosa = x . Fp
= 0,02844 mg/mL x 25000
= 711,025 mg/mL
= 0,7110 g/mL
= 106,65 g/150 mL

Perhitungan kadar untuk sampel dengan 30000x:


y

= 22,13x + 0,1466

0,776 = 22,13x + 0,1466


0,478- 0,1466= 22,13x
0,3314 = 22,13x
x = 0,01497 mg/mL
kadar glukosa = x . Fp
= 0,01497 mg/mL x 30000
= 449,025 mg/mL
= 0,4492 g/mL
= 67,38 g/150 mL
4.3 Pembahasan
Pada percobaan penentuan kadar glukosa ini dilakukan dengan menggunakan metode Somogy-Nelson. Metode Somogy-Nelson ialah metode
yang didasarkan pada hasil reduksi ion kupri oleh glukosa (gula reduksi) dalam suasana basa dengan menggunakan arsenomolibdat yang
memberikan warna biru (molybdenium blue). Intensitas warna yang terbentuk bergantung pada konsentrasi glukosa. Absorbansi diukur pada
panjang gelombang tertentu (675 nm) dengan spektrofotometer 20 D+. Dengan menggunakan larutan standar maka kosentrasi glukosa dapat
diketahui.
Pada percobaan ini dilakukan tiga persiapan utama sebelum absorbannya diukur yakni mempersiapkan larutan induk, larutan standar dan larutan
sampel. Pada pembuatan larutan induk ini yakni 10 mg glukosa anhidrat ditimbang dan dilarutkandalam labu ukur 10 mL dengan akuades sampai
tanda batas, sehingga diperoleh larutan induk 1 mg/mL.Pembuatan larutan standar ini dilakukan melalui proses pengenceran darilarutan induk.
Dalam pembuatan larutan standar dengan konsentrasi 0,006; 0,010; 0,012; 0,014, 0,018 mg/mL; dan 0,020 mg/mL masing-masing larutan dipipet
sebanyak 4,97 mL; 4,95 mL; 4,94 mL; 4,93 mL; 4,91 mL dan 4,90 mL ke dalam tabung reaksi dan masing-masing ditambahkan akuades hingga 5
mL lalu dihomogenkan. Pelarut yang digunakan adalah air karena air merupakan pelarut yang bersifat sangat polar sehingga dapat menjadi
pelarut yang sangat baik dan dapat tembus cahaya.Pembuatan larutan sampel juga dilakukan melalui proses pengenceran. Larutan sampel yang
mengandung glukosa X ppm dipipet 0,03 mL kemudian diencerkan hingga volumenya mencapai 1 mL. Adapun faktor pengenceran yang
digunakan dalam pembuatan larutan sampel ini ialah sebesar 30.000 kali.Adapun pada pembuatan reagen Nelson sendiri terdiri atas
reagen
Nelson A dan reagen Nelson B dengan perbandingan 25:1 atau reagen Nelson A yang digunakan sebanyak 7 mL dan reagen
Nelson B yang digunakan adalah
0,28 mL. Setelah pembuatan reagen Nelson, kemudian reagen tersebut dicampurkan sebanyak 0,5 mL
pada larutan yang berisi masing-masing 0,5 mL larutan sampel, larutan standar dan blanko kemudian dikocok. Setelah itu semua sampel
dipanaskan selama 20 menit, lalu didinginkan dan setelah dingin ditambahkan reagen arsenomolibdat 0,5 mL untuk memberikan warna pada
sampel agar mempermudah pembacaan pada spektrofotometer. Setelah itu, diukur dengan menggunakan spektrometer dengan panjang
gelombang maksimum 675 nm.Dari data yang diperoleh baik tabel maupun grafik dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi glukosanya,
maka absorbansinya juga akan semakin besardan warna yang dihasilkan semakin pekat pula dan begitupun sebaliknya.Pada percobaan penentuan
kadar glukosa ini diperoleh persamaan garis y = 22,13x + 0,1466 maka dapat ditentukan konsentrasi glukosa pada sampel 30.000 kali dan 25.000
kali pengenceran adalah 67,38 g/150 mL dan 106,65 g/150 mL
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

Kesimpulan
Berdasarkan percobaan maka diperoleh kadar glukosa pada pengenceran 30.000 kali dan 25.000 kali adalah 67,38 g/150 mL dan 106,65
g/150 mL.
Analisis Kuantitatif Karbohidrat
Analisis dan Pembahasan
Pada percobaan pertama, penentuan kadar gula reduksi dengan metode Nelson Somogyi dibuat larutan standar dengan konsentrasi 2, 4,
6, 8, 10 mg/100ml dari larutan induk 10mg/100ml, larutan standar tersebut masing-masing ditambah 1ml reagen Nelson Somogyi yang berwarna
biru. Penambahan reagen Nelson somogyi ini bertujuan untuk untuk mereduksi kupri oksida menjadi kupro oksida yang mana K-Na-tartrat yang
terkandung dalam reagen Nelson Somogyi berfungsi untuk mencegah terjadinya pengendapan kupri oksida. Selain 5 larutan standar tersebut,
dibuat juga larutan blanko dari akuades yang nantinya akan digunakan sebagai pembanding.
Setelah ditambahkan reagen Nelson somogyi, larutan yang berwarna biru sampai biru kehijauan tersebut dipanaskan 20 menit, tujuan dari
pemanasan ini adalah untuk mempercepat proses reduksi kupri oksida menjadi kupro oksida. Lalu larutan didinginkan sampai 25C supaya reaksi
berjalan stabil, karena apabila terlalu panas kemungkinan akan ada komponen senyawa yang rusak atau habis menguap. Kemudian ditambahkan
1ml reagen arsenomolibdat, penambahan reagen arsenomolibdat ini bertujuan agar bisa bereaksi dengan endapan kupro oksida. Pada peristiwa ini
kupro oksida akan mereduksi kembali arsenomolibdat menjadi molibdene blue yang berwarna biru, warna biru inilah yang nantinya akan diukur
absorbansinya dengan spectrometer. Hasil yang diperoleh, pada larutan standar semakin pekat konsentrasinya, warna yang dihasilkan setelah
penambahan reagen arsenomolibdat adalah semakin hijau kebiruan pekat. Ditambahkan akuades 7 ml pada masing-masing larutan standar agar

larutan standar tidak terlalu pekat dan dapat terbaca absorbansinya. Masing masing larutan standar beserta larutan blanko diukur absorbansinya
pada panjang gelombang 540 nm, karena pada panjang gelombang ini molekul gula reduksi dapat menyerap sinar secara optimum sehingga
pembacaan absorbansi dapat berjalan dengan baik. Semakin tinggi konsentrasi dari larutan, maka nilai absorbansi yang dihasilkan akan semakin
besar. Hasil dari pengukuran adalah sebagai berikut :
Konsentrasi
Absorbansi
blanko
0.089
2 mg/100ml
0.146 0.089 = 0.057
4 mg/100ml
0.189 0.089 = 0.100
6 mg/100ml
0.301 0.089 = 0.212
8 mg/100ml
0.370 0.089 = 0.281
10 mg/100ml
0.432 0.
Dari larutan standar tersebut, didapatkan kurva konsentrasi vs absorbansi sebagai berikut :

Kurva tersebut menunjukkan nilai Regresi linear sebesar 0.984 yang menunjukkan bahwa kurva tersebut hampir linear atau dengan kata lain
kurva tersebut cukup baik. Dan perrsamaan kurva yang diperoleh y = 0.037 x 0.027, yang nantinya persamaan ini akan digunakan untuk
menghitung kadar sampel gula pereduksi dan non pereduksi.
Selanjutnya adalah pengukuran sampel atau kadar gula reduksi, 1 ml sampel glukosa ditambahkan 1 ml reagen Nelson Somogyi berwarna
biru yang fungsinya untuk mereduksi kupri oksida menjadi kupro oksida. Larutan campuran berwarna biru muda tersebut kemudian dipanaskan
untuk mempercepat proses reduksi kupri oksida menjadi kupro oksida. Setelah dipanaskan, larutan tersebut didinginkan terlebih dahulu sebelum
direaksikan dengan reagen arsenomolibdat agar stabil , karna apabila larutan terlalu panas dikhawatirkan ada komponen dari larutan yang rusak.
Setelah dingin, dengan suhu 25C, larutan berwarna hijau kebiruan tersebut ditambahkan 1 ml reagen arsenomolibdat dan dikocok sampai
homogen, dan dihasilkan larutan berwarna hijau. Ditambahkan pula 7 ml akuades untuk mengencerkan larutan agar tidak terlalu pekat, dan
larutan berubah menjadi hijau kebiruan. Larutan hijau kebiruan ini yang nantinya akan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 540 nm.
Absorbansi yang dihasilkan adalah 0.382 yang harus dikurangi dengan absorbansi blako agar didapatka absorbansi murni dari sampel (tanpa ada
kandungan absorbansi dari blanko), sehingga absorbansi murni yang dihasilkan adalah 0.293.
Kemudian dihitung konsentrasi larutan sampel glukosa dengan memasukkan nilai absorbansi ke dalam persamaan kurva.
Y = 0.037 x 0.027
0.293 = 0.037 x 0.027
0.293 + 0.027 = 0.037 x
X = 8.649 mg/100ml
Konsentrasi larutan sampel glukosa atau gula reduksi yang diperoleh sebesar 8.649 mg/100ml, yang artinya dalam 100 ml larutan sampel
mengandung 8.649 mg glukosa.
Untuk percobaan kedua, yaitu penentuan kadar gula non pereduksi. Sampel yang dipakai adalah sukrosa, dan pada sukrosa ini terkandung
monosakarida glukosa dan fruktosa. Fruktosa disini adalah sebagai gula non pereduksi. Sampel sukrosa 1 ml ditambah 0.5 ml HCl 2N, dan
dipanaskan 5 menit, baru kemudian didinginkan dan dinetralkan dengan 0.5 ml NaOH 2N untuk menetralkan sampel agar dapat bereaksi dengan
reagen-reagen lain seperti pada percobaan 1, yang bereaksi dengan reagen dalam keadaan netral. Larutan tak berwarna tersebut kemudian
ditambah 1 ml reagen Nelson Somogyi yang bertujuan untuk mereduksi kupri oksida menjadi kupro oksida. Larutan berubah warna menjadi biru.
Kemudian dipanaskan untuk mempercepat proses reduksi kupri oksida menjadi kupro oksida. Setelah itu, larutan didinginkan pada suhu 25C
untuk meminimalisir terjadi kerusakan pada komponen larutan apabila larutan terlalu panas. Larutan akan stabil setelah didinginkan membentuk
warna hijau kekuningan dengan endapan berwarna oranye, kemudian barulah direaksikan dengan 1 ml reagen arsenomolibdat yang bertujuan

agar bias bereaksi dengan endapan kupro oksida. Pada peristiwa ini, kupro oksida akan mereduksi kembali arsenomolibdat menjadi molibdene
blue, yang pada percobaan ini dihasilkan warna hijau kebiruan, yang kemudian akan dihitung nilai absorbansinya pada panjang gelombang 540
nm.
Absorbansi yang dihasilkan adalah 0.391. Nilai tersebut masih mengandung nilai absorbansi blanko, sehingga untuk memperoleh nilai
absorbansi murni larutan, absorbansi larutan harus dikurangi dengan absorbansi blanko sebesar 0.089, dan hasilnya diperoleh nilai absorbansi
murni 0.302. Dari nilai absorbansi tersebut, ditentukan konsentrasi sampel hidrolisis, yang dalam hal ini adalah glukosa. Konsentrasi sampel
setelah hidrolisis diperoleh dengan memasukkan nilai absorbansi ke dalam persamaan kurva.
Y = 0.037 x 0.027
0.302 = 0.037 x 0.027
0.302 + 0.027 = 0.037 x
X = 8.892 mg/100ml
X merupakan konsentrasi setelah hidrolisis, yang dalam hal ini adalah glukosa. Dari hasil ini, akan dapat diketahui konsentrasi gula non
pereduksi, dalam hal ini adalah fruktosa. Fruktosa dikatakan gula non pereduksi, padahal dalam faktanya fruktosa adalah gula pereduksi karena
mengandung gugus ketosa. Tetapi, gugus ketosa pada atom C no 2 fruktosa ini menyebabkan fruktosa tidak mempunyai atom H yang dapat
mereduksi reagen, yang artinya fruktosa tidak dapat mereduksi reagen, sehingga fruktosa merupakan gula non pereduksi.
Sehingga dengan menggunakan rumus berikut :
Kadar gula non reduksi = kadar sebelum hidrolisis kadar setelah hidrolisis
dapat diketahui konsentrasi dari gula non pereduksi atau fruktosa. Kadar sebelum hidolisis merupakan kadar sampel sukrosa yaitu 10 mg/100ml.
jadi :
kadar gula non reduksi = 10 mg/100ml 8.892 mg/100ml
kadar gula non reduksi = 1.108 mg/100ml
Dengan melihat kadar gula non reduksi atau fruktosa yang lebih kecil dari kadar setelah hidrolisis atau glukosa, berarti sampel sukrosa yang
digunakan mempunyai kadar fruktosa yang lebih kecil daripada kadar glukosanya.
H.

Kesimpulan
Dari percobaan ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan :

1. Kadar gula non pereduksi yang diperoleh adalah 1.108 mg/100ml, sedangkan kadar gula reduksi adalah 8.649 mg/100ml
2. Pada sampel sukrosa, didapatkan kadar fruktosa yang lebih kecil daripada kadar glukosa.

Anda mungkin juga menyukai