Hermina Novida
Hernomo O Kosumobroto
PENDAHULUAN
Pankreatitis akut adalah suatu proses inflamasi pada pankreas yang ditandai
dengan keluhan akut abdomen disertai dengan peningkatan konsentrasi amilase dan
lipase serum. Biasanya ringan namun 20% dapat menjadi pankreatitis akut yang
berat dan 15-20% dapat menimbulkan kematian (Frossard, 2001). Insiden
pankreatitis akut bervariasi pada berbagai negara tergantung dari kausanya, di
Inggris insidennya kurang lebih 5,4/100.000 pertahun, sedang di Amerika Serikat
79,8/100.000 pertahun (Toskes, 2005).
Sangat penting untuk memprediksi tingkat keparahan penyakit pada
pankreatitis akut ini untuk dapat memberikan terapi yang optimal serta mencegah
komplikasi baik lokal maupun kegagalan organ multipel. Karena itu bagaimana cara
pankreatitis akut terutama yang berat dapat dideteksi dini sangat dibutuhkan. Kriteria
keparahan penyakit dengan menggunakan beberapa macam skor seperti kriteria
Ranson, Glasgow dan Acute Physiology and Chronic Health Evaluation (APACHE)
telah lama dipergunakan. Namun kriteria ini didasarkan pada kegagalan organ
multipel yang diinduksi oleh suatu penyakit sehingga tidak bisa mendeteksi tingkat
keparahan lebih awal.
Beberapa marker serum yang baru diketahui dapat mendeteksi pankreatitis
akut berat dalam waktu 12 sampai 24 jam setelah onset nyeri, dimana pada saat ini
kegagalan organ multipel biasanya belum terjadi sehingga diharapkan dapat dicegah
dan memberikan outcome penyakit yang lebih baik (Lempinen, 2001; Toskes, 2005).
DEFINISI
Pankreatitis akut adalah suatu sindroma klinik yang ditandai dengan serangan
nyeri perut yang mendadak disertai dengan peningkatan kadar enzim-enzim
pankreas dalam serum akibat keradangan dan nekrosis dalam pankreas. Pada
Simposium Atlanta 1992 pancreatitis akut didefinisikan sebagai suatu proses
inflamasi akut dari pankreas dengan berbagai variasi keterlibatan jaringan regional
lain dan sistem organ sekitarnya (Banks, 1997; DiMagno 2002).
Tinjauan Pustaka Bagian-SMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unair Rsu Dr. Soetomo
Surabaya, 22 Februari 2006
KLASIFIKASI
Menurut Bradley berdasarkan gambaran fisik, laboratorium dan radiologi,
pankreatitis akut dapat dibagi menjadi :
-
Pankreatitis interstisialis
Ditandai dengan edema interstisialis dengan sel-sel inflamatory didalam
parenkim, dapat terjadi nekrosis namun hanya mikroskopik.
Pankreatitis hemoragik
Gambaran utama berupa nekrosis fokal dan difus yang makroskopik, nekrosis
jaringan lemak yang luas dan adanya perdarahan di permukaan dan
peripankreas (DiMagno, 2002).
ETIOLOGI
Banyak hal dapat menimbulkan pankreatitis akut namun bagaimana
mekanisme yang jelas mengapa kondisi tersebut memicu inflamasi pankreas belum
sepenuhnya dimengerti. Batu empedu menempati peringkat pertama sebagai
penyebab
beberapa jam. Nyeri meningkat dengan posisi tidur, berkurang dengan posisi duduk
atau membungkuk (DiMagno,2002) .
Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai penderita yang gelisah dan distress,
nyeri tekan dan distensi pada abdomen terutama didaerah epigastrium. Bising usus
menurun atau hilang, kadang terjadi rigiditas abdomen jika terjadi peritonitis yang
difus. Demam dapat terjadi namun tidak terlalu tinggi disertai takikardi dan hipotensi.
Takipnea dapat terjadi karena nyeri, hipoksia, infiltrat paru dan efusi pleura. Pada
penderita dapat dijumpai adanya ekimosis periumbilikalis (Cullens sign) atau
dipinggang (Grey Turners sign). Pada pankreatitis akut yang berat dapat juga
dijumpai ikterus yang disebabkan obstruksi saluran empedu karena edema atau
penumpukan cairan (Toskes, 2005).
LABORATORIUM
Enzym pankreas
1. Amylase serum & urine
-
Serum amylase dihasilkan oleh pankreas & kelenjar saliva. Kelainan pada
pankreas akan menyebabkan peningkatan p-isoamylase serum yang memiliki
sensitivitas 90% dan spesifitas 92%
Namun amylase serum total sering digunakan oleh karena lebih murah dan
cepat. Namun peningkatan juga pada kondisi lain seperti penyakit kelenjar
saliva, perforasi organ intra abdominal, appendisitis akut, ketoacidosis
diabetes, dll. Amylase serum dapat juga normal pada pankreatitis yang
disebabkan oleh hipertrigliserid oleh karena amylase inhibitor berhubungan
dengan peningkatan trigliserid
2. Lipase serum
-
Lebih jarang digunakan oleh karena lebih sulit dan presisi yang rendah.
Sensitivitas antara 85-100% namun dikatakan spesifitas lebih tinggi oleh
karena seluruhnya dari pankreas, hanya sebagian kecil dari lambung.
Beberapa
menganjurkan
kombinasi
lipase
dan
amylase
untuk
test
memberi informasi keparahan dan prognosis pankreatitis akut (tabel 3). Skor
tujuh atau lebih menunjukkan pankreatitis akut berat.
4. Marker serum dan urin
Beberapa marker baik serum maupun urin dapat mendeteksi pankreatitis akut
berat dalam waktu 12 jam sehingga dapat memberikan terapi yang lebih baik.
SISTEM SKORING
Kriteria Ranson adalah kriteria yang paling banyak diketahui, meliputi 11
karakteristik dimana 5 kriteria dapat dinilai pada saat awal masuk dan sisanya dalam
48 jam yang menggambarkan komplikasi serius. Bila didapatkan enam atau lebih
kriteria yang positif, mortalitas mencapai 20%. Pada awalnya kriteria ini dibuat untuk
pankreatitis alkoholik, namun sering juga dipakai untuk pankreatitis akut yang lain.
Kriteria Glasgow yang disederhanakan dapat diukur kapanpun dalam 48 jam
pertama dan hanya meliputi 8 kriteria sehingga lebih luwes dipergunakan (tabel 1).
Akurasi kedua kriteria tersebut hampir sama yaitu 71-88% (Kusumobroto,2000;
Frossard, 2001).
Skor APACHE II menggunakan menggunakan 12 parameter rutin yang
menghasilkan skor berdasar perbedaan kondisi penderita dengan orang normal.
Selain itu juga ditambahkan faktor usia, riwayat gangguan organ yang berat atau
imunocompromized, status neurologis dan keadaan pasca bedah (tabel 2).
Kelemahannya cara ini terlalu kompleks dan sulitnya standarisasi skor dari nilai
tertinggi sampai terendah (United Kingdom Guideline,1998; Owyang, 2004).
IL-1 adalah sitokin pro inflamasi yang diproduksi selama inflamasi akut dan
kronik, menyebabkan gejala-gejala sepsis. Pada penelitian McKay dkk
membuktikan pelepasan IL-1 pada pankreatitis akut berat dan sedang pada
hari ke-1 sampai 7 (McKay, 1996).
TNF : tidak dapat membedakan pankreatitis akut berat dan ringan, namun
peningkatan konsentrasi soluble TNF receptor berkorelasi positif dengan
multiple organ dysfunction dan angka mortalitas ( Kaufmann, 1997).
IL-8 : meningkat pada pankreatitis akut berat. Pada 24 jam pertama, IL-8 dan
IL-6 lebih berguna daripada CRP dalam memprediksi tingkat keparahan
pankreatitis akut karena mencapai puncak sebelum CRP (Ikei,1998).
IL-11 : merupakan sitokin anti infamasi yang poten untuk memblok TNF.
Kadarnya meningkat pada pankreatitis akut berat namun baru meningkat
pada hari kedua (Chen,1999).
PAP untuk mendeteksi pankreatitis akut adalah 100%, 94%, dan 97%. Namun
konsentrasi PAP tidak lebih baik dibanding CRP dalam membedakan
pankreatitis akut berat dengan ringan (Kemppainen, 1996).
-
Phospholipase A2 (PLA2)
Enzim ini memiliki dua bentuk, yang pertama berasal dari pankreas, sedang
yang kedua adalah mediator respon fase akut. PLA2 pankreas menginduksi
nekrosis sel dengan merubah lechitin membran sel menjadi senyawa
lysolechitin yang lebih toksik. PLA2 juga berperan pada disfungsi paru yang
terjadi pada pankreatitis akut dengan merusak surfaktan paru dan
menginduksi pelepasan Nitric Oxide dari makrofag alveoli. Marker ini dapat
dideteksi pada hari pertama dan berhubungan dengan tingkat keparahan
pankreatitis akut. Pada penelitian Buchler dkk didapatkan PLA2 memiliki
sensitivitas 75 % dan spesifisitas 78% (Makela, 1997, Bertsch, 1998;
Frossard, 2001).
adalah
protease
pankreas
yang
menginisiasi
kaskade
Trypsinogen-2
8
Trypsinogen-2 serum meningkat dalam waktu enam jam, dan ditemukan lebih
tinggi pada pankreatitis akut yang berat dibanding yang ringan sehingga dapat
digunakan sebagai alat deteksi keparahan. Selain itu dapat dideteksi dalam
urin dalam waktu cepat dengan dipstik (Lempeinen, 2001; Chen, 2005).
Dengan demikian TAP dan Trypsinogen-2 adalah marker yang terbaik dan paling
awal dalam mendeteksi tingkat keparahan pankreatitis akut, sedangkan PLA-2,
Procarboxypeptidase B
Antiprotease
Termasuk disini adalah 2 macroglobulin yang akan terikat secara irreversibel
dengan protease seperti trypsin dan elastase. Kompleks ini akan segera
dieliminir oleh makrofag sehingga kadarnya akan menurun. 2 macroglobulin
akan menurun pada pankreatitis akut yang berat, namun kadarnya baru
berubah pada hari ke-3 sampai ke-8 (Wilson, 1989; Kimura, 1992).
Neopterin
Neopterin adalah salah satu marker aktivasi makrofag. Pada penelitian Uomo
dkk didapatkan neopterin serum lebih tinggi pada pankreatitis akut berat
dibanding yang ringan pada hari pertama (Kaufmann, 1998).
Elastase netrofil
Dapat digunakan sebagai sebagai faktor prediksi awal pankreatitis akut berat,
merupakan marker yang reliabel dan dapat dideteksi dalam plasma
mendahului CRP. Hanya saja memiliki reprodusibilitas yang rendah sehingga
belum dapat digunakan secara luas (Uhl,1991) .
TERAPI
Pankreatitis akut berat memiliki resiko besar untuk timbulnya komplikasi sistemik dan
tingginya angka mortalitas sehingga penderita harus dirawat di ruang intensif
(Beckingham, 2001; DiMagno,2002 ). Penatalaksanaan meliputi :
a. Resusitasi cairan
Dengan cairan kristaloid dan koloid, transfusi darah jika hematokrit kurang dari
30%. Sebaiknya dipasang CVP untuk mencegah gagal jantung kongestif.
b. Fungsi respirasi
Pankreatitis akut berat sering disertai dengan ARDS, sehingga membutuhkan
oksigenasi, jika perlu dengan ventilator.
c. Fungsi kardiovaskuler
Komplikasi yang sering terjadi pada sistem kardiovaskuler adalah gagal
jantung kongestif, IMA, aritmia dan syok kardiogenik. Jika terjadi hipotensi
dengan resusitasi cairan yang cukup dapat digunakan dopamin.
d. Nutrisi
Bila terdapat mual-muntah dan ileus dapat dipasang pipa nasogastrik. Nutrisi
sebaiknya diberikan intravena untuk mencegah terjadinya stimulasi pankreas.
e. Terapi suportif
-
f. Terapi lainnya
-
Terapi bedah.
10
PROGNOSIS
Angka mortalitas pankreatitis akut bervariasi antara 5 sampai 70% tergantung jenis
dan tingkat keparahannya, namun pada otopsi didapatkan 12-42% dari seluruh
kasus kematian (Beckingham, 2001; DiMagno,2002 ).
RINGKASAN
Pankreatitis akut adalah inflamasi pada pankreas dengan keluhan akut
abdomen disertai dengan kelainan laboratorium maupun radiologis. Pankreatitis akut
tergolong berat jika didapatkan disfungsi organ dan komplikasi-komplikasi baik lokal
maupun sistemik, sehingga sangat penting untuk memprediksi tingkat keparahan
penyakit untuk dapat memberikan terapi yang optimal. Terdapat beberapa macam
cara untuk mendeteksi dini adanya pankreatitis akut yang berat yaitu dengan
gambaran klinis, laboratoris dan radiologis dengan sistem skoring, CT scan dan
berbagai jenis marker.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
Beckingham IJ,Bomman PC. ABC of Diseases of Liver, Pancreas and Billiary System
: Acute Pancreatitis. BMJ 2001; 322: p595-598.
4.
5.
Chen CC, Wang SS, Lu RH. Serum IL-10 and IL-11 in Patients with Acute
Pancreatitis. Gut 1999; 45: p895-899.
6.
Chen YT, Chen CC, Wang SS. Rapid Urinary Trypsinogen-2 strip in the Diagnosis of
Acute Pancreatitis. Pancreas 2005; 30: p243-247.
7.
DiMagno EP, Chari S. Acute Pancreatitis. In: Feldman M, Friedman LS, Sleisenger
MH. Gastrointestinal and Liver Disease 7th Ed. Philadelphia: Saunders 2002; p913-941.
8.
9.
Frossard JL, Hadengue A, Pastor CM. New Serum Markers for the Detection of
Severe Acute Pancreatitis in Humans. Am J Resp Crit Care Med 2001;164: p162-170.
10.
11.
Heath DI, Cruiskshank A. Role of IL-6 in Mediating the Acute Phase Protein
Response and Potential as an early Means of Severity Assessment in Acute Pancreatitis.
Gut 1993;34: p41-45.
11
12.
13.
Kaufmann P, Tilz GP. Elevated Plasma Levels of Soluble TNF Receptor Reflect
Severity of Acute Pancreatitis. Intensive Care Med 1997; 23: 841-848.
14.
15.
16.
Kimura T, Ito T, Sumii T. Serum Protease Inhibitor Capacity for Elastase and the
Severity of Pancreatitis. Pancreas 1992;7:680-685.
17.
18.
19.
Makela A, Kuusi T, Schroder T. Serum PLA-2, Amylase, Lipase and Urinary Amylase
Activities in Relation to the Severity of Acute Pancreatitis.Eur J Surg 1997; 163:915-922.
20.
21.
22.
OReilly DA, Kingsnorth AN. Management of Acute Pancreatitis. BMJ 2004; 328:
p968-969.
23.
24.
25.
26.
Toskes PP, Greenberger NJ . Approach to the Patient with Pancreatic Disease.. In:
Braunwald E, Fauci AS, Kasper DL et al (eds). Harrisons Principles of Internal Medicine
16th Ed. New York: Mc Graw-Hill 2005; p 1891-1906.
27.
28.
29.
30.
12
-------o0o------LAMPIRAN
Tabel 1. Skor Ranson dan Glasgow yang disederhanakan
Ranson Criteria
On Admission
- Age>55yrs
- Leucocytes count >16,000/ul
- LDH>350 IU/ltr
- Glucose>200mg/dl
- AST>250 U/L
48 hrs after admission
- HCt decreased > 10%
- BUN increased > 5mg/dl
- Calcium< 8 mg/dl
- Arterial PaO2 < 60 mmHg
- Base deficit > 4 mEq/ltr
- Estimated fluid sequestration > 6 ltr
Serum Sodium
Serum Potassium
Serum creatinin
Leucocytes
Hematocrite
GCS
0
1
2
3
4
0
2
4
6
13