TUGAS KASUS
KAJIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TUPOKSI (TUGAS
POKOK FUNGSI) APOTEKER DALAM PELAKSANAAN PEKERJAAN
KEFARMASIAN DI INDUSTRI FARMASI (PRODUKSI OBAT)
Oleh :
Takzim
(1608611007)
Herlina Dedo
(1608611009)
(1608611009)
BAB I
PEMAPARAN KASUS
1.1 Kasus
pula, Kalbe Farma menarik 2 produk yakni seluruh batch Buvanest Spinal 0,5%
Heavy 4 ml dan Asam Tranexamat Generik 500mg/Amp 5 ml dengan nomor
batch 629668 dan 630025. Dalam suratnya untuk Otoritas Jasa Keuangan, Kalbe
menyebut langkah ini sebagai komitmen untuk bertanggung jawab atas segala
produk dan layanannya.
Dihubungi detikHealth pada selasa (17/2/2015), Heppi Nurfianto, Kepala
Hubungan Masyarakat RS Siloam Karawaci membenarkan bahwa dua pasien di
RS Siloam Karawaci meninggal setelah mendapat suntikan salah satu dari obat
yang ditarik Kalbe.
Iya benar, meninggal setelah pemberian Buvanest Spinal. Ada 2 kasus,
obsgyn dan urologi. Kita sedang tunggu investigasi dari Kemenkes dan BPOM.
Paling dalam 1-2 hari ada hasilnya, kata Heppi.
Ada indikasi Buvanest yang disuntikkan berisi obat lain yakni Kalnex (Asam
Tranexamat). Buvanest merupakan injeksi yang mengandung Bupivacaine 5
mg/mL, sedangkan Asam Tranexamat merupakan obat untuk mengatasi
perdarahan. Keduanya merupakan obat injeksi dengan kemasan berbentuk ampul
dan vial.
1.2 Inti Kasus
Perusahaan Farmasi PT. Kalbe Farma Tbk. Menarik dua jenis obat anestesi
lokal yang digunakan dalam bedah urologi serta bedah sesar yakni batch Buvanest
Spinal 0,5% Heavy 4 ml dan Asam Tranexamat Generik 500mg/Amp 5 ml no.
629668 dan 630025 karena adanya indikasi tertukarnya zat aktif Bufanest Spinal
dengan Asam Tranexamat.
1.3 Analisa Kasus (5 W + 1 H)
Analisa kasus dilakukan dengan cara 5W+1H yang meliputi Apa (What),
Dimana (Where), Kapan (When), Siapa (Who) Mengapa (Why) dan Bagaimana
(How). Berikut adalah analisa kasus berdasarkan aspek Farmasi Forensik :
1. Apa yang terjadi (What)
BAB II
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR YANG HARUS DIKERJAKAN
APOTEKER DI INDUSTRI FARMASI
2.1 Flowchart Prosedur Produksi Obat Di Industri Farmasi
Pemeriksaan secara visual kualitas kemasan, produk (utuh, warna, dan bau),
memastikan tidak terjadi perubahan selama proses pengiriman.
Suhu waktu datang, untuk bahan-bahan yang tidak tahan panas, memastikan
stabilitas tidak berubah selama proses pengiriman barang hingga barang
datang
Pada
proses
penerimaan
bahan
baku
obat
juga
perlu
adanya
Nama Perusahaan
Nomer Batch
Tanggal penerimaan
Jumlah Bahan
Nama Pemasok
dengan mencantumkan nama atau logo perusahaan). Bila status bahan mengalami
perubahan, maka label penunjuk status juga harus diubah.
2.2.5 Pengujian Kembali untuk Memastikan Mutu Bahan Baku Sebelum di
Produksi oleh Unit QA/QC
Setelah proses pendokumentasian bahan baku yang diterima dilakukan
proses pengujian ulang terhadap bahan baku. Sebelum bahan baku masuk gudang
bagian QC akan melakukan pemeriksaan. Bahan baku yang diperiksa dimasukkan
ke daerah karantina (diberi rantai kuning/diberi label Quarantined berwarna
kuning) hingga dikeluarkan pernyataan released dari QC. Gudang akan
mengirimkan slip penerimaan barang ke departemen QC. Berdasarkan slip yang
diterima, bagian pengawasan mutu (QC) mengambil sampel bahan awal yang
akan diperiksa kemudian diberi label putih, yang menyatakan sampel sudah
diambil oleh bagian pengawasan mutu dan sedang diperiksa. Setiap bahan baku
yang masuk harus dilengkapi dengan sertifikat analisa yang akan digunakan
sebagai acuan dalam pemeriksaan bahan.
Sampel bahan baku diambil dengan menggunakan alat thief sampler untuk
sampel padat dan dip tubes untuk sampel bahan cair dan setengah padat. Prosedur
pemeriksaan terhadap bahan baku berpedoman pada FI dan buku acuan lain yang
sudah dibuatkan SOP nya dan dimasukkan dalam Prosedut Tetap (ProTap). Dalam
produksi sediaan tablet parasetamol bahan baku yang digunakan dalam proses
produksi yaitu bahan API (Active Pharmaceutical Ingredient) parasetamol, bahan
pengisi, bahan penghancur, lubrikan, serta bahan pengikat. Pemeriksaan yang
dilakukan meliputi pemeriksaan organoleptis (bentuk, rasa, warna), pemeriksaan
secara kimia (kuantitatif, pH) serta pemeriksaan secara fisika (kelarutan, bobot
jenis, viskositas, titik lebur, kadar air) seperti pengujian sampel sebelumnya dan
kondisi laboratorium yang sesuai dengan ISO 17025 namun tambah pengujian
yang dilakukan yaitu pengujian bahan kemas.
Bagian QA Inspection bertanggung jawab melakukan pemeriksaan bahan
kemas. Pemeriksaan bahan kemas dilakukan pada rubber stopper, cap, alu-foil,
botol, label, primary box dan master box, yang meliputi pemeriksaan ukuran,
komposisi warna, jumlah lapisan untuk alu-foil, kejelasan dan kesesuaian tulisan,
ukuran (panjang, lebar, diameter, dan tebal), berat atau keseragaman berat, serta
kerusakan dan kebocoran dengan metode sampling military standard. Pola
pengambilan sampel bahan pengemas dilakukan dengan memperhatikan hal
berikut: jumlah yang diterima, mutu yang dipersyaratkan, sifat bahan (bahan
pengemas primer dan/atau bahan pengemas cetak), metode produksi dan
pengetahuan tentang pelaksanaan sistem Pemastian Mutu dipabrik pembuat bahan
pengemas berdasarkan audit. Jumlah unit sampel yang diperiksa sesuai dengan
jumlah yang ditetapkan dalam pola pengambilan sampel. Apabila jumlah unit
yang ditemukan cacat sama atau kurang dari angka numerik pelulusan maka lots
atau bets bersangkutan diluluskan. Apabila jumlah unit yang ditemukan cacat
sama atau lebih dari angka numerik penolakan maka lot atau bets bersangkutan
ditolak.
Setelah bahan baku diuji dan dinyatakan released maka dalam waktu yang
sama rantai segera dilepas oleh petugas QC dan petugas gudang menempelkan
label Released (hijau), sedangkan barang yang ditolak QC diberi label Rejected
(merah) dan dipindahkan ke lokasi reject atau ditolak.Penetapan status (ditolak
atau diluluskan) berdasarkan hasil pemeriksaan. Pelulusan ataupun penolakan
harus dibuat secara tertulis dan dikomunikasikan kepada bagian terkait, misalnya
produksi, pembelian, logistik dan sebagainya. Diberikan tanda pelulusan atau
penolakan secara fisik pada kemasan bahan tersebut dan dicatat pada sistem
dokumen yang digunakan.Bahan awal yang diterima harus mempunyai label
identitas dan label status yang jelas. Dapat juga diberikan label, keamanan, label
penanganan yang disarankan, label tempat penyimpanan, informasi tentang alat
pelindung yang harus dipakai dan sebagainya.Label tersebut tidak boleh menutupi
label identitas asli bahan awal.
Bahan baku yang telah lulus uji akan dibawa ke gudang dan disimpan pada
area penyimpanan dengan kondisi penyimpanan sebagai berikut:
-
lantai.
Jarak antar bahan mempermudah pembersihan dan inspeksi.
Pallet harus disimpan dalam kondisi yang bersih dan terawat
Setelah produksi selesai, obat jadi dikirim ke gudang obat jadi dengan
dokumen Manufacturing Receipt (MR) sebagai pernyataan Pengiriman Hasil
Produksi (PHP). Distributor memesan obat jadi dengan Purchase Order (PO)
distributor. Kemudian akuntan membuat Sales Order (SO) berdasarkan PO dan
gudang mengeluarkan Delivery Order (DO) sebagai dokumen pengeluaran
barang, kemudian barang pesanan dikirim ke distributor.
BAB III
INVESTIGASI KASUS
3.1 Flowchart Kasus
Tahap Kegiatan
1.
Inisiasi Penarikan
a. Penarikan Wajib:
Kepala BPOM menerbitkan surat
perintah penarikan obat TMS,
termasuk investigasi cakupan obat
TMS dan penyebabnya serta tindakan
perbaikan dan pencegahan kepada
Pemilik Izin Edar dengan tembusan
kepada seluruh
unit
pelaksana
teknis (UPT) BPOM di seluruh
Indonesia dalam waktu:
1) tidak lebih dari 1x24 jam untuk
penarikan kelas I;
2) 5 hari kerja untuk penarikan
kelas II; dan
3) 7 hari kerja untuk penarikan
kelas III;
setelah obat tersebut ditetapkan
sebagai obat TMS.
b. Penarikan Sukarela
Pemilik Izin Edar melaporkan tentang
penarikan sukarela obat TMS kepada
Kepala BPOM dalam waktu:
1) tidak lebih dari 1x24 jam untuk
penarikan kelas I;
2) 5 hari kerja untuk penarikan
kelas II; dan
3) 7 hari kerja untuk penarikan
kelas III.
setelah obat tersebut ditetapkan
sebagai obat TMS.
Kepala BPOM melakukan kajian
risiko terhadap laporan tersebut antara
lain kelas penarikan obat TMS yang
dilaporkan Pemilik Izin Edar.
Kepala BPOM dapat menerbitkan
BPOM
(Pusat)
UPT BPOM
Setempat
Pemilik
Izin Edar
2.
3.
4.
hasil
kajian
tersebut
dan
memerintahkan investigasi cakupan
obat TMS dan penyebabnyaserta
tindakan perbaikan dan pencegahan
kepada Pemilik Izin Edar dengan
tembusan ke seluruh UPT BPOM di
seluruh Indonesia.
Laporan
Inisiasi
Penarikan
olehPemilik Izin Edar
Pemilik
Izin
Edar
melaporkan
penghentian distribusi dan progress
penarikan obat TMS kepada Kepala
BPOM dengan tembusan kepada UPT
BPOM setempat (di mana lokasi
industri farmasi berada) dalam waktu:
a. tidak lebih dari 3 x 24 jam setelah
menerima surat dari Kepala BPOM
sebagaimana
dimaksud
dalam
angka 1 untuk Inisiasi Penarikanuntuk
kelas I;
b. tidak lebih dari 5 hari kerja untuk
kelas II; dan
c. tidak lebih dari 10 hari kerja untuk
kelas III.
Laporan Progress Investigasi
Pemilik Izin Edar melaporkan progress
investigasi, termasuk namun tidak
terbatas pada, cakupan obat TMS dan
penyebabnya
Apakah hasil investigasi oleh PemilikIzin
Edar menyatakan obat TMS?
Y =Penarikan dilanjutkan ke tahap
pemusnahan;
N= Diputuskan tindak lanjutterhadap obat
yang telah ditarik,berdasarkan kajian
risiko olehBadan POM
Monitoring obat TMS di Peredaran UPT
BPOM setempat di seluruh Indonesia
melakukan
monitoring terhadap
keberadaan obat TMS yang diperintahkan
untuk
ditarik
dari peredaran dan
melaporkan
hasilnya kepada Kepala
BPOM.
5.
6.
7.
8.
9.
: Proses
: Tembusan
: Dokumen
PT.
KALBE
FARMA
STANDARD
OPERASIONAL
PROCEDUR (SOP)
No. Dokumen :
................................
PENARIKAN
KEMBALI OBAT
(RECALL)
Halaman : 1 dari 2
Revisi : 00
1. Tujuan :
Untuk menjelaskan mengenai bagaimana dan sebab-sebab obat yang
sudah beredar ditarik kembali karena dianggap merugikan konsumen.
2. Bahan/alat : laporan hasil pemeriksaan, Certificate of analysis
3. Kualifikasi Personil : karyawan yang ditunjuk
4. Prosedur :
4.1Alasan Penarikan Kembali
4.1.1 Cacat Kualitas
1. Cacat kualitas yang secara langsung tidak membahayakan
pemakai, tetapi perlu ditarik dari peredaran, misal
kerusakanlabel/kemasan, pemasangan tutup botol yang
tidak sempurna.
Dibuat oleh :
Diperiksan oleh :
Disetujui oleh :
Paraf
Paraf
Paraf
Manager Logistik
MR
PT.
KALBE
FARMA
STANDARD
OPERASIONAL
PROCEDUR (SOP)
Direktur
Operasional
Halaman : 2 dari 2
No. Dokumen :
................................
PENARIKAN
KEMBALI OBAT
(RECALL)
Revisi : 00
Dibuat oleh :
Diperiksan oleh :
Disetujui oleh :
Paraf
Paraf
Paraf
Manager Logistik
MR
Direktur
Operasional
e.
f.
g.
h.
danpengemasan
i. Masa pakai produk
2. Dokumen Prosedur Pengolahan Induk
jumlahnya.
j. Paraf operator dan supervisor yang melakukan atau mengawasi setiap
langkah pengolahan.
ulang
Hasil pengawasan dalam proses
Catatan tentang pelaksanaan pembersihan alat yang digunakan
Pemeriksaan kesiapan jalur pengemasan
Hasil nyata dan persentase terhadap hasil teoritis dan lama penyelesaian
pengemasan.
i. Contohbahankemas yang telahdicap dan catatan pemeriksaannya
j. Pengambilan contoh selama proses dan jumlahnya
k. Paraf petugas yang melaksanakan dan mengawasi setiap tahapan
l.
m.
n.
o.
pengemasan.
Catatan tentang rekonsiliasi dan disposisi bahan yang tidak terpakai
Hasil pengujian obat jadi
Penyelidikan terhadap kegagalan proses atau ketidaksesuaian hasil nyata
Contoh bahan pengemas
DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI. 2012. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: Badan
Pengawasan Obat dan Makanan.
BPOM RI. 2011. Peraturan Kepala BPOM RI Nomor. HK.04.1.33.12.11.09938
tahun 2011 tentang Kriteria dan Tata Cara Penarikan Obat yang Tidak
Memenuhi Standar dan/atau Persyaratan. Jakarta: Balai Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia.
Kronologi Penarikan Obat Anestesi Setelah 2 Kasus Pasien Meninggal Jakarta-.
Sumber: (http://news.detik.com/).