Banyak yang bilang dakwah itu tentang cinta... dakwah itu tentang peduli... dakwah itu ini
dan itu rupa-rupa warna dan rasanya. Memang dakwah mengajak pada kebaikan adalah hal
yang amat terpuji dan patut diacungi jempol. Apalagi kondisi umat Islam sekarang tidak
seantusias generasi-generasi terdahulu dalam menerima dakwah. Sayang, banyak da'i belum
paham beberapa kaidah dakwah sehingga cara Ia menyerukan kebenaran kurang tepat.
Aturannya sih sederhana sahabat, sesuatu yang benar jika disampaikan dengan cara yang
salah bisa disebut salah. Sesuatu yang salah jika disampaikan dengan cara yang tepat bisa
diaminkan oleh orang lain, dibenarkan bahkan didukung.
Berikut salah 10 kaidah dalam dakwah yang banyak dibahas dalam buku-buku seputar
dakwah dan pergerakan...
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan diri
(kewajiban)mu sendiri…” (QS Al Baqarah: 44)
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan sesuatu yang tidak kalian
kerjakan ? Sungguh besar murka di sisi Allah bila kalian mengatakan sesuatu yang tidak
kalian kerjakan.” (QS Ash Shaff: 2-3)
Pepatah Arab mengatakan “Lisanul Haal Afsahu Min Lisanil Maqal” (Bahasa perbuatan lebih
fasih daripada bahasa lisan)
2. At Ta’lif Qabla At Ta’rif (Mengikat Hati Sebelum Mengenalkan)
Objek dakwah (mad’u) adalah manusia yang sikap dan perbuatannya ditentukan oleh kondisi
hatinya. Untuk itu mensuasanakan hati mad'u sebelum diberikan dakwah adalah hal yang
penting. Selain agar Ia tidak terkejut, tentunya agar Ia bisa lebih menerima dakwah yang kita
bawa. Salah satu cara mensuasanakan hati tersebut adalah dengan cara membangun
kekaraban.
Salah satu kesalahan dakwah terbesar adalah membebankan suatu amalan kepada mad’u
sebelum diajarkan dengan baik. Baik beban berupa suatu amal yang hukumnya wajib maupun
amalan yang hukumnya sunnah. Sebab dakwah itu tegak di atas landasan ilmu dan hujjah
yang jelas, bukan doktrin-doktrin yang membabi buta.
Da’i yang tidak memahami masalah-masalah ushul dan furu’ ini akan menjadikan dakwah
tidak lagi menuai maslahat, bahkan dapat bersifat kontraproduktif bagi dakwah itu sendiri.
Hal ini dikarenakan perkara ushul harus didahulukan daripada furu’, sedangkan furu’ dapat
dilaksanakan dengan baik dan benar ketika berpijak pada ushul yang baik dan benar pula.
7. At Targhib Qabla At Tarhib (Memberi Harapan Sebelum Ancaman)
ٓ
ان َع ْن ُه َمسْ ـ ُٔواًۭل َ ص َر َو ْٱلفُ َؤا َد ُك ُّل أ ُ ۟و ٰلَئ
َ ِك َك َ ك ِبهِۦ عِ ْل ٌم ۚ إِنَّ ٱلسَّمْ َع َو ْٱل َب َ َواَل َت ْقفُ َما لَي
َ َْس ل
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya itu akan dimintai
pertanggungjawaban.” (QS Al Israa’: 36)
Menjaga kehormatan termasuk salah satu tujuan syari’at Islam. Oleh karena itu, dakwah
harus berupaya memberikan didikan yang baik kepada mad’unya.
Sebuah pepatah mengatakan, “Guru tanpa buku akan melahirkan kejumudan, sedangkan buku
tanpa guru akan melahirkan kesesatan”
Bagaimana? Sudah bisa memahami 10 kaidah ini? Apa yang ada disini baru permukaan dari
karidah dakwah yang amat luas dan sangat beragam aplikasinya. Siapa tau suatu saat sahabat
menemukan metode yang efektif untuk berdakwah bisa share juga ya... :D