Dokumen - Tips Penanganan Ikan Di Kapaldocx
Dokumen - Tips Penanganan Ikan Di Kapaldocx
Thursday, November 07, 2013 Penanganan Hasil Perikanan, Pengolahan Hasil Perikanan No comments
Produk perikanan merupakan salah satu jenis pangan yang perlu mendapat perhatian terkait dengan keamanan
pangan. Mengingat di satu sisi, Indonesia merupakan negara maritim terbesar di Asia Tenggara sehingga sektor
perikanan memegang peranan penting dalam perekonomian nasional. Terutama dalam penyediaan lapangan
kerja, sumber pendapatan nelayan dan sumber devisa negara. Selain itu, produk perikanan juga merupakan
sumber protein hewani yang dibutuhkan oleh manusia. Namun di sisi lain, produk perikanan dapat menjadi
media perantara bagi bakteri patogen dan parasit yang dapat menginfeksi manusia.
Penanganan ikan di atas kapal adalah segala upaya terhadap hasil tangkapan di kapal mulai dari tindakan awal
sampai dengan penyimpanan yang bertujuan menjaga mutu ikan sesuai dengan standar yang diinginkan. Mutu
ikan tidak dapat diperbaiki tetapi hanya dapat dipertahankan. Kerusakan atau penurunan mutu ikan dapat terjadi
segera setelah ikan mengalami kematian, peristiwa ini terjadi karena mekanisme pertahanan normal ikan terhenti
setelah ikan mengalami kematian. Adapun penyebab kerusakan ikan adalah bakteri, ensim dan reaksi kimia
yang terdapat didalam tubuh ikan maupun lingkungan dimana ikan berada. Untuk menjaga mutu ikan hasil
tangkapan, maka perlu penanganan yang baik sejak ikan diangkat dari alat tangkap, selama penyimpanan, dan
pembongkarannya, sehingga ikan dapat sampai dikonsumen dengan mutu yang baik dan aman untuk
dikonsumsi.
PENANGANAN IKAN DIATAS DEK
Lantai geladak dan setiap alat yang di pakai dalam penanganan ikan segar harus di bersihkan sebelum di pakai.
Setelah dinaikkan ke kapal, jika keadaan memungkinkan ikan segera disiangi (dikeluarkan isi perut dan
insangnya) kemudian dicuci bersih dengan air laut. Umumnya penyiangan hanya di lakukan terhadap ikan-ikan
yang berukuran besar; ikan-ikan kecil seperti lemuru dan kembung tidak praktis untuk di siangi di kapal.
Pencucian dilakukan dengan menggunakan air laut. Sisa-sisa darah dan sisa-sisa isi perut dihilangkan, demikian
pula lendir-lendir yang ada. Selanjutnya jika keadaan memungkinkan, ikan disortir menurut jenis dan ukurannya
dan masing-masing disimpan di palka secara terpisah, baik didalam peti-peti maupun menggunakan rak yang
terpisah.
Selama bekerja di geladak, ikan perlu di lindungi dari sinar matahari dan hujan, misalnya dengan memasang
tenda. Ikan yang bertumpuk banyak karena menunggu disiangi dapat di tutup dengan terpal basah. Geladak
harus di cuci bersih setelah pekerjaan pencucican ikan selesai sebelum hasil tangkapan yang lain dinaikkan ke
kapal.
PENYIMPANAN DI PALKA
Palkah untuk menyimpan ikan segar harus dibersihkan sebelum dimasuki ikan. Pekerjaan mengangkut ikan ke
dalam palka harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak melukai ikan; melemparkan atau menuangkan ikan
kedalam palkah atau menginjak ikan adalah praktek yang tidak baik.
Penyusunan ikan di palka dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu dengan menimbun (bulking), dengan bersusun
lapis menggunakan rak / sekat datar (shelfving), dengan menggunakan peti-peti (boxing), dan dengan
merendam ikan di dalam air dingin.
20-35 cm. Biasanya rak-rak itu disusun membujur, di sisi kiri dan kanan, sedang ditengah-tengahnya dipakai
sebagai lorong. Ikan disusun di atas rak-rak horisontal dengan diselimuti es. Ikan yang besar di susun
membujur.
Pemakaian rak-rak di palka ini dapat menghasilkan ikan yang lebih baik karena ikan tidak terlalu banyak
menerima tekanan, tetapi diperlukan penanganan yang lebih banyak dan di perlukan ruangan yang lebih besar.
Tiap 1 ton ikan memerlukan ruang palkah 3-4,5 m3 tergantung dari ukuran ikan.
C. Menyimpan Ikan Di Palka Dengan Peti (Boxing)
Peti untuk menyimpan ikan di kapal umumnya dibuat dari kayu atau plastik yang dirancang dengan ukuran yang
disesuaikan dengan kemampuan manusia setempat, yaitu 20-30 kg. Ukuran yang labih besar dirancang untuk
diangkut oleh 2 orang. Peti dari plastik lebih mudah dibersihkan. Peti kayu hendaknya dibuat dari papan yang
diserut halus dan dengan sudut-sudut yang mudah di bersihkan.
Ikan di susun di dalam peti dengan di campur dan di selimuti es. Karena peti-peti itu akan di tumpuk di palka,
maka pengisian ikan /es tidak boleh melebihi permukaan peti agar ikan tidak tertekan peti diatasnya. Dengan
cara penyimpanan ini, tiap 1 ton ikan memerlukan ruang palka 2,5 - 3 m3.
D. Merendam Ikan Dalam Air Dingin
Palka ikan dibangun berupa tangki-tangki khusus untuk menampung air laut yang di dinginkan. Ikan direndam di
dalam tangki-tangki tersebut sampai saat dibongkar di pelabuhan. Jika dilakukan dengan baik, cara ini
menghasilkan ikan dengan mutu yang lebih baik; pendinginan berlangsung lebih cepat, ikan tidak menerima
tekanan. Ikan-ikan besar seperti tuna dan ikan-ikan kecil seperti lemuru dan kembung dapat diperlakukan
dengan cara ini.
Air laut didinginkan dengan mesin pendingin yang sudah mulai dijalankan sejak kapal meninggalkan pelabuhan
menuju daerah penangkapan, dengan maksud agar air sudah cukup dingin pada waktu hasil tangkapan pertama
dinaikkan. Sering kali tangki-tangki diisi dengan sejumlah es sebelum kapal meninggalkan pelabuhan.
Description:
1.
2.
Figure 67 Proposed layout and flow plan for 800 kg/h medium and small shrimp
processing plant
scale ~ 1 : 100
Figure 69 Proposed layout and flow plan for 2 t/day hand-peeling shrimp processing
plant
Wiwik Yuningsih
Source: OAI
ABSTRACT Luasnya lautan di Negara Indonesia membuat sebagian besar penduduk sekitar pantai memilih
hidup sebagai nelayan. Ikan adalah termasuk komoditi yang tidak tahan lama dan mudah rusak jika ditempatkan
diruang yang terbuka. Penyebab kerusakan diantaranya adalah aktifitas mikroorganisme dan bakteri yang ada
dalam daging ikan tersebut, dimana pada suhu kamar bakteri dan mikroorganisme dapat berkembangbiak
dengan cepat. Oleh karena itu para nelayan selalu membawa es untuk digunakan mendinginkan ikan tersebut
agar tetap segar paling tidak hasil tangkapan tersebut masih bagus dan segar sampai ke TPI (Tempat
Pelelangan Ikan) untuk dijual. Cara ini kadangkala tidak efektif dan efisian karena untuk membawa es dibutuhkan
waktu yang lama (12 jam) sehingga es cepat mencair. salah satu cara untuk mempertahankan mutu dan
kesegaran ikan dapat dilakukan dengan menerapkan teknologi refrigerasi yaitu dengan menurunkan suhu ikan
secepat mungkin agar aktifitas bakteri pembusuk dapat terhambat. Dan atas dasar itulah penulis mengambil
judul tugas Perancangan Sistem Pendingin Ikan Pada Kapal Nelayan Dengan Kapasitas 2 Ton yang digunakan
untuk mendinginkan ikan hasil tangkapan. Adapun tujuan perencanaan ini adalah untuk mendapatkan desain
dari refrigerator yang berbentuk box untuk mendinginkan ikan hasil tangkapan dan untuk mengetahui dimensi
komponen mesin refrigerator yang berbentuk box pendingin dengan kapasitas 2 ton. Dalam Perancangan Sistem
Pendingin Ikan Pada Kapal Nelayan Dengan Kapasitas 2 Ton dengan data sebagai berikut: Sistim refrigerasi
adalah Vapor Compression Refrigeration Sistem., Data ruang pendingin untuk panjang = 2 m, lebar = 1,5 m,
tinggi = 1 m, temperatur luar ruangan 27 C, temperatur dalam ruangan -2 C, bahan ruangan = bahan dinding
Aluminium ditempel penyekat, bahan pelapis kayu keras dan fiber glass, Aluminium ditempel penyekat,
refrigerant yang digunakan adalah R-22, dimana data kompresor adalah: jenis kompresor torak, beban
pendinginan = 70,776 kW , daya kompresor = 1,68 kW. Jenis Kondensor tabung berpendingin air, susunan pipa
horizontal, bahan pipa tembaga tipe-K, diameter luar pipa = 0,0095 m, diameter dalam pipa = 0,0078 m tebal
pipa = 0,00089 m, jumlah pipa 42, panjang pipa 2,49 m, luas permukaan panas = 3,12 m2.Untuk evaporator jenis
evaporator kering Susunan pipa, staggered (zig-zag), bahan pipa tembaga tipe-K, diameter luar pipa =
0,0095,diamiameter dalam pipa = 0,0078 m, tebal pipa = 0,00089 m, jumblah pipa 42, panjang pipa = 11,11 m,
luas permukaan panas = 13,92 m2, untuk katup ekspansi yang digunakan adalah katup termostatis.
Refrigeration is a process whereby heat is removed and rejected, and this can be
achieved by any of the following methods:
Vapour compression
Vapour absorption
Air cycle
Thermoelectric
The most widely used is the vapour compressions system and only in exceptional
circumstances would another method be contemplated in a modern fish processing
installation. Even applications which apparently do not use this method, such as chilling
with ice or freezing with a cryogenic liquid, are indirect uses of the vapour compression
system, since such a system would have been used to make the ice or liquify the gas.
Vapour absorption is still used in some domestic refrigerators and there has been a
revival of interest in this system for some commercial applications since it can be
operated from a waste heat source. The absorption system does not require mechanical
power, therefore, there is no requirement for an electrical supply of direct drive engine.
The only requirement is an input of heat, therefore, this type of refrigeration system may
be considered for limited applications in situations where a heat source is cheaper or
more readily available than an electrical or mechanical drive.
The air cycle system is inherently safe and is now almost exclusively used for cabin
cooling in aircraft.
The thermoelectric cooling system is confined to use with applications which require very
small refrigeration effects, such as instrument cooling and laboratory use.
Other methods have been used, but they either have not been suitable for commercial
operations or have now become obsolete for a variety of other reasons.
Cryogenic refrigeration, as mentioned above, is an indirect application of the vapour
compression system and liquid nitrogen and liquified or solid carbon dioxide cryogenic
systems have a limited application in fish processing.
A high purity fluorocarbon refrigerant, R12, is also used in immersion or spray cooling
systems, but again there is only a limited use in the fishing industry.
3.1.1.2 Refrigerants:
Although there are a wide range of refrigerants available, many have properties which
suit them for special purpose applications only. The refrigerants listed in Table 12 are
those commonly used in the fish industry. and a number of secondary refrigerants, such
as ethyl alcohol, methyl alcohol, glycol solutions and salt/sugar solutions, have also a
limited use.
Chemical name
Trade names
R12
Dichlorodifluoromethane
R22
Chlorodifluoromethane
Triklone A
(Triklone is a trade mark of INEOS
Chlor Limited)
The cost of refrigerants depends on the unit quantity (size of cylinder) and the quantity
(weight) ordered. The costs listed in Table 13 are 1983 UK values for the quantities and
unit containers specified. Initial costs may also include an additional deposit for the
refrigerant containers.
Many of the physical properties of a refrigerant are important to the design engineer and
this information is now readily available in suppliers catalogues and in text books. Only
some of their attributes and likely applications are, therefore, given in the following
notes.
i.
Refrigerant 12 has a relatively low latent heat value and this is an advantage in
small machines since the higher flow rates required allow for better control. R12
is usable down to lower temperatures, but below -29.8C negative pressures will
prevail on the low pressure side of the system with potential problems resulting
from leaks of air and moisture. R12 is completely miscible with oil at all likely
operating temperatures, therefore, oil return systems are relatively
uncomplicated.
Dry expansion system: Used in all the small installations and in installations
where there are not likely to be problems with refrigeration distribution or the
temperature fluctuations induced by the cycling of the thermostatic expansion
valve.
ii.
Flooded system with natural circulation: The flooded system gives a better heat
transfer than the dry expansion system since there is more liquid present in the
cooler. A flooded system also ensures better refrigerant distribution, therefore,
they are appropriate when there are a number of parallel circuits for the
refrigerant flow.
The reservoir in a natural circulation system is situated above the coolers,
therefore, it is not suitable for widely separated multiple units.
The most appropriate application likely in fish freezing is with horizontal plate
freezers which are single units with a number of parallel circuits formed by the
freezer plates.
Flooded system with pump circulation: Pump circulation allows a flooded system
to be used with its advantage in good heat transfer and refrigerant distribution, in
a multiple unit system with the low-temperature liquid reservoir situated, if
necessary, away from the immediate vicinity of the coolers.
An example of this kind of application is a number of vertical plate freezer units
supplied from a common liquid receiver sited in a separate engine room.
iv.
Pressure gauges
Pressure gauges are used to indicate plant-operating conditions and they are therefore
useful for routine inspections and, also, when fault-finding. Gauges are normally
positioned at the compressor to indicate pressures on the high and low pressure sides of
the system with additional gauges, as necessary, to indicate the intermediate pressure in
a two-stage system and the delivery pressure of the compressor lubricating oil pump. An
additional gauge may be used in a larger system to indicate the pressure at the
evaporator and, also, the pump delivery pressure when a secondary refrigerant is used.
To cover all these requirements, three different pressure ranges may be required, and
although they are not essential for the plant operation, spares should be available since
a reliable gauge would help to reduce both operational and maintenance costs.
The cost of gauges will vary between US$ 5 and US$ 25.
ii.
Temperature gauges
Refrigerant flow
iv.
Safety devices
Safety devices come into two categories: those for protecting the equipment and those
for the environment. Most small units operate without safety devices since replacement
costs are low and irreparable damage less likely. Also, with smaller units, simplicity is
always desirable. Larger units, however, from about 20 hp and upwards, would have one
or more of the following devices:
a. High pressure cut-out: This limits the pressure in the condenser and other parts
of the high pressure side of this system thus avoiding the possibility of damage
and overheating of the refrigerant oil. Cost US$ 15-75.
b. Low pressure cut-out: This limits the minimum pressure at which the evaporator
and other parts of the low pressure side of the system operate. Low pressures
can be damaging to the machine and also give rise to excessive leakage into the
system when the pressure is unnecessarily operated below atmospheric. Cost
US$ 15-75.
c. Oil pressure cut-out: This ensures that the compressor is not operated if for some
reason lubricating oil is not being circulated at the required rate. Cost US$ 50-75.
d. Motor overload: This device can protect both the drive motor and the refrigeration
equipment if there is an excessively high load on the compressor, a blockage or
ceasure.
v.
Capacity control
Capacity control of a refrigeration system can be achieved in many ways and the
following list gives some of the methods likely to be used in fish freezing and cold
storage:
Off-loading of cylinders in a multicylinder compressor .
By-passing from de 1 i very to suction at the compressor
On/off-cycling of the compressor by either a temperature or pressure-sensing device,
Speed control of the drive motor either by electrical or mechanical means ,
A qualified person should be consulted on whether this requirement is necessary and on
the choice of method used.
Trolleys are more mobile but take up more space on the factory floor. Pallet loads can be
moved directly from the freezer to a cold store for temporary storage without the need for
taking expensive equipment out of service.
Fixed shelves within the freezer are not recommended since the freezer door must be
left open during loading. This may take a considerable time and result in an unnecessary
high ingress of heat and water vapour with the air entering the freezer. With a fixed shelf
arrangement some of the air-blast freezer's versatility will also be lost.
iii.
Spiral freezers are designed to reduce the floor space requirement of the freezer but
they, in turn, require a higher roof clearance and in some cases this may be equally
critical. Spiral freezers also tend to distort the shape of some products due to the
curvature of the belt path. In line freezers have been built with a multi-belt operation in
order to reduce the floor space (Figure 26). Transfer of partially frozen fish from one belt
to another. however, may be difficult and result in breakage or distortion of the product.
This transfer, however, is achieved with some degree of success in a semi-fluidized
freezer with some products by ensuring that the wet product does not adhere to the first
belt (Figure 27).
Figure 23 The effect on temperature and refrigeration capacity when loading a batch airblast freezer
Figure 24 Continuous belt air-blast freezer with crossflow air circulation(also constructed
with countercurrent series flow air circulation)
PENGERTIAN REFRIGERASI
Apa Yang Dimaksud Dengan Refrigasi - Mesin
Pendingin
Refrigerasi adalah produksi atau pengusahaan dan pemeliharaan tingkat suhu dari
suatu bahan atau ruangan pada tingkat yang lebih rendah dari pada suhu lingkungan
atau atmosfir sekitarnya dengan cara penarikan atau penyerapan panas dari bahan atau
ruangan tersebut.
Refrigrasi dapat dikatakan juga sebagai sebagai proses pemindahan panas dari suatu
bahan atau ruangan ke bahan atau ruangan lainnya (Ilyas, 1993), sedangkan menurut
Hartanto (1985) pendinginan atau refrigerasi adalah suatu proses penyerapan panas
pada suatu benda dimana proses ini terjadi karena proses penguapan bahan pendingin
(refrigeran).
Refrigrasi memanfaatkan sifat-sifat panas (thermal) dari bahan refrigerant selagi bahan
itu berubah keadaan dari bentuk cairan menjadi bentuk gas atau uap da sebaliknya dari
gas kembali menjadi cairan (Ilyas, 1993).
Prinsip dasar dari refrigerasi mekanik adalah proses penyerapan panas dari dalam suatu
ruangan berinsulasi tertutup kedap lalu memindahkan serta mengenyahkan panas keluar
dari ruangan tersebut.
Proses merefrigerasi ruangan tersebut perlu tenaga atau energi. Energi yang paling
cocok untuk refrigerasi adalah tenaga listrik yaitu untuk menggerakkan kompresor pada
unit refrigerasi (Ilyas, 1993 ).
Dalam suatu sistem refrigrasi mekanik, berlangsung beberapa proses fisik yang
sederhana. Jika ditinjau dari segi termodinamika, seluruh proses perubahan itu terlibat
tenaga panas, yang dikelompokkan atas panas laten penguapan, panas sensibel, panas
laten pengembunan dan lain sebagainya.
Menurut Sofyan Ilyas (1993), suatu siklus refrigrasi secara berurutan berawal dari
pemampatan, melalui pengembunan (kondensasi), pengaturan pemuaian dan berakhir
pada penguapan (evaporasi).
Pemampatan (kompresi). Uap refrigeran lewat panas bersuhu dan tekanan rendah yang
berasal dari proses pengupan dimampatkan oleh kompresor menjadi uap bersuhu dan
bertekanan tinggi agar kemudian mudah diembunkan, uap kembali menjadi cairan
didalam kondensor.
Pemuaian. Pemuaian adalah proses pengaturan kesempatan bagi refrigeran cair untuk
memuai agar selanjutnya dapat menguap di evaporator.
Penguapan (evaporasi), pada proses ini, refrigeran cair berada dalam pipa logam
evaporator mendidih dan menguap pada suhu tetap, walaupun telah menyerap sejumlah
besar panas dari lingkungan sekitarnya yang berupa zat alir dan pangan dalam ruangan
tertutup berinsulasi. Panas yang diserap dinamakan panas laten penguapan.
Komponen pokok adalah komponen yang harus ada / dipasang dalam mesin refrigerasi.
Menurut Hartanto (1985) komponen pokok tersebut meliputi :
a. Kompresor
Kompresor merupakan jantung dari suatu sistem refrigerasi mekanik, berfungsi untuk
menggerakkan sistem refrigerasi agar dapat mempertahankan suatu perbedaan tekanan
antara sisi tekanan rendah dan sisi tekanan tinggi dari sistem (Ilyas, 1993).
1) Kompresor torak
Kompresor torak yaitu kompresor yang kerjanya dipengaruhi oleh gerakan torak yang
bergerak menghasilkan satu kali langkah hisap dan satu kali langkah tekan yang
berlainan waktu. Kompresor torak lebih banyak digunakan pada unit mesin pendingin
berkapasitas besar maupun kecil seperti lemari es, cold storage, collroom.
Kompresor rotary yaitu kompresor yang kerjanya berdasarkan putaran roller pada
rumahnya, prinsip kerjanya adalah satu putaran porosnya akan terjadi langkah hisap dan
langkah tekan yang bersamaan waktunya, kompresor rotary terdiri dua macam yaitu
kompresor rotary dengan pisau / blade tetap.
1) Kompresor tertutup
Kompresor jenis ini banyak digunakan pada unit mesin refrigerasi yang kecil. Kompresor
tertutup dibedakan dua macam yaitu kompresor hermetik dan kompresor semi hermetik
a) Kompresor hermetik
Kompresor yang di bangun dengan tenaga penggeraknya (motor listrik) dalam satu
tempat tertutup. Jenis kompresor hermetik yang sering digunakan adalah kompresor
hermetik torak pada lemari es dan kompresor hermetik rotary pada air conditioner.
Kompresor yang bagian rumah engkolnya dibangun menjadi satu dengan motor
listriknya sebagai tenaga penggerak. Pada kompresor ini tidak diperlukan penyekat poros
sehingga dapat dicegah terjadinya kebocoran gas refrigeran.
2) Kompresor terbuka
Kompresor yang dibangun terpisah dengan motor penggeraknya. Jenis ini banyak
digunakan pada unit refrigerasi yang berkapasitas besar seperti pabrik es, coldstrorage.
Pada kompresor terbuka salah satu porosnya keluar dari kompresor untuk menerima
putaran dari tenaga penggeraknya.
a. Kondensor
Pengembun atau kondensor adalah bagian dari refrigerasi yang menerima uap refrigeran
tekanan tinggi yang panas dari kompresor dan mengenyahkan panas pengembunan itu
dengan cara mendinginkan uap refrigerant tekanan tinggi yang panas ke titik embunnya
dengan cara mengenyahkan panas sensibelnya.
Pengenyahan selanjutnya panas laten menyebabkan uap itu mengembun menjadi cairan.
(Ilyas,1993)
Jenis kondensor ini terdiri dari susunan dua pipa koaksial, dimana refrigeran mengalir
melalui saluran yang berbentuk antara pipa dalam dan pipa luar, dari atas ke bawah.
Sedangkan air pendingin mengalir di dalam pipa dalam dengan arah yang berlawanan
dengan arah aliran refrigeran.
Uap
Air
Air
Cairan
refrigeran
pendingin
pendingin
keluare.
bentuk
refrigeran
Sirip
Tabung
Tabung
masuk
keluar
masuk
luar
bunga
dalam
Kondensor tabung dan koil adalah kondensor yang terdapat koil pipa air pendingin di
dalam tabung yang di pasang pada posisi vertikal. Tipe kondensor ini air mengalir dalam
koil, endapan dan kerak yang terbantuk dalam pipa harus di bersihkan dangan bahan
kimia atau detergen.
Kondensor pendingin udara adalah jenis kondensor yang terdiri dari koil pipa pendingin
yang bersirip pelat (tembaga atau aluminium).
Udara mengalir dengan arah tegak lurus pada bidang pendingin, gas refrigeran yang
bertemperatur tinggi masuk ke bagian atas dari koil dan secara berangsur mencair
dalam alirannya ke bawah.
Kondensor tabung dan pipa horizontal adalah kondensor tabung yang di dalamnya
banyak terdapat pipa pipa pendingin, dimana air pendingin mengalir dalam pipa pipa
tersebut.
Ujung dan pangkal pipa terikat pada pelat pipa, sedangkan diantara pelat pipa dan tutup
tabung dipasang sekat untuk membagi aliran air yang melewati pipa pipa.
Kondensor
selubung
dan
tabung
(Shell
and
Tube
condenser)
Keterangan :
1. Saluran air pendingin keluar
2. Saluran air pendingin masuk
3. Pelat pipa
4. Pelat distribusi
5. Pipa bersirip
6. Pengukur muka cairan
7. Saluran masuk refrigeran
8. Tabung keluar refrigeran
9. Tabung
Kondensor yang sering digunakan pada kapal-kapal ikan adalah kondensor jenisshell and
tube. Kondensor ini terbuat dari sebuah silinder besar yang di dalamnya terdapat
susunan pipa-pipa untuk mengalirkan air pendingin.
Tangki penampung (receiver tank)
menyimpan
Namun, apabila temperatur air pendingin didalam kondensor relatif rendah, dan
temperatur ruang mesin di manatangki penampung cairan dipasang lebih tinggi, kadang
- kadang cairan refrigeran yang terjadi di dalam kondensor tidak dapat mengalir dengan
mudah.
Dalam hal ini, bagian atas kondensor harus dihubungkan dengan bagian atas penerima
cairan oleh penyama tekanan (Arismunandar dan Saito, 2005).
Menurut Ilyas (1993), sebagai tempat refrigeran, receiver mempunyai empat fungsi
yaitu :
Receiver
a. Katup Ekspansi
Pada waktu katup ekspansi membuka saluran sesuai dengan jumlah refrigeran yang
diperlukan oleh evaporator, sehingga refrigeran menguap sempurna pada waktu keluar
dari evaporator (Arismunandar & Saito, 2005).
Apabila beban pendingin turun, atau apabila katup ekspansi membuka lebih lebar, maka
refrigeran didalam evaporator tidak menguap sempurna, sehingga refrigeran yang
terhisap masuk kedalam kompresor mengandung cairan.
Jika jumlah refrigeran yang mencair berjumlah lebih banyak atau apabila kompresor
mengisap cairan, maka akan terjadi pukulan cairan (Liquid hammer) yang dapat
merusak kompresor. (Arismunandar & Saito, 2005)
Menurut Hartanto (1985), katup ekspansi berdasarkan cara kerjanya terdiri dari :
1) Katup ekspansi manual / tangan
Berfungsi untuk mengontrol arus refrigerant supaya tepat mengimbangi beban refrigrasi.
Alat ini hanya digunakan kalau beban refrigrasi konstan yang menunjukkan bahwa
perubahan kecil dan berkembang lambat.
Sering dipasang paralel dengan alat kontrol lain sehingga system dapat tetap
dioperasikan jika katup yang lain dalam keadaan rusak (Ilyas,1993).
Katup yang cara kerjanya berdasarkan tekanan dalam evaporator. Cara kerja katup ini
adalah pada waktu mesin pendingin tidak bekerja, katup ekspansi tertutup karena
tekanan dalam evaporator lebih besar daripada tekanan pegas katup yang telah diatur.
Setelah mesin bekerja, uap didalam evaporator akan terhisap oleh kompresor sehingga
tekanan didalam evaporator berkurang. Setelah tekanan didalam evaporator lebih
rendah daripada tekanan pegas maka pegas akan mengembangkan diafragma dan
mendorong katup sehingga membuka.
Katup ini bertugas mengontrol arus refrigran yang dioperasikan secara mengindera oleh
suhu dan tekanan di dalam evaporator dan mensuplai refrigeran sesuai kebutuhan
evaporator.
Operasi katup ini dikontrol oleh suhu bulb kontrol dan oleh tekanan didalam evaporator
(Ilyas,1993).
a. Evaporator
Pada evaporator kering, cairan refrigeran yang masuk kedalam evaporator sudah dalam
keadaan campuran cair dan uap, sehingga keluar dari evaporator dalam keadaan uap
kering, karena sebagian besar dari evaporator terisi uap maka penyerapan kalor tidak
terlalu besar jika dibandingkan dengan evaporator basah.
Namun, evaporator kering tidak memerlukan banyak refrigeran, disamping itu jumlah
minyak pelumas yang tertinggal didalam evaporator sangat kecil (Arismunandar dan
Saito ,2005) .
Pada evaporator jenis setengah basah, kondisi refrigeran diantara evaporato jenis
ekspansi kering dan evaporator jenis basah.
Pada evaporator basah terdapat sebuah akumulator untuk menampung refrigeran cair
dan gas, dari akumulator tersebut bahan pendingin cair mengalir ke evaporator dan
menguap didalamnya.
Sisa refrigeran yang tidak sempat menguap di evaporator kembali kedalam akumulator,
didalam akumulator refrigeran cair berada dibawah tabung sedangkan yang berupa gas
berada diatas tabung.
Evaporator ini merupakan sebuah plat yang diberi saluran bahan pendingin atau pipa
yang dililitkan pada plat. Evaporator jenis ini banyak digunakan pada freezeratau contact
freezer dan proses pemindahan panas menggunakan sistem konduksi.
2) Evaporator bare
Jenis ini merupakan pipa yang dikontruksi melingkar atau spiral yang diberi rangka
penguat dan dipasang pada dinding ruang pendingin. Jenis banyak digunakan pada cold
storage, palkah-palkah ikan dikapal, dan rak air garam.
3) Evaporator sirip
Evaporator ini merupakan pipa yang diberi plat logam tipis atau sirip-sirip yang berfungsi
untuk memperluas permukaan evaporator sehingga dapat menyerap panas lebih
banyak.
Sirip-sirip ini harus menempel erat pada evaporator. Proses pemindahan panas dilakukan
dengan sistem secara tiupan dan banyak digunakan pada AC (air conditioner),pendingin
ruangan (cool room.)
2. Komponen Bantu
Komponen bantu adalah komponen yang dipasang pada instalasi mesin refrigerasi yang
gunanya untuk memperlancar aliran refrigeran sehingga mesin refrigerasi dapat bekerja
lebih sempurna.
Penggunaan alat bantu disesuaikan dengan besar kecilnya kapasitas, jenis refrigeran
yang digunakan dan kegunaan mesin refrigerasi tersebut (Hartanto,1985).
a. Oil Separator
Suatu alat yang digunakan untuk memisahkan minyak pelumas yang ikut termampatkan
oleh kompresor dengan uap refrigeran.
Oli yang ikut bersama refrigeran harus dipisahkan karena jika hal ini terjadi terusmenerus, maka dalam waktu singkat kompresor akan kekurangan minyak pelumas
sehingga pelumasan kurang baik, disamping itu minyak pelumas tersebut akan masuk
kedalam kondensor dan kemudian ke evaporator sehingga akan mengganggu proses
perpindahan kalor (Arismunandar dan Saito, 2005). Oil separator dipasang diantara
kompresor dan kondensor.
Oil separator
Alat ini digunakan untuk menyaring kotoran dan menyerap kandungan air yang ikut
bersama refrigeran pada instalasi mesin refrigerasi.
Alat ini merupakan suatu tabung yang didalamnya terdapat bahan pengering (desicant)
dansaringan kotoran dan penahan agar bahan pengering tidak terbawa oleh aliran
refrigeran yang dipasang pada kedua ujung tabung tersebut (Hartanto, 1985).
Merupakan alat yang digunakan untuk melihat aliran cairan refrigeran pada mesin
pendingin. Alat ini dipasang pada saluran cairan refrigerant bertekanan tinggi
antarareceiver dan katup ekspansi.
Heat exchanger merupakan suatu alat penukar panas yang gunanya untuk menambah
kapasitas mesin refrigerasi dengan cara menyinggungkan antara saluran cairan
refrigeran yang bertekanan tinggi dari receiver tank dengan saluran uap refrigeran
bertekanan rendah dari evaporator sehingga terjadinya perpindahan panas dari cairan
refrigeran bertekanan tinggi ke uap refrigeran yang akan dihisap oleh kompresor.
Kran selenoid adalah kran yang digerakkan dengan ada dan tidaknya aliran listrik, kran
ini pada umunya dipasang pada saluran cairan bahan pendingin bertekanan tinggi atau
sebelum katup ekspansi (Hartanto,1985).
f. Akumulator
Akumulator berfungsi untuk menampung sementara refrigeran berwujud cair yang belum
sempat menjadi uap di evaporator.
Pada mesin refrigerasi sistem evaporator basah peranan akumulator sebagai komponen
pokok dan dipasang setelah katup ekspansi, namun pada evaporator sistem kering
akumulator sebagai komponen bantu dan dipasang diantara evaporator dan kompresor.
Akumulator
3. Alat Kontrol dan Pengaman
Alat ini hanya dapat digunakan untuk mengetahui keadaan pengoperasian mesin
pendingin, antara lain :
1) Manometer
Alat ini digunakan untuk mengukur tekanan pada mesin refrigerasi yang pada umumnya
dipasang pada :
2) Thermometer
Thermometer digunakan untuk mengukur temperatur, pada mesin refrigerasi biasanya
digunakan untuk mengukur temperatur ruang pendingin, media pendingin (masuk dan
keluar) kondensor, refrigeran pada saluran hisap dan keluar kompresor dan sebagainya.
b. Alat Pengaman
Alat ini digunakan untuk mengamankan mesin pendingin apabila terjadi keadaan
pengoperasian yang tidak sesuai dengan yang dinginkan, jenis alat pengaman yang
sering digunakan dapat berbentuk saklar dan katup atau keran. Adapun jenisnya antara
lain:
Adalah saklar listrik yang kerjanya dipengaruhi oleh keadaan refrigerant didalam mesin
pendingin yang bertekanan tinggi, alat ini dapat mematikan kompresor secara automatik
apabila tekanan pengeluaran kompresor terlalu tinggi (lebih tinggi dari batas tekanan
yang telah ditentukan).
Pada prinsipnya alat ini merupakan suatu saklar automatik yang bekerja berdasarkan
tekanan hisap dari kompresor, apabila tekanan hisap kompresor terlalu rendah (lebih
rendah dari tekanan yang telah ditentukan), maka alat ini akan memutuskan aliran listrik
ke motor penggerak kompresor sehingga kompresor akan mati.
Apabila tekanan penghisapannya naik sesuai dengan yang ditentukan maka secara
automatik akan menghidupkan kompresor kembali.
Alat kontrol yang dapat mematikan kompresor secara automatik apabila tekanan minyak
pelumas pada kompresor terlalu rendah.
Pada alat ini terdapat dua buah diafragma yang masing-masing kerjanya dipengaruhi
oleh tekanan minyak pelumas dan tekanan penghisapan kompresor, oleh karena itu alat
ini selalu dihubungkan dengan saluran pelumasan dan saluran penghisapan kompresor.
Alat yang dapat mematikan kompresor secara automatik apabila temperatur ruangan
yang didinginkan sudah mencapai pada temperatur yang dikehendaki.
Alat ini menggunakan tabung perasa (sensor bulb) yang ditempatkan pada ruang
pendingin untuk mendeteksi temperatur ruangan pendingin, apabila suhu diruang
pendingin sudah sesuai dengan yang ditentukan maka thermostat akan mematikan
kompresor.
Penulis :
Lutfi Jauhari
DAFTAR PUSTAKA
Arismunandar, W. dan Heizo Saito. 2002. Penyegaran Udara. PT. Pradnya Paramita,
Jakarta.
Ilyas, S. 1983 Teknologi Refrigerasi Hasil Perikanan Jilid I, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. CV. Paripurna, Jakarta.
________,1993. Teknologi Refrigerasi Hasil Perikanan Jilid II, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. CV. Paripurna, Jakarta.
Stoecker, W.F. dan Jerold, J.W. 1994. Refrigerasi dan Pengkondisian Udara Edisi kedua. PT.
Erlangga, Jakarta.
Beberapa tes sederhana dapat dilakukan untuk mengetahui jika ada kebocoran yang
nyata dalam kompresor. Pertama jika saluran hisap disumbat, maka saluran hisap
kompresor akan vakum/hampa udara. Jika katup hisap atau katup tekan atau torak
bocor, refrigeran yang akan dipompa oleh kompresor tak akan sebesar yang
dikehendaki. Tes kebocoran yang lain diperlihatkan jika kompresor dapat
mempertahankan vakum yang dapat dicapai.
Jika kompresor dimatikan, tekanan hisap diamati apakah turun dengan nyata. Jika
katup hisap atau katup tekan torak bocor, tekanan bisap akan turun. Tes yang sama
dapat dilakukan dengan mengamati tekanan tekan. Jika saluran tekan disumbat,
kompresor akan mempertahankan tekanan tersebut. Jika katup tekan bocor tekanan
tekan akan turun.
Gambar 1. Kompresor
1.2.
Kondensor
Kondensor gambar 5 juga merupakan salah satu komponen utama dari sebuah mesin
pendingin. Pada kondensor terjadi perubahan wujud refrigeran dari uap super-heated
(panas lanjut) bertekanan tinggi ke cairan sub-cooled (dingin lanjut) bertekanan
tinggi. Agar terjadi perubahan wujud refrigeran (dalam hal ini adalah pengembunan/
condensing), maka kalor harus dibuang dari uap refrigeran.
Kalor/panas yang akan dibuang dari refrigeran tersebut berasal dari :
1. Panas yang diserap dari evaporator, yaitu dari ruang yang didinginkan
2. Panas yang ditimbulkan oleh kompresor selama bekerja
Jelas kiranya , bahwa fungsi kondensor adalah untuk merubah refrigeran gas menjadi
cair dengan jalan membuang kalor yang dikandung refrigeran tersebut ke udara
sekitarnya atau air sebagai medium pendingin/condensing.
Gas dalam kompresor yang bertekanan rendah dimampatkan/dikompresikan menjadi
uap bertekanan tinggi sedemikian rupa, sehingga temperatur jenuh pengembunan
(condensing saturation temperature) lebih tinggi dari temperatur medium
pengemburan (condensing medium temperature). Akibatnya kalor dari uap
bertekanan tinggi akan mengalir ker medium pengembunan, sehingga uap refrigean
akan terkondensasi.
Gambar 2. Kondensor
1.3.
Katup Ekspansi
Setelah refrigeran terkondensasi di kondensor, refrigeran cair tersebut mausk ke
katup ekspansi yang mengontrol jumlah refregean yang masuk ke evaporator. Ada
banyak jenis katup ekspansi, tiga diantaranya adalah pipa kapiler, katup ekspansi
otomatis, dan katup ekspansi termostatik.
1.3.1.
Pipa Kapiler (capillary tube)
Katup ekspansi yang umum digunakan untuk sistem refrigerasi rumah tangga adalah
pipa kapiler. Pipa kapiler adalah pipa tembaga dengan diameter lubang kecil dan
panjang tertentu. Besarnya tekanan pipa kapiler bergantung pada ukuran diameter
lubang dan panjang pipa kapiler. Pipa kapiler diantara kondensor dan evaporator
Refrigeran yang melalui pipa kapiler akan mulai menguap. Selanjutnya berlangsung
proses penguapan yang sesungguhnya di evaporator. Jika refrigeran mengandung
uap air, maka uap air akan membeku dan menyumbat pipa kapiler. Agar kotoran tidak
menyumbat pipa kapiler, maka pada saluran masuk pipa kapiler dipasang saringan
yang disebut strainer.
Ukuran diameter dan panjang pipa kapiler dibuat sedemikian rupa, sehingga
refrigeran cair harus menguap pada akhir evaporator. Jumlah refrigeran yang berada
dalam sistem juga menentukan sejauh mana refrigeran di dalam evaporator berhenti
menguap, sehingga pengisian refrigeran harus cukup agar dapat menguap sampai
ujung evaporator.
Bila pengisian kurang, maka akan terjadi pembekuan pada sebagian evaporator. Bila
pengisian berlebih, maka ada kemungkinan refrigeran cair akan masuk ke kompresor
yang akan mengakibatkan rusaknya kompresor. Jadi sistem pipa kapiler
mensyaratkan suatu pengisian jumlah refrigeran yang tepat.
Gambar 3. Pipa Kapiler
1.3.2.
Katup Ekspansi Otomatis (Automatic Expansion Valve AXV)
Sistem pipa kapiler sesuai digunakan pada sistem-sistem dengan beban tetap
(konstan) seperti pada lemari es atau freezer, tetapi dalam beberapa keadaan, untuk
beban yang berubah- ubah dengan cepat harus digunakan katup ekspansi jenis
lainnya.
Beberapa katup ekspansi yang peka terhadap perubahan beban, antara lain adalah
katup ekspansi otomatis (AXV) yang menjaga agar tekanan hisap atau tekanan
evaporator besarnya tetap konstan.
Bila beban evaporator bertambah maka temperatur evaporator menjadi naik karena
banyak cairan refrigeran yang menguap sehingga tekanan di dalam saluran hisap (di
evaporator) akan menjadi naik pula.
Akibatnya bellow akan bertekan ke atas hingga lubang aliran refrigeran akan
menyempit dan ciran refrigeran yang masuk ke evaporator menjadi berkurang.
Keadaan ini menyebabkan tekanan evaporator akan berkurang dan bellow akan
tertekanan ke bawah sehingga katup membuka lebar dan cairan refrigeran akan
masuk ke evaporator lebih banyak. Demikian seterusnya.
Gambar 4. Automatic Expansion Valve
1.3.3.
Katup Ekspansi Termostatik (Thermostatic Expansion Valve TXV)
Jika AXV bekerja untuk mempertahankan tekanan konstan di evaporator, maka katup
ekspansi termostatik (TXV) adalah satu katup ekspansi yang mempertahankan
besarnya panas lanjut pada uap refrigeran di akhir evaporator tetap konstan, apapun
kondisi beban di evaporator.
Cara kerja TXV adalah sebagai berikut :
Jika beban bertambah, maka cairan refrigran di evaporator akan lebih banyak
menguap, sehingga besarnya suhu panas lanjut dievaporator akan meningkat. Pada
akhir evaporator diletakkan tabung sensor suhu (sensing bulb) dari TXV tersebut.
Peningkatan suhu dari evaporator akan menyebabkan uap atau cairan yang terdapat
ditabung sensor suhu tersebut akan menguap (terjadi pemuaian) sehingga
tekanannya meningkat. Peningkatan tekanan tersebut akan menekan diafragma ke
bawah dan membuka katup lebih lebar.
Hal ini menyebabkan cairan refrigeran yang berasal dari kondensor akan lebih banyak
masuk ke evaporator. Akibatnya suhu panas lanjut di evaporator kembali pada
keadaan normal, dengan kata lain suhu panas lanjut di evaporator di jaga tetap
konstan pada segala keadaan beban.
Gamba 5. Thermostatic Expansion Valve
1.4.
Evaporator
Pada evaporator, refrigeran menyerap kalor dari ruangan yang didinginkan.
Penyerapan kalor ini menyebabkan refrigeran mendidih dan berubah wujud dari cair
menjadi uap (kalor/panas laten). Panas yang dipindahkan berupa :
1. Panas sensibel (perubahan tempertaur)
Temperatur refrigeran yang memasuki evaporator dari katup ekspansi harus demikian
sampai temperatur jenuh penguapan (evaporator saturation temparature). Setelah
terjadi penguapan, temperatur uap yang meninggalkan evaporator harus pupa
dinaikkan untuk mendapatkan kondisi uap panas lanjut (super-heated vapor)
2. Panas laten (perubahan wujud)
Perpindahan panas terjadi penguapan refrigeran. Untuk terjadinya perubahan wujud,
diperlukan panas laten. Dalam hal ini perubahan wujud tersebut adalah dari cair
menjadi uap atau mengupa (evaporasi). Refrigeran akan menyerap panas dari ruang
sekelilingnya.
Adanya proses perpindahan panas pada evaporator dapat menyebabkan perubahan
wujud dari cair menjadi uap. Kapasitas evaporator adalah kemampuan evaporator
untuk menyerap panas dalam periode waktu tertentu dan sangat ditentukan oleh
perbedaan temperatur evaporator (evaporator temperature difference).
Perbedaan tempertur evaporator adalah perbedaan antara temperatur jenus
evaporator (evaporator saturation temperature) dengan temperatur substansi/benda
yang didinginkan. Kemampuan memindahkan panas dan konstruksi evaporator
(ketebalan, panjang dan sirip) akan sangat mempengaruhi kapaistas evaporator.
Gambar 6. Evaporator
b)
Sight glass berfungsi untuk melihat fasa refrigeran apakah yang melewati sight glass
benar-benar cair dan untuk melihat cukup atau tidaknya refrigeran yang mengalir
didalam sistem.
Gambar 9. Sight Glass
2.4.
Selenoid Valve
Selenoid valve berfungsi untuk menghentikan atau meneruskan cairan refrigeran
dalam sistem refrigerasi dengan menggunakan prinsip elektromagnetik. Jika
dipasang pada liquid line, akan menjaga refrigeran terperangkap disisi tekanan tinggi
dan menurunkan kerja kompresor saat awal dijalankan.
Gambar10. Selenoid Valve
2.5.
Hand Valve
Hand valve berfungsi sebagai buka tutup aliran yang dilakukan secara manual. Selain
itu hand valve berfungsi sebagai alat ekspansi untuk menurunkan tekanan aliran
fluida yang digunakan.
Gambar 11. Hand Valve
2.6.
High Low Pressure Gauge
High Low Pressure Gauge adalah alat untuk mengukur tekanan dan temperatur yang
menggunakan jarum dan sensor aliran Refrigeran.
2.6.1.
Low Pressure gauge
Adalah alat pengukur tekanan rendah di pasang pada suction line yang mana
keluaran dari evap menuju kompressor.
Gambar 12. Low Pressure Gauge
2.6.2.
High Pressure gauge
Alat pengukur tekanan dan temperatur tinggi yang mana mengukur tekanan dan laju
aliran pada suatu dalam sistem tersebut. Di pasa pada discharge line super heat.
Gambar 13. Low Pressure Gauge
2.7.
High Low Pressure Control
2.7.1.
Low Pressure Control
Low Pressure Control digunakan sebagai pengontrol temperatur sekaligus pula
sebagai alat pengaman. Bila digunakan sebagai pengaman, LPC ini akan
memutuskan rangkaian dan menghentikan kompresor pada saat tekanan hisap
(suction pressure) menjadi terlalu rendah. Hal ini bisa disebabkan unit pendingin
kekurangan refrigerant, bocor terjadinya bunga es yang tebal di evaporator. Bila
tekanan dari saluran hisap ini kembali normal, LPC akan menutup rangkaian dan
kompresor akan bekerja kembali. Beberapa LPC dilengkapi dengan reset manual
untuk menjaga adanya short cycling karena gangguan pada sistem.
Low Pressure Control dapat pula digunakan sebagai alat pengontrol kompresor
pada saat tekanan refrigerant meningkat atau menghentikan kompresor pada saat
tekanan hisap meningkat. Jenis ini disebut : Reverse Acting Low Pressure Control,
jenis ini biasa digunakan sebagai alat pengaman pada unit dengan suhu yang rendah
yang menggunakan electric depost, untuk memutuskan elemen pemanas (electric
heater) setelah pencairan bunga es (depost) selesai. Jenis ini dapat juga digunakan
sebagai alat kontrol Forced Draft Cooled Fan pada "Cool Rooms", on dan off pada
saat temperatur "Cool Rooms" terlalu tinggi.
Gambar 14. Low Pressure Control
2.7.2.
High Pressure Control
HPC biasanya digunakan sebagai alat pengaman kompresor pada saat terjadi
gangguan tekanan yang berlebihan. HPC akan menghentikan kompresor pada saat
tekanan pada saluran tekan terlalu tinggi. Hal ini dilakukan untuk melindungi katupkatup kompresor dan juga untuk melindungi motor dari beban yang berlebihan.
Bila tekanan saluran tekan (discharge) meningkat melebihi tekanan yang diizinkan,
HPC akan terbuka dan memutuskan rangkaian sehingga kompresor berhenti. Bila
tekanan turun kembali ke harga normal, HPC tertutup dan kompresor bekerja kembali.
Beberapa jenis HPC dilengkapi dengan tombol reset manual sehingga kompresor
tidak dapat bekerja kembali sebelum tombol reset ditekan. Hal ini digunakan sebagai
pengaman. Jadi Anda jangan melakukan reset sebelum mengetahui penyebab
terjadinya tekanan lebih pada saluran tekan.
HPC biasa digunakan pada sistem komersial dan juga industri. Karena suhu
kondensing dan tekanan kondensing untuk bermacam-macam refrigerant berlainan,
maka cut in dan cut out pressure tergantung dari refrigerant yang digunakan, jenis
kondensor dan ambient temperatur dari sistem. Disamping untuk mengontrol
kompresor, HPC dapat juga digunakan sebagai pengontrol Fan Condensor, pompa air
condensor dan selenoid valve. Reverse acting HPC akan menutup kontaknya pada
saat tekanan meningkat. Sedangkan HPC akan membuka kontaknya pada saat
tekanan meningkat. Reverse acting HPC digunakan untuk menjaga suhu condensing
yang minimum. Sistem pengontrolan ini biasanya diterapkan pada area dimana
ambient temperatur di bawah condensing temperatur.
Gambar 15. High Pressure Control
c)
Komponen Kelistrikan
3.1.
MCB
MCB bekerja dengan cara pemutusan hubungan yang disebabkan oleh aliran listrik
lebih dengan menggunakan electromagnet/bimetal. cara kerja dari MCB ini adalah
memanfaatkan pemuaian dari bimetal yang panas akibat arus yang mengalir untuk
memutuskan arus listrik. Kapasitas MCB menggunakan satuan Ampere (A), Kapasitas
MCB mulai dari 1A, 2A, 4A, 6A, 10A, 16A, 20A, 25A, 32A dll. MCB yang digunakan
harus memiliki logo SNI pada MCB tersebut.
Cara mengetahui daya maximum dari MCB adalah dengan mengalikan kapasitas dari
MCB tersebut dengan 220v ( tegangan umum di Indonesia ). Contoh Untuk MCB 6A
mempunyai kapasitas menahan daya listrik sebesar : 6A x 220v = 1.200 Watt
Beberapa kegunaan MCB :
1. Membatasi Penggunaan Listrik
2. Mematikan listrik apabila terjadi hubungan singkat ( Korslet )
Untuk NO, setelah koil dari relay diberi catu, kontak NO akan berubah status menjadi
tertutup dan akan tetap tertutup selama koil diberi catu. Saat catu daya diputus,
kontak akan tetap tertutup hingga beberapa waktu tertentu, misalnya 5 detik. Setelah
5 detik, kontak akan otomatis berubah status dari tertutup menjadi terbuka.
Untuk NC, setelah koil dari relay diberi catu, kontak NC akan berubah status menjadi
terbuka dan akan tetap terbuka selama koil diberi catu. Saat catu daya diputus,
kontak akan tetap terbuka hingga beberapa waktu tertentu, misalnya 5 detik. Setelah
5 detik, kontak akan otomatis berubah status dari terbuka menjadi tertutup.
3.3.
CONTACTOR
Magnetic Contactor (MC) adalah sebuah komponen yang berfungsi sebagai
penghubung/kontak dengan kapasitas yang besar dengan menggunakan daya
minimal. Dapat dibayangkan MC adalah relay dengan kapasitas yang besat.
Umumnya MC terdiri dari 3 pole kontak utama dan kontak bantu (aux. contact). Untuk
menghubungkan kontak utama hanya dengan cara memberikan tegangan pada koil
MC sesuai spesifikasinya.
Komponen utama sebuah MC adalah koil dan kontak utama. Koil dipergunakan untuk
menghasilkan medan magnet yang akan menarik kontak utama sehingga terhubung
pada masing masing pole.
Untuk aplikasi yang lebih, MC mempunyai beberapa accessories. Dan yang paling
banyak dipergunakan adalah kontak bantu. Jika kontak bantu yang telah tersedia
kurang bisa dilakukan penambahan di samping atau depan. Pneumatic Timer juga
sering dipakai dalam wiring sebuah system, misalnya pada Star Delta Starter.
Gambar 18. Magnetic Contactor
3.4.
AMPERE METER
Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus listrik yang ada
dalam rangkaian tertutup. Amperemeter biasanya dipasang berderet dengan elemen
listrik. Cara menggunakannya adalah dengan menyisipkan amperemeter secara
langsung ke rangkaian.
Gambar 19. Amperemeter
3.5.
VOLT METER
Volt Meter merupakan alat/perkakas untuk mengukur besar tegangan listrik dalam
suatu rangkaian listrik. Voltmeter disusun secara paralel terhadap letak komponen
yang diukur dalam rangkaian. Alat ini terdiri dari tiga buah lempengan tembaga yang
terpasang pada sebuah bakelite yang dirangkai dalam sebuah tabung kaca atau
plastik. Lempengan luar berperan sebagai anode sedangkan yang di tengah sebagai
katode. Umumnya tabung tersebut berukuran 15 x 10cm (tinggi x diameter).
Gambar 20. Voltmeter
3.6.
TERMOSTAT
Thermostat berfungsi untuk mempertahankan temperatur di dalam media yang
didinginkan agar tetap konstan dengan menjalankan dan menghentikan kompresor
secara otomatis. Pada thermostat ini dilengkapi dengan bulb yang berfungsi sebagai
sensor perubahan temperatur, jika temperatur yang diinginkan telah tercapai maka
bulb terisi dengan fluida tersebut mengirimkan sinyal untuk memutuskan arus listrik
sehingga kompresor berhenti bekerja.
Refrigeran halokarbon yang paling banyak dipakai adalah refrigeran CFC terutama
CFC12 yang diperkenalkan pada tahun 1931, telah digunakan secara luas pada
sistem refrigerasi mulai dari water chiller sampai refrigerator, AC mobil serta perlatan
pengkondisi udara pada alat-alat transportasi dan penyimpanan produk. Senyawa
CFC termasuk dalam kelompok zat yang merusak ozon karena mempunyai nilai ODP
yang tinggi. Ozone Depleting Potential (ODP) adalah potensi suatu zat untuk merusak
lapisan ozon.
Hydrochlorofluorocarbon (HCFC)
Refrigeran HCFC mulai diperkenalkan sebagai refrigeran transisi pengganti CFC Hal
ini disebabkan karena refrigeran HCFC ini masih dapat menyebabkan kerusakan
ozon, tetapi nilai ODP-nya lebih kecil dibandingkan CFC serta masih mengandung
gas-gas rumah kaca yang dapat menyebabkan pemanasan global. Jenis refrigerant
ini adalah HCFC-22 (R-22) yang mempunyai temperatur buang yang tinggi dan
keterbatasan untuk larut dalam pelumas mineral yang digunakan pada sistem
refrigerasi CFC12 sehingga membutuhkan penggantian kompresor.
Hydroflurocarbon (HFC)
Refrigeran alternatif baru yang dikembangkan selanjutnya adalah refrigeran HFC.
Refrigeran HFC (seperti HFC 134a) ini mempunyai sifat termodinamika yang hampir
sama dengan CFC12. Refrigeran ini mempunyai nilai ODP nol sehingga tidak
merusak ozon, tetapi masih mengandung gas gas rumah kaca yang dapat
meningkatkan pemanasan global. Dari segi penggunaan refrigeran HFC ini
membutuhkan minyak pelumas yang berbeda dengan minyak pelumas yang dipakai
pada sistem refrigerasi CFC. Jadi refrigeran ini tidak dapat langsung diterapkan pada
sistem refrigerasi CFC karena membutuhkan penggantian kompresor.
Refrigeran Hidrokarbon sebagai Refrigeran Pengganti yang Ramah Lingkungan
Penggunaan refrigeran yang ramah lingkungan mutlak diperlukan untuk menjaga
kelangsungan alam, sehingga benar-benar ramah lingkungan. Salah satu refrigeran
alami yang sedang dikembangkan adalah refrigeran hidrokarbon yang menjadi topik
pembahasan pada penelitian ini. Dalam pemilihan hidrokarbon sebagai alternatif
pengganti CFC dan HCFC hal-hal yang harus diperhatikan adalah titik didih pada
tekanan normal (Normal Boiling Point), kapasitas volumetrik refrigerasi dan efisiensi
energi.
Titik didih ini harus diperhatikan untuk menjamin tekanan operasi yang hampir sama
dengan CFC dan HCFC untuk menghindari keperluan peralatan tekanan tinggi seperti
kompresor. Semakin tinggi titik didih normalnya, kapasitas refrigerasi volumetrik
harus dipertimbangkan untuk menentukan jenis dan ukuran kompresor yang
digunakan. Efisiensi energi ditentukan pemakaian daya listrik kompressor.
Kelebihan dan Kekurangan
Refrigeran Hidrokarbon Kelebihan refrigeran HC antara lain:
a. Tidak diperlukan perubahan peralatan utama yang sudah ada atau pembelian
peralatan baru.
b. Hidrokarbon biasa dipakai dengan pelumas mineral maupun sintetis.
c. Hidrokarbon tidak menyebabkan kerusakan ozon dan pemanasan global karena
ODP yang dimiliki nol dan GWPnya kecil.
d. Hidrokarbon tersedia diseluruh dunia tanpa hak paten, sehingga diproduksi secara
bebas di negara manapun termasuk Indonesia, tidak seperti refrigeran sintetis yang
hanya diproduksi oleh perusahaan tertentu.
e. Kebutuhan hidrokarbon kurang dari separuh dibandingkan CFC. Adapun
kelemahan hidrokarbon adalah mudah terbakar, sehingga diperlukan adanya aturan
penggunaan yang harus dipenuhi dan prosedur penggantian yang aman.
a)
Jenis-Jenis Refrigeran
Dari jenisnya refrigeran dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1.1.
Refrigeran alami
Refrigeran yang dapat ditemukan dialam, namun demikian masih deperlukan pabrik
untuk penambangannya dan pemurniannya.contoh refrigeran alami :
Hidrocarbon (HC) ;
Carbondioksida (CO2) ;
Amonia (NH3) ;
Jenis refrigeran ini tidak mengandung chlor oleh sebab itu refriigeran ini tidak
merusak lapisan ozon (ODP=0).
Beberapa jenis refrigeran alami, sebagai berikut :
REFRIGERANT ODP
R-11 1
R-12 1
R-22 0,056
R-134a 0
HC, CO2, NH3 0
Tabel 1. Data Refrigeran dengan nilai ODPnya
1.2.
Refrigeran sintetik
Refrigeran sintetik tidak terdapat dialam, namun dibuat oleh manusia dari unsurunsur kimia. Yang termasuk kedalam kelompok refrigeran sintetik adalah :
1. Refrigeran CFC ( Chol-Fluor-Carbon )
2. Refrigeran HCFC ( Hydro-Chol-Fluor-Carbon)
1.3.
Persyaratan Refrigeran
1.
Tekanan penguapannya harus cukup tinggi
2.
Tekanan pengembunan yang tidak terlampau batas
3.
Kalor laten penguapan harus tinggi
4.
Volume spesifik (fasa gas) yang cukup kecil
5.
Koefisien prestasi harus cukup tinggi
6.
Konduktifitas thermal yang tinggi
7.
Viskositas yang rendah dalam fasa cair maupun gas
8.
Konstanta dielekra harus kecil
9.
Stabil dan tidak bereaksi dengan material yang dipakai
10. Tidak beracun dan berbau
11. Harus mudah terdeteksi
12. Mudah diperoleh dan harganya terjangkau
13. Ramah lingkungan
1.4.
Pengisian Refrigeran
Pengisian refrigeran ke dalam sistem harus dilakukan dengan baik dan jumlah
refrigeran yang diisikan sesuai/ tepat dengan takaran. Kelebihan refrigeran dalam
sistem dapat menyebabkan temperatur evaporasi yang tinggi akibat dari refrigeran
tekanan yang tinggi.
Selain itu dapat menyebabkan kompresor rusak akibat kerja kompresor yang terlalu
berat, dan adanya kemungkinan liquid suction. Sebaliknya bila jumlah refrigeran yang
diisikan sedikit, dengan kata lain kurang dari yang ditentukan, maka sistem akan
mengalami\ kekurangan pendinginan.sebaik mungkin dan karena Proses pengisian
refrigeran ke dalam sistem ada beberapa cara, diantaranya yaitu :
1.
Mengisi sistem berdasarkan berat refrigeran.
2.
Mengisi sistem berdasarkan banyaknya bunga es yang terjadi di evaporator.
3.
Mengisi sistem berdasarkan temperatur dan tekanan.