Anda di halaman 1dari 3

BAB II

PEMBAHASAN

I.

Pengertian Resistance Training


American College of Sport Medicine (2013) mengungkapkan bahwa resistance training

adalah pelatihan yang didesain untuk meningkatkan kekuatan dan massa otot dengan memberikan
beban dari luar. Suharjana (dalam A.Nasrulloh:2012) resistance training adalah latihan yang
dilakukan secara sistematis dengan menggunakan beban sebagai alat untuk menambah kekuatan
fungsi otot guna memperbaiki kondisi fisik atlet, mencegah terjadinya cedera atau untuk tujuan
kesehatan. Djoko (dalam A.Nasrulloh:2012) menyatakan resistance training adalah salah satu
jenis latihan olahraga yang menggunakan beban sebagai sarana untuk memberikan rangsang
gerak pada tubuh. Dari sejumlah definisi tadi, dapat disimpulkan bahwa resistance training
merupakan bentuk pelatihan secara fisik yang didesain untuk memperkuat otot rangka dengan
memberikan beban tertentu secara bertahap. Pelatihan ini dapat diberikan untuk orang normal
maupun orang dengan gangguan sistem muskuloskeletal yag berkaitan dengan masalah ukuran,
massa, kekuatan otot, atau pasca cedera dengan pengawasan (supervisi) dan saran dari dokter
atau pelatih fisik dengan penatalaksanaan yang khusus. Tujuan yang diharapkan saat diadakan
resistance training ini antara lain, meningkatkan massa otot, meningkatkan kekuatan otot, sebagai
obat untuk pencegahan cedera atau penyakit, mengembalikan ukuran otot menjadi ukuran yang
normal, terutama pasca cedera atau setelah mengalami penyakit gangguan sistem muskuloskeletal
yang menyebabkan pergerakan yang jarang saat proses pemulihan cedera Misalnya pasca cedera
hamstring dan cedera ligamen,atau pasca terkena osteoarthritis dengan metode tertentu, dan
fungsi peningkatan kesehatan.(David L.Katz:2015) .
American College of

Sports Medicine (2013)

memberikan penjelasan lebih lanjut

tentang resistance training yang digambarkan pada tabel berikut.


Parts

Free Weight

Machine Based
Body Weight
Seated
Chest

Chest

Supine Bench Press


Press
Bent-over
Barbell

Push Up

Back

Rows

Lat Pulldown

Pull Up

Shoulder

Dumbbell Lateral Rise

Shoulder Press

Arm Circle

Biceps

Barbell/Dumbell Curls

Cable Curls

Reverse Grip Pull Up

Triceps

Dumbbel Kickbacks

Pressdowns
Dips
Seated
Abs

Abdomen

Weighted Crunches

Machine

Crunches, Prone Planks

Quadriceps

Back Squats

Leg Extension

Body Weight Lunges

Hamstrings

Stiff Legs Deadlifts

Leg Curls

Hip Up
Dikutip dari ACSM 2013

Tabel diatas menunjukkan pilihan-pilihan menu latihan untuk resistance training


yang ditawarkan kepada masyarakat. Masyarakat boleh memilih menu porsi latihan
sesuai kebutuhannya, dimana jumlah menu latihan yang disarankan berkisar antara 8-10
jenis latihan untuk hasil yang lebih maksimal. Jumlah pertemuan untuk latihan dapat
diatur sendiri jika berlatih sendiri, atau berdasarkan kesepakatan bersama antara yang
bersangkutan dengan dokter atau pelatih fisik, tetapi disarankan agar dalam satu minggu
agar menyelenggarakan pelatihan sebanyak 2-3 kali pertemuan dengan perhitungan hari
nonkonsekutif (tak berurutan). (ACSM: 2013).
Michael L. Pollock dan Kevin R. Vincent (2011) menambahkan panduan
tambahan. Menurut mereka, ada dua hal yang harus diperhatikan dalam pemberian
program resistance training ini. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah profesi
orang yang mengikuti program resistance training, dalam arti orang yang mengikuti
program resistance training ini merupakan seorang atlet atau bukan. Hal ini bertujuan
untuk menghindari kesalahan pemberian porsi latihan sehingga terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan pada saat latihan. Sebagai contoh, porsi latihan pemain sepakbola tidaklah
cocok untuk seorang pekerja kantoran. Bahkan antar atlet pun memiliki porsi latihan
yang berbeda-beda, tergantung jenis olahraga yang diikuti oleh si atlet. Contohnya: Porsi
latihan pemain sepakbola tidaklah sama dengan pemain bola basket, porsi latihan pemain
bola voli tentu berbeda dengan pemain tenis lapangan, dan sebagainya. Hal terakhir yang
harus diperhatikan selanjutnya adalah usia orang yang mengikuti program latihan ini.
Patokan yang diberikan adalah usia 50 tahun. Usia akan menentukan jumlah repetisi
dalam latihan dan pemberian beban saat pelatihan. Komunikasi antara dokter atau pelatih
fisik dengan partisipan program ini menjadi kunci utama keberhasilan program resistance
training ini.

II.

Pengaruh Resistance Training terhadap Kekuatan Otot


Sejumlah penelitian mengenai pengaruh resistance training terhadap kekuatan
otot rangka telah banyak dilakukan di sejumlah lembaga di luar negeri. Penelitian di
Amerika Serikat menunjukkan bahwa resistance training akan memberikan dampak

kekuatan otot kaki yang mampu menahan beban dari luar dengan lebih kuat tanpa
mengalami keluhan yang berarti (keluhan yang lebih sedikit), terutama bagi ibu hamil
(Brad Schoenfeld:2011). Penelitian lain di Tunisia, dengan menggunakan responden
sejumlah 200 orang menunjukkan terjadinya peningkatan secara signifikan kekuatan otot
kuadrisep dan otot hamstring sehingga responden tidak merasakan kelelahan yang berarti
saat melakukan aktivitas fisik (S. Ghroubi et.al:2012).
Di Indonesia sendiri, juga pernah dilakukan penelitian mengenai pengaruh
resistance training. Penelitian itu dilakukan di UNY dengan responden mahasiswa Ilmu
Keolahragaan. Hasil penelitian itu menunjukkan perubahan signifikan terhadap sejumlah
otot-otot yang dilatih. Otot-otot tersebut menunjukkan kenaikan kekuatan dan daya tahan
otot setelah diuji dengan aktivitas fisik seperti dorongan, tarikan, angkatan, dan
genggaman. Otot yang meningkat kekuatannya pada penelitian tersebut antara lain otot
tungkai, otot tangan, otot perut, otot ekstremitas atas (bahu dan pundak), dan otot-otot
ekstremitas bawah yang menyebabkan mahasiswa dapat melaksanakan kegiatannya
dengan semakin baik (A. Nasrulloh:2012) .
Meskipun dari sejumlah penelitian diatas tadi menunjukkan peningkatan
kekuatan otot pada manusia, bila latihan yang dilakukan terlalu berlebihan tanpa
memperhatikan waktu dan porsi latihan yang telah disepakati bersama pelatih fisik atau
dokter, akan berakibat serius bagi partisipan tersebut, terutama bagi mereka yang
mengikuti pelatihan tersebut sendirian, seperti cedera, kram, nyeri, dan efek buruk
lainnya. Intensitas latihan seperti yang disarankan ACSM dan panduan tambahan yang
diberikan oleh Michael L. Pollock serta Kevin R Vincent sebenarnya sudah cukup untuk
meningkatkan kekuatan otot. Selain dari panduan, hal lain yang harus diperhatikan juga
bahwa seseorang yang mengikuti program latihan resistance training ini agar terus
berkonsultasi dengan dokter atau pelatih fisik untuk proses dan hasil yang optimal
dengan meminimalkan kemungkinan cedera saat latihan. Pada akhirnya, latihan
resistance training akan menjadi efektif dan efisien jika antara partisipan dan dokter atau
pelatih fisik terjalin komunikasi yang baik.

Anda mungkin juga menyukai