PEMBAHASAN
I.
adalah pelatihan yang didesain untuk meningkatkan kekuatan dan massa otot dengan memberikan
beban dari luar. Suharjana (dalam A.Nasrulloh:2012) resistance training adalah latihan yang
dilakukan secara sistematis dengan menggunakan beban sebagai alat untuk menambah kekuatan
fungsi otot guna memperbaiki kondisi fisik atlet, mencegah terjadinya cedera atau untuk tujuan
kesehatan. Djoko (dalam A.Nasrulloh:2012) menyatakan resistance training adalah salah satu
jenis latihan olahraga yang menggunakan beban sebagai sarana untuk memberikan rangsang
gerak pada tubuh. Dari sejumlah definisi tadi, dapat disimpulkan bahwa resistance training
merupakan bentuk pelatihan secara fisik yang didesain untuk memperkuat otot rangka dengan
memberikan beban tertentu secara bertahap. Pelatihan ini dapat diberikan untuk orang normal
maupun orang dengan gangguan sistem muskuloskeletal yag berkaitan dengan masalah ukuran,
massa, kekuatan otot, atau pasca cedera dengan pengawasan (supervisi) dan saran dari dokter
atau pelatih fisik dengan penatalaksanaan yang khusus. Tujuan yang diharapkan saat diadakan
resistance training ini antara lain, meningkatkan massa otot, meningkatkan kekuatan otot, sebagai
obat untuk pencegahan cedera atau penyakit, mengembalikan ukuran otot menjadi ukuran yang
normal, terutama pasca cedera atau setelah mengalami penyakit gangguan sistem muskuloskeletal
yang menyebabkan pergerakan yang jarang saat proses pemulihan cedera Misalnya pasca cedera
hamstring dan cedera ligamen,atau pasca terkena osteoarthritis dengan metode tertentu, dan
fungsi peningkatan kesehatan.(David L.Katz:2015) .
American College of
Free Weight
Machine Based
Body Weight
Seated
Chest
Chest
Push Up
Back
Rows
Lat Pulldown
Pull Up
Shoulder
Shoulder Press
Arm Circle
Biceps
Barbell/Dumbell Curls
Cable Curls
Triceps
Dumbbel Kickbacks
Pressdowns
Dips
Seated
Abs
Abdomen
Weighted Crunches
Machine
Quadriceps
Back Squats
Leg Extension
Hamstrings
Leg Curls
Hip Up
Dikutip dari ACSM 2013
II.
kekuatan otot kaki yang mampu menahan beban dari luar dengan lebih kuat tanpa
mengalami keluhan yang berarti (keluhan yang lebih sedikit), terutama bagi ibu hamil
(Brad Schoenfeld:2011). Penelitian lain di Tunisia, dengan menggunakan responden
sejumlah 200 orang menunjukkan terjadinya peningkatan secara signifikan kekuatan otot
kuadrisep dan otot hamstring sehingga responden tidak merasakan kelelahan yang berarti
saat melakukan aktivitas fisik (S. Ghroubi et.al:2012).
Di Indonesia sendiri, juga pernah dilakukan penelitian mengenai pengaruh
resistance training. Penelitian itu dilakukan di UNY dengan responden mahasiswa Ilmu
Keolahragaan. Hasil penelitian itu menunjukkan perubahan signifikan terhadap sejumlah
otot-otot yang dilatih. Otot-otot tersebut menunjukkan kenaikan kekuatan dan daya tahan
otot setelah diuji dengan aktivitas fisik seperti dorongan, tarikan, angkatan, dan
genggaman. Otot yang meningkat kekuatannya pada penelitian tersebut antara lain otot
tungkai, otot tangan, otot perut, otot ekstremitas atas (bahu dan pundak), dan otot-otot
ekstremitas bawah yang menyebabkan mahasiswa dapat melaksanakan kegiatannya
dengan semakin baik (A. Nasrulloh:2012) .
Meskipun dari sejumlah penelitian diatas tadi menunjukkan peningkatan
kekuatan otot pada manusia, bila latihan yang dilakukan terlalu berlebihan tanpa
memperhatikan waktu dan porsi latihan yang telah disepakati bersama pelatih fisik atau
dokter, akan berakibat serius bagi partisipan tersebut, terutama bagi mereka yang
mengikuti pelatihan tersebut sendirian, seperti cedera, kram, nyeri, dan efek buruk
lainnya. Intensitas latihan seperti yang disarankan ACSM dan panduan tambahan yang
diberikan oleh Michael L. Pollock serta Kevin R Vincent sebenarnya sudah cukup untuk
meningkatkan kekuatan otot. Selain dari panduan, hal lain yang harus diperhatikan juga
bahwa seseorang yang mengikuti program latihan resistance training ini agar terus
berkonsultasi dengan dokter atau pelatih fisik untuk proses dan hasil yang optimal
dengan meminimalkan kemungkinan cedera saat latihan. Pada akhirnya, latihan
resistance training akan menjadi efektif dan efisien jika antara partisipan dan dokter atau
pelatih fisik terjalin komunikasi yang baik.