Anda di halaman 1dari 12

1

ARTIKEL YANG HARUS DILURUSKAN


MARI DITELAAH LEBIH BIJAKSANA DENGAN MENCOCOKAN DENGAN DALIL YANG SHOHIH.
Berikut ini ada sebuah nasehat yang sudah viral namun sarat dengan pemahaman yang bisa
menyebabkan seorang muslimah menjadi salah langkah dalam menetapi agamanya.
Wahai Saudariku Muslimah
Ada kisah yang ingin kubagi untuk kalian yang kucintai..
Semoga dapat menjadi pembuka cakrawala berfikir kita semua
Beberapa akhwat yang baru "berhijrah" lalu ikut pengajian Kemudian oleh ustadz dan teman-temannya di doktrin
Bahwa menuntut ilmu dunia itu seolah tidak penting tidak ada gunanya
Kuliah itu penuh dengan yang haram, ikhtilat khalwat dll
Lebih baik mengaji dan menghafal Qur'an saja Dia pun melihat bahwa sebagian para pengurus yayasan tersebut drop out dari
sekolahnya
Maka mereka pun galau hendak keluar dari kuliahnya Padahal mereka tentu merupakan tumpuan harapan kedua orang
tuanya Maka mereka memberanikan diri menemuiku dan meminta nasihatku
Saudariku muslimah
Dimanapun engkau berada dan dimanapun engkau mengaji Maka jangan lupa akal dan hati tetap engkau hadirkan
Agar engkau bisa menyaring segala doktrin yang seringkali merusak pemikiran tanpa engkau sadari
Teraplah bergaul dengan kaum muslimah yang lain agar fikiran dan wawasanmu tetap terbuka lebar
Wahai Muslimah
Saya pun pernah belasan tahun terdoktrin demikian
Saya tinggalkan dunia dan mencukupkan diri dengan mondok, mempelajari berbagai kitab dan menghafal Al Qur'an
Mengabaikan orangtuaku yang susah payah menyekolahkan diriku
Alhamdulillah suatu hari salah seorang Doktor bermanhaj salaf dari Universitas Islam Madinah menelpon dan menasehati saya
Agar saya kembali kepada profesi yang Allah taqdirkan untuk diri saya
Karena beragam ilmu dan profesi adalah bentuk Maha Bijaksananya Allah kepada kita semua para hambaNya
Kalau semua menjadi Ustadz menjadi Syaikh
Siapakah yang akan menjadi mad'u ?
Dan siapa pula yang akan menjayakan umat Islam dari bidang yang lainnya
Apakah kita akan biarkan bidang kesehatan ekonomi dll dikuasai orang kafir ?
Bahkan ada beberapa orang tua yang mengadu dan meminta saya menasehati anaknya
Betapa hati orangtua tersebut kecewa dan hancur hatinya
Setelah anaknya mengaji justru enggan kuliah dan memaksa orangtuanya agar menikahkannya diusia muda
Sebagai trend dan didoktrinkan dikalangan akhwat yang baru ngaji
Orangtua salah satu akhwat tersebut tergolong miskin
Bersusah payah membiayai dengan biaya yang tak sedikit
Namun seolah itu dianggap sebelah mata oleh anaknya
Namun apa yang terjadi Setelah menikah sang anak justru semakin menambah beban derita mereka
Yaitu dengan senantiasa meminta uang kepada mereka
Karena sang suami yang pengurus yayasan tersebutpun tak juga mampu membiayai kebutuhan hidup mereka dan anaknya
Dulu hanya beban anak, sekarang harus ditambah beban menantu dan cucu
Dan menjadi bencilah orangtua akhwat tersebut benci dengan "ngaji salaf"
Padahal itu hanyalah oknum yang berpemikiran dan berwawasan sempit
Itukah doktrin kebaikan ?
Itukah kebijaksanaan ? Sekali-kali tidak
Maka dari sini kita bisa mengambil sedikit pelajaran
Jangan pernah berkecil hati dengan apapun ilmu yang Allah karuniakan untukmu
Tetaplah bersemangat dengan segala perkara yang bermanfaat bagimu
Manfaatkanlah dan baktikanlah ilmu yang kita miliki untuk kejayaan Islam
Namun juga tetap ada bagian dari waktu kita untuk menuntut ilmu syar'i
Dan hendaknya kita selalu belajar untuk bijak memilah dan memilih
Wallaahu a'lamu bish shawaab
dr. Ferihana Ummu Sulaym
Catatan :
Tetaplah bersemangat adik-adikku yang sedang menuntut ilmu di beijing, teruslah belajar dan memperbaiki diri dengan ilmu
syar'i
Niatkanlah dan baktikanlah ilmu yang kalian miliki untuk Islam dan kejayaanya. Semoga Allah Menjaga dan Membarokahi
kalian selalu, aaamiin

2
Tulisan diatas adalah sangat pelik dan bisa mengarah kepada multitafsir yang cenderung negatif maka
itu harus diluruskan, karena mengatakan tentang doktrin ini dan itu adalah salah. Padahal bisa jadi
nasehat fulanah diatas juga termasuk doktrin yang mengarahkan para kaum muslimah menjadi salah
langkah. Tidak ada dalil maupun data hanya cerita dan digeneraliris bahwa itu begitu ini begini.
Doktrin, adalah suatu penyampaian yang dilakukan terus menerus untuk menanamkan suatu prinsip.
Tujuannya memang membuat orang meyakini sehingga mau melaksanakan apa-apa yang dituliskan
dalam doktrin.
Sedangkan kaum muslimin sebenarnya telah mempunyai pedoman baku (bukan sekedar doktrin) yang
telah termaktub dalam al-Quran yang tidak ada keraguan di dalamnya:

Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka
tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. (QS. Al
Hasyr : 7(.
Saudariku yang semoga Allah senantiasa menjaga kehormatan dan kemuliaanmusimaklah artikel
berikut: (semoga dapat meluruskan tafsiran yang salah dari nasehat fulanah diatas)

BELAJARNYA AKHWAT dan BIRRUL


WALIDAIN
Ada pula nasehat dari sang fulanah yang kurang hikmah (semoga Allah memberikan hidayah
kepadanya) dalam memberikan nasehat sebagai berikut:
Catatan :
Tetaplah bersemangat adik-adikku yang sedang menuntut ilmu di beijing, teruslah belajar dan
memperbaiki diri dengan ilmu syar'i
Niatkanlah dan baktikanlah ilmu yang kalian miliki untuk Islam dan kejayaanya. Semoga Allah Menjaga
dan Membarokahi kalian selalu, aaamiin

Barokah yang bagaimana yang ingin engkau


capai wahai saudariku as-Sholihah ?
Engkau ingin mencapai barokah dan penjagaan Allah, namun bagaimana mungkin seseorang bisa
mendapatkan penjagaan Allah kalau dia telah menelantarkan batasan-batasan dari Allah? Tahukah
engkau yang termasuk sebab penghilang barokah? Berikut ini adalah ulasannya:
1. Banyaknya melakukan kemaksiyatan. Maksiyat itu adalah sebab yang paling besar dari penyebab
hilangnya barokah harta, umur, ilmu dan amal.

3
Ketahuilah saudariku yang semoga Allah senantiasa melimpahkan rezeki-Nya kepadaku dan
kepadamu, rezeki itu bisa berkurang dan hilang barokahnya karena dosa dan maksiyat. Mungkin
saja hartanya banyak, namun hilang barokah atau kebaikannya. Karena rezeki dari Allah tentu saja
diperoleh dengan ketaatan. Allah Ta'ala berfirman,

"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar)." (QS. Ar Rum: 41.(
Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan makna lafazh:

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,

Yaitu: berkurangnya buah-buahan dan pertanian disebabkan kemaksiyatan. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir
6/320)
Dan janganlah mengira bahwa ada wanita-wanita karier ataupun wanita yang berani menyanggah
dalil shohih dengan perasaan dan free thinking-nya lagi banyak kemaksiyatan tapi belum kena
adzab atau "barokahnya masih mengalir deras" maka hal tersebut adalah bentuk Istidroj
penguluran penangguhan yang diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya yang berbuat
kemaksiyatan dengan cara setiap dia melakukan kemaksiyatan masih saja diberikan kepadanya
berbagai nikmat dan diapun tidak memohon ampun sehingga kelak akan mendapatkan adzab yang
sangat pedih. (Lihat Faidhul Qadhiir Syarh al-Jaami as-Shoghiir 1/354(
Allah Azza wa Jalla berfirman:

Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun
membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira
dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong,
maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (QS. Al Anaam: 44(
Syaikh Abdurrahman As Sadi rahimahullah (wafat tahun 1376 H). menjelaskan ayat tersebut:


}

{
{ .
:

{Ketika mereka melupakan peringatan Allah yang diberikan pada mereka, maka dibukakanlah
semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka} dari pintu kesenangan dunia dan kelezatannya,
mereka pun lalai. {sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada
mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus
asa} yaitu Mereka pun berputus asa dari berbagai kebaikan. Seperti itu lebih berat siksanya.
Mereka terbuai, lalai, dan merasa tenang dengan keadaan dunia mereka. Namun itu sebenarnya
lebih berat hukumannya dan jadi musibah yang sangat besar. (Lihat Taisir al-Kariim ar-Rahman fi
Tafsir Kalaam al-Manaan, hal. 256, cet. Muassassah ar-Risalah 1420 H.(
Dari Uqbah bin Amir radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,:

Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal
dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj
(penangguhan yang hakekatnya adalah berupa nikmat yang disegerakan walau bergelimang
kemaksiyatan lalu diadzab dengan adzab yang sangat pedih) dari Allah. SHOHIH (HR. Ahmad no.
17311, at-Thobroni dalam Al-Mujam al-Kabiir no. 913. Shohih, Lihat Silsilah Ahaadits as-Shohihah
no. 413).
Dalam hadits disebutkan,



:
:





Dari Tsauban, dia berkata, Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda, Tidak akan menambah
umur seseorang kecuali kebaikan, dan tidak ada yang bisa menolak takdir kecuali doa serta
sesungguhnya seseorang terhalang mendapatkan rezeki karena dosa yang ia perbuat. (HR. Ahmad
no. 22386 , Ibnu Majah no. 4022. Hadits ini adalah HASAN kecuali lafazh sesungguhnya seseorang
terhalang mendapatkan rezeki karena dosa yang ia perbuat, lafazh tersebut dhoif . Lihat Silsilah
Ahaadits as-Shohihah no. Dhoif at-Targhib wat Tarhiib no. 1473)
2. Menipu syari'at Allah dengan digantikan embel-embel kenikmatan dunia yang sesaat, dari awal di
bangku sekolah dasar, ego dan ambisi telah terbangun dan mendarah daging bahwa "AKU BISA
MEMBAHAGIAKAN ORANG TUAKU KETIKA AKU BISA MENJADI SARJANA, MASTER BAHKAN
DOKTOR". Dengan ambisi yang telah meresap di hati tersebut maka engkau "Berani menawar
syari'at Allah dan risalah Nabi Shallallahu'alaihi wasallam". Hal itu tidak lain karena syaitan telah
menjadi yang jelek menjadi indah di matamu.

5
"Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat
kejahatan; sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah
Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 268)
Bahkan ketika engkau telah menginjak dewasa, ambisi itu serasa gayung bersambut dengan adanya
jurus ambisi baru yaitu "Aku ingin jadi DOKTER untuk menjadikan Islam Jaya dan Menang", "Aku
ingin jadi INSYINYUR yang mumpuni untuk menjayakan Islam dan kaum muslimin" dan semakna
dengannya. Begitu mulianya kampanye tersebut!! Tapi apakah setiap jalan untuk berkampanye
seperti itu adalah sama untuk setiap wanita ??? jawabnya jelas tidak akan sama!!. Karena itu
semua adalah rezki dan rezki itu hanya diberikan kepada hamba Allah yang Allah kehendaki.
Untuk mewujudkan hal tersebut itu ada rambu-rambunya dari Allah dan Rasul-Nya
Shallallahu'alaihi wasallam, kalo dilanggar rambu-rambu tersebut maka anda telah berstatus
menjadi pelanggar rambu-rambu syari'at Allah dan Rasul-Nya shallallahu'alaihi wasallam.
Contoh yang dianggap sepele oleh sebagian besar kaum muslimah adalah safar tanpa mahrom.

"Dari Abdullah bin 'Abbas, ia mendengar Nabi Shallallahu'alaihi wassalam bersabda: "Janganlah
seorang laki-laki berdua-duaan dengan wanita, kecuali disertai dengan mahramnya. Dan janganlah
seorang wanita bepergian, kecuali bersama mahramnya." (HR. Al-Bukhari no. 1862, Muslim no.
1341)
Sungguh aneh wanita yang "Ambisius" mengatakan dan menasehati kaum muslimah dengan
perkataan "Tetaplah bersemangat adik-adikku yang sedang menuntut ilmu di beijing, teruslah
belajar dan memperbaiki diri dengan ilmu syar'i."
Selayaknya tersembul pertanyaan retoris dari pernyataan ironis tersebut, sebagaimana berikut:
a. Bagaimana terus belajar dan memperbaiki diri dengan ilmu syar'I kalau dari awal sudah
menjadi seorang pelanggar aturan syar'i ?
b. Tidakkah bepergian tanpa mahram diharamkan, apalagi pergi ke negara kafir untuk belajar ?
c. Apakah tidak ada jalan keluar yang lain selain harus ke Beijing? Tidak adakah tempat belajar di
negeri yang mayoritasnya muslimin ? Lalu bagaimana dengan dalil berikut:
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Barang siapa yang berkumpul dengan musyrik dan tinggal bersamanya maka dia sepertinya
(HR. Abu Daud no. 2787 dan dishahihkan Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Silsilah Ahaadits
Shahihah No. 2330(
Beliau Shallallahu'alaihi wasallam juga bersabda,

Aku berlepas diri dari seorang muslim yang menempati tempat tinggal kaum musyrikin (HR
Abu Dawud no. 2645, At-Tirmidzi no. 1604 dan al-Baihaqy dalam Syu'abul Iman no. 8929,

6
dishahihkan Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Irwaul Ghalil No.1207 dan Shohih Abi
Dawud al-Umm no. 2377)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah menjawab pertanyaan tentang
bepergian ke negara kafir, bahwa hukum asalnya tidak boleh berpergian ke negeri kafir kecuali
dengan beberapa syarat.

Beliau mengatakan, "Adapun melakukan safar ke negeri kafir maka aku berpendapat tidak
boleh kecuali dengan syarat:

01. hendaknya memiliki ilmu agama yang bisa mencegahnya dari syubhat karena di negeri kafir
mereka memberikan syubhat kepada anak-anak kaum muslimin hingga mengeluarkan
mereka dari agama Islam

02. Hendaknya memiliki agama (iman) yang bisa mencegahnya dari syahwat, janganlah ia pergi
ke negeri kafir dengan agama (iman) yang lemah. Maka syahwat akan mengalahkannya dan
menjerumuskannya menuju kebinasaan.






:
.
03. ia memang butuh melakukan safar tersebut karena tidak dijumpai kekhususan (misalnya
belajar ilmu dan keahlian khusus) di negeri Islam.
Inilah tiga syarat jika terwujud hendaknya ia bersafar jika tidak ada satu saja maka hendaklah ia
tidak bersafar. Karena menjaga agama lebih penting daripada menjaga yang lain (Kitabul Ilmi
oleh Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin hal 107).
d. Dari nasehat ulama diatas, apakah layak bagi orang yang berakal mengatakan bahwa "nasehat
fulanah" itu adalah lebih baik dari nasehat ulama diatas ?
e. Seorang laki-laki yang belajar ke negeri kafir pun banyak yang tersesat dan tergerus imannya,
apalagi wanita yang belajar kesana tanpa mahrom ?
3. Saudariku semoga Allah senantiasa menjaga kemuliaan dan kehormatanmu sebagai wanita
muslimahingatlah
SESUNGGUHNYA KEKAYAAN YANG HAKIKI ITU ADALAH KEKAYAAN HATI

7
Gemerlap dunia dan kekayaan yang sesungguhnya itu berbeda dengan apa yang engkau dan
kebanyakan orang bayangkan, bahwa kaya itu adalah berlimpahnya harta, seonggok titel dunia
(Sarjana, Master, Doktor, Profesor), banyak mobil, banyak rumah, banyak tanah, banyak anak dan
lainnya. Bukan itu namun inilah makna kekayaan yang hakiki sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda,

"Kekayaan (yang hakiki) bukanlah dengan banyaknya harta. Namun kekayaan (yang hakiki) adalah hati
yang selalu merasa cukup." SHOHIH (HR. Al-Bukhari no. 6446 dan Muslim no. 1051(
Imam Al-Bukhari rahimahullah (wafat tahun 256 H) membawakan hadits ini dalam kitab Shohihnya:

"Bab Kekayaan (yang hakiki) adalah kekayaan hati (hati yang selalu merasa cukup) dan penamaan judul
bab di Shohih al-Bukhori adalah mencerminkan pemahaman fiqih yang dipegang oleh Imam Al-Bukhori
rahimahullah.

DILEMA AKHWAT KULIAHAN.


MANAKALA AKHWAT KULIAH DENGAN IKHTILATH LEBIH BAIK KELUAR DARI KULIAH ATAU TETAP
KULIAH KAITANNYA DENGAN BIRRUL WALIDAIN ??
Ada pula nasehat dari sang fulanah yang kurang hikmah (semoga Allah memberikan hidayah
kepadanya) dalam memberikan nasehat sebagai berikut:
Betapa hati orangtua tersebut kecewa dan hancur hatinya
Setelah anaknya mengaji justru enggan kuliah dan memaksa orangtuanya agar menikahkannya diusia muda
Sebagai trend dan didoktrinkan dikalangan akhwat yang baru ngaji
Orangtua salah satu akhwat tersebut tergolong miskin
Bersusah payah membiayai dengan biaya yang tak sedikit
Namun seolah itu dianggap sebelah mata oleh anaknya
Namun apa yang terjadi
Setelah menikah sang anak justru semakin menambah beban derita mereka
Yaitu dengan senantiasa meminta uang kepada mereka
Karena sang suami yang pengurus yayasan tersebutpun tak juga mampu membiayai kebutuhan hidup mereka dan
anaknya
Dulu hanya beban anak, sekarang harus ditambah beban menantu dan cucu

NASEHAT diatas dapat diluruskan sebagai berikut:


Sebaiknya jangan digeneralisir bahwa nasehat untuk meninggalkan kuliah ataupun nikah muda adalah
salah dan naif serta pasti buruk hasil akhirnya. Hal tersebut ada kaitannya dengan birrul
walidain/berbakti kepada kedua orang tua.
ADA DUA JAWABAN BERIKUT :
A. REZEKI
B. KULIAH DAN BIRRUL WALIDAIN
Berikut penjelasan detailnya:

8
A. REZEKI:
Khusus masalah rezeki, jangan memandang dari kesulitan yang dialami sekarang, namun janji Allah itu
pasti yaitu sebagaimana dijelaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (wafat 728 H) rahimahullah
tercantum dalam Majmu' al-Fatawa 16/52-53 :
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, mengenai firman Allah Taala,

}
{
}{

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan
memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. (QS. Ath Tholaq: 2-3).

Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah akan menghilangkan bahaya dan memberikan jalan keluar bagi
orang yang benar-benar bertakwa pada-Nya. Allah akan mendatangkan padanya berbagai manfaat
berupa dimudahkannya rezeki. Rezeki adalah segala sesuatu yang dapat dinikmati oleh manusia. Rezeki
yang dimaksud di sini adalah rezeki dunia dan rezeki akhirat.
Sebagian orang mengatakan, Orang yang bertakwa itu tidak pernah merasa fakir (miskin atau merasa
kekurangan) sama sekali. Lalu ada yang bertanya, Mengapa bisa begitu? Ia menjawab, Karena Allah
Taala berfirman:


} {
}

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan
memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. (QS. Ath Tholaq: 2-3)

Kemudian ada yang bertanya kembali, Kami menyaksikan sendiri bahwa di antara orang yang
bertakwa, ada yang tidak punya apa-apa. Namun memang ada sebagian lagi yang diberi banyak rezeki.
Jawabannya, ayat tersebut menunjukkan bahwa orang yang bertakwa akan diberi rezeki dari jalan yang
tak terduga. Namun ayat itu tidak menunjukkan bahwa orang yang tidak bertakwa tidak diberi rezeki.
Bahkan setiap makhluk akan diberi rezeki sebagaimana Allah Taala berfirman,

Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya (QS.
Huud: 6). Bahkan hamba yang menerjang yang haram termasuk yang diberi rezeki. Orang kafir tetap
diberi rezeki padahal rezeki itu boleh jadi diperoleh dengan cara-cara yang haram, boleh jadi juga
dengan cara yang baik, bahkan boleh jadi pula diperoleh dengan susah payah.

Sedangkan orang yang bertakwa, Allah memberi rezeki pada mereka dari jalan yang tidak terduga.
Rezekinya tidak mungkin diperoleh dengan cara-cara yang haram, juga tidak mungkin rezeki mereka
dari yang khobits (yang kotor-kotor). Perlu diketahui bahwa orang yang bertakwa tidak mungkin
dihalangi dari rezeki yang ia butuhkan. Ia hanyalah dihalangi dari materi dunia yang berlebih sebagai
rahmat dan kebaikan padanya. Karena boleh jadi diluaskannya rezeki malah akan membahayakan
dirinya. Sedangkan disempitkannya rezeki malah mungkin sebagai rahmat baginya. Namun beda halnya
dengan keadaan manusia yang Allah ceritakan,

{
} {

} } {

Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan,
maka dia akan berkata: Tuhanku telah memuliakanku. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu
membatasi rezekinya maka dia berkata: Tuhanku menghinakanku. Sekali-kali tidak (demikian). (QS.
Al Fajr: 15-16)

Senyatanya tidak demikian. Belum tentu orang yang diluaskan rezekinya, ia berarti dimuliakan.
Sebaliknya orang yang disempitkan rezekinya, belum tentu ia dihinakan. Bahkan boleh jadi seseorang
dilapangkan rezeki baginya hanya sebagai istidroj (agar ia semakin terlena dengan maksiatnya). Begitu
pula boleh jadi seseorang disempitkan rezekinya untuk melindungi dirinya dari bahaya. Sedangkan jika
ada orang yang sholih yang disempitkan rezekinya, boleh jadi itu karena sebab dosa-dosa yang ia
perbuat sebagaimana sebagian salaf mengatakan,

Seorang hamba boleh jadi terhalang rezeki untuknya karena dosa yang ia perbuat.
Dalam hadits, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Barang siapa yang memperbanyak beristighfar, maka Allah pasti akan selalu memberikannya jalan
keluar dari setiap kesempitan dan kelapangan dari segala kegundahan serta Allah akan memberikan
rezeki kepadanya dari arah yang tidak ia sangka-sangka. (HR. Ahmad no. 2234, Al-Hakim no. 7677, alBaihaqy dalam Syu'abul Iman no. 636, dengan lafazh yang hampir sama juga oleh Ibnu Majah no. 3819 ,
hadits ini dhoif didhoifkan Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Silsilah Ahaadits ad-Dho'ifah no. 705,
namun makna hadits ini shohih)
Allah Taala telah mengabarkan bahwa kebaikan itu akan menghapus kejelekan, istighfar adalah sebab
datangnya rizki dan berbagai kenikmatan, sedangkan maksiat adalah sebab datangnya musibah dan
berbagai kesulitan. (end nukilan dari perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah).
B. KAITANNYA DENGAN BIRRUL WALIDAIN
Kalau ada akhwat mempunyai orang tua yang faham agama maka Itu adalah kemudahan dari Allah
agar sang akhwat mendapatkan kefahaman dalam agamanya. Bahkan sang akhwat dapat sekolah di
sekolah yang tidak ada ikhtilath, maka itupun adalah termasuk anugrah yang diberikan kepada hamba
Allah yang dikehendaki-Nya, tidak berlaku bagi setiap wanita.
Kalau orang tuanya belum faham agama maka bersabar untuk menggabungkan antara birrul
walidain dan sekolah adalah yang terbaik. Dan sang akhwat hendaknya lebih bersemangat untuk
menuntut ilmu syar'i dan meninggalkan hal-hal yang dilarang dalam syari'at Islam sekuat tenaga serta
berusaha mendekatkan orang tua dengan kajian ilmiyah dengan metode yang paling mudah mereka
terima.

10
Mulailah merubah diri dengan lebih bersungguh-sungguh dalam birrul walidain seperti
mengubah tata bicara tutur kata yang lembut dan halus kepada orang tua seperti tadinya tidak
pernah atau jarang menyebut "Ayah yang kusayangi" "Ibuku tercinta ..."
Yakinkan kepada orang tua bahwa tekad bulatnya adalah menghantarkan kedua orang tuanya
ke surga, "Ibuku tercinta, Ayahku yang kusayangi ijinkan ananda untuk belajar agama lebih
dalam lagi agar bisa menghantarkan ibu dan ayah tercinta ke surga".
Kelembutan kepada kedua orang tua akan lebih bisa menghujam tepat sasaran ketika niat ikhlas
dalam menuntut ilmu syari selalu diasah semata-mata ingin mengarap ridho Allah bukan sekedar
ikutan trend dari akhwat yang lain.
Berdoa dengan lebih sering dalam setiap keadaan, terutama di sujud dan waktu serta tempat
yang mustajab agar diberikan kemudahan untuk menggabungkan birrul walidain dengan
menuntut ilmu syar'i.
Problematika sebagian orang tidak bisa diambil sebagai DALIL BAGUS TIDAKNYA bahwa drop out
dari kuliah itu termasuk uquuq walidain/durhaka kepada kedua orang tua. Begitupun asyik
masyik berikhtilath dengan yang bukan mahromnya pun juga harus dihindari sebisa mungkin
artinya kalaupun harus mengambil keputusan antara tetap kuliah atau tidak maka ambillah
keputusan karena Allah dan Rasul-Nya shallallahu'alaihi wasallam bukan karena semata-mata ikut
trend ataupun kehendak orang tua yang memaksa harus kuliah karena sebab cita-cita duniawi
semata.

" :

Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam
bermaksiat kepada Allah." (HR. Ahmad no 20653, at-Thobroni dalam kitabnya al-Mu'jamul Kabiir
no. 367. Shohih, Lihat Silsilah Ahaadits as-Shohihah no. 179)

Intinya adalah harus lebih dicermati dan berhati-hati dalam menjalin teman akrab karena teman
dekat adalah trend hidup yang akan menggiringnya ke suatu kebiasaan bisa baik maupun buruk .

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang
yang benar(jujur). (QS. At Taubah: 119.(
Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita agar bersahabat dengan orang yang dapat
memberikan kebaikan dan sering menasehati kita.

Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan
berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk
olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai
besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat
baunya yang tidak enak. (HR. Al-Bukhari no. 2101, dari Abu Musa radhiallahu anhu(

11
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Seseorang akan mudah mengikuti kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa
yang akan menjadi teman karib kalian. (HR. Abu Daud no. 4833, At-Tirmidzi no. 2378, Ahmad no. 8028,
al Hakim no. 7319, dari Abu Hurairah radhiallahu anhu. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
hasan. Lihat Silsilah As shohihah no. 927.(
Yang harus diperhatikan lagi adalah tentang kuliah yang digeluti, apakah untuk kedepan
kecenderungannya akan lebih banyak atau harus bekerja dengan ikhtilat antara laki dan wanita? Itu
adalah bahan dialog yang harus dibangun dan dishare kepada orang tua dengan cara yang hikmah lagi
ilmiyah. Telaah detailnya adalah sebagai berikut:
a. Ketika ada profil orang tua yang terbuka komunikasinya maka ahsannya/lebih baik diajak
berdialog tentang keinginannya untuk menggabungkan birrul walidain dengan menuntut ilmu
syari.
b. Mengawali komunikasi dengan orang tua hendaknya melihat kondisi dan waktu yang pas dan
mulailah berlatih sebelumnya untuk memilih kata-kata yang lembut lagi pas bagi orang tua.
Jangan ada kesan menggurui ataupun menentang dengan menunjukkan dalil secara serta merta
"Bapak, ibu ini tahu apa tentang dalil ? nih kalau mo lihat ini ada di buku ini !!" Alangkah
indahnya kalau kalimat diatas diganti menjadi, "Bapakku sayang, ibuku tercinta, Ananda punya
unek-unek tentang kuliahan, tapi ananda pengin banget bisa mengantarkan bapak ibuku
tercinta bersama-sama menapaki surga-Nya yang kekal abadi, kira-kira bagaimana menurut
bapak ibuku sayang ?"
c. Kalau ada salah satu dari orang tuanya lebih terbuka dari yang lainnya maka hendaknya memulai
Komunikasi dengannya. Misalnya bapak lebih terbuka daripada ibu maka bisa dimulai
membangun komunikasi awal dengan bapak baru kemudian dilanjutkan kepada ibu setelah ada
dukungan dari sang bapak ataupun bisa mengambil dukungan dari paman bibi atau kerabat yang
dekat dengan kedua orang tua dan mereka bisa menerima pendapat yang ilmiyah.
d. Kalau bukan profil yang terbuka maka pilih media tulis dengan surat tertulis tangan dengan
memilih bahasa yang lembut lagi santun.
Saudariku semoga Allah senantiasa menjagamu

CAMKANLAH HADITS MULIA BERIKUT INI:


: :

:

" :

Imam Ahmad dalam kitab musnadnya berkata, "Telah mengabarkan kepada kami Waki', telah
mengabarkan kepada kami Sulaiman bin Al-Mughirah, dari Humaid bin Hilal, dari Abu Qatadah dan
Abu Ad-Dahma', mereka berdua berkata, telah datang kepada kami seorang badui, lalu kami
berkata, apakah engkau telah mendengar Rasulullah Shallahu'alaihi wassalam pernah bersabda
tentang sesuatu apapun ? Badui tadi menjawab, "Betul, aku mendengar beliau bersabda,

12

"SESUNGGUHNYA TIDAKLAH ENGKAU MENINGGALKAN SESUATU


KARENA ALLAH AZZA WA JALLA KECUALI ALLAH AKAN
MENGGANTINYA DENGAN YANG LEBIH BAIK DARINYA." Shohih (HR.
Ahmad no. 23074, shohih sebagaimana dishohihkan oleh Syaikh Albani dalam Silsilah Ahaadits AshShohihah 2/732)
Apapun yang engkau tinggalkan karena Allah semata, baik itu gelar dunia, kecintaan orang ataupun
pujian orang maka PASTI Allah akan ganti dengan yang lebih baik bisa di dunia maupun di akhirat
kelak.
Saudariku bukalah pintu maafmu apabila engkau merasa bahwa dalam tulisan ini penulis telah
memaksakan sesuatu yang kurang berkenan di hatimu

Bisa jadi engkau masih bimbang dan ragu untuk memenuhi syari'at Allah yang begitu berat
dan berliku.
Bisa jadi engkau khawatir akan protes dan penolakan keras dari orang tuamu terhadap
keputusanmu untuk mentaati Allah dan Rasul-Nya shallallahu'alaihi wasallam
Bisa jadi engkau khawatir ketika tidak bisa menyelesaikan sekolah dan meraih gelar
terhormat maka engkau akan susah dan menderita di kehidupan rumah tanggamu kelak

Yakinlah tulisan ini semata-mata hanya ingin mengajakmu memenuhi syariat Allah dan Rasulullah
Shallallahu'alaihi wasallam agar engkau menjadi penghuni Surga-Nya yang abadi kelak dan
menyadarkanmu dari surga dunia yang fana.

Semoga bermanfaat,
Zaki Abu Kayyisa,
Dubai, 27 Rabiul Awal 1438 H/26 Desember 2016.

Anda mungkin juga menyukai