Anda di halaman 1dari 15

BAB III

GETARAN SEDERHANA
(SIMPLE VIBRATION)
3.1 Latar Belakang
Getaran secara sederhana dapat diartikan sebagai osilasi mekanik yang terjadi di
sekitar titik keseimbangan. Osilasi dapat terjadi secara periodik, contohnya seperti pada
pendulum, atau terjadi secara acak, seperti pada gerakkan ban kendaraan pada jalan yang tidak
rata/kasar.
Bagi seorang teknik sangat penting sebab bidang ini mendasari berbagai perencanaan
komponen mesin seperti pegas, instalasi /pemasangan/penempatan mesin dll. Jika getaran
pada pondasi mesin menimbulkan resonansi, maka getaran tersebut akan merusak mesin yang
di pasang. Namun pada praktikum ini hanya dibahas dasar teori getaran sederhana tanpa dan
dengan redaman.
3.2 Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah:
1. Mengetahui hubungan antara gaya yang diberikan ke pegas dengan pertambahan
panjang pegas.
2. Mendapatkan hubungan antara massa dengan frekuensi alami sistem pegas dalam
tanpa redaman
3. Mendapatkan hubungan antara bukaan putaran katup (n) dengan ratio redaman dan
koefisien peredaman.
3.3. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah simple vibration apparatus, pena, kertas
milimeter blok, pegas, massa frame 1,7 kg, lempengan beban dengan massa 1 kg, 2 kg dan 3
kg.
3.4. Prosedur Percobaan
Agar memperoleh hasil yang benar dan akurat serta mengutamakan keselamatan kerja
maka praktikan harus mengikuti prosedur sebagai berikut :
19

3.4.1 Mencari konstanta pegas


1. Mengukur panjang pegas sebelum diberi beban apapun.sebanyak 3 kali sehingga
diperoleh panjang aawl (Lo) 3 kali.
2. Memasang pegas pada apparatus.
3. Memasang frame pada apparatus.
4. Pasang beban tambahkan sehingga beban menjadi 2,7 kg dan mengukur panjang pegas
sebanyak 3 kali.
5. Tambahkan piringan beban berikutnya sehingga beban menjadi 3,7 kg dan mengukur
panjang pegas sebanyak 3 kali.
6. Tambahkan piringan selanjutnya sehingga beban menjadi 4,7 kg dan mengukur
panjang pegas sebanyak 3 kali.
3.4.2

Mencari frekuensi getaran tanpa redaman

1. Mengatur kertas pada roll sehingga siap di gunakan.


2. Memasang pena pada penjepit pena.
3. Memasang pegas 1 pada apparatus.
4. Memasang beban pada pegas.
5. Menarik pegas sampai dasar dan pastikan motor dalam kondisi on dan kemudian
lepaskan pegas.
6. mencatat hasil osilasi pada kertas, hitung jumlah gelombang atau siklus (N) dan
panjang (L).
7. Lakukan prosedur 4 s/d 6 untuk beberapa beban.
8. Lakukan prosedur 3 s/d 7 untuk pegas ke 2 dan 3.
3.4.3

Mencari konstanta peredaman, c.

1. Memasang peralatan redaman (damper).


2. Mengatur kertas pada roll sehingga siap di gunakan.
3. Memasang pena pada penjepit pena.
4. Memasang salah satu beban saja pada apparatus.
5. Memasang beban.
6. Mengatur putaran katup sesuai yang di kehendaki.

20

7. Menarik pegas sampai dasar dan pastikan motor dalam kondisi on dan kemudian
lepaskan pegas.
8. Mencatat hasil osilasi pada kertas, ukur tinggi gelombang pertama dan kedua arah
positif. Ulangi prosedur 5 s/d 8 untuk beberapa beban dan bukaan katup yang berbeda.
3.5. Landasan Teori
Pada panduan ini dibahas dua macam getaran yaitu getaran tanpa redaman dan dengan
redaman. Peredeman yang digunakan adalah oli pelumas kendaraan atau sejenisnya.
3.5.1. Getaran tanpa redaman
jika massa digantungkan pada pegas yang memiliki kekuatan atau konstanta k, maka pegas
akan memanjang /menyimpang dari kedudukan kesetimbangannya, lihat gambar 3.1 gaya
pegas -kx akan berusaha mengembalikan ke dudukan setimbang, oleh sebab itu sistem akan
berosilasi dengan persamaan getaran:
d2 x
-kx = m d t 2

dan

d2 x
d t2

+ 2n x = 0 dimana 2n =

k
m

; f=

1 k
2 m

( )

1/2

(3.1)

adalah frekuensi alami system dalam radian per detik.

ini memiliki satuan Hz

dan dapat dinyatakan dengan :


n = 2f =

2 Ns
L

(3.2)

Dengan s adalah kecepatan kertas dalam (m/s) dan L adalah panjang sejumlah gelombang atau
siklus (N) yang tercatat pada kertas jadi frekuensi alami sistem dalam Hz, dapat dihitung
dengan persamaan:
f=

Ns
L

(3.3)
Contoh untuk mendapakan N dan L dapat dilihat pada gambar 3.2.

21

Gambar 3.1. Sistem getaran pegas tanpa redaman

Gambar 3.2 Contoh menentukan N dan L. L dibaca pada skala kertas yang sudah ada hasil
percobaanya atau diukur dengan penggaris dan N jumlah siklus disepanjang L. pada gambar
diatas N=10.
3.5.2. Getaran dengan redaman
Jika massa, m, digantungkan pada pegas dengan konstanta, k, dan dihubungkan dengan
piston yang tercelup dalam oli yang memiliki koefisien redaman, c, maka pegas akan
menyimpang dari kondisi kesetimbangannya, lihat gambar 3.2 gaya pegas akan

mengembalikan ke posisi kesetimbangan sebesar kx dan dilawan oleh gaya damper c


jadi persamaan getarannya adalah:
-kx - c

dx
dt

=m

d2 x
dt 2

atau

d2 x
dt 2

dx
+ 2n dt

(3.4)
22

x = 0 dimana 2n =

c
m

dx
dt

Dengan adalah ratio redaman yang merupakan perbandingan antara koefisien redaman, c
dengan koefisien redaman kritis, cc. Jadi :
=

c
cc

,dimana cc = 2

km

(3.5)
jika 1 maka sistem dikatakan overdamped, jika =1 maka sistem dikatakan berada pada
redaman kritis, dan jika < 1 maka sistem disebut dalam kondisi underdamped.
Harga rasio redaman dapat dicari dari penurunan logarithmic amplitudo :
=ln

x1
x2

2
1 2

sehingga =

1
42
+1
2

(3.6)
dengan x1 dan x2 adalah tinggi puncak gelombang yang pertama dan kedua arah positif, lihat
gambar 3.4 dan faktor redamannya dapat ditentukan sebagai :
c = 2nm = 2

km

(3.7)

Gambar 3.3 Sistem getaran dengan redaman

23

Gambar 3.4 x1 dan x2 pada getaran dengan redaman


3.6. Analisa Data dan Pembahasan
3.6.1. Data hasil pengukuran uji getaran sederhana
Diketahui:
Konstanta (k1)
: 3.3 kN/m
Konstanta (k2)
: 1.22 kN/m
Konstanta (k3)
: 0.47 kN/m
Gerakan motor (s)
: 0.075 m/s.
Percepatan grafitasi (g)
: 9.81 m/s2
3.6.1 Hubungan gaya (F) dengan defleksi statis (y)
Tabel 3.1 Data hasil pengamatan panjang pegas
Pega

m0 = 0 kg

m1 = 2,7 kg

m2 = 3,7 kg

m3 = 4,7 kg

s ke

F=0 N
L0

F=26,487 N
L1
y=

F=36,297 N
L2
y=

L3

F=46,107 N
L3
y=
-L0

(m)
0.164
0.194
0.255

(m)
0.014
0.046
0.11

(m)
K1
K2
K3

0.15
0.148
0.145

L1
(m)
0.156
0.175
0.21

- L0 (m)
0.006
0.027
0.065

L2
(m)
0.16
0.183
0.232

Pada k 1 = 3.3 kN/m dan m1 = 2.7 kg.


L0

= 0.15 m
24

-L0 (m)
0.01
0.035
0.087

L1 = 0.156 m
Maka :
L0

y1 = L1 -

= 0.156 - 0.15
y1 = 0.006 m
Pada k 1 = 3.3 kN/m dan m2 = 3.7 kg.
L0

= 0.15 m

L2 = 0.16 m
Maka :
y2 = L2 -

L0

= 0.16 - 0.15
y2 = 0.01 m
Pada k 1 = 3.3 kN/m dan m3 = 4.7 kg.
L0

= 0.15 m

L3 = 0.164 m
Maka :
y3 = L3 -

L0

= 0.164 - 0.15 = 0.014 m

Analog: Dengan cara yang sama, maka nilai y untuk k2 dan k3 akan didapatkan. Hasil
perhitungannya dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Hasil perhitungan panjang pegas
Pega

m0 = 0 kg

m1 = 2,7 kg

m2 = 3,7 kg

m3 = 4,7 kg

s ke

F=0 N
L0

F=26,487 N
L1
y=

F=36,297 N
L2
y=

L3

F=46,107 N
L3
y=
-L0

(m)
0.164
0.194
0.255

(m)
0.014
0.046
0.11

(m)
K1
K2
K3

0.15
0.148
0.145

L1
(m)
0.156
0.175
0.21

- L0 (m)
0.006
0.027
0.065

L2
(m)
0.16
0.183
0.232
25

-L0 (m)
0.01
0.035
0.087

0.25
0.2
0.15
0.11

Y (m)

0.05
0

K1

0.09

0.1

0.07

26

K3

0.05

0.04
0.01

0.03
0.01

K2

0.01

36

46

F (N)

Gambar 3.5 Grafik Hubungan Gaya (F) Dengan Pertambahan Panjang Pegas (y)

3.6.2 Hubungan massa (m) dengan frekuensi (f) yang mempunyai kecepatan kertas s =
0,075 m/s.
Tabel 3.3 Data hasil pengamatan gelombang
S = 0.075 m/s
M
(kg)

K1=3.3
N

K2=1.22

f (Hz)

(m)

Pers (3.3)

K3=0.47

f (Hz)

(m)

Pers

f (Hz)

(m)

Pers (3.3)

(3.3)
2,7

13

0.06

14

0.15

26

0.05

3,7

0.05

11

0.12

0.09

4,7

21

0.13

0.09

0.08

Mencari frekuensi dengan persamaan 3.3


f=

Ns
L
5 x 0.075
7.33

= 0.051 Hz
Analog: Dengan cara yang sama, maka nilai f akan didapatkan. Hasil perhitungannya dapat
dilihat pada tabel 3.4.
Tabel 3.4 Hasil perhitungan frekuensi getaran tanpa redaman
S = 0.075 m/s
M
(kg)

K1=3.3
N

K2=1.22

f (Hz)

(m)

Pers (3.3)

K3=0.47

f (Hz)

(m)

Pers

f (Hz)

(m)

Pers (3.3)

2,7

13

0.06

16.25

14

0.15

(3.3)
7

0.05

3,7

0.05

10.5

11

0.12

6.875

0.09

4,7

21

0.13

12.11

0.09

6.667

0.08

4.687

27

18
16

16.25

14

12.11

12

10.5

10
Frekuensi f (Hz)

8
6

6.88

K1

6.67
4.69

K2
K3

2
0

2.7

3.7

4.7

Massa, m (kg)

Gambar 3.6 Grafik Hubungan Massa dengan Frekuensi


3.6.3 Mencari konstanta peredaman
Tabel 3.3 Hasil Pengukuran Getaran Dengan Peredaman
k2 = 1.22 kN/m
Bukaan katup
(n) putaran

m1 = 2.7 kg

m2 = 3.7 kg

m3 = 4.7 kg

x1 (m)

x2 (m)

x1 (m)

x2 (m)

x1 (m)

x2 (m)

0.009

0.005

0.01

0.003

0.011

0.005

11

0.008

0.004

0.009

0.002

0.011

0.005

17

0.007

0.003

0.008

0,001

0,01

0.003

Analisis data getaran dengan redaman, pegas 2 dengan massa beban m1 = 2.7 kg dan bukaan
katup n = 5
Mencari logaritmik amplitudo getaran ()
X
1= 1
X2
28

0.009
0.005

0.587

Mencari rasio redaman ()


1
1 =
4 . 2
+1
2

4 . 3,14 2
+1
0.5872

0.093
Mencari koefisien redaman (c)
c 1=2 k . m
2 X 0.093 X 1220 X 2,7
10.67 N/m

Analog: dengan cara yang sama, maka didapatkan data hasil perhitungan getaran dengan
redaman, pada pegas 1, 2 dan 3 masing-masing dengan massa beban 2,7 kg, 3,7 kg
dan 4,7 kg yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Getaran dengan Redaman
Bukaa

k2 = 1220 N/m

m1 = 2.7 kg

m2 = 3.7 kg

m3 = 4.7 kg

katup
(n)
putara

c1(N/m
)

c2(N/m
)

c3(N/m
)

n
0.58
5

1.20
0.093

10.67

0.69

0.78
0.188

25.26

1.50

0.124

18.77

0.78

11

0.109

12.51

0.232

31.17

0.124

18.77

17

0.84

0.133

15.26

2.07

0.314

42.19

1.20

0.188

25.26

29

0.35

0.31

0.3
0.23

0.25
0.2
Rasio Peredaman,

0.15
0.1

0.19

0.19

0.12
0.09

0.12
0.11

11

2.7

0.13

3.7
4.7

0.05
0

17

Bukaan katup, n

Gaambar 3.7 Grafik Hubungan Rasio Peredaman dengan Bukaan Katup

45

42.19

40
35
30
25

31.17
25.26

25.26

18.77 18.77
15.26
12.51
15
10.67
10

Koefisien Peredaman, c (Ns/m) 20

2.7
3.7
4.7

5
0

11

17

Bukaan katup, n

Gambar 3.8 Grafik Hubungan Bukaan Katup dengan Koefisien Peredaman

30

3.6.4 Pembahasan
Pada pengujian getaran sederhana ini, dilakukan 3 jenis pengujian untuk 3 beban yang
berbeda dan 3 pegas yang berbeda pula, yaitu pengujian untuk mencari frekuensi getaran tanpa
redaman dan pengujian untuk mencari rasio dan koefisien peredaman. Beban yang digunakan
adalah 2.7 kg, 3.7 kg dan 4.7 kg, sedangkan pegas yang digunakan masing-masing memiliki
konstanta pegas K1 = 3.3 kN/m, K2 = 1.22 kN/m dan K3 = 0.47 kN/m.
Pada grafik hubungan gaya (F) dengan pertambahan panjang pegas (y) di atas, terlihat
semakin besar gaya yang diberikan pada pegas maka pertambahan panjang pegas (y) akan
semakin besar dan sebaliknya semakin kecil gaya yang diberikan pada pegas maka
pertambahan panjang pegas (y) akan semakin kecil. Pada praktikum ini pertambahan panjang
pegas (y) terbesar terjadi pada pegas 3 dengan gaya (F) yang diberikan sebesar 46,107 N. Hal
ini terjadi karena pegas 3 memiliki konstanta pegas (k) paling kecil, (lihat persamaan (3.1)).
Pada persamaan tersebut terlihat bahwa nilai konstanta pegas (k) akan berbanding terbalik
dengan pertambahan panjang pegas (y). Untuk pertambahan panjang pegas (y) terkecil terjadi
pada pegas 1 dengan gaya (F) yang diberikan sebesar 26.487 N. Artinya, hubungan antara
pertambahan panjang pegas (y) dengan gaya (F) adalah berbanding lurus.
Pada grafik hubungan massa beban (m) dengan frekuensi (f) menggunakan persamaan
3.4 diatas, terlihat frekuensi yang terjadi pada ketiga pegas relatif akan mengalami penaikkan
jika massa beban (m) yang diberikan semakin besar. Sehingga, hubungan antara massa beban
(m) dengan frekuensi (f) adalah berbanding lurus. Dalam praktikum ini, frekuensi (f) pegas 1
yang terbesar (f = 16.25 Hz) pada massa beban (m1= 2,7 kg), dan frekuensi terkecil (f= 10.5
Hz) pada massa beban (m2= 3.7 kg). Untuk pegas 2, frekuensi terbesar (f = 7 Hz) pada massa
beban (m1 = 2.7 kg), dan frekuensi terkecil (f = 6.667Hz) pada massa beban (m3= 4.7 kg).
Sedangkan untuk pegas 3, frekuensi terbesaradalah (f = 6 Hz) pada massa beban (m1 = 2.7 kg),
dan frekuensi terkecil (f = 4.687 Hz) pada massa beban (m3 = 4.7 kg).
Pada grafik hubungan bukaan katup (n) dengan rasio peredaman (), terlihat bahwa
semakin banyak bukaan katup (n), maka rasio peredaman semakin besar. Sehingga, hubungan
antara bukaan katup (n) dengan rasio peredaman () adalah berbanding lurus. Massa 1
memiliki nilai rasio peredaman maksimum ( = 0.133) pada bukaan katup (n = 17 putaran) dan
31

rasio peredaman minimum ( = 0.093) pada bukaan katup (n = 5 putaran). Untuk massa 2,
nilai rasio peredaman maksimum ( = 0.314) pada bukaan katup (n = 17 putaran) dan rasio
peredaman minimum ( = 0.188) pada bukaan katup (n = 5 putaran). Sedangkan untuk massa
3, nilai rasio peredaman maksimum ( = 0.188) pada bukaan katup (n = 17 putaran) dan rasio
peredaman minimum ( = 0.124) pada bukaan katup (n = 5 putaran).
Pada grafik hubungan bukaan katup (n) dengan koefisien peredam (c) di atas, terlihat
bahwa semakin banyak bukaan katup (n), maka koefisien peredaman (c) semakin besar.
Artinya, hubungan bukaan katup (n) dengan koefisien peredaman (c) adalah berbanding lurus.
Massa 1 memiliki nilai koefisien peredaman maksimum (c = 15.26 N/m ) pada bukaan katup
(n = 17 putaran) dan koefisien peredaman minimum (c = 10.67 N/m ) pada bukaan katup (n =
5 putaran). Untuk massa 2, nilai koefisien peredaman maksimum (c = 42.19 N/m ) pada
bukaan katup (n = 17 putaran) dan koefisien peredaman minimum (c = 25.26 N/m) pada
bukaan katup (n = 5 putaran). Sedangkan untuk massa 3, nilai koefisien peredaman maksimum
(c = 25.26 N/m) pada bukaan katup (n = 17 putaran) dan koefisien peredaman minimum (c =
18.77 N/m) pada bukaan katup (n = 5 putaran).

32

3.7 Penutup
3.7.1 Kesimpulan
1. Semakin besar gaya pada suatu benda maka semakin besar defleksinya.
2. Massa berbanding lurus dengan frekuensi. Artinya semakin tinggi massa suatu benda
maka frekuensinya akan semakin tinggi.
3. Putaran bukaan katup berbanding lurus dengan rasio peredaman dan koefisien
redaman. Artinya semakin besar putaran bukaan katup maka rasio peredamannya dan
koefisien redaman akan semakin besar pula.
3.7.2 Saran
Sebaiknya dalam menggunakan alat uji harus berhati-hati karena dapat mempengaruhi hasil
pengukuran.

33

Anda mungkin juga menyukai