Makalah Gastroschisis
Makalah Gastroschisis
Nama Kelompok :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Budi Prasetyo
Farichatul Maftuhah
Nur Arif Puji Hidayat
Nur Qoyyum
Ria Heni Lestari
Tri Jamilatul M.
Zumrotun
Kelas : PSIK IV A
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia
serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul Asuhan Keperawatan Dengan Gastroschicis dengan sebaikbaiknya. Makalah ini, kami susun untuk memberikan informasi kepada pembaca
mengenai anatomi fisiologi sistem percernaan, definisi, etiologi, patofisiologi,
manifestasi
klinis,
komplikasi,
penatalaksanaan
medis,
penatalaksanaan
diagnostik, menejemen diet, dan asuhan keperawatan pada klien dengan spina
bifida. Disamping itu penulisan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Sistem Pencernaan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cendekia Utama
Kudus Program Studi Keperawatan semester V.
Dalam penyusunan makalah ini, kami telah mengalami berbagai hal baik
suka maupun duka. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan
selesai dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta
bimbingan dari berbagai pihak. Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah
ini, maka dengan setulusnya kami sampaikan terima kasih kepada yang terhormat
Ibu Ns. Biyanti Dwi Winarsih., S.Kep., M.Kep. selaku dosen pembimbing, serta
pihak-pihak yang turut membantu yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Tidak ada manusia yang sempurna, dalam makalah ini masih banyak kekurangan
yang perlu diperbaiki sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun akan
kami terima.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat menambah khasanah
keilmuan dalam bidang kesehatan dan dapat memberi pengetahuan memberikan
asuhan keperawatan pada klien dengan Gastroschicis.
Kudus,
Oktober 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................1
B. Tujuan Penulisan..................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan.................................................3
B. Definisi.................................................................................................4
C. Etiologi................................................................................................5
D. Patofisiologi.........................................................................................6
E. Manifestasi Klinis................................................................................7
F. Komplikasi...........................................................................................8
G. Pathway .............................................................................................. 8
H. Pemeriksaan Penunjang....................................................................... 8
I. Penatalaksanaan..................................................................................11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian...........................................................................................13
B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan................................................14
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan.............................................................................................19
B. Saran...................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Gastroschisis merupakan kelainan konginental dimana terjadi herniasi
isi abdomen pada umbilicus. Pada gastroschisis organ visera yang biasanya
mengalami herniasi adalah usus. Usus yang mengalami herniasi atau keluar
dari rongga abdomen akan berisiko mengalami infeksi. Gastroschisis hampir
sama dengan omfalokel yang membedakan adalah gastroschisis sebagian
besar terletak disebelah kanan abdomen dan tidak ada hubungannya dengan
abnormalitas kromoson.
Menurut T. W. Sadler, 1997 kelainan
manifestasi
klinis,
komplikasi,
penatalaksanaan
medis,
B. Tujuan penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep asuhan keperawatan dengan
Gastroschisis.
b. Tujuan Khusus
1) Memaparkan konsep penyakit Gastroschisis yang meliputi anatomi
fisiologi sistem pencernaan, definisi, etiologi dan faktor risiko,
patofisiologis,
manifestasi
klinis,
komplikasi
yang
terjadi,
BAB II
TINJAUAN TEORI
f. Usus kecil
Usus kecil terbagi menjadi duodenum, jejunum, dan ileum. Usus kecil
memiliki panjang 300 350 cm saat lahir, mengalami peningkatan
sekitar 50 % selama tahun pertama kehidupan, dan berukuran 6 m
saat dewasa. Deudenum merupakan bagian terpendek dari usus kecil
yaitu sekitar 7,5 20 cm dengan diameter 1 1,5 cm. Dinding usus
terbagi menjadi empat lapisan, yaitu mukosa, submukosa, muskuler,
dan serosa ( peritonial). (Sodikin : 2011)
g. Usus besar
Usus besar berjalan dari katup ileosaekal ke anus. Usus besar dibagi
menjadi bagian sekum, kolon asedens, kolon transversun, kolon
desendens, dan kolon sigmoid. Panjang usus besar bervariasi, berkisar
sekitar 180 cm. (Sodikin : 2011)
h. Hepar ( hati )
Glandula paling besar dalam tubuh dan memiliki berat 1.300
1.550 gram. Hepar berwarna merah coklat, sangat vascular, dan lunak
berbentuk baji dengan dasar pada sisi kanan dan apeks pada sisi kiri.
Organ ini terletak pada kuadran kanan atas abdomen dan dilindungi
oleh kartilago koskalis. (Sodikin : 2011)
i. Pankreas
Pankreas terletak transversal di perut bagian atas, antara duodenum
dan limpa dalam retroperitonium. Kaput pankreas, yang bersandar
pada vena kava dan vena renalis, melekat pada lengkungan C
deudenum dan melingkari di sekat duktus koledokus. (Sodikin : 2011)
j. Peritonium
Merupakan membran serosa yang tipis, licin dan lembab yang
melapisi rongga peritonium dan banyak organ perut seperti cavum
abdomen dan pelvis. Peritonium menutupi visera, walaupun beberapa
hanya ditutupi pada permukaan abdominal dan pelvis. Peritoneum
seperti pleura tersusun dari dua lapisan yang berkotak yaitu lapisan
parietal dan viseral. (Sodikin : 2011)
2. Fisiologi pencernaan
Fisiologi saluran pencernaan terdiri atas rangkaian proses memakan
(ingesti) dan sekresi getah pencernaan ke sistem pencernaan. Getah
pencernaan membantu pencernaan atau digesti pencernaan, hasil
pencernaan akan diserap (diabsorpsi) kedalam tubuh berupa zat gizi.
Proses sekresi, digesti, dan absorbsi terjadi secara berkesinambungan pada
saluran pencernaan, mulai dari atas yaitu mulut sampai ke rektum. Secara
bertahap, massa hasil campuran makanan dan getah pencernaan (bolus)
yang telah di cerna, di dorong (di gerakkan) ke arah anus (motilitas). Sisa
D. Patofisiologi
Menurut Suriadi & Yuliani.R patofisiologi dari gastroschizis atau
omphalocele yaitu selama perkembangan embrio ada suatu kelemahan yang
terjadi didalam dinding abdomen semasa embrio yang mana menyebabkan
herniasi pada isi usus pada salah satu samping umbilicus (yang biasanya
pada samping kanan), ini menyebabkan organ visera abdomen keluar dari
kapasitas abdomen dan tidak tertutup oleh kantong. Terjadi malrotasi dan
menurunnya kapasitas abdomen yang dianggap sebagai anomaly. (Nn :
2011)
Gastroschicis pada janin usia 6 minggu isi abdomen terletak di luar
embrio di rongga selon. Pada usia 10 minggu akan terjadi pengembangan
lumen abdomen sehingga usus dari ekstra peritoneum akan masuk ke
rongga perut. Bila proses ini terhambat akan terbentuk kantong di pangkal
umbilikus yang berisi usus, lambung, dan kadang hati. Dindingnya tipis,
terdiri atas lapisan peritoneum dan lapisan amnion yang keduanya bening
sehingga isi kantong tampak dari luar. Keadaan ini di sebut omfalokel. Bila
usus keluar dari titik lemah di lateral umbilikus baik sisi kanan atau kiri,
usus akan berada di luar rongga perut tanpa di bungkus peritoneum dan
amnion. Keadaan ini di sebut gastroschisis. ( R. Sjamsuhidajat. et al. : 2010)
Gastroschicis terbentuk akibat kegagalan fusi somite dalam
pembentukan dinding abdomen sehingga dinding abdomen sebagian
terbuka. Letak defek umumnya disebelah kanan umbilicus yang berbentuk
normal. Usus sebagian besar berkembang diluar rongga abdomen janin,
akibatnya usus menjadi tebal dan kaku karena pengendapan dan iritasi
cairan amnion dalam kehidupan intra uterin, usus juga tampak pendek,
rongga abdomen janin sempit. Usus usus, visera, dan seluruh rongga
abdomen berhubungan dengan dunia luar menyebabkan penguapan dan
pancaran panas dari tubuh cepat berlangsung, sehingga terjadi dehidrasi dan
hipotermi, kontaminasi usus dengan kuman juga dapat terjadi dan
menyebabkan sepsis, aerologi menyebabkan usus usus distensi sehingga
mempersulit koreksi pemasukan kerongga abdomen sewaktu pembedahan.
(Nn : 2011)
E. Manifestasi Klinis
Gastroschisis merupakan suatu kelainan ketebalan dinding perut yang
lokasinya biasanya disebelaj umbilicus. Usus yang keluar dari lubang
abdomen memperlihatkan tanda-tanda peritonitis kimia sebagai akibat
pengeluaran cairan amnion. Usus menjadi tebal, pendek dan kaku dengan
edema yang jelas di dinding usus. Karena pengendapan dan iritasi cairan
amnion dalam kehidupan intrauterine. Peristaltic tidak ada, kadang-kadang
terjadi iskemik karena puntiran kelainan fascia. Usus tampak pendek, rongga
abdomen janin menjadi sempit.pada anak memperlihatkan gambaran udara
sebagai hasil dilatasi perut dan usus kecil bagian proksimal, isi intra abdomen
normal jelas terlihat dengan kelainan, yang mana herniasi terjadi pada periode
post natal. (Nn:2009)
F. Komplikasi
1. Komplikasi dini adalah infeksi yang mudah terjadi pada permukaan yang
telanjang.
2. Kekurangan nutrisi dapat terjadi sehingga perlu balance cairan dan
nutrisi yang adekuat misalnya: dengan nutrisi parenteral
3. Dapat terjadi sepsis terutama jika nutrisi kurang dan pemasangan
ventilator yang lama
4. Nekrosis
Kelainan congenital dinding perut ini mungkin disertai kelainan bawaan
lain yang memperburuk prognosis.
H. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendeteksi
kelainan-kelainan pada janin menurut Dr. Greg Agung H. SpOG adalah
1. Pemeriksaan Dalam
Bersamaan dengan pemeriksaan in spekulo, dokter juga akan melakukan
pemeriksaan dalam atau colok vaginal. Dikatakan colok vaginal karena
dilakukan dengan cara perabaan memakai dua jari dokter yang
dimasukkan ke dalam vagina. Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat
besar rahim atau ukurannya, serta untuk mendeteksi adanya kelainan
bawaan rahim. Selain itu, juga bisa teraba kalau ada benjolan tumor
ataupun polip.
2. In Spekulo
Dilakukan pada ibu hamil muda atau ibu yang pertama kali datang untuk
memeriksakan diri ke dokter ahli kebidanan dan kandungan. Karena itu
in spekulo dikatakan sebagai pemeriksaan dasar. Pemeriksaan ini
menggunakan spekulum cocor bebek yang dimasukkan ke vagina.
Gunanya untuk melihat keadaan permukaan di leher rahim. Dari
pemeriksaan ini, dokter akan mengetahui apakah ibu yang datang sedang
hamil muda atau tidak. Sebab, kala hamil muda rahim akan berubah
warna agak keunguan. Dari pemeriksaan ini pula dokter akan mengetahui
apakah di permukaan leher rahim ada infeksi, jengger ayam/kandiloma,
varises, ataupun bila ada keganasan atau kanker leher rahim. Dengan
demikian, bila dari hasil pemeriksaan ditemukan hal-hal tersebut dokter
bisa segera menentukan langkah-langkah pengobatannya.
3. Pemeriksaan USG
USG juga bisa melihat jumlah bayinya, apakah bayinya terletak di dalam
atau di luar kandungan, serta lokalisasi plasenta. Bahkan USG serial
9
4.
5.
6.
7.
mampu menilai perkembangan siklus dari telur tiap harinya. Juga untuk
memantau masa subur si wanita. Tidak hanya di trimester I, USG juga
perlu dilakukan di usia kehamilan trimester II dan III. USG yang
dilakukan pada trimester II gunanya untuk skrining bayi. Sedangkan di
trimester III dilakukan untuk memantau proses persalinan
Pemeriksaan Luar
Dilakukan dengan meraba rahim dari luar untuk melihat pembesaran
rahim, letak janin, gerakan janin, serta kontraksi rahim. Dari pemeriksaan
ini pula akan diketahui apabila pembesaran rahim tak sesuai usia
kehamilannya. Kalau rahimnya besar, tapi tak sesuai dengan usia
kehamilannya, maka dokter perlu mencari tahu, apakah janinnya besar
atau tidak. Di trimester III, pemeriksaan luar akan dibantu dengan
doppler atau CTG/Cardiotokografi untuk merekam denyut jantung
bayinya.
Pemeriksaan Pap Smear
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi dini kelainan-kelainan yang
ada di leher rahim atau untuk menilai sel-sel leher rahim. Mengapa
demikian? Karena sel-sel leher rahim selalu berubah sesuai siklus.
Bukankah pengaruh hormon estrogen dan progesteron menyebabkan
perubahan pada sel-sel selaput lendir vagina? Sehingga secara tak
langsung pemeriksaan ini juga berguna untuk mengetahui fungsi
hormonal. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengambil getah
serviks kemudian diperiksa di laboratorium.
Kolposkopi
Dilakukan bila ada kecurigaan di daerah leher rahim dengan cara
diteropong. Alat kolposkopi terdiri atas dua alat pembesaran optik yang
ditempatkan pada penyangga yang terbuat dari besi. Dengan teropong
kolposkopi, kita bisa membesarkan hal-hal yang dicurigai didaerah leher
rahim hingga 20 kali lebih besar. Bukan hanya peneropongan, alat ini
juga sekaligus bisa langsung memberikan tes. Artinya, dengan
disemprotkan obat tertentu, maka daerah yang dicurigai itu akan berubah
warna menjadi putih atau warna lain.
Biopsi
Adalah pengangkatan dan pemeriksaan jaringan dari leher rahim untuk
tujuan diagnosa. Kalau pada pemeriksaan pap smear dilakukan dengan
cara mengambil hapusan cairan leher rahim. Kalau biopsi, jaringannya
yang diambil dengan semacam alat atau jepitan. Selanjutnya, jaringan
yang telah diambil itu dikirim ke laboratorium. Biasanya biopsi
dilakukan bila ada kecurigaan berupa benjolan asing atau ada perubahan
anatomi. Karena itu harus dilakukan pengambilan jaringan untuk melihat
apakah benjolan asing itu adalah polip, tumor, atau kanker.
10
11
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan gastroschicis adalah
1.
Mengkaji kondisi abdomen
a. Inspeksi
1) Kaji area sekitar dinding abdomen yang terbuka
2) Kaji letak defek, umumnya berada disebelah kanan umbilicus
3) periksa warna dan keadaan kulit abdomen, perhatikan adanya
jaringan parut dan ekimosis
4) Perhatikan adanya tanda tanda infeksi atau iritasi.
5) periksa umbilikus terhadap warna, bau, rabas, inflamasi, dan
herniasi
6) lakukan palpasi pada umbilikus untuk memperkirakan ukuran
lubang yang ada.
7) pemeriksaan abdomen terhadap gerakan dilakukan dengan
berdiri posisi mata setinggi abdomen
13
b. Auskultasi
1) Tidak ada bising usus
c. Perkusi
1) Bunyi timpani normalnya akan terdengar diseluruh abdomen
d. Palpasi
1) Kaji nyeri abdomen, mungkin terlokalisasi atau menyebar, akut
atau kronis sering disebabkan oleh inflamasi, obstruksi.
2) Distensi abdomen, kontur menonjol dari abdomen yang
mungkin disebabkan oleh perlambatan pengosongan lambung,
inflamasi, obstruksi.
Mengukur temperatur tubuh
a. Demam, manifestasi umum dari penyakit pada anak anak dengan
2.
3.
4.
inflamasi.
b. Lakukan pengukuran suhu secara continue setiap 24 jam.
c. Perhatikan apabila terjadi peningkatan suhu secara mendadak.
Kaji sirkulasi, kaji adanya sianosis perifer.
Kaji distress pernafasan
a. Lakukan pengkajian fisik pada dada dan paru
b. Kaji adanya suara nafas tambahan
c. Perhatikan bila tampak pucat, sianosis
d. Perhatikan irama nafas, frekuensi. (Nn : 2011)
2011)
2. Risiko Infeksi berhubungan dengan isi abdomen yang keluar.
Kriteria hasil :
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
14
16
17
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Gastroschisis adalah kelainan konginental yang terjadi karena adanya
defek pada abdomen yang biasanya terletak disebelah kanan yang
menyebabkan organ visera terletak disebelah luar rongga abdomen tanpa
dibungkus peritoneum dan amnion. Gastroschisis kemungkinan disebabkan
oleh rupture dasar tali pusat didaerah yang telah mengalami kelemahan akibat
involusi vena umbilikalis kanan sehingga memudahkan isi abdomen herniasi
ke rongga amnion. Komplikasi dini dari gastroschicis adalah infeksi yang
18
mudah terjadi pada permukaan usus yang telanjang. Kondisi gastroschisis ini
diperbaiki setelah persalinan melui pembedahan. Pembedahan dilakukan 2
tahap dengan tujuan untuk mengembalikan visera kedalam kavum abdomen
dan menutup lubang abdomen. Diagnosa keperawatan untuk kasus
gastroschicis adalah
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan gastrointestinal berhubungan dengan
gangguan aliran darah
2. Risiko Infeksi berhubungan dengan isi abdomen yang keluar.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume
cairan aktif.
4. Ketidakefektifan Termoregulasi berhubungan dengan hipotermi
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologis, prosedur
pembedahan menutup abdomen.
6. Risiko Infeksi berhubungan dengan tindakan invasive
B. Saran
Dari penjelasan diatas penulis memiliki beberapa saran
diantaranya:
a. Pada penderita gastroschicis dapat dilakukan pembedahan
setelah persalinan untuk mengembalikan organ visera ke
dalam ronggan abdomen
b. Batasi penggunaan obat , rokok, hamil di usia muda dan
jaga asupan nutrisi saat hamil untuk mengurangi risiko
janin lahir cacat
19
DAFTAR PUSTAKA
Bagus, Herman. 2013. Diagnosa Keperawatan NANDA. (Online), (http://daftardiagnosa-keperawatan-nanda-noc.html, diakses pada 25 Oktober)
Chapman, Vicky. 2006. Asuhan Kebidanan : persalinan dan kelahiran. Jakarta :
EGC.
Cunningham, F.G et all. 2005. Obstretri Williams. Jakarta : EGC.
H, Greg Agung.Pemeriksaan Kehamilan, (Online), (http://greg-spog. com/
pelayanan/pemeriksaan-kehamilan/ , diakses pada 25 Oktober 2013 )
Haws, Paulette S. 2008. Asuhan Neonatus. Jakarta : EGC.
20
21