PENGUJIAN KAYU
KELOMPOK IV
1. JONIGIUS DONUATA
2. YANSEN Y. ASA
3. TITO SIMENES ALVES
4. MAKSIMUS SERAN
5. KOSMAS DAMIANUS TAO
BAB I
PENDAHULUAN
digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan, misalnya untuk bahan bangunan (rumah),
parabot rumah tangga, tiang pagar, alat musik, kertas, kayu bakar, bantalan rel kereta dan
tiang listrik. Dalam kehidupan kita sehari- hari, kayu merupakan bahan yang sangat sering
dipergunakan untuk tujuan penggunaan tertentu. Terkadang sebagai barang tertentu, kayu
tidak dapat digantikan dengan bahan lain karena sifat khasnya. Kita sebagai pengguna dari
kayu yang setiap jenisnya mempunyai sifat-sifat yang berbeda, perlu mengenal sifat-sifat
kayu tersebut sehingga dalam pemilihan atau penentuan jenis untuk tujuan penggunaan
tertentu harus betul-betul sesuai dengan yang kita inginkan.
Di era perdagangan global saat ini tuntutan terhadap mutu produk kayu olahan
semakin tinggi. Tuntutan tersebut bentuknya bahkan tidak lagi memerlukan pembuktian yang
hanya didasarkan pada bentuk fisik barang, melainkan juga berdasarkan dokumen resmi yang
menyertainya. Dokumen yang menerangkan bahwa barang tersebut telah memenuhi
persyaratan mutu yang ditetapkan, agar dapat diakui, harus dikeluarkan oleh laboratorium
penguji yang terakreditasi. Di sinilah keberadaan laboratorium penguji terakreditasi menjadi
semakin penting peranannya, karena laboratorium tersebutlah yang memiliki core
competency untuk memberikan pengakuan atas mutu suatu barang berdasarkan uji yang
dilakukannya.
1.2. Tujuan
Bisa dapat mengetahui kualitas kayu dari dari hasil pengujian kayu yang dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Pengujian
Pengujian merupakan evaluasi dan kajian teknis produk rekayasa genetik yang
2.2
Prinsip pengujian
Pada prinsip pengujian kayu menurut Badan Standarisasi Nasional (2003) diartikan
sebagai suatu kegiatan dalam rangka menetapkan jenis, isi (volume), dan mutu kayu.
Penetapan
ukuran
kayu
bundar
jati
menurut
SNI
01-5007.17-2001, tentang
panjang sampai dengan 10,00 meter dan 50 cm penuh untuk panjang lebih dari
10,00 meter.
3. Satuan untuk isi kayu bundar adalah meter kubik (m3), dengan penulisan 3 (tiga)
angka di belakang koma untuk sortimen AI dan AII serta 2 angka dibelakang koma
untuk sortimen AIII.
4. Kualitas adalah faktor-faktor yang terdapat dalam suatu barang (hasil) tersebut
sesuai dengan tujuan untuk apa mereka dibutuhkan (Assauri, 1980).
Prinsip pengujian menurut Standar Nasional Indonesia, kayu yang akan diuji harus :
1. Dapat dibolak-balik sehingga semua permukaan kayu dapat dilihat secara keseluruhan
2. Diuji pada siang hari (di tempat terang) sehingga dapat mengamati semua kelainan
yang terdapat pada kayu
3. Pengambilan contoh dilakukan dengan mempertimbangkan keterwakilan populasi
Sebelum pengujian sebaiknya bebas dari kulit kayu (kliko) sehingga tanda
yang akan dituliskan pada batang tidak hilang. Karena, tanda tersebut memiliki fungsi
informatif, control, dan administratif.
1. Dilakukan pemeriksaan secara teliti terhadap pohon yang roboh tersebut, memeriksa
kelurusan batang, cacat yang ada serta kepecahan, baik dari atas maupun dari
samping batang.
2. Dilakukan penandaan pembagian batang (dengan tir) pada bagian-bagian yang akan
dipotong, dengan tiga garis tir antara lain satu garis panjang untuk tempat potong, 2
garis kecil sebagai penanda yang berfungsi untuk kontrol.
3. Pembagian dilakukan dari pangkal, sedangkan pemotongan dilakukan dari ujung.
4. Disamping tanda pembagian, diberikan juga tanda pada batang-batang yang perlu
dikepras (benjolan-benjolan dan cacat).
5. Semua batang harus dilakukan pembagian sampai pada cabang-cabang kecil ( 10
sentimeter panjang 1 meter) untuk kayu perkakas dan kemudian kayu bakar.
2.3
Cacat Kayu
Bearly (2001) membagi cacat kayu kedalam dua bagian, yakni pertama cacat yang
ditimbulkan dari pengaruh lingkungan sepanjang pohon itu hidup antara lain penyimpangan
bentuk pohon, serat terpilin, kayu reaksi (kayu tekan dan kayu tarik), pertumbuhan lingkar
tahun yang abnormal, warna yang abnormal dan lain-lain. Kelompok cacat kedua adalah
cacat yang disebabkan oleh pertumbuhan alami seperti mata kayu dan empelur.
deinisi
cacat
yang
sesuai
acuan
3) Gabeng
(Gg) merupakan keadaan kayu yang menyerupai rapuh yang dapat dilihat
lingkaran
tumbuh
sehingga
merupakan
searah
lingkaran.
15) Pecah gelang (Pg) adalah pecah yang sejajar dengan busur bontos kayu atau
dengan
lingkaran
tumbuh
sehingga
merupakan
searah
lingkaran.
16) Pecah hati adalah terpisahnya serat dimulai dari hati memotong terhadap lingkaran
tumbuh.
17) Pecah lepas adalah akibat bagian dari badan kayu yang hilang / lepas ke arah ke arah
memanjang.
18) Pecah slemper adalah pecah sejajar pada bontos yang tidak menembus badan kearah
memanjang, tetapi sebagian kayunya masih menyatu.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Pukul
: 10.00-12.00 WITA
Tempat
Alat
o Mistar
o Roll Meter / pita meter
o Alat tulis menulis
3.2.2
Bahan
o Kayu Merah
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Pengujian Kayu Merah (Shorea acuminata)
a) Alur
100%
1.3 + 0.4
100%
17.75
= 9.58%
b) Silindris
16.85
100%
17.75
= 94.93%
100%
Si
c) Inger inger
Menghitung jumlah lubang setiap 1 meter
Diketahui Panjang kayu 2.4 meter
d) Pecah hati
16.2
100%
17.75
= 91.26%
100%
4.2. Pembahasan
Pada praktikum kali ini mengenai pengujian kayu yaitu salah satu kegiatannya
adalah mengidentifikasi kayu yang telah ditebang apakah batang kayu tersebut
mengalami cacat atau tidak. Maksud dari pengujian kayu ini untuk dapat mengetahui
kualitas kayu, karena diketahui bahwa pada industri kayu yang memproduksi suatu
barang, syarat bahan baku yang harus didapatkan oleh industri kayu adalah yang sehat
atau presentasi cacatnya kecil.
Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan pada batang kayu merah
(Shorea acuminata) ditemui terdapat 4 cacat yaitu alur, kesilindrisan, inger-inger dan
pecah hati. Untuk alur nilai presentasinya 9.58%, kesilindrisan nilainya 94.93 % dan
termasuk dalam kristeria silindris (Si), untuk inger inger atau lubang kayu yang
diakibatkan oleh serangga kayu, dari hasil hitungan yang dilakukan, jumlah lubang yang
ada pada kayu dengan panjang 2.4 meter yaitu ditemui 30 lubang, untuk pecah hati
hanya terdapat satu pecahan yang melewati hati kayu sehingga nilai presentasi yang
didapatkan adalah 91.26%. Dari hasil identifikasi, kayu merah termasuk kategori kayu
yang sehat karena nilai cacat yang didapatkan kecil.
Kayu pada umumnya sebelum di produksi dan dipasarkan, terlebih dahulu
akan diuji untuk mendapatkan nilai kualitas pada kayu tersebut. Pada pengujian konsep
produk kayu yaitu perusahaan akan memperoleh produk atau merek yang mempunyai
masa dan yang baik, produk atau konsep produk dapat disajikan baik secara simbolik
maupun secara fisik. Dengan pengujian produk kayu perusahaan akan dapat memperkaya
konsep produk dan memilih jenis bahan baku kayu yang terbaik.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pada pengujian kayu merah (Shorea acuminata) ditemui ada 4 cacat yaitu alur,
kesilindrisan, inger-inger dan pecah hati.
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan kayu merah termasuk kategori kayu
yang sehat karena nilai cacat yang didapatkan kecil.
Kayu pada sebelum di produksi dan dipasarkan, terlebih dahulu akan diuji untuk
mendapatkan nilai kualitas pada kayu.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 1970 Peraturan Pengukuran Dan Tabel Isi Kayu Bulat Rimba Indonesia. (The
Regulation of Measurement and Volume Tables of Indonesia Non Teak Round
Wood). The Decree of Directorate General of forestry no. 224/A-2/DD/1970. Jakarta
Departemen Kehutanan, 2004. Keputusan Direktur Jendral Bina Produksi Kehutanan Nomor
SK>68/VI-BPPHH/2004 tentang Metode Pengukuran dan Tabel Isi Kayu Bulat
Rimba Indonesia
https://www.google.co.id/search?q=maksud+dari+melakukan+pengujian&html. Diakses 5
july 2015
http: // hutdopi08 . blogspot . com / 2012 / 08 / pengukuran dan pengujian kayu olahan.html. Diakses 5 july 2015
https: // www . google . com / search?q = model + pengujian + kayu + log &ie = utf -8&oe =
utf 8 # q tujuan + melakukan + pengjian + kayu + untuk + industri. Diakses 5 july
2015