Anda di halaman 1dari 10

Teori Sistem Terbuka

Suatu Pendekatan Menuju Integrasi Teoritis


Konsekuensi utama dari pertumbuhan minat masyarakat belakangan ini dalam bidang ekologi
dan keseimbangan ekologis adalah meningkatnya kesadaran akan hubungan timbal balik antara
bentukk-bentuk kehidupan yang berbeda, dan antara bentuk kehidupan itu dengan lingkungan
fisiknya. Saling ketergantungan antara banyak macam element yang berbeda-beda dapat
digambarkan dengan perkembangan struktur social dan ekologis dari suatu komunitas kota.
Tidak seperti suatu organisasi formal, perkembangan suatu komunitas kota tidak begitu
dirancang sengaja. Sebaliknya, keputusan-keputuusan individu dibuat sedemikian untuk
mengambil keuntungan dari kesempatan-kesempatan yang ada, dan hasil akhirnya munculnya
suatu sistem yang sangat saling tergantung. Untuk menggambarkannya dengan suatu contoh
hipotesis, katakanlah, suatu pabrik didirikan dalam suatu kampong kecil didesa untuk
menghindarkan diri dari pajak yang tinggi di daerah kota, supaya lebih dekat dengan bahan
mentah, atau banyak lagi alasan lainnya.
Akibat dari yang langsung ini adalah menarik orang untuk mencari pekerjaan. Mulal-mula para
pekerja bangunan dan kemudian para pegawai tetap karena itu, penduduk bertambah banyak.
Begitu rencana itu jadi, berbagai kesempatan unuk usaha-usaha local dalm bidang perdagangan
meluas, mulai dari bar dan rumah tempat tinggal para pekerja bangunan, sampai dengan
perkembangan pemukiman dan took-toko para penghuni baru.

Bab II
Pembahasan
1. I.
MODEL-MODEL TEORI SALING
KETERGANTUNGAN ALTERNATIF
Saling ketergantungan antara tindakan individu-indvidu, secara implisit, kalau bukan eksplisit,
diakui dalam semua teori yang sudah kita diskusikan di depan. Dari antara teori-teori itu,
fungsionalisme menekankan saling ketergantungan ini yang kiranya paling kuat. Pada tingkat
antar pribadi, hal ini terlihat dalam pandangan bahwa peran individu saling melengkapi satu
sama lain, dan kurang lebih bersifat harmonis. Saling ketergantungan secara harmonis ini

merupakan hasil dari orientasi-orientasi nilai yang dianut bersama oleh pihak-pihak yang
berinteraksi, dan dari kenyataan bahwa menyesuaikan diri dengan harapan-harapan orang lain
itu, memenuhi kebutuhan masing-masing pihak. Pada tingakat institusional, kaum fungsionalis
cenderung menekankan saling ketergantungan yang harmonis antara berbagai institusi sosilal
dalam menyumbang pada pemenuhan persyaratan keseluruhan dari masyarakat itu sebagai suatu
sistem social.
Teori konflik juga menerima kenyataan saling ketergantungan itu dalam kehidupan social,
walaupun penjelasan nampaknya berbeda secara radikal dengan penjelasan kaum fungsionalis.
Pada umumya teori konflik melihat saling ketergantungan itu sebagai hasil dari kekuasasan,
mereka yang menguasai macam-macam sumber untuk memaksakan kemauannya pada orang
lain.
Kedua teori masa kini yang didiskusikan terlebih dahulu interaksionisme simbol dan teori
pertukaran menekankan pola-pola saling ketergantungan dalam sistem-sistem yang kecil pada
tingkat antara pribadi, dari pada tingkat-tingkat institusional yang besar. Para penganut
interaksionisme simbol menjelaskan saling ketergantungan sebagai hasil dari pemilikan simbolsimbol bersama dengan mana individu-individu dapat merundingkan tindakan masing-masing
sehingga mereka cocok satu sama lain dalam suatu keseluruhan yang terorganisasi.
Teori interaksi simbol sedikit lebih umum dari pada ketiga teori lainnya dalam penjelasannya
mengaenai saling ketergantungan. Perhatian utamanya adalah medium simbolis dengan mana
pola-pola saling ketergantungan itu muncul dan dipertahankan. Gambaran yang umum mengenai
realitas social yang dikemukakan oleh kaum interaksionisme simbol adalah bahwa tetap
bertahannya atau perubahannya terus menerus tergantung pada komunukasi simbolis. Pandangan
mengenai saling ketergantungan jelas mendasar dalam semua teori masa kini yang didiskusikan
dalam empat bab yang terdahulu.
Dibalik ini, masing-masing teori mencerminkan suatu perspektif khusus dan terbatas pada sifat
saling ketergantunangan ini. teori pertukaran mencerminkan tekanan yang utama pada
kepentingan diri individu sebagai sumber akhir saling ketergantungan; individu-individu saling
tergantung satu sama lain untuk berbagai penghargaan didalam teori fungsional, sumber saling
ketergantungan yang utama adalah orientasi nilai bersama karena komitmen moral individu
terhadap nilai-nilai bersama ini, mereka mengesampingkan kepentingan-kepentingan individu
yang sempit kalau diperlukan dalam melaksanakan tindakan-tindakan yang menguntungkan
sistem social itu dimana mereka termasuk. Sesungguhnya, kepentingan pribadi individu dilihat,
untuk semua tujuan praktis, sabagai benar-benar setara dengan pemenuhan persyaratan peran
yang perlu untuk mempertahankan sistem itu.
Singkatnya, keempat perspektif masa kini yang didikusikan disini terbatas pandangannya
mengenai sifat saling ketergantungan itu. Perhataan ini terlampau menyedernakan dalam
beberapa hal tertentu. Penganut teori pertukaran seperti blau, misalnya, mengakui pentingnya
pengaruh nilai-nilai yang muncul dan pengawasan yang memaksa dalam proses pertukaran itu.
Penganut teori fungsional mengakui bahwa kebutuhan pribadi para peserta dalam suatu sistem
kurang lebih dipenuhi melalui pertukaran-pertukaran yang diungkapkan dalam penampilanpenampilan peran timbal balik.

1. II.
UMUM

PERSPEKTIF DASAR TEORI SISTEM

Konsep inti dalam teori sistem umum adalah organisasi dalam pengertian yang luas. Ini
mencakup seperangkat komponen atau elemen yang terdapat dalam hubungan-hubungan saling
ketergantungan timbal balik. Dalam arti yang paling luas, konsep organisasi itu berlaku untuk
dunia social, juga dunia biologis, dan fisik. Dalam karya Bertalantffy, seorang ahli biologis, teori
sistem umum dianjurkan sebagai suatu perspektif yang cukup luas untuk meningkatkan semacam
kesatuan dari semua ilmu pengetahuan fisika, biologi, dan ilmu social menurut pendekatan
dasarnya pada berbagai pokok permasalahan.
Tekanan pada organisasi bagian-bagian untuk membentuk suatu keseluruhan dapat dibandingkan
secara kontras dengan pendekatan ilmiah tradisional, yang mengandung pengertian bahwa
gejala-gejala dapat dimengerti dengan baik sekali dengan merincinya kedalam komponenkomponen utama. Misalnya, strategi ilmiah tradisional yang digunakan untuk mengerti
organisme biologis adalah menunjukan komponen-kompenen dasar yang membentuk gejala itu.
Sebaliknya, teori sistem memandang bahwa keseluruhan itu lebih besar daripada jumlah bagianbagiannya berdasarkan pola-pola organisasi yang diperlihatkan dalam keseluruhan.
Dengan memusatkan perhatian pada bagian-bagian individual yang termasuk dalam keseluruhan
itu, kaum ilmuan tidak memperhatikan lagi organisasi atau saling ketergantungannya. Organisasi
atau saling ketergantungan yang ditanyakan dalam keseluruhan itu tidak dapat direduksikan
kebagian-bagian individual yang membentuk keseluruhan.
Model mekanik muncul dari usaha awal untuk menjelaskan perilaku manusia dan masyarakat
secara ilmiah, atau sebagai bagian dari dunia alam obyektif. (comte menggunakan istilahfisika
sosial untuk menunjukan studi tentang masyarakat sebelum dia menciptakan istilah
sosiologi) Buckley berargumentasi bahwa konsep ekuilibrium dan inertia diambil dari model
mekanik ini. konsep dari ekuilibirium mencerminkan suatu hubungan yang sangat stabil antara
bagian-bagian yang membentuk sistem itu. Gangguan-gangguan menyebabkan redistribusi
bagian-bagian, yang memulihkan sistem itu pada keadaannya yang mantap. Kalau tidak ada
gangguan, sistem itu memperlihatkan intertia, atau kecendrungan untuk mempertahankan
strukturnya yang ada, sangat mirip dengan sebuah kolam air yang akan tetap tenang saja kalau
sekiranya tidak diganggu oleh angina tau batu yang dilemparkan kedalamnya. Buckley mencatat
bahwa parsons menggunakan konsep ekuilibrium dan inertia itu dalam usahanya meneggakkan
suatu kerangka referensi yang mantap untuk menganalisa sistem-sistem social.
Model organik mengemukakan suatu tingkat organisasi yang lebih tinggi atau lebih kompleks
daripada model mekanik. Kedua model itu menerima pandangan mengenai saling
ketergantungan bagian-bagian dan bertahannya suatu keadaan yang mantap tetapi munculnya
model organic mencerminkan pandangan bahwa masyarakat-masyarakat bukan sekedar sistem
mekanik, melainkan sistem yang hidup. Jadi, biologi, bukan fisika, yang menjadi model untuk
sosiologi. Diantara para perintis dalam sosiologi, spencer adalah salah satu dari beberapa yang
menganalogikan organisme biologis dengan masyarakat. Popularitas teori Darwin mengenai
evolusi social merupakan suatu dukungan yang kuat terhadap model organic.

Buckley mengemukakan bahwa model organic sebenarnya paling kurang meliputi dua tingkatan
organisasi yang berbeda-beda tingkat organism individual dan tingkat spesies. Teoritis seperti
spencer cenderung menggunakan organism individual sebagai model dasarnya untuk
menekankan saling ketergantungan yang harmonis antara pelbagai bagian dalam masyarakat.
Model ini juga tercemin dalam fungsionalisme masa kini, meskipun menurut Buckley, konsep
fungsionalisme mengenai ekuilibirium sebenarnya berasal dari model mekanik. Suatu konsep
yang lebih tepat menggambarkan sifat pengaturan sendiri dalam organism biologis adalah
homoestasis. Homoestatis menunjukan pada semua proses dinamis dengan mana organisme itu
mempertahankan struktur dan keadaan internalnya yang perlu supaya tetap hidup dalam
menghadapi perubahan yang terus-menerus dan ancaman-ancaman gangguan dalam
lingkungannya. Mekanisme-mekanisme pengaturan suhu dalam organisme adalah sebuah contoh
yang digunakan oleh parsons.
Model sistem umum tidak mencakup asumsi-asumsi apapun yang terdapat didalamnya yang
berhubungan dengan sifat hubungan antara bagian-bagian komponen dalam sistem itu. Menurut
pelbagai teori yang sudah kita diskusikan di depan, hubungan-hubungan itu dapat bersifat
koperatif atau konflik; hubungan-hubungan itu dapat didasarkan pada nilai-nilai moral bersama
atau kepentingan-kepentingan induvidualistik; dapat juga hubungan-hubungan itu bersifat
memaksa atau sukarela; juga sifatnya dapat simbolik atau simbiotik. Selain itu, apapun sifat
hubungan-hubungan itu, kuatnya hubungan itu dapat bermacam-macam.

1. 1.

Hubungan lingkungan

Sistem sebagai suatu keseluruhan dilihat sebagai yang terlibat dalam pelbagai macam transaksi
dengan lingkungannya. Transaksi-transaksi ini dibagi lagi kedalam masukan-masukan yang
berasal dari lingkungan dapat mempunyai bermacam-macam akibat pada hubungan dalam sistem
itu tersendiri. Akan tetapi, sistem-sistem itu sangat berbeda menurut kemampuan untuk
menembus batas-batas, dan suatu sistem dalam hal-hal tertentu dapat mengisolasi dirinya dari
jenis-jenis gangguan lingkungan tertentu. Misalnya, sekte agama dapat berusaha menarik diri
sebanyak mungkin dari masyarakat sekitar, atau mereka dapat mengembangkan pelbagai strategi
untuk mencegah para anggotanya dari keterlibatan yang terlampau jauh dalam pelbagai instusi
sekuler. Juga sama halnya, masyarakat-masyarakat selalu mengembangkan prosedur untuk
mengamati dan mengawasi arus manusia atau barang yang melintasi batas-batasnya.
1. 2.

Bagian-bagian Sistem

Sifat bagian-bagian komponen yang membentuk suatu sistem dengan sengaja ditinggalkan tanpa
penjelasan. Alasannya ialah bahwa diskusi kita sejauh ini sudah meyangkut konsep yang umum
mengenai sistem, bukan mengenai tipe sistem tertentu. Suatu pandangan yang popular adalah
bahwa satuan komponen dasar sistem social adalah orang secara individual, atau mungkin
kelompok-kelompok orang individual. Tetapi keterlibatan induvidu-induvidu dalam sistem social
biasanya tidak mencakup keseluruhan kepribadiaannya, melainkan hanya beberapa bagian
tertentu saja. Tingkatan keterlibatan itu akan berlainan menurut tipe sistem dan induvidu yang
berbeda-beda. Namun demikian, dapat diberi argumentasi bahwa komponen sistem social yang

utama bukan induvidu saja, melainkan tindakan induvidu dan interaksinya yang diatur dalam
peran-perannya. Jadi satuan-satuan sistem social bukanlah berbeda-beda obyektif (seperti bendabenda fisik) melainkan peristiwa-peristiwa. Konsekuensinya, struktur dan proses tidak dapat di
pisahkan, karena kalau proses tindakan dan interaksi yang membentuk sistem itu berhenti atau
berubah, maka sistem itu sendiri akan lenyap atau berubah.

1. 3.

Hubungan Informasi Antar bagian

Hubungan antara induvidu dan lingkungannya, dan antarinduvidu, pada dasarnya merupakan
suatu hubungan informasi, bukan hubungan energy. Sebagai hasil dari proses adaptasi yang
terus-menerus antarinduvidu dan dengan lingkungannya, mereka mengembangkan suatu peta
kognitif (cognitive map), yakni suatu gambaran (representation) subyektif dari lingkungan
materil dan yang social. Peta ini tidak harus lengkap atau tepat. Seperti yang sudah sering kali
ditekankan oleh para ahli psikologi social, induvidu-induvidu bersifat selektif dalam presepsi dan
interpresentasinya mengenai lingkungan. Persepsinya mencerminkan sikap, tujuan, dan watak
subyektifnya yang khusus. Tambahan pula, peta itu tidaklah statis; dia terus-menerus berubah
dalam adaptasinya dengan lingkungan. Kalau prsepsi induvidu yang tidak berhasil, mereka akan
memperbaiki persepsinya. Misalnya, seorang yang menyimpan rahasia bersama temannya dan
akhirnya mengetahui bahwa rahasia itu bocor, mungkin akan memperbaiki persepsinya mengenai
temannya itu sebagai seseorang yang tidak akan menyimpan rahasia bersama orang itu lagi.
Kehidupan social yang terogarnisasi meliputi sesuatu kumpulan yang berasal dari pengalamanpengalaman sejumlah induvidu. Melalui proses belajar (dalam arti luas) masing-masing peta
konogtif seseorang akan memasukan informasi yang berasal dari komunikasi simbol dengan
orang lain.
1.

III.
TEORI SISTEM DAN PERSPEKTIF SOSIOBOLOGIS: PENGARUH
GENETIK VERSUS PENGARUH BUDAYA TERHADAP PERILAKU MANUSIA

Usaha orang masa kini untuk menjelaskan perilaku manusia menurut proses-proses biologis
bukanlah hal yang baru. Penjelasan seperti itu sudah popular di eropa dan amerika di akhir abad
ke Sembilan belas dan awal abad ke dua puluh, khususnya selama decade sebelum perang dunia
I. hal ini jelas dalam pengaruh yang kuat dari Darwinisme social terhadap pemikiran social
Amerika selama periode ini.
1. 1.
Sosial

Latar Belakang Historis: Darwinisme

Pada dasarnya, Darwinisme social memperluas prinsipi-prinsip evolusi social. Dalam dunia
biologis dan dunia social ada suatu tekanan pada proses perjuangan kompetatif untuk bertahan
hidup itu langka. Dalam dunia biologis, mereka yang berkompetensi itu bisa induvidu bisa juga
spesies. Dalam dunia social, perjuangan kompetitif itu mungkin antara induvidu-induvidu, atau
antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat, atau antara penduduk yang

berbeda ras dan etnisnya, masing-masing dengan pola-pola budayanya tersendiri untuk
menyusuaikan diri dengan lingkungannya. Hasil dari proses kompetetif ini adalah bahwa mereka
yang paling bisa meyesuaikan diri, atau yang paling sehatlah yang dapat hidup terus (survival of
the fittest). Sebagai hasil dari perbedaan alamiah ini, beberapa orang atau kelompok lebih di
lengkapi daripada yang lainnya dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan dengan hasil
yang memuaskan. Mereka yang mampu menyesuaikan diri dengan hasil yang memuaskan pasti
berhasil dalam perjuangan kopetitif, dan untuk menghasilkan lebih banyak lagi daripada
saingannya, dan untuk menjadi dominan. Sebaliknya, mereka yang tidak mampu menyesuaikan
dirinya secara berhasil dirundung malapetaka atau tunduk.
1. 2.
Sosial

Dasar Biologis dan Dasar Genetik Perilaku

Mengingat latar belakang sejarah ini, mungkin tidak mengherankan bahwa penjelasan
sosiobiologis masa kini mengenai perilaku seperti merupakan suatu pendekatan baru yang
radikal bagi para ahli ilmu social. Minat yang bertambah besar ini terhadap sosiobologis sudah
membantu mengoreksi kekurangan yang senantiasa ada dari pengaruh-pengaruh boilogis
terhadap perilaku manusia. Dalam banyak hal, sosiobiologi didasarkan dengan cukup kuatnya
pada prinsip-prinsip Darwinisme tentang bagaimana perbedaan-perbedaan alamiah antara
organisme itu menghasilkan perbedaan dalam kemampuannya untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan secara berhasil dan meneruskan keturunan. Pemahaman mengenai mekanisme
tertentu dengan mana sifat-sifat yang menguntungkan itu ditransmisikan keturunan sudah sangat
diperkuat oleh perkembangan-perkembangan modern dalam genetika. Pengakuan akan
bagaimana perbedaan-perbedaan alamiah itu menghasilkan perbedaan dalam keberhasilan
repreduktif tidak merupakan dasar apapun untuk menilai penduduk sebagai yang unggul atau
tidak bagaimanapun juga, beberapa karekteristik mungkin mengutamakan dalam satu lingkungan
tetapi tidak menguntungkan dalam lingkungan yang lain. Jadi tidak ada dasar untuk menarik
implikasi-implikasi yang bersifat rasial dari model-model sosiobologis.
1. IV.
ARUS UMPAN-BALIK DAN PERILAKU
YANG DIARAHKAN KETUJUANNYA
Informasi yang dibutuhkan untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan dan berhubungan
satu sama lain, diterima dalam tingkat kesadaran melalui norma-norma budaya dan dalam tingkat
bawah sadar melalui hukum-hukum genetic. Dalam kerangka umum yang dibentuk oleh
kecenderungan-kecenderungan yang dipengaruhi secara genetic dan karakteristik-karakteristik
biologis, informasi khusus yang perlu untuk membimbing tindakan individu diperoleh dari
lingkungan eksternal materiil dan social, dan dari keadaan internal dan menyesuaikan perilaku
menurutnya, penting untuk perilaku yang direncanakan atau yang diarahkan ke tujuannya. Untuk
memulai, individu didorong untuk bertindak menurut suatu cara tertentu untuk memnuhi suatu
kebutuhan atau untuk bertindak menurut suatu cara tertentu untuk memenuhi suatu kebutuhan
atau untuk mencapai suatu tujuan.
Mekanisme umpan balik dalam teori sistem memungkinkan untuk menggambarkan analisa
fungsional dan analisa motivasional tanpa membuat kesalahan logika yang mengasumsikan
bahwa suatu peristiwa yang akan datang dapat menjadi sebab dari suatu kejadian sekarang .

bukan konsikuensi-konsikuensi dimasa mendatang yang menyebabkan perilaku sekarang ini,


melainkan keadaan tujuan yang diinginkan, atau gambaran subyektif mengenai konsekuensikonsekuensi dimasa yang akan datang menurut kebutuhan-kebutuhan sekarang ini serta kondisi
kondisi lingkungan yang merangsang atau member motivasi pada perilaku sekarang ini.
1. V.
MORFOSTATIK

PROSES MORFOGENIK VERSUS

Penilaian mengenai umpan-balik dalam hubungannya dengan tujuan yang diinginkan, dapat
berpengaruh macam-macam terhadap perilaku. Pada tingkat individual, apakah suatu perilaku
tertentu itu diulangi atau diubah akan dipengaruhi oleh tipe umpan-balik yang diterima. Pada
umumnya, kita dapat mengharapkan bahwa umpan-balik positif akan memperkuat suatu perilaku
tertentu atau memperbesar kemungkinan bahwa perilaku itu akan terulang kembali. Sebaliknya,
umpan balik negative dapat diharapkan merangsang perubahan perilaku.
Namun demikian, akibat umpan balik positif yang memperkuat sifatnya itu harus diimbangi
dengan akibat-akibat yang memuaskan. Kalau seorang itu puas karena mencapai suatu tujuan
tertentu, perilaku tertentu yang kiranya ada dalam usaha mencapai tujuan itu, kemungkinan
kurang untuk diulangi, sekurang-kurangnya untuk jangka pendek. Individu akan mungkin
mengembangkan suatu garis tindakan yang disengaja untuk mencapai suatu tujuan yang lain.
Tetapi kebutuhan dan tujuan manusia itu tidak pernah terpenuhi semuanya, selalu ada semacam
ketegangan antara aspirasi individu dan prestasi yang dicapainya.
1. VI.
UMPAN-BALIK POSITIF

PROSES MORFOGENIK DAN SIKLUS

Konsep siklus umpan-balik positif sangat berguna dalam menganalisa tipe-tipe perubahan
social.pada intinya, siklus yang demikian itu dimulai apabila suatu penyimpangan atau variasi
dari suatu pola yang sudah mapan diperkuat, yang dengan demikian merangsang awal bisa hanya
kecil saja dan tanpa ada pengaruhnya yang berarti penyimpangan itu menggerakkan suatu proses
perubahan kumulatif. Artinya, dukungan positif terhadap penyimpangan kecil yang awal itu,
merangsang suatu pentimpangan yang agak lebih besar dalam arah yang sama. Penyimpangan
tambahan ini, kalau didukung, diikuti oleh suatu penyimpangan yang lebih besar lagi, yang kalau
didukung, akan didukung oleh suatu penyimpangan yang lebih besar lagi, dan seterusnya.
Karena akibat-akibat yang positif ini menjadi lebih luas dikenal, maka penyimpangan yang
meluas ini tersebar dikalangan para anggota sistem itu. Proses ini dilihat dalam bentuk yang
lebih kecil lagi, misalnya dalam suatu keluarga dimana anak-anak menguji batas-batas
toleransi orang tuanya terhadap kenakalan dengan melakukan perbuatan nakal yang dilarang,
dimana mereka berusaha lolos sebelum ada campur tangabn dari orang tuanya.
Siklus umpan balik positif tercakup dalam pembentukan subkultur alternative atau subkultur para
penyimpang dalam kelompok minoritas atau kelompok subordinat dalam satu masyarakat. Kalau
dua kelompok beebda menurut penguasaan sumber-sumber dimana keduanya tergantung, proses
konflik cenderung menghasilkan satu kelompok menjadi dominan dan yang lain tunduk.pada
tingkat masyarakat, kelompok dominan lalu dapat menyusun undang-undang yang direncanakan
untuk dilindungi kepentingannya dalam oposisinyaterhadap kelompok subordinat. Anggota

kelompok subordinat lalu merasa lebih sulit untuk memenuhi keoentingannya secara sah.
Beberapa diantaranya mungkin berusaha dengan mengembangkan strategi yang tidak legal.
Kelompok dominan memberikan respon dengan mendirikan atau memperluas badan-badan yang
mengadakan control social untuk menekan perilaku seperti itu, baik dengan menghukum maupun
dengan mencoba untuk merehabilitasi orang yang bersalah itu.

1. VII.
PENGEMBANGAN DAN
PENTEDERHANAAN STRUKTURAL
Meskipun Buckley menekankan proses pengembangan structural (structural Elaboration) dan
kompleksitas yang semakin tinggi, dalam keadaan tertentu, sistem social dapat berubah kearah
penyederhanaan strktural (structural simplification). Proses ini bertentangan dengan
pengembangan structural. Hal ini berkurangnya tigngkat koordinasi dan pengawasan terpusat,
berkurangnya tingkat spesialisasi dan saling ketergantungan, dan betambahnya ekonomi dan
kemampuan mencukupi didri sendiri dari pelbagai bagian atau kelompok dalam masyarakat. Satu
contoh penting dari sejarah misalnya keruntuhan kekaisaran Roma. Begitu abad pertengahan
mulai, sistem politik yang sangat terpusat diganti oleh munculnya satuan-satuan politik yang
terpisah dan berdikari (seperti komunitas kampong) yang lebih kecil lagi dan kurang
memperlihatkan saling ketergantungan.
1. Pengembangan Struktural dan Ketegangan
Kebutuhan untuk mengatasi ketegangan adalah kebutuhan universal yang tidak terbatas pada
masyarakat modern saja. Walaupun demikian, kiranya kita percaya bahwa masyarakat industry
kota yang modern dengan tingkat kompleksitas dan saling ketergantungan yang tinggi,
menghasilkan tipe-tipe ketegangan tertentu yang berbeda dari ketegangan masyarakat sedrhana.
Sebagai suatu prinsip, saling ketergantungan yang semakin tinggi yang merupakan hasil dari
pengembangan structural mengandung control yang semakin tinggi pula terhadap berbagai
satuan (individu,kelompok, organisasi dan lain-lain) yang membentuk sistem itu. Hal ini
mengandung pengertian berkurangnya otonomi dari individu atau bagian-bagian lainnya
(kelompok atau organisasi) yang membentuk sistem itu.
1. Pandangan Dialektik menegenai Pengembangan dan Penyederhanaan Struktural
Sampai sejauh ini, kitamelihat bahwa keuntungan positif dari pengembangan structural disertai
oleh keonsekuensi-konsekuensi tertentu yang bersifat negative. Seperti kita sudah kita lihat, jenis
keuntungam utama yang merupakan hasil dari pengembangan structural adalah meningkatnya
kemampuan meneyesuaikan diri dari masyarakat (atau suati sistem lainnya). Ini berarti bahwa
ada efesiensi dan efektifitas dalam menggunakan sumber-sumber alam dalam lingkungan supaya
memenuhi kebutuhan manusia yang semakin banyak. Hasil akhirnya adalah standar hidup yang
semakin naik atau kesejahteraan meteriil untuk lebih banyak orang. Tetapi karena kesejahteraan
ekonomi atau meteriil dari orang-orang itu bertambah, terjadilah perubahan-perubahan tertentu

dalam tujuan dan pola motivasional individu. Seperti kita ketahui dari teori Maslow mengenai
aktualisasi diri, individu yang kebutuhan dasarnya untuk hidup dipenuhi, tidak lagi domotivasi
dengan derajat yang sama oleh kebutuhan-kebutuhan ini, kebutuhan-kebutuhan baru dengan
tingkat yang lebih tinggi menjadi dominan. Mungkin akhirnya, suatu tingkat kepuasan tercapai
dalam bidang kesejahteraan materiil, atau sekurang-kurangnya kebutuhan materiil menjadi
kurang penting dan jenis kebutuhan lainnya menjadi lebih penting. (tingkat kepuasan bendabenda materiil dapat diperbesar sebagai akibat dari iklan atau pengaruh-pengaruh lainnya).
1.

VIII.

VARIASI DALAM STRUKTUR INTERNAL

Saling ketergantungan dalam satu artian adalah sentral dalam teori sistem. Gamabran yang
mendasar tentang kenyataan social adalah bahwa individu-individu atau jenis-jenis satuan social
lainnya kenyataan social adalah bahwa individu-individu atau jenis-jenis satuan social lainnya
saling berhubungan, tindakan dari satu bagian apa saja dalam sistem itu akan mempunyai
pengaruh terhadap bagian-bagian lainnya. Pada tingkat makro.
1. Saling Ketergantungan Fungsional versus otonomi Fungsional
Dalam suatu skala yang lebih luas, suatu tingkat saling ketergantungan yang relative rendah akan
muncul antara berbagai klan dalam suatu masyarakat primitive yang mungkin mendiami daerah
yang sama tetapi jarang berinteraksi satu sama lain. Sebaliknya, berbagai komunitas dan institusi
social dalam masyarakat modern sangatlah tinggi salingketrgantunganya, dan hampir tidak dapat
hidup, sekurang-kurangnya dalam bentuknya yang sekarang ini, tanpa hubungan timbal balik
dengan berbagai bagian dalam sistem itu harus diteliti secara empiris.
1.

Saling Ketergantungan Fungsional, Nilai dan Konsensus Normatif, serta Solidaritas


Emosional

Saling ketergantungan bukan satu-satunya tipe ikata antara para anggota dalam suatu sistem
social. Durkheim menjelaskan salingn ketergantungan fungsional itu sebagi satu dari dua dasar
alternative untuk integrasi social. Dasar yang lain adalah suara hati kolektif yang kuat, atau
komitmen bersama terhadap nilai dan norma bersama. Tetapi Durkheim mengakui bahwa tipe
solidaritas yang terakhir ini, yanhg meliputi consensus terhadap nilai dan norma bersama,
cenderung menjadi rusak karena pembagian pekerjaan bertambah tinggi dan tingkat
heterogenitas bertambah besar. Dengan kata lain, peningkatan dalam saling ketergantungan
fungsional menyebabkan berkurangnya solidaritas yang didasarkan pada consensus normative.
1. Otoritas versus Kekuasaan sebagai Dasar Alternatif untuk Konformitas Normatif dan
saling ketergantungan
Tidak seperti para ahli teori interaksi simbol, tekanan buckley tidak terbatas pada tingkat
interaksi antar pribadi secara mikro. Dia juga membahas organisasi dari tindakan dan pola
interaksi yang kompleks sifatnya kedalam peran dan pola institusional. Tekanannya pada
kecenderungan sistem sosio budaya untuk melaksanakan pengembangan structural yang
menghasilkan kompleksitas yang semakin tinggi dan kemampuan mengadaptasi yang semakin

tinggi pua, ada hubungannya dengan ini karena memperlihatkan perhatiannya terhadap analisa
tingkat makro.

Anda mungkin juga menyukai