Laporan Kasus Keratitis SUPERFISIAL
Laporan Kasus Keratitis SUPERFISIAL
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
Janis Kelamin
Umur
Agama
Suku/Bangsa
Pekerjaan
Alamat
No. Register
Tanggal Pemeriksaan
Rumah Sakit
I.
: Tn. AM
: Laki-laki
: 21 tahun
: Islam
: Makassar/Indonesia
: Karyawan Pabrik
: Jl. Cendrawasih, Tonasa1
: 065920
: 2 Januari 2015
: Balai Kesehatan Mata Makassar
ANAMNESIS
Keluhan Utama : penglihatan kabur
Anamnesis Terpimpin : dirasakan 1 minggu terakhir. Awalnya mata kanan
pasien kemasukan benda asing, kemudian mata sering digosok-gosok.
Keesokan harinya mata menjadi merah disertai dengan penglihatn kabur.
Pasien juga mengeluh mata kanannya seperti ada yang mengganjal, terasa
nyeri, sering berair, serta terasa silau bila terkena cahaya. Riwayat penggunaan
lensa kontak (-)
Riwayat Penyakit Terdahulu :
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama sebelumnya (-). Riwayat
diabetes melitus (-) riwayat hipertensi (-), riwayat alergi (-)
Riwayat Pengobatan :
Pasien memberi obat tetes mata yang dibeli sendiri di apotek
Riwayat Penyakit Keluarga dan sosial
Tidak ada riwayat penyakit yang sama pada keluarga pasien.
II.
Pemeriksaan Oftalmologi
1. Pemeriksaan Inspeksi
Palpebra
OD
OS
Edema (-)
Edema (-)
Silia
lakrimasi (+)
lakrimasi (-)
Hiperemis (+)
Hiperemis(-)
Normal
Normal
Sedikit keruh
Jernih
Normal
Normal
Pupil
Bulat, Sentral, RC +
Bulat, Sentral, RC +
Lensa
Jernih
Jernih
Apparatus
lakrimalis
Konjungtiva
Bola mata
Kornea
Bilik Mata
Depan
Iris
Mekanisme
Ke
muscular
Ke segala arah
segala
arah
2. Pemeriksaan Palpasi
Palpasi
OD
OS
Tensi Okuler
Tn
Tn
Nyeri tekan
(-)
(-)
Massa tumor
(-)
(-)
Glandula preaurikuler
3. Tonometri
Tidak dilakukan pemeriksaan
4. Visus
VOD : 20/70
VOS : 20/20
5. Pemeriksaan Slit Lamp
Pemeriksaan fluorosein: tampak bintik-bintik warna hijau pada permukaan
kornea
6. Pemeriksaan laboratorium
Tidak dilakukan pemeriksaan
7. Pemeriksaan Oftalmoskopi
Resume
Seorang laki-laki umur 21 tahun datang ke BKMM dengan keluhan
penglihatan kabur yang dirasakan 5 hari terakhir. Awalnya mata kanan
pasien kemasukan benda asing, kemudian mata sering digosok-gosok.
Keesokan harinya mata menjadi merah disertai dengan penglihatn kabur.
Pasien juga mengeluh mata kanannya seperti ada yang mengganjal, terasa
nyeri, sering berair, serta terasa silau bila terkena cahaya. riwayat Riwayat
penggunaan lensa kontak (-)
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama sebelumnya (-). Riwayat
diabetes melitus (-) riwayat hipertensi (-), riwayat alergi (-)
Pemeriksaan visus VOD 20/70 dan VOS 20/20.
Pada pemeriksaan Slit Lamp tampak bintik-bintik warna kehijauan pada
permukaan kornea yang menandakan flourosesnsi positif
IV. Diagnosis
Keratitis pungtata superfisisalis oculus dextra
V. Diagnosis Banding
Ulkus kornea
VI. Terapi
C. Repitel
C. Polygran
VII.
Prognosis
Quo ad vitam : dubia ada bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
VIII. Diskusi
Berdasarkan hasil anamnesis, keluhan utama pasien berupa penglihatan
kabur, disertai mata merah, rasa mengganjal pada mata kanan, fotofobia serta
lakrimasi. Keluhan ini sesuai dengan trias dari keratitis yaitu blefarospasme,
fotofobia, dan epifora/lakrimasi.
Pada pemeriksaan fisik inspeksi tampak konjungtiva hiperemis, serta
kornea agak keruh. Hasil pemeriksaan slit lamp dengan flourosein, tampak
TINJAUAN PUSTAKA
KERATITIS
A. ANATOMI KORNEA
Kornea (Latin Cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata,
bagian mata yang tembus cahaya. Kornea disisipkan ke dalam sklera pada
limbus, lekukan melingkar pada sambungan ini disebut sulcus scleralis.
Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar ke dalam :1
1. Epitel
Terdiri dari sel epitel squamos yang bertingkat, terdiri atas 5 lapis
sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih; sel poligonal dan
sel gepeng. Tebal lapisan epitel kira-kira 5 % (0,05 mm) dari total seluruh
lapisan kornea. Epitel dan film air mata merupakan lapisan permukaan dari
media penglihatan. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda
ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan
menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal di
sampingnya dan sel poligonal di sampingnya melalui desmosom dan
makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan
glukosa melalui barrier. Sel basal menghasilkan membran basal
yang melekat erat kepadanya.
2. Membran bowman
Membran yang jernih dan aselular, Terletak di bawah membran basal dari
epitel. Merupakan lapisan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti
stroma dan berasal dari epitel bagian depan stroma. Lapisan ini tidak
mempunyai daya generasi.
3. Stroma
Lapisan ini mencakup sekitar 90% dari ketebalan kornea.
Merupakan lapisan tengah pada kornea. Bagian ini terdiri atas lamel fibrilfibril kolagen dengan lebar sekitar 1 m yang saling menjalin yang hampir
mencakup seluruh diameter kornea, pada permukaan terlihat anyaman
yang teratur sedang di bagian perifer serta kolagen ini bercabang;
terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama, dan kadang
sampai 15 bulan.
4. Membran Descemet
Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang
stroma kornea yang dihasilkan oleh endotel. Bersifat sangat elastis dan
jernih yang tampak amorf pada pemeriksaan mikroskop elektron,
membran ini berkembang terus
seumur
regulasi cairan, jika endotel tidak lagi dapat menjaga keseimbangan cairan
yang tepat akibat gangguan sistem pompa endotel, stroma bengkak karena
kelebihan cairan (edema kornea) dan kemudian hilangnya transparansi
(kekeruhan) akan terjadi. Permeabilitas dari kornea ditentukan oleh epitel
dan endotel yang merupakan membrane semipermeabel, kedua lapisan ini
mempertahankan kejernihan daripada kornea, jika terdapat kerusakan pada
lapisan ini maka akan terjadi edema kornea dan kekeruhan pada kornea.
Kornea dipersarafi oleh saraf sensoris yang terutama berasal dari n.siliaris
longus, cabang n.nasosiliaris (n.V/1). Kornea tidak mengandung pembuluh darah
oleh karena sebagai media refrakta, akan tetapi di limbus kornea terdapat arteri
ciliaris anterior yang membawa nutrisi untuk kornea. Nutrisi yang lain didapat
dari humor aquos di camera okuli anterior dengan cara difusi dari endotel. Fungsi
dari kornea adalah sebagai media refrakta dan sebagai bagian mata dengan
pembiasan sinar terkuat. 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar yang masuk
dibiaskan oleh kornea.1
B. Fisiologi Kornea
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui
berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya
yang uniform, avaskuler dan deturgenes. Deturgenes, atau keadaan dehidrasi
relat ive jaringan kornea dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada
endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting
daripada epitel dalam mekanisme dehidrasi dan cidera kimiawi atau fisik pada
endotel jauh lebih berat daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel
menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya cedera
pada epitel hanya menyebabkan edema lokal sesaat stroma kornea yang akan
menghilang bila sel-sel epitel itu telah beregenerasi. Penguapan air dari film
air mata prakornea akan mengkibatkan film air mata akan menjadi hipertonik;
proses itu dan penguapan langsung adalah faktor-faktor yang yang menarik air
dari stroma kornea superfisialis untuk mempertahankan keadaan dehidrasi.1
Penetrasi kornea utuh oleh obat bersifat bifasik. Substansi larut lemak
dapat melalui epitel utuh, dan substansi larut air dapat melalui stroma yang
utuh. Karenanya agar dapat melalui kornea, obat harus larut lemak dan larut
air sekaligus.1
C. Definisi Keratitis
Keratitis adalah kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada
kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh. Keratitis dapat terjadi
pada anak-anak maupun orang dewasa. Bakteri umumnya tidak dapat
menyerang kornea yang sehat, namun beberapa kondisi dapat menyebabkan
kornea terinfeksi. Mata yang sangat kering juga dapat menurunkan mekanisme
pertahanan kornea.
D. Epidemiologi
Secara global, insidensi keratitis bakteri bervariasi secara luas, di mana
negara dengan industrialisasi yang rendah menunjukkan angka pemakaian
softlens yang rendahm sehingga bila dihubungkan dengan pemakai softlens
dan terjadinya infeksi menunjukkan hasil penderita yang rendah juga.
E. Klasifikasi
Menurut lapisan kornea yang terkena; yaitu keratitis superfisialis
apabila mengenai lapisan epitel atau bowman dan keratitis profunda atau
interstisialis (atau disebut juga keratitis parenkimatosa) yang mengenai lapisan
stroma.2
epitel
Superfisial
KERATITIS
Profunda
subepitel
Numularis, disiform
stroma
neuroparalitik
interstitial
disiformis
sklerotikan
lebih jernih, disebut halo. Keratitis ini bila sembuh akan meninggalkan
sikatrik yang ringan.
2) Keratitis disiformis dari Westhoff
Keratitis ini awalnya banyak ditemukan pada petani di pulau jawa.
Penyebabnya adalah virus yang berasal dari sayuran dan binatang. Di
kornea tampak infiltrat bulat-bulat, yang ditengahnya lebih padat dari
pada dipinggir. Umumnya menyarang usia 15-30 tahun.
c. Keratitis stromal, tes fluresin (+), misalnya:
1) Keratitis neuroparalitik
2) Keratitis et lagoftalmus
Terjadi akibat mata tidak menutup sempurna yang dapat terjadi pada
ektropion palpebra, protrusio bola mata atau pada penderita koma di
mana mata tidak terdapat reflek mengedip. Umumnya bagian yang
terkena adalah kornea bagian bawah
2. Keratitis profunda, tes fluoresin (-), misalnya:
a. Keratitis interstisial
Penyebab paling sering adalah lues kongenital dan sebagian kecil TBC.
Patogenesisnya belum jelas, disangka merupakan reaksi alergi. Biasanya
mengenai umur 5-15 tahun jarang ditemukan pada waktu lahir atau usia
tua. Merupakan manifestasi lambat dari lues kongenital. Biasanya
didahului trauma. Pada umumnya 2 mata atau 1 mata terkena lebh dahulu
kemudian mata yang lain mengikuti. Tanda klinis : injeksi silier, infiltrat di
stroma bagian dalam. Kekeruhan bertambah dengan cepat disertai
pembentukan pembuluh darah di lapisan dalam yang berjalan dari limbus
ke sentral.
b. Keratitis sklerotikans
Merupakan penyulit dari skleritis yang letaknya biasanya di bagian
temporal, berwarna merah sedikit menonjol disertai nyeri tekan. Keluhan
dari kertatitis ini : mata sakit, fotofobia dan di mata timbul skleritis. Di
kornea kemudian timbul infiltrat berbentuk segitiga di stroma bagian
dalam yang berhubungan dengan benjolan yang terdapat di sklera.
c. Keratitis disiformis
Penyebabnya herpes simplek, banyak yang menduga dasarnya adalah
10
Diplokok pneumonia
Streptokok hemolotikus
Pseudomonas aerogenosa
Moraxella liquefaciens
Klebsiela pneumoniae
2. Virus
-
Herpes simpleks
Herpes zoster
Adenovirus
3. Jamur
-
Candida
11
Aspergilin
Nocardia.
4. Alergi
-
Terhadap tuberkuloprotein
12
13
14
15
DIAGNOSIS
Subyektif : Anamnesis
Dari anamnesis biasanya didapatkan gejala seperti :
fotofobia
kadang kotor
Disiformis
16
Pemeriksaan Oftalmologi
a. Pemeriksaan dengan Slit Lamp
b. Tes Placido
Yang diperhatikan adalah gambaran sirkuler yang direfleksi pada
permukaan kornea penderita. Bila bayangan di kornea gambaran sirkulernya
teratur, disebut Placido (-), pertanda permukaan kornea baik. Kalau gambaran
sirkulernya tidak teratur, Placido (+) berarti permukaan kornea tidak baik,
mungkin ada infiltrat.
c. Tes Fluoresin
Untuk melihat lebar dan dalamnya ulkus pada kornea, yaitu dengan
memasukkan kertas yang mengandung fluoresin steril ke dalam sakus
konjungtiva inferior setelah terlebih dahulu diberi anestesi lokal, kemudian
penderita disuruh mengedip beberapa waktu dan kertas fluoresinnya dicabut.
Pemeriksaan ini dapat juga menggunakan fluoresin tetes. Pada tempat ulkus
tampak berwarna hijau.
d. Tes Fistel / Siedel Test
Pada pemeriksaan adanya fistel pada ulkus kornea, setelah pemberian
fluoresin, bola mata harus ditekan sedikit untuk melepaskan fibrinnya dari
fistel, sehingga cairan COA dapat mengalir keluar melalui fistel, seperti air
mancur pada tempat ulkus dengan fistel tersebut.
e. Pemeriksaan visus
17
kuman penyebab, juga obatnya yang tepat guna, dengan demikian pengobatan
menjadi lebih terarah.
h. Sensibilitas kornea
PENATALAKSANAAN
Pengobatan diberikan tergantung organisme penyebab, misalnya
antibiotik, antijamur, dan anti virus. Antibiotik spektrum luas dapat digunakan
secepatnya, tapi bila hasil laboratorium sudah menentukan organisme
penyebab, pengobatan dapat diganti. Untuk virus dapat diberikan idoxuridine,
trifluridin atau acyclovir.Untuk bakteri gram positif pilihan pertama adalah
cafazolin, penisilin G atau vancomisin dan bakteri gram negatif dapat
diberikan tobramisin, gentamisin atau polimixin B. Pemberian antibiotik juga
diindikasikan jika terdapat secret mukopurulen, menunjukkan adanya infeksi
campuran dengan bakteri. Untuk jamur pilihan terapi yaitu : natamisin,
amfoterisin atau fluconazol. Selain itu obat yang dapat membantu epitelisasi
dapat diberikan. Terkadang, diperlukan lebih dari satu macam pengobatan.
Terapi bedah laser terkadang dilakukan untuk menghancurkan sel yang tidak
sehat, dan infeksi berat membutuhkan transplantasi kornea. Obat tetes mata
atau salep mata antibiotik, anti jamur dan antivirus biasanya diberikan untuk
menyembuhkan keratitis, tapi obat-obat ini hanya boleh diberikan dengan
resep dokter.
18
PENCEGAHAN
19
DAFTAR PUSTKA
20
6. Vaughan & Asbury's (2008) General Ophthalmology, 17th edn., United States of
America: McGraw-Hill.
7. Kaye SB, Lynas C, Patterson A, Risk JM, McCarthy K, Hart CA. Evidence for
herpes simplex viral latency in the human cornea, Bri Ophthalmol 1991; 75: 195200
21
22