Pasang sensor agak jauh/aman dari putaran agitator Lumpur. Sensor terpasang dengan
kuatmenggunakan C claim
Sensor dikalibrasi ulang tiap 7 hari sekali ( atau cek nilai volume/signal max dan min pada saat
TSK/WOC )
Catat nilai signal/volume min dan max tiap-tiap sensor pada kalibrasi pertama kali ( tabel )
Cek setiap saat kondisi sensor pastikan dalam keadaan baik. Bola sensor dapat bergerak
bebas/tanpa hambatan, posisi sensor lurus vertical ( tidak miring ), J-box sensor tertutup rapat,
rangkaian kabel terpasang aman (di bawah lantai ) sampai J-box utama (main J-box)
Bersihkan sensor saat tank Lumpur di kuras dan saat rig down.
Bila terjadi penurunan volume pit active, kemungkinan ada transfer kebocoran tangki Lumpur, atau
Pit drill. Bila terjadi loss akan disertai penurunan SPP
Bila terjadi penaikan volume pit active, kemungkinan ada transfer atau kick ( gain ) perhatikan gas
dan cek degasser pastikan dalam kondisi bagus.
Posisi sensor diusahakan tidak terbenam oleh tumpukan cutting di possum belly
1.4. GAS TRAP ( DEGASSER )
Degasser dipasang di possum belly. Prinsip kerja degasser ini pada dasarnya mengaduk Lumpur dengan
agitator agar gas dalam Lumpur keluar dan diisap oleh vacuum pump untuk dianalisa oleh Chromatograph.
Ada dua macam degasser berdasarkan tenaga penggerak/pemutar agitator yaitu degasser dengan tenaga listrik
( electric ) dan gegasser dengan tenaga angin (air degasser ). Untuk degasser electric jarang hamper tidak
pernah digunakan. Kecuali untuk rig yang tidak menyediakan angin compressor.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
Cek selalu oli pelumas pada regulator atau suntikkan oli pelumas ke slang angin tiap 1 jam sekali.
Cek sekali-sekali kondisi agitator saat stop sirkulasi. Jika sudah goyah, segera
dikencangkan/perbaiki atau ganti dengan degasser spare.
Tekanan angin 20-30 psi ( kondisi degasser bagus )untuk memutar agitator guna memecah Lumpur.
Pastikan kabel tersambung dengan baik ( + dan jangan terbalik ) dan tidak
basah.
Pasang card sensor pada tongkat sensor agar mudah melihat/memastikan nyala lamp LED saat
sensor active.
1.6 SENSOR HOOK LOAD
Sensor hook load di pasang di pancake. Prinsip kerja sensor dengan pressure tranducer, yang mendapat
tekanan saat drilling line mendapat beban dan tekanan tersebut akan ditransfer ke DAU sebagai arus listrik
( 0 24 mA).
Pastikan sensor terpasang dengan kuat, quick coupling sesuai ukuran dengan rig biasanya .
Pasang sensor pada saat hook tidak ada beban.
Bila pressure tranducer baru, isi dengan martin decker fluid setelah dipasang male /male quick
coupling
Pastikan kabel tersambung dengan baik ( + dan jangan terbalik ) dan tidak basah.
Perhatikan hook load saat cabut/angkat pipa bila melebihi 5-10 klbs dari berat string terbouyancy
itu normal karena pengaruh drag dan gravity ( apalagi pada sumur berarah /directional ) jika sampai
melebihi 30 40 Klbs berarti ada over pull. ( catat berapa over pull /selisih dari berat normal
string)
Bila Hook load berkurang pada saat masuk pipa dari berat string normal (saat bergerak turun /
sluck off ) berarti tight hole/ fill (duduk).
Pastikan sensor terpasang dengan kuat, quick coupling sesuai ukuran dengan rig biasanya .
Pasang sensor pada saat hook tidak ada beban.
Bila pressure tranducer baru, isi dengan martin decker fluid setelah dipasang male/male quick
coupling
Pastikan kabel tersambung dengan baik ( + dan jangan terbalik ) dan tidak basah.
Bila SPP berkurang sampai lebih 100 psi dengan rate pompa SPM tetap, kemungkinan wash pipe,
problem pompa, atau loss (flow out & vol pit berkurang ).
Bila SPP bertambah lebih 100 psi dengan SPM tetap, kemungkinan ada line buntu,nozzle plug atau
pack off ( annulus penuh cutting ) perhatikan torsi biasanya besar.
Pastikan sensor terpasang dengan kuat, quick coupling sesuai ukuran dengan rig
biasanya . Pasang sensor pada saat hook tidak ada beban.
Kalibrasi setelah dipasang, dengan signal min nilai 0 psi dan signal max: 4020
dengan nilai 10000/5000 psi ( sesuai ukuran tranducer, biasanya 10000 psi )
Bila pressure tranducer baru, isi dengan martin decker fluid setelah dipasang male /male quick coupling
Pastikan kabel tersambung dengan baik ( + dan jangan terbalik ) dan tidak basah
Casing pressure diamati pada saat shut in well atau saat Leak off test / integrity test.
Pastikan sensor terpasang dengan kuat, quick coupling sesuai ukuran dengan rig
biasanya .
Bila pressure tranducer baru, isi dengan martin decker fluid setelah dipasang male
/female quick coupling
Pastikan kabel tersambung dengan baik ( + dan jangan terbalik ) dan tidak basah.
Bila torque bartambah significant pada RPM tetap , kemungkinan ada perubahan formasi misal dari
shale ke Limestone ( F.Baturaja atau F.Kujung )
Bila torque/relative torque berubah ubah (eratic) dengen RPM tetap, dan bit hours sudah tinggi,
kemungkinan factor bit yang sudah aus/dull, biasanya disertai munculnya gram-gram (metal) pada
cutting.
Bila torque tiba-tiba tinggi kemungkinan pack off ( SPP juga membesar), pipa terjepit (stuck pipe), ada
benda logam jatuh ke lobang ( ada gram/metal pada cutting) atau pengaruh geometri lobang ( directional
well ).
Sensor dan target terpasang dengan kencang menggunakan C claim kecil bila
memungkinkan.
Jika dipasang di motor Top drive, harus menggunakan kabel yang besar dan kuat.
Kabel ditarik mengikuti hose hitam/engine fluid top drive.
Kalibrasi dengan menyamakan RPM rig/top drive. Caranya dengan mengisikan angka pada realtime
control --- equipment -- F2 --- RPM gear ratio diisi dengan angka berapapun sampai sesuai
dengan RPM rig flor/top drive/ atau manual.
Sensor terpasang kuat dan tidak ada kebocoran Lumpur pada dudukan sensor
Pemasangan kabel potensio meter ke card sensor harus benar (tidak terbalik)
Pastikan pemasangan pedal ke potensio terpasang dengan bagus. Bila pedal
digerakkan, potensio ikut berputar.
Bila flow out tiba-tiba membesar sedangkan SPM tetap, kemungkinan ada kick/gain perhatikan gas dan
cek degasser.
Demikian pula sebaliknya bila flow out mengecil disertai SPP mengecil, dan SPM tetap, kemungkinan
terjadi loss
Sebelum di pasang di crown block, Cek sensor di bawah pastikan sensor bekerja
dengan baik . Pasang kabel sensor ke J-box dimana kabel multi core sudah
terpasang dan ada power. Coba dengan target secara manual .
Sensor terpasang dengan kuat menggunakan C claim
Jarak ujung proximity dengan permukaan target max -/+ 0.5 cm
Permukaan target rata dan tebal target satu dengan lainnya harus sama -/+ 3 cm
Pastikan kondisi sambungan kabel bagus dan posisi kabel dalam keadaan aman.
Amati dalam keadaan block bergerak naik turun,
ROP mengecil/cepat ( 0.1-0.3 dari ROP sebelumnya ) terjadi drilling break, kemungkinan ada perubahan
formasi. Dianjurkan untuk spot sample dan perhatikan ada loss atau kick, tunggu bottom up perhatikan
gas.
ROP membesar/lambat-sangat lambat, kemungkinan perubahan formasi atau kondisi bit ( cek bit hours )
atau bit tidak cocok.
26
Diameter Lobang
17-1/2 16
12-1/4
8-1/2
0 35
60
110
165
240
35-55
40
75
85
125
> 55
--
60
75
100
LED MERAH
IC
IC
IC
IC
IC
LED KUNING
IC
1.
2.
3.
4.
6.
7.
9.
10.
DIRECTION
PULSE
POSITIF
NEGATIF
+ KE PROXIMITY 1
- KE PROXIMITY 1
+ KE PROXIMITY 2
KE PROXIMITY 2
Bateray 18-20 V DC
Proximity 1
proximity 2
Siapkan M200, buka semua plug yang ada di sisi belakang dan depan
Pasang Regulator Gas helium dan pasang stailess tubing 1/16 ke regulator Gas Helium.
Buka valve gas Helium dan regulator sehingga gas keluar lewat stainless tubing 1/16
diamkan selama 0.5-1 menit, untuk flushing agar kotoran dan gas CO2 di dalam
tubing keluar , kemudian tutup valve gas helium dan regulator.
Bila gas tidak keluar, tutup valve, coba ganti filter 0.5 micron yang ada di stain less tubing, lanjutkan
ulangi step sebelumnya.
Buka valve utama Gas Helium ( pastikan press He masih cukup 500 2000 psi )
Cek valve regulator dengan air sabun ada kebocoran atau tidak.
diamkan selama +/- 3 4 jam, cek pressure He turun atau tetap. Jika turun berarti ada kebocoran. Cari
kebocoran dan perbaiki.
Aktifkan m200 Chromatograph
-. $ m200admin &
-. $ cd /datalog/config
-. $ rm m200admn.cfg
( setelah hidupkan m200 chromat, m200admn.cfg otomatis terbentuk kembali
-. Masuk Q-log menu
-. Control
-. Chromatograph
-. Setup
-. F8, ganti port : null menjadi port: $mdm
-. F7
-. Pada menu chromat tertera M200:**NEW**
-. Tekan F7, tekan lagi F7
Bila M200 : Unplugged ( jangan coba-coba tekan F7 hang !!! )
-. F4 ( keluar ), matikan power m200
-. $ dau_kill m200admn
-. $ M200admin &
-. Hidupkan power m200
-. Q-log menu, control, chromatograph, set up
biasanya m200:**NEW** ( jika masih unplugged, matikan power m200, hidupkan kembali, biasanya diulang 2
4 kali baru tertera **NEW** )
-. Diamkan, tak lama **NEW** berubah menjadi --off line-- diiringi bunyi teklek, berubah lagi menjadi idledan akhirnya --running--. Jika didiamkan tak berubah,
-. Tekan F7, tekan lagi F7. ( baru dapat berubah )
-. Cocokkan semua parameter setup dengan sheet kalibrasi yang ditempel di Chromat.
Untuk mengubah setup method, tekan F7 setelah selesai tekan lagi F7
Untuk mengubah configurasi tekan F6 setelah selesai tekan F7
-. Print hasil kalibrasi dan catat file kalibrasi 27nov juga hasil set-upnya dan temple di atas chromat. ---- selesai
----*** bila susah set up atau susah running, jangan segan-segan call office atau minta datang teknisi/service
engineer, dari pada rusak makin parah ***
Hal yang perlu diperhatikan dari M200
Jika akan mematikan m200, matikan dulu vacuum pump baru matikan m200
Sekali-sekali cek dengan korek gas dari slang yang tersambung dengan degasser ( gas korek api sempat
melewati CaCO2 dan Glicol. kira-kira 1-3 menit, muncul gas C3, iC4 dan nC4 ), jika munculnya agak
lama, kemungkinan poliflow terlalu panjang bergulung-gulung.
Bila total gas besar mis: 300 unit tapi pada monitor tampil C1 C5 +CO2 hanya kecil mis: 11 unit.
Dalam hal ini ada gas lain yang ikut terhitung oleh total gas Windows buka chroamograph--- calib
--- undefined--- klik SO2 , klik H, klik CO (pokoknya klik semua selain hidrokarbon dan CO2 ) oke.
Biasanya di database gas-gas selain hidrikarbon muncul nilai 2%, walaupun tampilan di monitor jumlah
total gas sudah sesuai. Keluar dari q-log dau-kill semua, / matikan CPU kemudian nyalakan lagi.
2.
3.
Gas >> menembus formasi porous. Cek sample, bila terus naik sampai 200 unit (kesepakatan dengan Co-Man). Lakukan
sirkulasi kondisikan Lumpur buang gas untuk menghindari gas cut mud.
Perbahan pit volume kemungkinan ada gain/loss ( pit total semua pit vol active >> / << ), Transfer mud ( satu/beberapa pit
saja yang berubah), Dump sand trap/dumping mud ( pit vol << ). Atau stop pompa saat akan connection pipe, pit volume
naik >> .
untuk cek flow tiap cabut 3 5 stand. Parameter yang perlu diamati/dicatat yaitu Stand ke berapa, jumlah stand
cabut/masuk, Trip tank volume/pit volume, perhitungan teoritis displacement pipa, actual penambahan/pengurangan Trip
tank/pit volume, perhitungan loss/gain.
Bila terjadi loss tiap cabut 5 stand selalu relative sama dan kecil 0.2 0.5 bbls, kemungkinan hanya selisih kalibrasi sensor
dengan actual volume pit. Cek apakah terjadi tumpah-tumpah Lumpur selama cabut, yang mengakibatkan terjadi loss
permukaan ( surface loss). Jika selama cabut ( -/+ 3 5 stand) terjadi penambahan atau statis volume Lumpur di trip tank,
cek apa ada transfer, bila tidak, lakukan segera flow check bila ada aliran, berarti ada swab efek. Segera masuk kembali dan
lakukan sirkulasi hingga normal kembali ( tak ada aliran ), tiap pengambilan kesimpulan selalu koordinasikan dengan Rig
supt./Co-man.
Siapkan trip sheet dan jika Masuk pipa (RIH) pastikan pakai float atau tidak.
Perhatikan Hook Load untuk mengetahui adanya Tight/Fill ( saat RIH) atau Over pull ( saat POOH )
Jika ada gejala gain/kick segera lakukan flow check/observed well.
Jika masuk rangkaian, pastikan depth sama dengan pipe telly terutama saat BHA terakhir masuk atau mulai DP pertama
masuk.
Fill Up string tiap 10 15 stand.
Perhatikan dan ingatkan bila perlu jika Trip Tank kosong segera diisi atau jika sudah penuh segera di transfer.
Contoh perhitungan :
Cabut Rangkaian ( Trip Out ) :
Jenis pipa : 5 DP
Jumlah
: 5 Stand ( 472.5 ft )
ID
: 4.276
OD
: 5
Displ. Pipa: 0.00652 bbls/ft
Terjadi pengisian lobang sebesar 50 bbls 46.3 bbls = 3.7 bbls ( selama cabut 5 stand )
Secara teori pengisian lobang sebesar 0.00652 bbls/ft x 472.5 ft = 3.08 bbls
Jadi selama cabut 5 stand terjadi loss 3.08 bbls 3.7 bbls = - 0.62 bbls.
Sebaliknya bila pengisian lobang kurang dari 0.308 bbls atau steady, kemungkinan terjadi gain, jika dibiarkan akan terjadi
kick ( Sumur MBU-09).
Masuk Rangkaian tanpa Float
Jenis pipa : 5 HWDP
Jumlah
: 5 Stand ( 476.7 ft )
ID
: 3.0
OD
: 5
Displ. Pipa: 0.01553 bbls/ft
Cap. Pipa : 0.00874 bbls/ft
Terjadi aliran balik ( return ) sebesar 56.54 bbls-50 bbls = 6.54 bbls
Secara teori aliran balik sebesar 0.01553 bbls/ft x 476.7 ft = 7.403 bbls
Jadi selama masuk 5 stand terjadi loss 6.54 bbls 7.403 bbls = -0.803 bbls
Terjadi aliran balik (return) sebesar 70.7 bbls-50 bbls = 20.7 bbls.
Karena ada float, maka selama masuk seharusnya tak ada Lumpur masuk ke dalam pipa.
Jadi secara teori aliran balik sebesar (0.01553 + 0.00874 ) bbls/ft x 953.6 ft = 23.144 bbls
Capacity pipa 0.00874 bbls/ft x 953.6 ft = 8.334 bbls.
Setelah masuk 10 stand, dilakukan isi string (fill up string) sebesar 6.8 bbls.
Fill up string dapat dihitung dari jumlah stroke pompa selama pengisian. ( jumlah total stroke diakhiri pada saat ada
kenaikan stand pipe press (SPP) yang menandakan string sudah penuh )
Misal: pada saat isi string jumlah total stroke 310 , SPP mulai naik , maka untuk perhitungan 310 stroke walaupun masih di
pompa terus sampai 400 stroke.
Jadi vol pengisian = 310 x cap pompa (bbls/stroke)
Perhitungan gain/loss
8.334 bbls ( 23.114 bbls -20.7 bbls ) 6.8 bbls = - 0.880 bbls ( terjadi loss )
( jika hasilnya + , terjadi gain )
Ket:
Selama masuk pipa seharusnya ada return 23.114 bbls, kenyataannya hanya 20.7 bbls.
Jadi ada 2.414 bbls hilang. Ternyata fill up string hanya dibutuhkan 6.8 bbls. Seharusnya bila float bekerja sempurna fill up
string 8.334 bbls. Jadi kekurangannya sebesar 8.334-6.8 = 1.534 bbls. Jadi lumpur yang hilang 2.414 bbls tersebut 1.534
bbls mengisi string dan 0.880 bbls masuk formasi
Setelah perhitungan diatas, perhitungan selanjutnya dimulai stand ke 11, vol awal trip tank yaitu vol trip tank saat
mulai masuk stand ke 11 Perhitungan vol pipa juga dimulai dari stand ke 11. ( lihat tabel Trip monitor )
*** Sebelum dilakuka fill up string, belum dapat disimpulkan loss atau gain ***
2.5. CEMENTING MONITOR
Penyenenan ada dua jenis yaitu penyemenan casing dan penyemenan plug. Penyemenan casing dilakukan setelah masuk
casing, untuk mengikat casing dengan dinding sumur dan mengisi annulus casing agar aman, untuk trayek pengeboran
berikutnya. Sementing plug dilakukan bila menembus zona loss yang tidak dapat ditanggulangi dengan LCM dalam hal ini
semen ditempatkan pada zona loss. Sement plug juga dilakukan bila akan dimulai side track untuk bantalan saat
mengarahkan sumur ( directional drilling ). Yang perlu dimonitor saat penyemenan adalah
Sebelum safety meeting persiapkan perhitungan volume/stroke displace dan perbedaan hidrostatik antara Lumpur di string
dan di annulus
Pump Stroke ( bila dengan pompa rig ) saat pemompaan displace semen, .
Flow out dan pressure saat saat pemompaan displace semen, bila terjadi loss: Pressure berkurang drastis, Flow out
berkurang atau bahkan tak ada aliran Lumpur, Total pit volume berkurang. ( catat pada stroke ke berapa mulai loss )
Kontaminasi semen , be carefull dengan degasser barsihkan dari siss-sisa semen.
Catat bumping pressure ( tekanan bentur )
2.6. CORING MONITOR
Siapkan coring sheet
Samakan dengan Core engineer saat mulai coring ( depth dan time )
Catat ROP tiap meter atau feet
Monitor Pressure dan gas (Bila pressure turun/drop > 50 psi call coring engineer )
Siapkan semua peralatan core handling
2.7. BIT RECORD
Pelaporan Bit record meliputi aspek keteknikan bit ( lihat tabel -- ).
No Bit : 1/1 = 1: trayek pertama mis 26 hole 1: bit pertama dari trayek 26
1 / 2 = 1: trayek pertama mis 26 hole 2: bit ke dua dari trayek 26
1/2RR1= rerun pertama dari bit no 1 / 2
2/1 = 2: trayek kedua mis 17-1/2 hole 1: bit pertama dari trayek 17-1/2
2/2 = 2: trayek kedua mis 17-1/2 hole 2: bit kedua dari trayek 17-1/2
Jika bit Re-run, Bit hours mulai dari awal tetapi total bit hours ditambah bit run sebelumnya. No BHA urut dari no 1
merupakan BHA pertama dipakai. No BHA tidak berubah bila susunan BHA tetap walaupun ganti bit. Beri keterangan untuk
membedakan BHA straight hole dengan BHA directional ( dari DD engineer )
2.8. BIT COST ANALYSIS
Analisa bit yang bertujuan untuk mengetahui apakah bit tersebut masih layak digunakan secara ekonomis dalam suatu
pengeboran. Hasil analisa ini merupakan salah satu data penunjang yang penting untuk memutuskan apakah tepat saatnya
ganti bit. Analisa ini baik digunakan untuk bit jenis threecone ( rock bit ). Untuk PDC tidak ada batasan waktu ( long
live ), karena tidak mempunyai cone yang dikhawatirkan bisa tertinggal di lobang.
B+R(T+t)
C=
M
C=
B=
R=
T=
t =
M=
Cost / m ( $/m )
Harga pahat ( $ )
Harga sewa rig per jam ( $ /jam )
Trip time ( est. waktu trip = 0.005 x kedalaman m- ) ( jam )
Umur pahat / bit hours ( jam )
Kemajuan/meterage ( m )
lihat tabel --
Jika harga C ( cost/m ) mulai naik ( biasanya 3 x berturut-turut ) sudah mulai dipertimbangkan untuk ganti bit, segera
informasikan ke Co-man.
*** untuk bit ukuran 6 atau kurang, bit hours dianjurkan untuk tidak lebih dari 30 jam.
( RPM =220, WOB=5-10 klbs, sumur TBN-7 Tambun, cone tertinggal 2 buah )
2.9. BIT CONDITION
Pengukuran kondisi bit setelah digunakan bor formasi sampai kedalaman tertentu. Pengukuran ini dapat digunakan sebagai
acuan apakah bit tersebut masih layak untuk digunakan lagi ( Rerun ) atau sudah tidak dapat digunakan lagi. Ada 8 ( delapan
) parameter penilaian terutama untuk bit PDC ( Polycrystaline Diamond Compacts), Natural Diamond , Thermally Stable
Polycrystalline (TSP), core bit dan non roller cone bits ( IADC Drill Bits Sub-Committee 1987 and revised in 1991). Sistem
lama menggunakan 3 parameter yaitu T ( tooth ), B (Bearing) dan G (Gauge), tingkat/derajat kerusakan dinyatakan dng nilai
1 8 ( ringan sampai sangat parah ), yang diterapkan untuk bit jenis Threecone.
Delapan parameter tersebut adalah:
Cutting Structure
Inner
Rows
Outer
Rows
Dull
Charcteristics
Remark
Penilaian dari delapan parameter tersebut berdasarkan aturan IADC ( The Dull Grading Syatem Chart by IADC). Lihat
tabel
1.0
1.5
+ 9.6
0.052 x 3900
= 11.7 ppg
Connection Gas
Gas yang muncul melebihi background gas secara significant, setelah satu kali bottom up terhitung sejak mulai pemompaan
setelah connection pipe. Besarnya connection gas dihitung dari selisih dengan background gas ( above background gas
ABG ).
Misalnya setelah connection pompa 1 kali bottom up muncul gas 50 unit, sedangkan background gas 6 unit. Maka
connection gas = 44 unit ABG. Informasikan kepada co-man bila background gas muncul 3 x connection dan cenderung
naik atau tidak. Munculnya connection gas menandakan tekanan hydrostatis Lumpur sudah tidak mampu lagi menahan
tekanan formasi. Tindakan preventif adalah menaikkan Sg Lumpur .
Trip Gas
Gas yang muncul setelah satu kali bottom up terhitung sejak pemompaan saat bit mencapai dasar setelah trip in.
Swab Gas
Gas yang muncul setelah satu kali bottom up terhitung sejak pemompaan saat bit diangkat dari bottom
2.12. SHALE DENSITY
Pengukuran shale density diperlukan untuk mengetahui adanya zona over pressure pada lapisan shale ( clean Shale ). Pada
proses pengendapan normal ( normal deposition ), shale akan terbentuk dnngan kompressi yang normal, fluida akan keluar
secara normal seiring dengan tekanan overburden (sesuai penambahan kedalaman). Sedangkan pada proses pengendapan
cepat / rapid deposition, fluida dalam batuan (shale) tidak sempat keluar dan terperangkap dalam batuan yang
mengakibatkan terjadinya tekanan abnormal.
Hal tersebut ditandai dengan mengecilnya shale density seiring dengan penambahan kedalaman.
Pengukuran shale density pada umumnya menggunakan metode Cairan dan Mud Balance Method.
Metode Cairan lebih umum dilakukan. Yaitu dengan memasukkan Cutting shale kering dan bersih ( berat x gr ) ke dalam
cairan (vol awal V1 cc) pada gelas ukur , setelah dimasukkan cutting shale, vol cairan terukur menjadi V2 cc. Maka Density
Shale = x / (V2-V1) gr/cc .
Mud Balance Methode (Bulk density)
Menggunakan Water Based Mud
Pastikan Mud balance dalam kondisi baik, posisi benar-benar horizontal.
Cuci cutting sampai bersih dari Lumpur,
Set Mud balance pada posisi 8.33
Masukkan cutting bersih kedalam mud balance dan tutup, hingga setimbang dengan 8.33.
Buka penutupnya, masukkan air/solar(oil based mud) hingga penuh, tutup kembali dan bersihkan bag luar mud balance,
timbang berapa ppg. ( Rw )
1
Sg Cutting :
2 ( 0.12 x Rw )
= 2.91 gr/cc
2 ( 0.12 x 13.8 )
W
Sg Cutting =
W
x
(2 x W ) Rw
gr/cc
8.33
2.13. Dc-Exp
Dc-exp merupakan besaran tanpa satuan yang dihitung dari suatu formula yang dipengaruhi oleh parameter drilling ROP,
WOB, MW, Diameter lobang dan RPM. Plot Dc-Exp salah satu parameter yang berguna untuk mengetahui adanya
kenaikan tekanan formasi saat drilling. Dc-exp diplot vesus TVD dengan menggunakan kertas semilog, akan memberikan
trend arah kekanan ( normal ) atau kekanan secara drastis kemungkinan ada perubahan formasi atau ganti bit. Jika plot DcExp mempunyai tendensi trend ke kiri, menunjukkan ada beberapa kemungkinan yaitu: kanaikan tekanan formasi,
perubahan formasi, ganti bit / ukuran bit.
Salah satu parameter untuk mengetahui adanya penambahan tekanan formasi
Plot menggunakan kertas semilog versus TVD
Kemiringan trend plot tiap lokasi/lapangan pengeboran berbeda-beda. Sehingga overlay yang digunakan untuk tiap lapangan
berbeda-beda
Trend hasil pengeplotan ke kanan menunjukkan normal pressure
Trend hasil pengeplotan ke kiri menunjukkan kemungkinan abnormal pressure atau ganti bit/ukuran bit, atau perubahan
formasi.
ROP
Log
60 x RPM
Dc- exp =
MW normal
x
12 x WOB
ECD
Log
1000 x D
ROP = m/hrs
WOB= klbs
MW normal = 9 ppg
ECD = ppg
D = Diameter bit ( inch)
Dc-exp perlu dikoreksi karena adanya penyimpangan akibat perubahan ukuran bit dan penggunaan bit PDC. Setelah
melakukan beberapa set perhitungan trial and error maka diperoleh konstanta koreksi terhadap penggunaan bit PDC dan
koreksi terhadap perubahan ukuran bit ( dari 17-1/2 menjadi 12-1/4 ). Konstanta koreksi terhadap bit PDC sebesar 0.225.
Artinya pada interval penggunaan bit PDC nilai Dc-Exp ditambah 0.225. Demikian pula untuk koreksi terhadap perubahan
diameter lobang. (Rudi Rubiandini 2002 )
Dc-Exp corr = Dc-Exp + 0.225 ( koreksi terhadap bit PDC )
A1 + A2
) x Cos (
I1 + I2
East = MD x Sin (
A1 + A2
) x Sin (
2
I1 + I2
)
2
TVD = MD x Cos (
)
2
Survey 1
7482 ft
4
10
7358
Survey2
7512 ft
8
35
7387.83
Survey 3
GPMmax : 600
RPMmin: 90
RPMmax : 220
GPM - GPMmin
)]
GPMmax GPMmin
Berapa RPM motor jika drilling menggunakan Flow rate 450 gpm
450 - 265
RPM = 90 + [ 130 x
600 - 265
= 90 + ( 130 x 0.55 )
= 161.5
2.15 CALCIMETRY
Alat untuk mengukur presentase CaCO3 dan Dolomite yang terkandung dalam Batugamping. Prinsip kerja dengan
memanfaatkan tekanan gas CO2 hasil reaksi CaCO3 dengan HCl ( pada umumnya dengan HCl 10%) untuk menggerakkan
jarum hingga terbentuk plot garis yang sesuai dengan tekanan gas CO2
CaCO3 + 2HCl
Alat ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sudah mendekati lapisan Batugamping atau sudah menembus lapisan
batugamping . Pada umumnya jika mendekati lapisan batugamping prosentase CaCO3 (Calcite) akan naik
Kalibrasi Calcimetri
Sample Batugamping 10 gr
Batugamping 10 gr &
HCl 10% Masukkan
dalam tabung jangan
tercampur
HCl 10%
Tercampur merata
Pembacaan grafik
- garis mulai membelok pada
kolom ke 7.5
- mulai vertical kembali pada
kolom 9.5
ATLAS
ISF
DLL
SP
PI
MSFL
PL
SHDT
IEL
DLL
SP
PI
MLL
PML
HIGH RESOLUTION DIPLOG
FMS
OBDT
CBIL
OIL-BASED DIPLOG
RADIOACTIVE LOGGING
GAMMA RAY
GAMMA RAY SPECTROMETRI
COMPENSATED DENSITY /
LITHO DENSITY LOG
COMPENSATED NEUTRON LOG
GRAVEL PACK LOG
FRACTUR HIGH DETECTION
GR
NGT
FDC/LDL
GR
SPECTRALOG
CDL / ZDL
CNL
TGP
FSG
CN
PHOTON
PRISM
SCHLUM
AUXILIARY SERVICES
BHC
FMS
CAL
VSP
FMI
DSI
ATLAS
BHC ACUSTIC LOG /DACT
CBIL
CAL
VSP
FMS
RFT /MDT
CST
CDR
FMT
SWC
DIR
bbls
1029.4
L = panjang pipa ( ft )
x L bbls
1029.4
OD
ID
L
x L
bbls
1029.4
OD
ID
vol pipa
3.4 VOLUME LOBANG
displacement pipa
2
OH
Vol lobang =
xL
bbls
1029.4
untuk cased hole OH diganti ID casing
3.5 PUMP OUT PUT
Pompa Triplex
2
Pump Out put = 0.000243 x D x L x e bbls/stroke
Pompa Duplex
2
2
Pump output = { ( 0.0000324xD x L ) ( 0.000162x rD x L ) } x e bbls/stroke
rD = diameter rod (inch)
3.6 LAG / DOWN STROKE
Lag stroke/time adalah jumlah stroke/waktu yang diperlukan untuk memompakan Lumpur / perjalanan cutting dari dasar
(bottom) sampai permukaan.
Vol annulus
Lag Sroke =
Pump out put
Lag stroke
Lag time =
( menit )
SPM
Down stroke/time adalah jumlah stroke/waktu yang diperlukan untuk memompakan Lumpur dari permukaan ke dasar
lobang.
Vol Pipa
Down stroke =
Pump out put
Down stroke
Down time =
65.4 - MW
BF =
MW = ppg
65.4
ft/min
2
OH
2
-
OD
Kecepatan batas laju Lumpur dimana jika kecepatan Lumpur lebih cepat dari kecepatan batas, aliran akan berubah dari
laminar menjadi turblent. Dimana pada umumnya aliran turbulent dihindari pada annulus antara DP dan open hole pada saat
drilling.
1.08 Pv + 1.08
2
2
Pv + 9.26{ ( OH OD) x Yp x MW }
CV = 60 x [
]
MW x ( OH - OD )
CV = ft/ min
OH diameter open hole ( inch)
OD out diameter pipa (inch)
MW ( ppg )
Pv plastic visc
Yp yeld point
Yp x 0.1
ECD = MW +
ppg
OH ODP
MW= ppg
OH diameter lobang
ODP outer diameter DP
ECD = MW + [
Pv x AnnVel
Yp = Yeld point
x { Yp + (
) }] ppg Pv =Plastic visc
OH ODP
300 x ( OH ODP )
Ann vel : ft/min
ATAU
Ann press loss ( psi )
ECD = MW +
ppg
0.052 x depth TVD ( ft)
psi
psi
MW ( ppg )
GPM
ft/sec
atau
2
2
2
J1 + J2 + J3
ft/sec
3.12 x Nozz Area
Lbs
MW = ppg
Jet Vel = ft/sec
1932
2
GPM x MW (ppg)
psi atau
2 2
psi
2
( J1 + J2 + J3 ).
HHP
1714
GPM x SPP
Tot HHP =
HHP
1714
HHP AT BIT X100 %
% HHP AT BIT =
W x D x (D + L) +
( 2 x D ) x {( 2 x Wb )+ Wc }
TON MILES =
5280 x 2000
Contoh ;
Mud weight
= 9.6 ppg
Depth (MD)
= 4000 ft
DP weight
= 13.3 lb/ft
BHA weight
= 83 lb/ft
Length BHA
= 300 ft
Weight Traveling block assy = 15000 lb
Average length 1 stand DP = 90 ft
Ton-Miles =
5280 x 2000
= 53.8
33055
Critical RPM=
x
2
L
2
OD +
2
ID
Contoh : DP 5
L = 31 ft
ID = 4.276
OD= 5
3055
Critical RPM =
2
+
4.276
2
31
=
34.396 x 6.579
= 226 RPM
Rile of thumb : for 5 Drill pipe do not exeed 200 rpm for any depth.
3.21. TITIK JEPIT
Kedalaman / titik dimana terjadi pipa terjepit ( stuck pipe ) dapat diestimasi berdasarkan pendekatan perhitungan drill
pipe stretch dengan rumus di bawah ini:
Stretch (inch) x Free point constant
Feet of free pipe =
Pull force ( thousand lbs )
Contoh : Drill pipe 3-1/2 13.30 lb/ft terjepit. Penambahan penjang ( stretch ) sepanjang
20 inch dengan tarikan over pull 35.000 klbs. Free point constant = 9052.5 ( tabel )
20 x 9052.
Feet of free point =
= 5173 ft
35
2
- ID ) x 0.7854 } x 2500
ID dan OD ( inch )
53
Contoh:
FPC = { ( 4.5
2
- 3.826 ) x 0.7854 } x 2500
= 4.407 x 2500
= 11017.5
TABEL DRILL PIPE STRETCH
OD
inch
NOMINAL
WEIGHT
Lb/ft
ID
inch
wall
area
sq inch
stretch
constant
in/klbs/1000 ft
Free point
constant
2-3/8
4.68
6.65
1.995
1.815
1.304
1.843
0.3068
0.2170
3260.0
4607.7
2-7/8
6.85
10.40
2.241
2.151
1.812
2.858
0.2208
0.1399
4530.0
7145.0
3-1/2
9.50
13.30
15.50
2.992
2.764
2.602
2.590
3.621
4.304
0.1544
0.1105
0.0929
6475.0
9052.5
10760.0
4.0
11.85
14.00
3.476
3.340
3.077
3.805
0.1300
0.1051
7692.5
9512.5
4-1/2
13.75
16.60
18.10
20.00
3.958
3.826
3.754
3.640
3.600
4.407
4.836
5.498
0.1111
0.0907
0.0827
0.0727
9000.0
11017.5
12090.0
13745.0
5.0
16.25
19.50
4.408
4.276
4.374
5.275
0.0914
0.0758
10935.0
13187.5
5-1/2
21.90
4.778
5.828
0.0686
14570.0
6-5/8
24.70
4.670
6.630
0.0603
16575.0
25.20
5.695
6.526
0.0613
16315.0
L
psi
4.82
ID
MW ( mud weght) = ppg
Q ( Flow rate ) = gpm
ID ( Inside Diameter of pipe) = inch
L (Length of pipe) = ft
Pv (Plastic Viscosity)
Yp (Yeld Point)
3.22.2. ANNULUS PRESSURE LOSS
Aliran dalam annulus DC dan DP Laminar ( Beck, Nuns and Dunn )
Yp
An Vel x L x Pv
+
225 ( Dh Dp )
psi
2
1500 ( Dh - Dp )
L ( Length of Annulus) = ft
An Vel (Annulus velocity) = ft/sec
Dh (Diameter hole) = Inch
Turbulence system
-7
2
1.4327 x 10 x MW x L x AnnVel
Ann Press Loss =
Dh - Dp
3.22.3. BIT PRESSURE LOSS
Tujuan pemrograman hidraulika adalah pengoptimisasian press loss di bit, dengan harapan didapatkan laju pemboran yang
optimum. Karena pada dasarnya tekanan pompa untuk mengimbangi kehilangan tekanan (press loss) akibat friksi Lumpur
dengan didinding pipa
yang tidak menghasilkan apa-apa.
2
x MW
psi
2
10863.1 x Nozz Area
1.86
Surf Press Loss = C x MW x ( 0.01 x Q )
psi
( Norton J Laperous1992)
1
2
3
4
1.0
0.36
0.22
0.15
0.8
1.8
x Q
0.2
x PV
kelly
length ID
ft
inc
40
40
2.0
2.0
40
2.25
40
3.5
55
2.5
2.5
40
3.25
45
4.0
55
3.0
2.5
40
3.25
45
4.0
55
3.0
3.0
40
4.00
E
imperial unit
-4
2.5 x 10
-5
9.6 x 10
-5
5.3 x 10
-5
4.2 x 10
Rumus praktis
Surf Press Loss = Kl x Kr x 0.1 MW psi ( Rudi Rubiandini 2002 )
Kl = Koefisien loss ( lihat tabel )
Kr = Koefisien rate ( lihat tabel )
Contoh Perhitungan :
Data :
Well KRB-02 (KarangBaru Sukra)
Depth
Bit size / OH
Sg/MW
PV
YP
: 3340 m / 10958.5 ft
: 6
: 1.45 / 12.08 ppg
: 21
: 24
Flow Rate
: 300 gpm
Shoe liner 7
Top Liner 7
ID liner 7
ID cag 9-5/8
: 2975 m
: 2318 m
: 6.184 inch
: 8.838 inch
Length of DP3.5
Length of DP 5
: 1427 m / 4682 ft
: 1818 m / 5964 ft
Nozz : 30 x 30 x 30
TFA : 2.07087 inch square
Panjang Annulus
P 5 Csg 9-5/8 = 1818 m / 5964.9 ft
Top liner 7
@ 2318 m
Shoe Csg 9-5/8
@ 2346 m
Shoe liner 7
DP 3.5 - OH = 270 m / 885.9 ft
@ 2975 m
DC 4.75 - OH = 95 m / 311.7 ft
Depth 3340 m
PERHITUNGAN :
Annular Velocity :
2
2
DC 4-75 OH = ( 24.5 x 300 ) / ( 6 - 4.75 ) = 547.2 ft/min / 9.12 ft/s
2
2
DP 3.5 OH = ( 24.5 x 300 ) / ( 6 - 3.5 ) = 309.6 ft/min / 5.16 ft/s
2
2
DP 3.5 Liner 7 = ( 24.5 x 300 ) / ( 6.184 - 3.5 ) = 282.9 ft/min / 4.71 ft/s
2
2
DP 3.5 Csg 9-5/8 = ( 24.5 x 300 ) / ( 8.838 - 3.5 ) = 111.6 ft/min / 1.86 ft/s
2
2
DP 5 Csg 9-5/8 = ( 24.5 x 300 ) / ( 8.838 - 5 ) = 138.4 ft/min / 2.31 ft/s
9.12 x 311.7 x 21
+
= 52.07 psi
2
1500 ( 6 - 4.75 )
225 ( 6 4.75 )
885.9 x 24
DP 3.5 OH =
5.16 x 885.9 x 21
+
= 46.68 psi
2
225 ( 6 3.5 )
1500 x ( 6 - 3.5 )
2155.6 x 24
DP 3.5 Liner 7 =
4.71x 2155.6 x 21
+
= 105.42 psi
2
1500 x ( 6.184 - 3.5 )
Total Press loss Annulus = 52.07 + 46.86 + 105.42 + 34.28 + 178.86 = 417.3 psi
= 363.11 psi
4.82
2
0.0000765 X 21
0.18
0.82
1.84
X 12.08
X 300
X 4682
DP 3.5 =
= 1659.5 psi
4.82
2.56
0.18
0.82
1.84
0.0000765 X 21
X 12.08
X 300
X 5964.9
DP 5 =
= 178.35 psi
4.82
2.56
23.33 psi
2
10863.1 x 2.0708
SURFACE PRESS LOSS
1.86
Surface Loss = 0.22 x 12.08 x ( 0.01 x 300 )
20.5 psi
ppg
( Dh Dp )
Contoh :
Yp of mud = 14
Hole diameter = 12-1/4
Pipe out side diameter : 5
Klbs
Directional Hole
Max WOB = ( Weight of DC + HW ) x B F x Cos inclination
Klbs
Metode 2.
Pompakan material ke dalam drill string hingga menembus wash pipe dan naik ke annulus sampai ke shaker. Catat total
stroke saat material keluar ke shale shaker. Material haruslah mudah terlihat mis cat warna cerah atau butiran jagung
tumbuk/beras. Atau yang mudah terdetaksi oleh gas detector mis carbide .
Depth wash out (ft) = ( tot stroke x pump out put ) : (drill pipe cap. + Ann cap.)
Pump out put bbls/strk
Drill pipe cap bbls/ft
Annulus cap bbls/ft
3.26. CEK/KORAKSI DIAMETER LOBANG
Cek diameter lobang biasanya dilakukan sebelum penyemenan atau untuk koreksi perhitungan Lag depth/Lag time. Idealnya
dilakukan setiap kemajuan 200 300 m untuk koraksi perhitungan Lag depth/Lag time. Caranya adalah dengan
memasukkan carbibde atau butiran beras/jagung tumbuk, catat total stroke saat butiran beras keluar. Jika menggunakan
carbide catat saat gas naik melebihi background gas ( kondisi tidak ada connection gas atau kondisi background gas tinggi).
Selisih antara total stroke saat material keluar dengan total stroke teoritis surface to surface ( complete circulation)
dikonversikan ke volume (bbls) merupakan efek perbesaran diameter lobang.
Contoh :
Hole Depth
: 1500 m
Csg Shoe 9-5/8 at
: 1300 m
Ukuran bit
: 8-1/2
Length Open hole 8-1/2 : 200 m ( 656.2 ft )
Total stroke teoritis Surface-surface : 2600 stroke
Real tot stroke saat cek carbide
: 2750 stroke
Cap pompa : 0.0833 bbls/stroke ( eff 97 %)
Perhitungan :
Excess stroke : 150 stroke
Excess volume : 150 x 0.0833 = 12.49 bbls
Volume open hole tanpa pipa = (8.5 x 8.5 x 656.2) / 1029.4 = 46.056 bbls
Setelah di cek ternyata volume open hole menjadi 46.05 + 12.49 = 58.54 bbls
Diameter lobang =
(rata-rata)
Hole vol
: bbls
Length hole : ft
26
17-1/2 16
12-1/4
8-1/2
0 - 35
2.0
1.7
1.4
1.4
35 55
2.5
2.5
1.8
1.6
55
----
3.0
2.0
1.7
Contoh perhitungan:
Measure depth : 13,000 ft
Hole size 12.6 ( csg 13-3/8) 12.25
Interval kedalaman dan sudut : 0 4,500 ft
sudut 0 35 deg
4,500 6,500 ft sudut 35 55 deg
6,500 13,000 ft sudut > 55 deg
BAB IV GEOLOGY
Binoculer Microscope
Fluoroscope
Calcimetry
Grain Size Comparator
Mineral Comparator
Sample tray, Probe, Pinset, Cloth bag, sample envelope, Can for geochemistry, reaction tube.
Cup and mortar ( penggerus untuk analisa solvent)
Solvent :
-. Trichlorothane
-. Aceton
-. Tetrachloride
-. Chloroform
-. Phenopthaline. ( basic indicator/cement contaminted indicator )
-. HCl 10%. ( Jika tersedia 37% HCl, jadikan 10 % dengan cara :
100 ml HCl 37% + 270 ml Aquadest. Vol. akhir menjadi 370 ml)
-. Bacteriacide.
Wax (core/side wall core sample protector)
Sample tanpa dicuci (unwashed), dimasukkan dalam kaleng timah ( geochemical tin). Cara pengambilan yaitu tiap ambil
sample regular, ambil pula segenggam sample tanpa dicuci dan masukkan dalam kaleng. Setelah 30 m sample, kaleng
ditutup gati kaleng baru untuk 30 m kedalaman berikutnya dst. Komposisi terdiri dari 50% unwashed sample, 25 % air, 25%
udara. Tetesi dengan larutan Bacteriacid . Tutup rapat dan letakkan dengan posisi terbalik. Pengambilan sample biasanya per
20 m atau 30 m tergantung program.
4.3. CORE HANDLING
Coring vertical ada 2 macam yaitu conventional core dan sleeved ( inner core barrel ) core.
Conventional core:
Core langsung terjatuh secara gravitasional dari core barrel setelah dibuka core catcher ( hati-hati jangan ditahan
dengan tangan ).
Dapat didiskrpsi secara general ( struktur mis interbedded, laminasi, single rock unit)
Core keluar masih tetap terbungkus dalam core barrel yang terbuat dari fiber glass ( tiap core barrel panjangnya 11
12 m ). Sekali coring dapat langsung 2 3 core barrel.
Core Handling
Berikan tanda TOP dan BOTTOM pada ujung-ujung core box dan kedalamannya.
Berikan tanda pada Core barrel fiberglass dengan marker merah (kanan) dan biru(kiri) dengan anak panah
kearah TOP
Berikan kedalamannya tiap m pada ujung ujung core barrel yang akan dipotong
Masukkan core barrel ke dalam core box sesuai interval kedalamannya dan posisi TOP BOTTOM (jangan
sampai terbalik !!! ).
BOTTOM
820
TOP
821 821
822
Bila Recovery kurang dari 100 %, ada core yang terpotong, maka yang dianggap hilang di bagian BOTTOM .
misal: Coring 12 m dari kedalaman 800 m sampai 812 m. Jika yang terangkat 10 m, maka hasil core tersebut dari
kedalaman 800 m sampai 810 m .
Convensional core, sebelum masuk kotak dibungkus dulu dengan plastic wrap, dilapisi dengan alluminium wrap
kemudian diolesi wax cair, tunngu kering, baru dimasukkan dalam core box..
Rock Type
Classification
Color
Hardness
Grain Size
Grain Shape
Sorting
Minerals
Matrix pore filling
Cement
Visual Structure
Visual Porosity Estimation
Oil Show
Fossil
Other
Oil In Mud
Amount, Color, Odor, Fluorescent ------ Shale Shaker and Unwashed sample
Odor
None, Poor ( slight ), Fair, Good
Oil Staining
Persentage under Microscope
90 100 % Exelent
50 90 % Good
30 50 %
Fair
10 - 30 % Poor
< 10 %
Trace
Fluorescence
Percentage under UV Fluoroscope
90 100 % Exelent
50 90 % Good
10 - 50 % Fair
< 10 %
Trace
Color of Fluorescence and oil indicate
Oil Fluorescence
Brown
Orange Brown
Orange
Gold
Yellowish-Orange
Yellow
Whitish-Yellow
Greenish-yellow
Yellowish-white
Bluish White light blue
Heavy Oil
Light Oil
Dolomite
Limestone
Fossil
Grease/Dope
Lignite
Pyrite
purpleyellowsh brown
Calcite orange to gold
Damar/Amber white-yellow
Cut
Describe the phenomenon of oil being leached from rock by solvent ( usually use Chloroethane )
Cut Fluorescence
Heavy Oil
Brownish orange
Orange
Gold
Yellowish orange
Yellow
Whitish Yellow
Greenish White
Yellowish White
Bluish White
Light Oil
Fluorescent Color
2 - 10
10 18
18 - 35
35 45
> 45
141.5
API Oil =
- 131.5
Sg
Visual Stain
Black
Brown
Light Brown
Tan
Tan - Transparent
Bh = (C1+C2) / (C3+iC4+nC4+C5 )
> 100
very dry gas
if Wh in gas phase, and Bh > Wh
gas is indicated, density increase as the curve approach each other
if Wh in Oil phase, and Bh < Wh
oil is indicated, oil density increase as the curve separate.
Wh > 40 , Bh will be much less than Wh indicating residual oil.
Ch = ( iC4 + nC4 + C5 ) / C3
CHK,CL,DOL,LS,
SD,SST,SH,SLTST
Bdst, Xln, Grst,
Mdst
Mdst, Pkst, Wkst
amb, bl, bu, blk,
clr,dk,fls,
gn, gry, lt, mar,
olv, or, pk
purp, rd, vgt, wh,
yel.
brit, cpct, consol,
dns, firm,
fri,hd, med, sli, sft,
unconsol,
mod,occ,v, pred.
GRAIN SHAPE:Angular,Subangular,Subrounded,Rounded,
Well Rounded,Amorphous,Blocky,Concorted
Crenulated,Crinkled,Cuttings,Elongated,Fibrous
Fissile,Flakey,Fragment,Irregular,Long,Lumpy
Platey,Splinterly,Striated,Thick,Thin
SORTING: Very well,Well,Moderately Well,poorly,very poorly
Sorted
LUSTER: Drusey,Earthy,Frosted,Glassy,Luster,Pearly
Resinous,Silky,Vitrous,Waxy
TEXTURE: Grainy,Gritty,Pitted,Rough,Silty,Smooth
Sucrosic, Sugary, Texture
:
:
:
Yp : Yeld Point
Dh : Dia Hole ( inch)
Dp : Dia Pipe ( inch)
Contoh :
Original MW
Yp
Depth
: 10525
SPR @ 50 SPM
SPR @ 30 SPM
DRILL STRING
DP 5" capacity
HWDP 5" capacity
Length HWDP 5"
DC 8" capasity
Length DC8"
ANNULUS
hole size
12.25
DC - OH capacity
DP/HWDP - OH cap
DP - CSG capacity
: 9.6
ppg
: 10
lb/100sq in
ft
Pump out put
0.136
: 1000 psi
LOT w/ 9.00 ppg
600
psi
Casing Shoe at
Eq MW
14.433
0.01776 bls/ft
KICK DATA
0.00883 bbls/ft SIDP
480
240
ft
SICP
600
0.0087 bbls/ft Pit Vol Gain
360
ft
TVD
10000
inch
0.0836
0.1303
bbls/ft
0.1215
bbls/ft
Calculation
Drill string Volume
DP Volume = 0.01776 bbls/ft x 9925 ft =
HWDP Vol = 0.00883 bbls/f x 240 ft =
bbls/strk
1130
psi
4000
ft
ppg
psi
psi
35
ft
bbls
bbls/ft
176.268 bbls
2.1192 bbls
DC Vol
= 0.0087 bbls/ft x 360 ft
Total drill string volume
3.132
bbls
181.5192
Annulus Volume
DC -- OH = 0.0836 bbls/ft x 360 ft =
DP -- OH = 0.1215 bbls/ft x 6165 =
30.096 bbls
749.0475 bbls
521.2
1300.3435
bbls
bbls
1334.7
Stroke
5729.044118
Stroke
9561.349265
10.5
ppg
1480
psi
1094
psi
Stroke
Fixed Pressure
Press
0
100
200
300
1480
1451
1422
1393
Stroke
Press
173
346
519
0
1430
1380
1330
<----- ICP
1480
<---- ICP
400
500
600
700
800
900
1000
1100
1200
1300
1335
1364
1335
1306
1277
1248
1219
1190
1161
1132
1103
1094
692
865
1038
1211
1335
1280
1230
1180
1130
1094
<---- FCP
Trip Margin
TM = 10 x 0.085 / ( 12.25 - 5 ) = 0.117 ppg
<----- FCP
30.09 bbls
1 -- 3 ppg
= gas kick
= oil kick atau kombinasi dng gas
= Salt water kick
)
364.4 x 0.52
= 9.6 - 0.63
= 8.97 ppg ( influx is probably salt water )
HP decrease = ( Mud press grad psi/ft -:- Ann vol cap bbls/ft ) x pit gain bbls
contoh : MW = 9.6 ppg ---> press gradien = 9.6 x 0.052 = 0.5 psi/ft
Ann vol cap DC 8" - OH 12.25" = 0.0836 bbls/ft
Pit gain = 35 bbls
HP decrease = 0.5 psi/ft -:- 0.0836 bbls/ft ) x 33 bbls
= 5.9 psi/bbls x 33 bbls
= 194 psi
Zona tekanan tinggi terdapat pada banyak batuan sediment. Sedimentasi yang cepat mengakibatkan kandungan
air dalam sediment tidak sempat keluar. Sejak batuan terbentuk dan tekanan beban bertambah, maka akan
menambah kontak antara butiran. Dan sejak batuan tidak mampu dikompaksi serta makin bertambah luas
kontak karena air tidak mampu dikeluarkan, sehingga air juga menanggung tekanan over burden di atas beban
normal. Apabila ini terjadi maka tekanan fluida formasi akan sangat tinggi .
Banyak eknik untuk mamantau dan menghitung tekanan tinggi. Beberapa diantaranya tertera pada table
. Metoda yang terpenting untuk mengontrol lobang br adalah metoda yang dipakai saat pemboran
berlangsung.
6.1.1. PARAMETER TEKANAN TINGGI
1.
2.
4.
5.
6.
Chloride
Chloride harus diamati pda saat masuk dan keluarnya dari lobang bor. Pada kenaikan yang mencolok
( 100 300 ppm ) menunjukan gejala kenaikan tek formasi.
7. Temperatur
Kenaikan gradient temperature ( degF/100 ft) apabila mendekati tek tinggi.
Secara teoritis
perubahan temperartur flow line dipakai sebagai pelengkap pada pemboran
formasi pada
tekanan tinggi. Walaupn demikian hal ini sangat sulit untuk diamati karena
banyaknya
variable yang berpengaruh .
8.
Dc_Exponent
Plot DC_Exponent pada grafik semilog dapat menunjukkan perubahan tekanan formasi sesuai dengan
arah trend pengeplotan.
Tabel
Techniques Available to Predict, Detect and Evaluate Over Pressure
Source Data
Pressure Indicator
Time of Recording
Geophysical
Methods
Source Data
Drilling
Parameter
- Drilling rate
- Dc_Exponent
- Drilling rate equation (ROPN)
- Drilling porosity and Form
- Press log
- Logging while drilling
- Torque and drag
Mud Parameter
Shale Cutting
Well Logging
Time of Recording
Direct Pressure
Measuring device
- Pressure bombs
- Drill Steam Test
- Wire Line Formation Test
Partial Loss adalah hilangnya sebagian Lumpur saat sirkulasi, masih ada aliran Lumpur yang keluar
flow line.
Total Loss adalah hlangnya semua Lumpur saat sirkulasi masuk ke formasi, tidak ada aliran Lumpur
keluar flow line saat sirkulasi.
4.
5.
Mud fiber
Baracarb ( CaCO3)
Untuk zona loss yang merupakan zona prospek, penanggulangan loss dengan bahan natural ( natural LCM ) mis
: nut fiber, CaCO3 ( untuk litologi batugamping )
6.2.2. PENANGANAN / PERAWATAN HILANG SIRKULASI
Penanganan / perawatan kehilangan sirkulasi memerlukan analisa jenis loss sehingga metode yang sesuai dapat
ditrapkan. Sering rekah buatan tidak terjadi di daerah dangkal, tetapi pada formasi yang lunak dapat terjadi
rekah ketika berat Lumpur dinaikkan. Jenis zona loss dapat ditentukan dari lithology ( master log ) atau dari log
wireline.
1. REKOMENDASI UMUM
2. LCM PILLS
Pedoman ini telah disiapkan untuk meminimalkan timbulnya kehilangan sirkulasi dan penanganan terhadap
rembesan dari 25 hingga 50 bls per jam.
Ketika menggunakan pil LCM harus diletakkan di daerah zona loss, pipa pemboran ditarik diatas
pil dan srkulasikan secara perlahan dengan menggunakan air atau Lumpur awal.
Jika loss disebabkan pack off , POOH di atas pack off atau jika diperlukan sampai ke shoe,
lakukan kembali sirkulasi, bersihkan dari bawah dan lanjutkan pemboran. Jika terjadi loss lagi,
tempatkan LCM pil sebelum POOH hingga ke shoe. Jika tidak dapat di sirkulasi, tutup hidrill
tekan.
Sebelum dilakukan pemboran di atas zona loss, 100 bbls pil terdiri 40 60 ppb campuran dari
beberapa jenis dan kelas LCM di lokasi, harus disiapkan mulai dari Lumpur yang sedang dipakai
dan siap untuk digunakan.
Untuk loss yang besar dipertimbangkan untuk menggunakan silica gel atau penyumbatan dengan
semen ( magnaplus cement semacam gel )
3. GUNK PILLS
Gunk pill disiapkan sebanyak 300 ppb bentonita dalam minyak diesel, umumnya menggunakan jet
pencampur pada unit penyemenan. Dengan pengaturan jarak sebanyak 5 bbls sebelum dan sesudah
pill, dipompakan sampai bentonite/minyak tercampur di pahat, kemudian fluida berbasis Lumpur/air
dipompakan ke dalam annulus sehingga terjadi pencampuran yang sangat kental dan dapat menutup
pori.
Gunk pill harus digunakan secara hati-hati, karena dapat terjadi pengendapan dari campuran selama
di rangkaian pipa jika terjadi kontaminasi air pada saat pencampuran. Waktu persiapan harus
dipertimbangkan karena kebutuhan untuk pembilasan peralatan pencampur dan rangkaian dengan
diesel
Umumnya gunk pill sebanyak 30-50 barrels disiapkan dan digunakan hanya bila cara lain telah
gagal. Variasi dari gunk adalah semen/bentinote/diesel yang digunakan sebagai langkah akhir.
4. SODIUM SILICATE
Pill Sodium Silicate disiapkan dan dipompakan dengan urutan sebagai berikut
-. 50 bbls 10% calcium chloride brine
-. 5 bbls Fresh Water
-. 50 bbls Sodium Silicate
-. 5 bbls Fresh Water
Jumlah tepatnya dapat bervariasi , bagaimanapun, pill dalam jumlah yang lebih besar mempunyai
kemungkinan lebih banyak berhasil.
Ketika calcium chloride brine dan Sodium silicate bercampur dalam zona loss, brine memicu reaksi
dimana sodium silicate menjadi keras sehingga menjadi penyumbat.
Jika loss terlalu besar, ini bias menghambat pencampuran tersebut sehingga tidak efektif
Lakukan cement plug
Stop bor, angkat kelly sampai tool joint di atas rotary table, lakukan penamatan sumur
Catatan:
Hati-hati terhadap daerah bertekanan ( pengisian lobang harus terus-menerus ), jika tidak ada jalan lain,
lakukan penyemanan sumbat lewat pahat. Jika level Lumpur dalam annulus masih bias diimbangi dengan
pengisian Lumpur, Cabut pipa sampai permukaan ganti rangk. open ended dan lakukan penyemenan sumbat
(cement plug ).
6.2.4. PROSEDUR PENANGANAN BDO / BDOC / BDO2C PLUG
Blind drill bila tidak ada zona bertekanan tinggi dan merupakan trayek terakhir.
Pre job safety meeting
UJi tekan saluran permukaan sampai 1000 psi diatas tekanan kerja pemompaan
Pompakan 5 bbls Diesel Oil pendahuluan, untuk sumur dalam gunakan 10 bls diesel oil
Aduk dan pompakan bubur BDO / BDOC / BDO2C
Pompakan 5 bbls Diesel Oil belakang
Dorong dengan Lumpur
Jika pada saat pendorongan (displace ) tidak ada aliran balik, maka secara terus menerus
ppompakan Lumpur melalui annulus, agar annulus tetap terisi oleh Lumpur (unruk menjaga
tekanan hidrostatis di annulus)
Pada saat diesel oil pendahuluan mencapai ujung bawah Drill pipe, Tutup BOP dan pompakan
Lumpur dengan laju alir 1/3 dari laju alir pendorongan.
Sumbat BDO/BDOC/BDO2C didorong hingga 8 meter di bawah DP
Buang tekanan dan cabut rangkaian pipa penyemenan
Mulai sirkulasi dan amati kolom cairan.
Catatan :
Pelaksanaan harus hati-hati agar BDO todak kontak dengan air selama proses pemompaan.
Setelah diketahui gejala terjadinya differential sticking, segera pasang Kelly atau top drive. Bila BHA
dipasang jar, lakukan JAR DOWN. Lakukan torsi kanan pada saat menurunkan rangkaian atau jar
down.
Lakukan Work on pipe sambil sirkulasi
Bila pada point 1 dan 2 tidak berhasil, tentukan titik jepit dengan menggunakan rumus pada hal
.
Bila menggunakan Lumpur WBM, rendam rangkaian dengan freepipe agent pada daerah jepitan untuk
menghancurkan mud cake, sehingga mengurang luas kontak pipa dengan dinding. Lama perendaman
tergantung product yang digunakan
Setelah pipa bebas, lakukan sirkulasi untuk membuang sisa pree pipe agent yang terdapat dalam
lobang. Usahakan rangkaian tetap bergerak dan berputar. Lakukan reaming dan back reaming sekitar
daerah permeable.
2. TINDAKAN PENCEGAHAN
Gunakan Lumpur dengan filtrate loss yang kecil, sehingga mud cake lebih tipis
Gunakan Sg Lumpur dengan minimal safe overbalance, sehingga memperkecil perbedaan tekanan
hidrostatik dengan tekanan formasi dalam lobang.
Usahakan rangkaian tidak terlalu lama diam saat koneksi , survey atau jika ada kerusakan pompa / rig
equipment. Putar rangkaian pelan-pelan atau turun naik rangkaian.
Gunakan lebih sedikit DC dan memperbanyak rangkaian HWDP. Bila DC tidak dapat digantikan,
pakai DC spiral .
Jika memungkinkan isolasi daerah depleted dengan selubung ( casing ).
Catatan :
Bila terjadi gejala over pull lebih dari 15 Ton, hentikan pencabutan pipa , dan turunkan kembali
rangkaian pipa.
Bila rangkaian tidak terjepit dan dapat diturunkan, lakukan
-. Pasang Kelly / top drive
-. Break srkulasi dan angkat rangkaian pelan-pelan sasmpai daerah key
seat.
-. Beri tarikan / over pull 5000 psi
-. Pasang slip dan putar sambil angkat rangkaian secara perlahan untuk
melewatkan BHA
melalui bagian diameter lubang yang lebih besar . Untuk formasi yang
lunak, masih
mungkin menghilangkan key seating dengan menggunakan bagian atas
(top) BHA usaha
menghilangkan key seat akan lebih efektif bila menggunakan stabilizer
atau reamer / key
seat wiper
Bila rangkaian terjepit dan tidak dapat diturunkan, lakukan :
-. Pasang Kelly atau top drive
-. Lakukan JAR DOWN ( bila BHA menggunakan Jar )
Bila Ikan (fish) tertahan di daerah key seat, turunkan rangkaian (ikan ) dengan riding overshot sampai ke dasar
lobang untuk mencegah agar ikan tidak terlepas pada saat dilakukan wash over.
Perlu diketahui bahwa lokasi titik jepit terkadang berpindah keatas seiring dengan waktu.
Untuk memancing benda-benda kecil ( baut, mur, ball bearing pahat, gigi kunci gigi slip dll )
Dipakai : Junk Basket di pasang diatas pahat saat bor
Fishing Magnet
Untuk memancing benda-benda lebih besar ( cone pahat, sample taker, pin kunci dll )
Dipakai : Over Shot, Spear, Taper Tap, Die Collar, Wall Hook
Jar, safety joint, bumper sub
Tool Joint ( dengan atau tanpa guide)
Untuk memancing Casing, Drill pipe, tubing yang disebabkan putus, patah atau jatuh
Dipakai : Junk Catcher atau reverse circulating junk basket.
Catatan: untk memastikan bentuk dan posisi ikan ( fish ), masuk cap timah ( impression block )
6.6. ALIRAN PLASTIC BATUAN
Aliran plastic batuan dapat terjadi karena adanya aliran/pergerakan garam atau batuan karena tekanan formasi
di sekitar lobang pemboran ( fault / sesar ).
DIFFERENTIAL STICKING
Upper view
PERMEABLE FORMATION
No filter cake
Sandsone/fractured Limestone
filter cake
Hyd Static
Press
OVER BALANCE
dynmc
sttc filter
cake
HSP is
blocked
FILTER CAKE
Circulation develops
Static cake
Difference force
Begin to develops
TIME DEPENDENT
Immediate action is
recuquired to free
the drill string
KEY SEAT
Side view
Upper view
CASUSED
Abrupt change in angle of direction
In soft to medium soft to medium
Hard formation.
High string tention and pipe rotation
A slot into the formation
While POOH the drill collar jam into
The slot
WARNING
High angle dogleg in upper hole.
Long drilling hour, no wiper trip
Through the dogleg section.
Siclic over pull at tool joint intervals
On trip
INDICATION
Occurs only while POOH
Sudden over pull as BHA reach dogleg
depth
Unrestricted circulation
CLASTIC ROCK
These are normally siliciclastic sediments, consisting of broken, weathered and transported fragments of
existing rock. During the process of diagenesis , further chemical and mineralogical change may occur, but
these will not be sufficient .
to the alter essential character of the rock
1. ROCK TYPE
The most commonly used wellsite methode to describe rock type are based on
grain size and in duration of the fragment making up the rock
The Three mayor sub-divisions of grain size used to describe rock type are :
1.
2.
3.
The Two major subdivision of in duration used to described rock type are:
1.
2.
or though dewatering
Unconsolidated
Conglomerate
Breccia
Tillite
RUDACEOUS
Sandstone
Siltstone
ARENACEOUS
Claystone
Shale
ARGILLACEOUS
Gravel
Scree
Till
Sand
Silt
Clay
Clay / mud
2. ARENACEOUS DEPOSITS
2.1. SANDSTONE
The frame work of sandstone is, by definition, formed of materials which are 1/16 mm to 2 mm in diameter.
Normally they are packed together in such a way that each grain is in contact with its neighbors and the whole
framework is a mechanically stable structure in the earths gravitational field.
Sandstone may be classified according to rock and mineral composition of particles, mineralogical maturity,
textural maturity, primary structures, and type of cement or matrix.
Orthoquartzite : quartz sandstone with quartz cement , Quartz constitutes more than 75 % of the rock.
Greywacke : Badly sorted and incompletely weathered fragments and rock materialsin the finer grain matrix of
similar composition. Quatrz constitutes less than 75 % of the rock and litic fragments are more common than
feldspar.
Arkose : Coarse fragment of quartz and feldspar in a calcitic or ferrigineous cement. Quartz constitutes less than
75 % of the rock and feldspar more common than litic fragments.
Sandstone Tuffaceous : over than 10 % volcanic ash
Sandstone Calcarenaceous: over than 10 % calcarnite ( composed of cemented sand-size grain of calcium
carbonate )
2.1.1 FORMAT DESCRIPTION
1. COLOR
Sandstone may be clear, and all shades of white, gray, greenish gray. The color of
cement usually determine the color of sandstone.
2. GRAIN SIZE
The grain size are classified according to the Wentworth Scale . Put predominant size
first
1.0
-- 2.0 mm - Very Coarse Grain
0.5
-- 1.0 mm - Coarse Grain
0.25 -- 0.5 mm - Medium Grain
0.125 -- 0.25 mm - Fine Grain
0.063 -- 0.125 mm - Very Fain Grain
0.002 -- 0.063 mm - Silt
under 0.002 mm
- Clay
Grain size determination also from drill cutting should follow a disciplioned procedure to obtain an accurate
overall estimate :
a. Size of individual grains.
b. Mean size of grains in an individual cutting
c. Mean size of grains in all cutting of the same lithology
d. An accurate visual estimate can be obtained using Grain Size Comparator.
3. GRAIN SHAPE
For practical wellsite descriptions, grain shape is function of roundness and angularity. The grain shape
comparator can be very usefull in shape determination. Degrees of angularity are described as :
Angular -- Subangular Subrounded -- Subrounded -- Rounded -- Well rounded .
4. SORTING
}
}
}
Monomidal
Moderately Sorted
Poorly Sorted
Very Poorly Sorted
}
}
}
Polymodal
5. HARDNESS
The hardness of Sandstone is described as the degree of cementation. The type of cement is the characteristic of
hardness.
Hardness : Loose : grains fall apart in dray sample
Friable : grains can be detached easily by sample probe
Moderately Hard : grains can be detached with same pressure.
Hard : grains difficult to detached by sample probe/pick.
Very Hard : grains can not be detached
6. CEMENT :
7. LUSTER
Surface features of the cutting under reflected light under microscope for both wet ofr
dry sample.
Coated : precipited or accretionary material on the surface of cutting
Vitrous, glassy : Clear, shiny, fresh apparence
Silky, pearly.polished : Lightly etched, or scoured
Frosted, dull, etched : Deeply etched or scoured
Pitted ; Solution or impact pits, often pinpoint size
Striated : parallel abration lines or scratches
8. VISUAL STRUCTURE
To detect bedding characteristics, it may take several sample over intervals to allow
bedding to be recognized
Fracture : usually with some type of filling materials (calcite, quartz, pyrite
gypsum etc. ). Inportant appearance in fracture basement reservoir
Jointing
Bioturbation
Lamination
9. VISUAL POROSITY
Commonly inter granular / interparticle porosity
- Poor Visual Porosity
- Fair Visual Porosity
- Good Visual Porosity
- Excellent Visual Porosity
10. ACCESSORIES
Trace in quantity
Mineral --- example: Glauconite, Chlorite, Kaoline, Pyrite
Fosils ( bentinic / Plantonic foraminifera )
ESTIMATE OF ACCESSORIES
15 -- 20 %
10 -- 15 %
5 - 10 %
1 - 5%
<1%
: Abundant
: Moderately abundant
: Minor
: Rare
: Trace
2.2. SILTSTONE
Siltstone is indurated or cemented silt whose predominantly angular grains are between 1/16 1/256 mm . Its
composition is intermediate in character between Sandstone and Shale.
2.2.1 FORMAT DESCRIPTION
1. COLOR
Siltstone are generally white, and all shades of gray, greenish gray.
2. GRAIN SIZE
They are by definition of silt size
3. Major and Minor Characteristic
Pure Quartz Variety
- Pyritic ( Fools Gold )
- Glauconitic ( look like green sand )
- Coal Inclusions
- Carbonaceous ( contains organic materials)
- Argillaceous ( clay or clay-size particles)
Common Variety
- Pyritic
- Glauconitic
- Coal Inclusions
- Calcareous ( contains calcium carbonat )
- Dolomitic
4. POROSITY
Porosity in siltstone in intergranular porosity.
3. ARGILLACEOUS DEPOSIT
3.1 SHALE / CLAYSTONE
The major difference between these rocks is fissility. A Claystone is a structurless mass of clay minerals. A
Shale is finely laminated clay minerals and silt exhibiting fissility and showing strong parallelism. Fissility is
properly of splitting easy along closely spaced parallel planes.
1. COLOR
Shale are generally shade of gray, green, greenish grey brown, sometimes reddish brown.
Color is useful indicator of deposisional environment, especially in argillaceous rocks. For example:
Red and Brown / Reddish brown : containing hematite/ferric iron, an oxidizing
Environment.
Green and Grey
: Ferrous iron, reducing environment
Dark Brown
: Organic material, possible source rock
Black
: An anaerobic environment
The color distinctions may be complimented by the term : Pale, Light, Dark or very Dark.
When more than one color persent, suitable description are : Multicolor, Speckled, Banded, Dissemunated,
Spotted, Scatteren, Variegated.
2. MAJOR CHARACTERISTIC
-. Calcareous (calc ) - contains calcium carbonat
- Pyritic - contain pyrite
- Glauconitic ( glauc ) : looks like green sand grains
- Silty
- Sandy
- Carbonaceous (carb) : contain organic materials
- Micaceous
- Fossiliferous (foss) : contains fossil fragment
- Coal inclusions (cl inc )
- Dolomitic (Dolc)
3. MINOR CHARACTERITIC
-. Waxey
- Earthy
- Laminated
- Banded
- Rough
4. HARDNESS
-. Soluble
- Soft
- Plastic / Sticky
- Firm
- Hard
- Brittle
Blocky shales usually contain a large percentage of CaCO3 and take on a blocky form.
a. non-fissile
b. micro blocky breaks into small blocks.
c. Fissile flakes less than 2 mm thick.
d. Splintery ( spty ) elongated flakes, splinters.
e. Papery ( ppy ) flakes less than 0.5 mm thick.
5. POROSITY
We do not described porosity in shale
6. OIL SHOW
In general, we do not check for hydrocarbons in shale. However, oil shale are possible and they can be a
producing formation.
3.2. MARL
An old term loosely applied to a variety of materials most of which occur as soft, loose, earthy and semi friable
or crumbing unconsolidated deposits consisting chiefly or an intimate mixture of clay and calcium carbonate in
varying proportions, formed under either marine or fresh water condition especially; specifically, an earthy
substance containing 35 65 % clay and 35 65 % carbonat ( Pettijohn 1957 . It is usually grey allthough
yellow, green blue and black variety are not common.
100
0
5
15
25
% clay
35
Pure Limestone
Marly Limestone
M- L
Limey Marl
95
85
75
65
Marl
35
65
75
85
95
100
Clayey Marl
M-C
Marly Clay
Pure Clay
25
15
5
0
Petrographyc types
1. COLOR
Marl may be shades of grey, green, yellow, light brown.
2. GRAIN SIZE
As a clay, calcilutite, we do not described grain size
3. MAYOR AND MINOR CHARACTERISTIC
% Carbonat
Marl by definition is very calcareous and argillaceous. Marl are commonly silty, sandy, glauconitic and/or
carbonaceous.
4. HARDNESS
Marl is described as being soft, loose, earthy.
CARBONATE ROCK
1. ROCK TYPE
Sample are etched in 10 % Hydrochloric acid ( HCl )and rinsed in distilled water during etching, test sample for
reactivity. Typical reaction rate are :
Limestone: Sample react instantly and violently, it will float on top of the acid and move on the
surface. It will completely dissolve within minutes and leave the acid frothy
Dolomitic Limestone : Sample react immediately, but moderately and is continuous. It will move
about in the acid from top to bottom.
Calcitic Dolomite : Sample react slowly and weakly at first, but accelerates to a continuousreaction
after a view menites with some dobbing on the top of the dish
Dolomite : Sample react very slowly and hasitant . Bubbles evolve one at a time. Acid may have to be
warmed for reaction to proceed. It will leave acid milky.
Auto calcimeter will assist in determining the percentage of calcit and dolomite
Various stain kits are available to assist in the determining the type of carbonate in the sample.
Most staining procedures required the sample be etched initially. The most common stain test for
carbonate determination is Alizarin Red S, After etching in HCl, the sample in placed in cold alizarin
Red S. for several minute. Limestone will a deep red, while dolomite remains unaffected.
2. LIMESTONE
2.1 CLASSIFICATION
Mud stone
Wackstone
Packstone
Original compo
nents were bound
Deposisional
Texture not
Recognizable
Crystalline
Carbonate
Boundstone
2.2 COLOR
Limestones are generally shades of white, grey, buff (kuning tua), brown, light brown, tan
( kehitaman ). Various in color may be the result of present of detrital materials (clay) or substitution
of metallic ions into mineral lattice. Grey possible indicated clay content, and brown is possible
indicated of some carbonaceous materials. Use wet Sample, put predominantly color first than other
color according ti their percent of limestone.
2.3 HARDNESS
Limestone hardnessis described according to its induration. There are exception, however, and the
following chart lists some possibilities and degrees
Degree of Hardness
Calcilutite
Plastic, Soft
Plastic, soft
Gummy,spongy
Poorly Indurated
Unconsolidated
Calcarenite
Calcirudite
Poorly Indurated
Moderately
Indurated
Well Indurated
Well Indurated
Dense, Hard,
Brittle
Micrite
Spatite
Carbonate rock contains both physical transported particles ( oolites, intraclast, fossils, and pallets)
and chemically precipated minerals ( either as poor-filling cement, primary ooze or as product of re
crystallization and replacement
Carbonate
Grain Size
Carbonate
Crystal Size
Measured
Range
Archie
Clastic
Eqvalnt
Mud
Crypto
Crystalline
Unable to
Distinguish
X Boundary
Chalky
Micro Xlline
< 0.2 mm
II
Clay
Very Fine
Very Fine
Xlline
0.02-0.063
II
Silt
Fine
Fine Xlline
0.063-0.125
I or II
Very Fine
Medium
Medium Xlline
0.25-0.5
I or II
Medium
Coarse
Coarse Xlline
> 0.5
I or II
Coarse
These inclided all constisuents that make up the rock including minerals, clay,arenaceous (sand)
impurities and fossils. Is a type of fossils (grain) should exceed 50% of the total grain, it should be
listed as prefix to the rock type and a not as characteristic. Below the list of Fossils, minerals and
sediments that are often found in limestone
Fossil remains
Mineral Grains
Pyrite
Glauconite
Sand
Silt
Chert
Mica
Calcite ( cement or cavity lining )
Sediment
Argillaceous material - grey
Carbonaceous material - brown
Coal or lignite inclusions
Accessories
Commonly detrital or diagenetic product of terrigeneous rosk fragmens contained within the original
sediment, with some mixed carbonate terrigeneous diagenetic minerals
Metallic sulfides as concretions or staining on fractures is common as well
Accessories Silica, chert and crystalline quartz
2.6 VISUAL POROSITY
Rhombic --- perfectly form rhombs of nearly equal size, medium to coarse ( usually pure
dolomite )
Sucrosic --- sugary, similsr to rombic, but fioner, lacking the perfectionof crystal form
( usually calcitic dolomite )
Microsucrosic --- very finely sugary, often quite friable ( usually calcitic dolomite )
Grainy --- not vividly crystalline, but with definite grains, often chalky in part ( usually
limestone or dolomitic limestone )
Oolitic --- Spheroidal or smooth-surfaced grains with concentric internal structure.
Dolomites are usually shades of pink or flesh color but may be colorless, white, green brown or
black. They are transparent to translucent. Grey possible indicated clay content, and brown is possible
indicated of some carbonaceous materials.
The term of euhedral is used for a crystal shape in a sedimentary rock ( such as a calcite crystal in a
re-crystallized dolomite ) characterized by a presence crystal faces.
-
3.4. HARDNESS
The actual hardness of a dolomite crystal is 3.5 - 4 on MOHS scale of hardness. Our description are
not concern with individual crystal hardness but with how well the crystals are tied together to form a
rock.
- Soft
- Fria
- Indurated
- Firm
- Hard
- Brittle
Two type porosity most common to dolomite are intercrystalline visual porosiry and vuggy visual
porosity
Intercrystalline porosity ----- occurs in sucrosic and friable dolomite
Vuggy porosity ----- consists of spherical cavities wich may vary in size from microscopic to several
inches in diameter. The presence of vug will often assist in distinguished dolomite from limestone.
Vugs indicate porosity but they must be interconnected to constitute effective porosity
Dolomite may be contain both intercrystalline and vuggy porosity. The lists below separate two type s
of porosity, but they may be combined for multi-type porosity
Intercrystalline Porosity
Excellent intercrystalline porosity ( exc intxln por )
Good intercrystalline porosity ( g intxln por )
Fair intercrystalline porosity ( f intxln por )
Poor intercrystalline porosity ( p intxln por )
Vuggy Porosity
Excellent interconnecting vuggy porosity
Good interconnecting vuggy porosity
Fair interconnecting vuggy porosity
Poor vuggy porosity
Other Posible Porosity
Intergranular porosity
Chalky pinpoint porosity
Fracture - crack in rock usually having crystals on each side
Tight no visual porosity
3.6 OIL SHOW