Anda di halaman 1dari 5

LAMPIRAN

NOMOR
TANGGAL
TENTANG

: KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT


AR. BUNDA PRABUMULIH
: 075/RS-Bunda/Pbm/I/2017
: 12 Januari 2017
: Kebijakan Skala Nyeri VAS (Visual Analog Scale)

PANDUAN
SKALA NYERI
(VISUAL ANALOG SCALE)

BAB I
DEFINISI

Skala Nyeri Visual Analog Scale (VAS) adalah cara menilai nyeri dengan menggunakan alat ukur
yang memeriksa Intensitas nyeri secara khusus meliputi 10-15 cm garis dengan setiap ujungnya ditandai
dengan level intensitas nyeri ( ujung nyeri diberi tanda no pain (tidak ada nyeri) dan ujung kanan diberi
tanda bad pain ( nyeri hebat), dan pasien diminta untuk menandai disepanjang garis tersebut sesuai
dengan level internsitas nyeri yang dirasakan oleh pasien.

BAB II
RUANG LINGKUP

Assesmen nyeri meliputi seluruh instalasi rawat inap dan rawat jalan. Untuk menilai seberapa
besar nyeri yang dirasakan oleh pasien perlu dilakukan assesmen nyeri yang salah satunya dengan
assesmen nyeri melalui penilaian Skala Nyeri (Visual analog scale).
Assesmen nyeri menurut VAS menilai bagaimana respon pasien terhadap nyeri yang dirasakan.
Agar assesmen yang dilakukan memperoleh data kondisi pasien yang komprehensif harus dilakukan juga
assesmen lainnya yang mendukung.
Assesmen lain yang mendukung assesmen nyeri dan perlu dilakukan adalah dengan melakukan
anamnesis terhadap pasien, baik melalui pertanyaan yang ditnjukan kepada pasien secara langsung
ataupun melalui keluarga pasien. Anamnesis yang dilakukan anatara lain :
a. Riwayat Penyakit Sekarang
1) Onset nyeri akut atau kronik, traumatik atau non traumatik
2) Karakter dan derajat keparahan nyeri, nyeri tumpul, nyeri tajam, rasa terbakar, tidak nyaman,
kesemutan, neuralgia
3) Pola penjalaran / penyebaran nyeri
4) Durasi dan lokasi nyeri
5) Gejala lain yang menyertai misalnya kelemahan, baal, ke3semutan, mual / muntah, atau
gangguan keseimbangan / kontrol motorik
6) Faktor yang memperhambat dan memperingan
7) Kronisitas
8) Hasil pemeriksaan dan penanganan nyeri sebelumnya, termasuk respon terapi.
9) Gangguan / kehilangan fungsi akibat nyeri / luka.
10) Penggunaan alat bantu
11) Perubahan fungsi mobilitas, kognitif, irama tidur, dan aktivitas hidup dasar (activity of daily
living)
12) Singkirkan kemungkinan potensi emergensi pembedahan, seperti adanya faktur yang tidak stabil,
gejala neurologis progresif cepat yang berhubungan dengan sindrom kauda ekuina
b. Riwayat pembedahan / penyakit dahulu
c. Riwayat psiko-sosial
1) Riwayat konsumsi alkohol, merokok, atau narkotika.
2) Identifikasi pengasuh / perawat utama (primer) pasien
3) Identifikasi kondisi tempat tinggal yang berpotensi menimbulkan eksaserbasi nyeri.
4) Pembatasan / restriksi partisipasi pasien dalam aktivitas sosial yang berpotensi menimbulkan
pengaruh negatif terhadap motivasi dan kooperasi pasien dengan program penanganan .
manajemen nyeri kedepannya. Pada pasien dengan masalah psikiatrik, diperlukan dukungan
psikoterapi / psikofarmaka.
5) Tidak dapat bekerkerjanya pasien akibat nyeri dapat menimbulkan stress bagi pasien /
keluaga.

d. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan yang melibatkan gerakan berulang dan rutin, seperti mengangkat benda berat,
membungkuk atau memutar merupakan pekerjaan tersering yang berhubungan dengan nyeri
punggung.
2

e. Obat-obat dan alergi


1) Daftar obat-obatan yang dikonsumsi pasien untuk mengurangi nyeri (suatu studi menunjukan
bahwa 14% populasi di Indonesia mengkonsumsi suplemen / herbal, dan 36% mengkonsumsi
vitamin)
2) Cantumkan juga mengenai dosis, tujuan minum obat, efektifitas, dan efek samping
3) Direkomendasikan untuk mengurangi atau memberhentikan obat-obatan dengan efek
samping kognitif dan fisik
f.

Riwayat keluarga
Evaluasi riwayat medis terutama penyakit genetik

g. Assesmen sistem organ yang komprehensif


1) Evaluasi gejala kardiovaskuler psikiatri pulmoner, gastrointestinal, neuralgia, reumatologi,
genitourinaria, endokrin dan muskuloskletal
2) Gejala kontitusional penurunan berat badan, nyeri malam hari, keringat malam, dan
sebagainya.

BAB III
TATA LAKSANA
Cara penilaian nyeri dengan menggunakan scala nyeri VAS (Visual analog scale) adalah
alat ukur lainnya yang digunakan untuk memeriksa intensitas nyeri dan secara khusus meliputi
10-15 cm garis dengan setiap ujungnya ditandai dengan level intensitas nyeri (ujung kiri diberi
tanda no pain dan ujung kanan diberii tanda bad pain).
3

Pasien diminta untuk menandai disepanjang garis tersebut dengan level intensitas nyeri
yang dirasakan pasien. Kemudian jaraknya diukur dari batas kiri sampai pada tanda yang diberi
oleh pasien (ukuran mm), dan itulah skornya yang menunjukan level intensitas nyeri. Kemudian
skor tersebut dicacat untuk melihat kemajuan pengobatan / terapi selanjutnya.
Ilustrasi Visual Analog Scale
Tidak Nyeri

Nyeri sangat hebat

10

Alat ini sebaiknya disajikan dengan isyarat verbal yang menilai dan tidak ada jari yang
menunjuk oleh pemeriksa. Alat ini harus diperkenalkan dengan pernyataan standar yang tepat
tolong tandai garis yang sesuai dengan instensitas nyeri yang anda alami saat ini . Idealnya,
baris sebaiknya ditandai pada nyeri saat istirahat dan nyeri saat begerak. Tidak adanya isyarat
descriptor dan garis spidol dengan VAS diyakini bisa memberikan validitas ilmiah yang lebih
besar, tetapi dapat membingungkan pada pasien yang lebih muda dan lansia.

BAB IV
DOKUMENTASI
Setiap pelaksanaan tindakan keperawatan dan respon klien terhadap tindakan
keperawatan wajib didokumentasikan sebagai bentuk pertanggung jawaban dan
pertanggunggugatan terhadap asuhan keperawatan yang sudah dilakukan perawat terhadap pasien
sesuai kebijakan yang berlaku, karena dokumentasi keperawatan merupakan dokumen legal
dalam sistem pelayanan keperawatan, sehingga diharapkan melalui dokumentasi yang baik maka
informasi mengenai keadaan kesehatan klien dapat diketahui secara berkesinambungan.
4

Anda mungkin juga menyukai