PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan tugas referat ini adalah sebagai berikut :
a. Sebagai syarat untuk mengikuti ujian akhir blok
b. Untuk mengetahui agen-agen bakteri dan virus penyebab kelainan pada
saluran pencernaan dan hepatobilier.
c. Untuk mengetahui morfologi, patogenesis dan lain sebagainya yang ada
dalam referat ini.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
maturasi virus dengan proses budding suatu proses reproduksi aseksual
melalui membran sel. Glikoprotein yang dikode virus terpajan pada
permukaan selubung. Proyeksi tersebut disebut peplomer.
5. Nukleokapsid : protein dasar yang membangun cetakan lapisan. Unit
tersebut biasanya merupakan kumpulan dari suatu unit yang tidak identik.
Unit struktural sering disebut sebagai protomer.
6. Subunit : rantai polipeptida viral berlipat tunggal.
7. Virion : partikel virus lengkap. Pada viral yang berlipat tunggal. (misal :
Papilovirus, Picornavirus), virion identik dengan nukleokapsid. Pada
virion yang lebih kompleks (Herpesvirus, Ortomyxovirus), termasuk
nukleokapsid ditambah selubung sekitar. Struktur tersebut, virion
berperan untuk memindahkan asam nukleat virus dari satu sel ke sel lain.
c. Klasifikasi Virus
1. Dasar klasifikasi
Sifat berikut telah digunakan sebagai dasar untuk klasifikasi virus. Jumlah
informasi yang tersedia pada setiap klasifikasi virus. Cara virus
digolongkan berubah secara cepat. Skuens genom sekarang sering
dilakukan dini dalam idenditifikasi virus, dan perbandingan data dasar
menyingkirkan kebutuhan untuk mendapatkan data yang lebih klasik
(densitas ringan virion, dll). Data sekuens genomik adalah kriteria
taksonomik yang berkembang (misal, ordo gen) dan dapat memberikan
dasar bagi idendifikasi famili virus baru.
Beberapa dasar klasifikasi virus yaitu morfologi virion, sifat genom
virion, sifat fisiokimia virion, sifat protein virus, susunan dan replikasi
genom, sifat antigenik, sifat biologi.
3
yang sama. Saat ini, satu ordo saja yang telah di definisikan
Mononegavirales, meliputi famili Filoviridae, Paramyxoviridae, dan
Rhabdoviridae.
Pada tahun 2000, International Committe on Taxonomy of Virusses telah
menyusun lebih dari 4000 virus hewan dan tanaman 56 famili, 9
subfamili, dan 233 genus, dengan ratusan virus masih belum ditetapkan.
Akhir-akhir ini, 24 famili merupakan virus yang mengimfeksi manusia
dan hewan.
4
BAKTERI
Morfologi Bakteri
Struktur Eksternal
Flagel : terdiri dari protein yg diseut flagellin, merupakan alat gerak bagi
bakteri, umumnya yang memiliki flagel adalah bentuk Bacill,Vibrio dan
Spiral.
5
Dinding sel : Fungsinya : memberi bentuk pada sel/tubuh bakteri.
Melindungi sel dari faktor luar yg merugikan. Mengatur keluar masuknya
zat yg dibutuhkan dan tidak dibutuhkan (keluar,masuk). Memegang
peranan penting dlm pembelahan sel Terdiri dari : peptidoglikan/
mukopeptin / murein
Struktur Internal
Membran sitoplasma
Merupakan bagian terluar dari sitoplasma, yang melekat pada dinding sel.
Merupakan bagian penting karena bersifat semipermeabel dan aktif
mengambil zat yang di perlukan, jaga menolak yang tidak dibutuhkan dan
yg beracun bagi bakteri. Membentuk ensim hidrolytis (exoenzim), yang
berguna untuk menghancurkan zat makanan,hingga dapat diserap.
Bertugas mempertahankan keseimbangan elektrolit,kadar air,pH dari
sitoplasma. Bersifat antigen, jadi dapat merangsang terbentuknya antibodi.
Aktip dalam pembentukan kapsul, pembentukan spora, dan pembelahan
sel. Tempat melekatnya flagel dan vili.
Cairan plasma atau sitoplasma
Cairan plasma/sitoplasma merupakan zat hidup dari sel, terdapat dalam
lingkungan dinding sel, terutama terdiri atas protein. Merupakan koloid,
mengandung karbohidrat, protein, enzim, belerang, kalsium karbonat, dan
volutin ( zat yang banyak mengandung RNA),mudah menyerap zat warna
yg bersifat basa. Volutin tampak berupa titik metakromatis (berwarna),
dapat dilihat pada bakteri diphteriae.
6
Spora
7
2.2 Agen Penyebab Kelainan pada Saluran Pencernaan dan Hepatobilier
a. Helicobacter pylori
Helicobacter pylori adalah bakteri spiral gram-negatif. Helocobacter
pyloriberhubungan dengan gastritis antral, penyakit ulkus (peptik)
doudenum, ulkus gaster, dan karsinoma lambung.
1. Morfologi
a. Ciri khas organisme
Helocobacter pylorimempunyai banyak karakteristik yang sama
dengan Campylobacter. Bakteri ini tidak membentuk spora, bersifat
mikroaerofilik yang motil karena mempunyai flagel multipel pada satu
kutub dan bergerak secara aktif. Flagel dari bakteri ini lima samapi enam
flagel.
8
b. Biakan
Helocobacter pyloritumbuh dalam waktu 3-6 hari jika diinkubasi pada
suhu 37C dalam lingkungan mikroaorofilik, seperti pada Campylobacter
jejuni. Medium yang digunakan untuk isolasi primer meliputi medium
skirrow yang mengandung vamkomisin N, polimiksin B, dan trimetropin,
medium cokelat, dan medium selektif lainnya yang mengandung antibiotik
(misalnya vamkomisin N, asam nalidiksat, amfoterisin). koloni yang
terbentuk translusen dan berdiameter 1-2 mm.
c. Pertumbuhan
Helocobacter pyloribersifat oksidase-positif dan katalase-positif.
Bakteri ini mempunyai morfologi yang khas, motil, dan merupakan
penghasil urease-positif yang kuat.
d. Patogenesis
Helocobacter pylori tumbuh optimal pada pH 6,0-7,0 dan akan mati
atau tidak tumbuh pada pH di dalam lumen lambung. Lendir lambung
relatif tidak permeabel terhadap asam dan mempunyai kapasitas buffer
yang kuat. Pada sisi lumen mukus, pHnya rendah (1,0-2,0) sementara pada
sisi epitel pHnya sekitar 7,4. Helocobacter pyloriditemukan di dalam
lapisan mukosa dekat permukaan epitel tempat terdapat pH fisiologik.
Helocobacter pylorimenghasilkan protease yang memodifikasi lendir
lambung dan kemudian menurunkan kemampuan asam untuk berdifusi
melewati lendir. Helocobacter pylorimengaktifkan aktivitas urease yang
poten, yang menghasilkan produksi amonia dan kemudian membuffer
asam. Helocobacter pylorimotil, bahkan dalam lendir sekalipun, dan
bakteri ini mampu menemukan jalannya ke permukaan epitel.
Helocobacter pylorimelapisi sel epitel tipe gastrik tetapi tidak tipe-
intestinal.
Pada manusia sebagai sukarelawan, konsumsi Helocobacter
pylorimenyebabkan terjadinya gastritis dan hipoklorhidria. Terdapat
keterkaitan yang kuat antara adanya infeksi Helocobacter pylori dan ulkus
doudenum. Terapi antimikroba mengakibatkan terbasminya Helocobacter
pylori dan perbaikan penyakit gastritis serta penyakit ulkus doudenum.
Mekanisme inflamasi dan kerusakan mukosa oleh Helocobacter
pylorimasih belum diketahui tetapi mungkin melibatkan faktor penjamu
dan faktor bakteri. Bakteri menginvasi permukaan sel epitel sampai batas
9
tertentu. Toksin dan lipopolisakarida dapat merusak sel mukosa, dan
amonia yang diproduksi oleh aktivitas urease juga dapat langsung merusak
sel mukosa tersebut.
Secara histologi, gastritis ditandai dengan adanya inflamasi kronis
yang aktif. Diantara epitel dan lamina propia terlihat adanya infiltrat sel
polimorfonuklear dan mononuklear juga sering ditemukan vakuola di
dalam sel tersebut. Destruksi epitel dan atrofi glandular juga sering terjadi.
Oleh karena itu, Helocobacter pyloridapat menjadi faktor resiko yang
besar untuk kanker lambung.
e. Uji laboratorium
a. Spesimen
Spesimen biopsi lambung dapat digunakan untuk pemeriksaan
histologis dalam larutan salin dan digunakan untuk biakan. Darah
diambil untuk menentukan antibodi serum.
b. Sediaan Apus
Diagnosis gastritis dan infeksi Helocobacter pyloridapat ditegakan
secara histologis. Perlu dilakukan prosedur gastroskopi dengan
biopsi. Pewarnaan Giemsa atau perak dapat untuk mengetahui
morfologi dariHelicobacter pylori yaitu spiral.
c. Antibodi
Beberapa pemeriksaan telah dikembangkan untuk mendeteksi
adanya antibodi serum spesifik untuk Helocobacter pylori. Antibodi
serum akan tetap ada meskipun infeksi Helocobacter pyloritelah
dibasmi, sehingga peran uji antibodi dalam mendiagnosa infeksi
aktif atau untuk mengetahui kelanjutan masih terbatas.
f. Imunitas
Pasien yang terinfeksi dengan Helocobacter pyloriakan
membentuk antibodi IgM sebagai respon terhadap infeksinya,
selanjutnya, akan dibentuk IgG dan IgA, yang akan terus ada, baik
secara sistemik maupun pada mukosa, dalam kadar yang tinggi pada
orang yang terinfeksi secara kronis. Terapi dini infeksi Helocobacter
pylori dengan antimikroba dapat menghambat respon antibodi, pasien-
pasien yang seperti ini, diduga akan mengalami infeksi lambung.
b. Salmonella Typhi
10
Salmonella adalah suatu genus bakteri enterobakteria Gram-negatif
berbentuk tongkat yang menyebabkan typhus, paratiphi, dan penyakit
foodborne. Spesies-spesies Salmonella dapat bergerak bebas dan
menghasilkan hidrogen sulfida. Kata Salmonella berasal dari Daniel
Edward Salmon, ahli patologi Amerika, walaupun sebenarnya, rekannya
Theobald Smith yang pertama kali menemukan bacterium tahun 1885
pada tubuh babi.
1. Patogenitas
Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan
melalui makanan (foodborne diseases). Pada umumnya,
serotipeSalmonella menyebabkan penyakit pada organ pencernaan.
Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut salmonellosis. Ciri-ciri
orang yang mengalami salmonellosis adalah diare, keram perut, dan
demam dalam waktu 8-72 jam setelah memakan makanan yang
terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala lainnya adalah demam pada sore,
sakit kepala,lidah thypoid (kotor),mual dan muntah-muntah. Tiga serotipe
utama dari jenis Salmonella enteriticaadalahSalmonella typhi, Salmonella
typhimurium, dan Salmonella enteritidis. Salmonella typhi menyebabkan
penyakit demam tiphus (Typhoid fever), karena invasi bakteri ke dalam
pembuluh darah dan gastroenteritis, yang disebabkan oleh makanan yang
terkontaminasi Salmonella. Salmonella typhimemiliki keunikan hanya
menyerang manusia, dan tidak ada inang lain. InfeksiSalmonella dapat
berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan kandungannya serta
orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh mereka yang
menurun. Kontaminasi Salmonella dapat dicegah dengan mencuci tangan
dan menjaga kebersihan makanan dan minuman yang dikonsumsi.
2. Media Tumbuh
Untuk menumbuhkan Salmonella dapat digunakan berbagai
macam media, salah satunya adalah media Hektoen Enteric Agar
(HEA).Media lain yang dapat digunakan adalah SS agar, bismuth
sulfite agar, brilliant green agar, dan xylose-lisine-deoxycholate (XLD)
agar. HEA merupakan media selektif-diferensial. Media ini tergolong
11
selektif karena terdiri dari bile salt yang berguna untuk menghambat
pertumbuhan bakteri Gram positif dan beberapa Gram negatif,
sehingga diharapkan bakteri yang tumbuh hanya Salmonella. Media ini
digolongkan menjadi media diferensial karena dapat membedakan
bakteri Salmonella dengan bakteri lainnya dengan cara memberikan
tiga jenis karbohidrat pada media, yaitu laktosa, glukosa, dan salisin,
dengan komposisi laktosa yang paling tinggi. Salmonella tidak dapat
memfermentasi laktosa, sehingga asam yang dihasilkan hanya sedikit
karena hanya berasal dari fermentasi glukosa saja. Hal ini
menyebabkan koloniSalmonella akan berwarna hijau-kebiruan karena
asam yang dihasilkannya bereaksi dengan indikator yang ada pada
media HEA, yaitu fuksin asam dan bromtimol blue.
5. Enterokolitis
Enterokolitis merupakan manisfestasi infeksi salmonella yang ppaling
sering terjadi. Di Amerika serikat, Salmonella typhimurium dan
Salmonella entereditis lebih menonjol, tetapi enterokolitis dapat
disebabkan oleh lebih dari 1400 serotipe salmonella grup 1. Delapan
hingga 48 jam setelah tertelannya salmonella, timbul mual, sakit kepala,
12
muntah, dan diare hebat, dengan beberapa leukosit di dalam feses. Sering
timbul demam ringan, tetapi biasanya sembuh dalam 2-3 hari.
Terdapat lesi inflamasi pada usus halus dan usus besar. Bakterimia jarang
terjadi (2-4%) kecuali pada pasien yang mengalami imunodefisiensi.
Biakan darah biasanya negatif, tetapi biakan feses biasanya positif untuk
salmonella dan dapat tetap positif selama beberapa minggu setelah
penyakit sembuh secara klinis.
6. Epidemiologi
13
Feses yang berasal dari orang yang tidak dicurigai mengidap penyakit
subklinis atau carrier merupakan sumber kontaminasi yang lebih penting
daripada kasus klinis yang jelas yang segera diisolasi, misalnya bila
carrier yang bekerja sebagai pengelola makanan akan mengeluarkan
organisme itu. Banyak hewan, termasuk hewan ternak, binatang pengerat,
dan unggas, secara alami terinfeksi dengan jaringan (daging), ekskresi,
atau telur. Insidensi Salmonella yang tinggi pada daging ayam kemasan
telah dipublikasikan secara luas. Di Amerika serikat, insidensi demam
tifoid menurun, tetapi insidensi infeksi Salmonella lainnya meningkat
tajam. Masalah ini mungkin diperberat dengan meluasnya penggunaan
makanan hewan yang mengandung obat antimikroba yang membantu
proliferasi Salmonella yang resisten-obat dan potensi penyebarannya ke
manusia.
Setelah infeksi nyata atau subklinis, beberapa individu terus
menyimpan Salmonella di dalam jaringanya selama waktu yang tidak
tentu (carrier konvalesen atau carrier permanen yang sehat). 3% individu
yang sembuh dari tifoid menjadi carrier permanen, mempunyai organisme
didalam kandung empedu, saluran empedu, atau kadang-kadang di dalam
usus atau saluran kemih.
Sumber infeksi adalah air, susu dan produk susu lainnya (es krim,
keju, puding), kerang, telur beku atau dikeringkan, daging dan produk
daging, obat, pewarna (misalnya carmine) , hewan piaraan.
c. Vibrio Cholera
1. Morfologi
a. Ciri Khas Organisme
Pada isolasi pertama, Vibrio choleraadalah bakteri batang yang
melengkung yang berbentuk koma dengan panjang 2-4 m. bakteri ini
dapat bergerak secara aktif menggunakan flagel kutubnya. Pada biakan
lama, Vibrio dapat terlihat dalam bentuk batang lurus yang menyerupai
bakteri enterik gram negatif.
b. Biakan
Vibrio choleramembentuk koloni konveks, halus, dan bundar yang
tampak opaque dan granular bila disinari cahaya. Vibrio choleradan
sebagian besar Vibrio lain dapat tumbuh dengan baik pada suhu 37C pada
14
berbagai macam medium, termasuk medium khusus yang mengandung
garam mineral dan asparagin dan sebagai sumber karbon dan nitrogen.
Vibrio choleratumbuh dengan baik pada agar trisulfat-citrat-empedu-
sukrosa (TCBS), bakteri tersebut membentuk koloni kuning yang dapat
dilihat langsung dengan latar belakang agar yang berwarna hijau gelap.
Vibrio bersifat oksidase-positif, yang membedakannya dari bakteri enterik
Gram-negatif. Secara khas Vibrio tumbuh pada pH yang sangat tinggi (8,5-
9,5) dan dapat dibunuh dengan cepat.
Pada daerah pandemi kolera, biakan feses dapat ditanam langsung
pada medium selektif seperti TCBS, dan biakan yang diperkaya dengan air
pepton basa, cukup memadai. Walaupun demikian, biakan feses rutin pada
medium khusus seperti TCBS biasanya tidak diperlukan atau kurang
efektif dalam segi biaya bila digunakan di daerah yang jarang terjadi
kolera.
c. Sifat Pertumbuhan
Vibrio choleraumumnya mengfermentasi sukrosa dan manosa tetapi
tidak arabinosa. Uji oksidase-positif adalah langkah kunci dalam
indentifikasi awal Vibrio choleradan Vibrio lainnya. Spesies Vibrio rentan
terhadap senyawa O/129 (2,4-diamino-6,7-diisopropilpteridin fosfat), yang
membedakannya dari spesies Aeromonas, yang resisten terhadap O/129.
Sebagian besar spesies Vibrio bersifat tahan terhadap garam, atau NaCl
sering merangsang pertumbuhannya. Beberapa Vibrio bersifat halofilik,
memerlukan NaCl untuk dapat tumbuh. Perbedaan lain antara Vibrio dan
Aeromonasadalah Vibrio tumbuh pada medium yang mengandung 6%
NaCl, sementara aeoromonastidak dapat tumbuh.
15
seperti kolera. Antibodi terdapat antigen O cenderung untuk melindungi
hewan laboratorium terhadap infeksi Vibrio cholera.
Antigen Vibrio choleraserogroup O1 mempunyai determinan yang
memungkinkannya digolongkan lebih lanjut, serotipe utama adalah Ogawa
dan Inaba. Dua biotipe Vibrio choleraepidemik telah ditetapkan yaitu
klasik dan El Tor. Biotipe El Tor menghasilkan hemolisin, menghasilkan
uji yang positif pada uji Voges-Proskauer, dan resisten terhadap polimiksin
B. Teknik molekuler juga dapat digunakan untuk menentukan tipe Vibrio
cholera. Penentuan tipe digunakan untuk studi epidemiologik, dan uji
biasanya dilakukan hanya pada laboratorium rujukan.
3. Enterotoksin
Vibrio choleradan Vibrio sejenis lainnya menghasilkan enterotoksin
yang tidak tahan panas dengan berat molekul sekitar 84.000, yang terdiri
dari subunit A (BM 28. 000), gangliosid GM1 berfungsi sebagai reseptor
mukosa untuk subunit B, yang mendorong masuknya subunit A ke dalam
sel. Aktivasi subunit A1 menyebabkan peningkatan kadar c AMP
intraseluler dan mengakibatkan hipersekresi air dan elektrolit yang terus-
menerus. Terdapat peningkatan sekresi klorida dan natrium, sehingga
absorpsi natrium dan klorida terhambat. Diare terjadi sebanyak 20-30
L/hari mengakibatkan dehidrasi, syok, asidosis, dan kematian. Gen untuk
enterotoksin Vibrio choleraterdapat pada kromosom bakteri. Enterotoksin
kolera secara antigenik berhubungan dengan LTEscheria coli dan dapat
merangsang produksi antibodi netralisasi. Walaupun demikian, peran
antitoksik dan antibodi terhadap bakteri yang sebenarnya merupakan
perlindungan terhadap kolera masih belum jelas.
16
Dalam kondisi normal, Vibrio cholerabersifat patogenik hanya pada
manusia. Seseorang yang mempunyai tingkat keasaman lambung normal
harus terinfeksiVibrio cholerasebanyak 1010 atau lebih agar dapat terinfeksi
jika pembawanya air, karena organisme tersebut rentan terhadap asam.
Jika medium pembawanya makanan diperlukan organisme sebanyak 10 2-
104 agar terinfeksi, akibat kapasitas buffer makanan tersebut. Setiap obat
atau keadaan yang menurunkan derajat keasaman lambung membuat
seseorang menjadi lebih rentan terinfeksi Vibrio cholera.
Kolera bukan infeksi yang invasif. Organisme tersebut tidak
memasuki aliran darah tetapi didalam usus. Organisme Vibrio cholera
yang virulen menempel pada mikrovili brush border sel epitel. Ditempat
ini mereka berkembang biak dan mengeluarkan toksin kolera dan mungkin
musinase serta endotoksin.
5. Uji Laboratorium
a. Spesimen
Spesimen berasal dari feses.
b. Sediaan apus
Gambaran mikroskopik sediaan apus yang diambil dari sampel
feses tidak khas. Mikroskopik lapang pandang gelap atau fase kontras
dapat menunjukan adanya Vibrio yang bergerak dengan cepat.
c. Biakan
Pertumbuhan bakteri berlangsung cepat pada agar pepton, pada
agar darah dengan pH hampir 9, atau pada TCBS, dan koloni yang
khas dapat dilihat dalam waktu 18 jam. Untuk pengayaannya, beberapa
tetes feses dapat diinkubasi selama 6-8jam dalam kaldu taurokolat
pepton (pH 8,0 - 9,0), organisme dari biakan ini dapat diberi
pewarnaan atau dilakukan pembiakan lebih lanjut.
d. Uji spesifik
Organisme Vibrio choleradapat diidentifikasi lebih lanjut dengan
uji aglutinasi mikroskopik yang menggunakan antiserum anti-O grup 1
dan pola reaksi biokimia.
6. Imunitas
Asam lambung memberikan perlindungan terhadap Vibrio kolera.
Serangan kolera akan diikuti dengan kekebalan terhadap infeksi, tetapi
lama dan derajat kekebalan belum diketahui. Pada hewan percobaan,
17
antibodi IgA spesifik muncul dalam serum setelah infeksi tetapi hanya
berlangsung beberapa bulan. Antibodi Vibriosidal dalam serum (titer
>1:20) telah dikaitkan dengan perlindungan terhadap kolonisasi dan
penyakit. Adanya antibodi antitoksin tidak dikaitkan dengan perlindungan
tersebut.
d. Shigella
1. Morfologi
a. Ciri khas organisme
Shigella adalah batang Gram-negatif yang ramping berbentuk
kokobasil ditemukan pada biakan yang muda.
b. Biakan
Shigella bersifat fakultatif anaerob tetapi tumbuh paling baik secara
aerob. Koloni berbentuk konveks, bulat, transparan dengan tepi yang
utuh dan mencapai diameter sekitar 2 mm dalam 24 jam.
c. Pertumbuhan
Semua Shigella memfermentasi glukosa. Kecuali Shigella sonnei,
Shigella tidak memfermentasikan laktosa membedakan Shigella pada
medium diferensial. Shigella membentuk asam dari karbohidrat tetapi
jarang menghasilkan gas. Organisme ini juga dapat dibagi menjadi
organisme yang memfermentasikan manitol dan tidak
memfermentasikan manitol.
2. Struktur antigen
Shigella memiliki struktur antigen yang kompleks. Terdapat
banyak tumpang tindih pada sifat serologik berbagai spesies, dan
sebagian besar organisme memiliki antigen O yang sama dengan basil
enterik lain.
Antigen O somatik Shigella adalah lipopolisakarida. Spesifisitas
serologiknya begantung pada polisakarida. Ada lebih dari 40 serotipe.
18
mukosa, dengan menginduksi fagositosis, keluar dari vakuola
fagositik, bermultipikasi dan menyebar ke sel yang ada di dekatnya.
Mikroabses dinding usus besar dan ileum terminal menyebabkan
nekrosis membran mukosa, ulserasi superfisial, perdarahan, dan
pembentukan pseudomembranpada ulserasi. Pseudomembran ini
terdiri dari fibrin, leukosit, debris sel, membran mukosa yang nekrotik,
dan bakteri. Saat proses mereda, jaringan granulasi mengisi ulkus dan
terbentuk jaringan parut.
4. Toksin
a. Endotoksin
Pada autolisis, semua Shigella melepaskan lipopolisakarida yang
toksik. Endotoksin ini kemungkinan yang berperan menimbulkan
iritasi pada dinding usus.
b. Eksotoksin
Shigella dysentriae tipe 1 (basil shiga) menghasilkan eksotoksin
yang tidak tahan panas yang dapat mengenai usus dan sistem saraf
pusat. Eksotoksin ini adalah protein yang bersifat antigenik
(merangsangproduksi antitoksin) dan bersifat mematikan untuk hewan
percobaan. Sebagai enterotoksin, zat ini menimbulkan diare seperti
verotoksin Escherchia coli, mungkin melalui mekanisme yang sama.
Pada manusia enterotoksin juga menghambat absorpsi gula dan asam
amino di usus halus. Sebagai neurotoksin, materi ini menyebabkan
infeksi Shigella dysentriae yang sangat berat dan fatal serta
menimbulkan reaksi susunan saraf pusat yang berat. Pasien yang
menderita infeksi Shigella flexneri atau Shigella sonnei membentuk
antitoksin yang menetralisir eksotoksin Shigella dysentriae secara in
vitro. Aktivitas yang bersifat toksik ini berbeda dengan sifat invasif
Shigella pada disentri. Keduanya dapat bekerja berurutan, toksin
menyebabkan diare awal yang tidak berdarah, encer, dan banyak
kemudian invasi usus besar mengakibatkan disentri lanjut dengan feses
yang disertai dengan darah dan nanah.
5. Gambaran klinis
19
e. Campylobacter jejuni dan Campylobacter coli
1. Morfologi
a. Ciri khas organisme
Campylobacter jejunidan Campylobacter lainnya adalah bakteri
berbentuk batang Gram-negatif berbentuk koma, S, atau sayap burung
camar (gull wing). Bakteri ini bersifat motil dengan menggunakan satu
flagel kutub dan tidak membentuk spora.
b. Biakan
Karakteristik biakan adalah hal yang paling penting dalam isolasi
dan identifikasi Campylobacter jejunidan Campylobacter lainnya.
Diperlukan juga medium selektif, danharus dilakukan dalam lingkungan
dengan kadar O2 rendah (5% O2) dengan tambahan CO2 (10% CO2) dalam
sungkup lilin (candle jar).
Inkubasi pertama harus di lakukan pada suhu 42C. Meskipun
Campylobacter jejunitumbuh dengan baik pada suhu 36-37C, inkubasi
pada suhu 42C dapat mencegah pertumbuhan sebagian besar bakteri lain
yang ada di dalam feses, sehingga mempermudah identifikasi
Campylobacter jejuni. Beberapa medium selektif telah digunakan secara
luas. Medium skirrow berisi vankomisin, polimiksi B, dan trimetropin
sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain. Medium selektif
lainnya juga dapat mengandung antimikroba termasuk sefalotin atau
sefoperazon, dan senyawa inhibitor, karena medium ini mengandung
sefalosporin, medium ini tidak akan menumbuhkan Campylobacter
fetusdan beberapa spesies Campylobacter lainnya. Medium selektif cocok
untuk isolasi Campylobacter jejunipada suhu 42C, jika medium skirrow
diinkubasi pada suhu 36-37C , jenis Campylobacter dapat terisolasi.
Koloni tersebut cenderung tidak membentuk warna atau berwarna abu-
abu. Bakteri ini berair, menyebar atau bulat dan konveks, kedua jenis
koloni ini dapat muncul dalam satu media agar.
c. Pertumbuhan
Karena diperlukan medium selektif dan kondisi inkubasi tertentu
untuk pertumbuhannya, biasanya hanya dibutuhkan serangkaain uji yang
singkat untuk identifikasi. Campylobacter jejunidan Campylobacter
lainnya yang patogenik untuk manusia bersifat oksidase-positif dan
20
katalase-positif. Campylobacter tidak mengoksidasi atau
memfermentasikan karbohidrat. Sediaan apus yang diwarnai Gram untuk
menunjukan morfologi yang khas. Reduksi nitrat, produksi hidrogen
sulfida, uji hipurat dan kerentanan antimikroba dapat digunakan untuk
identifikasi spesies lebih lanjut.
4. Uji laboratorium
a. Spesimen
Feses adalah spesimen yang biasa digunakan. Campylobacter dari
spesimen lain biasanya ditemukan secara tidak sengaja atau ditemukan
pada keadaan wabah penyakit tertentu.
b. Sediaan apus
Sediaan apus feses yang diwarnai Gram dapat menunjukan adanya
bakteri batang melengkung, S, atau berbentuk sayap burung camar
yang khas. Mikrokop lapang pandang gelap atau kontras fase dapat
menunjukan motilitas organisme yang cepat dan khas.
c. Biakan
21
Biakan pada medium selektif yang disebutkan diatas adakah uji
defenitif untuk mendiagnosa enteritis Campylobacter jejuni. Jika
dicurigai terdapat spesies Campylobacter yang lain, medium tanpa
sefalosporin harus digunakan dan diinkubasi pada suhu 36-37C.
f. Escherishia Coli
Bayi yang baru lahir, setalah 24 jam dapat kemasukan kuman ini dari
ibunya atau perawat, dan E.coli merupakan salah satu normal flora. Pada
media TSLA dan KIA : (L)ereng : asam (+), (D)asar : asam (+) ; gas (+) dan
H2S (-)
1. Resistensi
E.coli mati pada pemanasan pada suhu 60o c. Selama 30 menit, tetapi ada
juga yang resisten. Dalam media pada suhu kamar, kuman dapat bertahan
selama 1 minggu. Beberapa strain E.coli dapat bertahan hidup dalam es
selama 6 bulan. Dan sangat peka terhadap desinfektan dan kepekaannya
sama dengan streptococcus dan staphylococcus.
2. Variabilias
3. Struktur Antigen
Mudah berubah menurut perubahan koloni.Ada 3 macam antigen :
22
a. Antigen -O yang bersifat tahan panas atau terstabil
b. Antigen -H yang bersifat tidak tahan panas atau termolabil dan akan
rusak pada suhu 100o c
c. Antigen -K atau envelop antigen
4. Metabolisme
Membentuk endotoksin (identik dengan antigen O), katalase,
fibrinolisin, vitamin B-kompleks, colicin, (bekerja sebagai bakterisid
terhadap kuman-kuman Gram negatif).
6. Terapi
a. Infus
b. Tetracycline dan neomycin
g. Sitomegalovirus
Sifat Virus
23
daripada genom DNA HSV. Hanya sedikit dari banyak protein yang
disandikan oleh virus (lebih dari 200) telah dikenal. Satu, glikoprotein
permukaan sel, bekerja sebagai reseptor Fc yang secara nonspesifik dapat
mengikat bagian Fc imunoglobulin. Hal tersebut dapat membantu sel yang
terinfeksi terhindar dari eliminasi sistem imun dengan memberikan
selubung perlindungan pada imunoglobulin pejamu yang tidak berkaitan.
24
Sitomegalovirus menimbulkan efek sitopatik yang khas. Inklusi
sitoplasma perinuklear terbentuk selain adanya inklusi intranuklear yang
khas pada Herpesvirus. Juga terlihat sel berinti banyak. Banyak sel yang
terkena menjadi sangat membesar. Sel sitomegalik yang mengandung
inklusi dapat ditemukan pada sampel dari orang yang terinfeksi.
A. Penjamu Normal
Sitomegalovirus dapat ditularkan dari orang-ke-orang dengan
beberapa cara, semua memerlukan kontak erat dengan bahan yang
mengandung virus. Periode inkubasi 4 sampai 8 minggu pada anak
normal yang berusia lebih tua dan orang dewasa setelah pajanan virus.
Virus menyebabkan infeksi sistemik; virus diisolasi dari paru, hati,
esofagus, kolon, ginjal, monosit, dan limfosit T serta B. Penyakit ini
merupakan sindrom yang menyerupai mononukleosis infeksius,
meskipun kebanyakan infeksi Sitomegalovirus bersifat subklinis. Seperti
semua Herpesvirus, Sitomegalovirus menimbulkan infeksi laten seumur
hidup. Virus dapat lepas secara intermiten dari faring dan di urin selama
berbulan-bulan sampai tahunan setelah infeksi primer. Infeksi
Sitomegalovirus yang lama pada ginjal tampaknya tidak menimbulkan
kerusakan pada orang normal. Kelenjar ludah sering terkena dan
kemungkinan bersifat kronik.
25
menderita penyakit Sitomegalovirus adalah mereka yang menerima
transplantasi organ, tumor ganas yang menerima kemoterapi, dan AIDS.
Ekskresi virus meningkat dan semakin lama, dan infeksi lebih mudah
menjadi diseminata. Pneumonia merupakan komplikasi yang paling
sering terjadi.
Infeksi janin dan bayi baru lahir oleh Sitomegalovirus dapat bersifat
berat. Sekitar 1% kelahiran hidup setiap tahun di Amerika Serikat
mengalami infeksi Sitomegalovirus kongenital dan sekitar 5-10% di
antaranya akan menderita penyakit inklusi sitomegalik. Persentase yang
tinggi dari bayi dengan penyakit ini akan memperlihatkan defek
perkembangan dan retardasi mental.
26
cenderung subklinis. Infeksi Sitomegalovirus yang didapat dari transfusi
pada bayi baru lahir akan bervariasi, bergantung pada jumlah virus yang
diterima dan status serologi pendonor darah. Sitomegalovirus yang
didapat in utero atau selama persalinan, lebih sering menimbulkan
infeksi kronik berkenaan dengan ekskresi virus, daripada bila virus
diperoleh pada masa hidup selanjutnya.
Gambaran Klinis
Infeksi Sitomegalovirus primer pada anak yang lebih tua dan dewasa
biasanya asimtomatik tetapi kadang-kadang menyebabkan sindrom
mononukleosis infeksius yang spontan. Penyakit ditandai dengan malaise,
mialgia, demam lama, kelainan fungsi hati, dan limfositosis.
Sitomegalovirus diperkirakan menyebabkan 20-50% kasus
mononukleosis negatif heterofil (bukan virus Epstein-Barr).
27
obliterans pada transplantasi paru, aterosklerosis graft setelah
transplantasi jantung, dan penolakan terkait Sitomegalovirus pada alograf
ginjal. Sitomegalovirus sering menyebabkan penyakit diseminata pada
pasien AIDS yang tak diobati; gastroenteritis dan korioretinitis adalah
masalah yang sering. Korioretinitis sering menyebabkan kebutaan
progresif.
28
selama beberapa minggu atau bulan. Sitomegalovirus dapat
menyebabkan pneumonia saja pada bayi berusia kurang dari 6 bulan.
Imunitas
Virus Hepatitis
29
2 B (VHB) DNA Kontak/darah HBsAg Akut &
kronik
3 C (VHC) RNA Transfuse Anti HVC Akut &
kronik
4 D RNA Kontak/darah Pertikel D Akut
(VHD)
5 E (VHE) RNA Fekal-oral IgM VHE Akut +
enteritis
Ciri khas, kelima Virus Hepatitis yang dikenal ditunjukkan pada Tabel
35-1- Tata nama virus hepatitis, antigen, dan antibodi disajikan pada Tabel
35-2.
Hepatitis Tipe A
30
HAV stabil terhadap eter 20%, asam (pH 1,0 selama 2 jam), dan
pemanasan (60 C selama 1 jam), dan infektivitasnya dapat dijaga selama
setidaknya 1 bulan setelah dikeringkan dan disimpan pada temperatur 25 C
dan kelembapan relatif 42% atau selama bertahun-tahun pada suhu -20 C.
Makanan yang dipanaskan sampai >85 C (185 F) selama 1 menit dan
permukaan yang di disinfeksi dengan natrium hipoklorit (pengenceran
pemutih klorin 1:100) diperlukan untuk menginaktifkan HAV. Resistansi
relatif HAV terhadap prosedur disinfeksi mengharuskan penanganan yang
lebih hati-hati dalam menangani pasien hepatitis dan produk mereka.
Hepatitis Tipe B
31
A. Morfologi
32
cetakan untuk semua transkripsi virus, termasuk RNA pregenom 3,5 kb. RNA
pregenom menjadi berkapsul dengan HBcAg yang baru disintesis. Dalam inti,
polimerase virus disintesis oleh transkripsi terbalik salinan DNA untai
negatif. Polimerase mulai menyintesis DNA untai positif, tetapi proses tidak
lengkap. Inti bertunas dari membran pre-Golgi, mendapatkan selubung
yang mengandung HBsAg, dan dapat meninggalkan sel. Kemungkinan lain,
inti dapat dikirim kembali ke dalam nukleus dan memulai siklus replikasi lain
dalam sel yang sama.
Hepatitis Tipe C
33
Agen utama diidentifikasi sebagai Virus Hepatitis C (HCV). HCV adalah
virus RNA untai positif, digolongkan sebagai famili Flaviviridae, genus
Hepacivirus. Berbagai virus dapat dibedakan dengan analisis sekuens RNA
menjadi setidaknya enam genotipe (clade) utama dan lebih dari 70 subtipe.
Genom berukuran 9,4 kb dan menyandikan protein inti, dua glikoprotein
selubung, dan beberapa protein struktural. Ekspresi klon cDNA HCV pada
kapang berperan dalam perkembangan uji serologi antibodi terhadap HCV.
Kebanyakan kasus hepatitis NANB pascatransfusi disebabkan oleh HCV.
34
Sistem antigen-antibodi yang disebut antigen delta (Ag-delta) dan
antibodi (anti-delta) terdeteksi pada beberapa infeksi HBV. Antigen
ditemukan dalam partikel HBsAg tertentu. Dalam darah, HDV (agen delta)
mengandung Ag-delta (HDAg) yang dikelilingi oleh selubung HBsAg.
Antigen tersebut mempunyai partikel berukuran 35-37 nm dan berat jenis
sebesar 1,24-1,25 g/mL pada CsCl. Genom HDV terdiri dari RNA sense
negatif, sirkular, untai tunggal, berukuran 1,7 kb. Virus ini merupakan
patogen manusia yang diketahui sebagai yang terkecil dan menyerupai
patogen tanaman subvirus, yaitu viroid. Tidak ada homologi dengan genom
HBV. HDAg adalah satu-satunya protein yang disandi oleh RNA HDV dan
berbeda dari determinan antigenik HBV. HDV adalah virus cacat yang
memerlukan selubung HBsAg untuk transmisi. HDV sering dihubungkan
dengan kebanyakan bentuk hepatitis berat pada pasien yang positif HBsAg.
Hepatitis Tipe E
35
virus telah disandi dan merupakan RNA sense positif untai tunggal dengan
ukuran 7,6 kb. Virus menyerupai Calicivirus tetapi tidak digolongkan. Strain
hewan HEV sering terjadi di seluruh dunia. Terdapat bukti infeksi HEV atau
infeksi seperti HEV pada hewan pengerat, babi, domba, dan sapi di Amerika
Serikat.
Patologi
36
Carrier HBsAg kronik dapat atau tidak dapat memperlihatkan tanda
penyakit hati. Hepatitis Virus yang persisten (tidak sembuh), penyakit jinak
ringan yang dapat terjadi setelah hepatitis B akut pada 8-10%pasien dewasa,
ditandai dengan sporadis oleh nilai amniotransferase yang abnormal dan
hepatomegali. Secara histologi, arsitektur lobulus tetap baik, disertai
peradangan porta, hepatosit yang pucat dan membengkak (susunan seperti
batu aspal), dan fibrosis ringan sampai tidak ada. Lesi tersebut sering terlihat
pada carrier asimtomatik, biasanya tidak berkembang menjadi sirosis, dan
mempunyai prognosis yang baik.
37
Tidak ada satu Virus Hepatitis pun yang bersifat sitopatogenik khas dan
dipercaya bahwa kerusakan sel yang terjadi pada hepatitis diperantarai oleh
imun.
Gambaran Laboratorium
a. HBsAg
38
Selama perjalanan penyakit HBsAg bisa ditemukan di
dalam serum dalam beberapa minggu sebelum terjadi
kenaikan amino transverse dalam serum. HBsAg tetap ada
selama fase prodromal dan biasanya masih ada sampai masa
konvalesen.
Harus diperhatikan:
c. Anti- HBs
Ini merupakan petanda yang paling akhir ditemukan di
serum dan akan terlihat bila HBsAg sudah hilang dari serum.
Banyak penderita yang tidak ditemukan anti HBs di dalam
serumnya tetapi ditemukan anti HBc. Anti HBc tidak
ditemukan pada 10% penderita meskipun klinis sudah
sembuh sama sekali.
d. Protein pre-S
39
Bisa ditemukan pada penderita dengan infeksi VHB akut
dan mempunyai kaitan yang baik dengan pemeriksaan DNA-
VHB. Pada kasus-kasus tertentu petanda serologi berbeda
dengan yang biasanya dijumpai, misalnya:
Infeksi ringan
Hepatitis fulminan
40
virus Ebstein Baar dan Cytomegalovirus. Antibodi hepatitis C
muncul 1-3 bulan sesudah timbulnya gejala klinik dan pada
beberapa kasus tidak ditemukan sampai satu tahun
kemudian. Anti VHC hanya ditemukan pada 60% kasus
hepatitis C sporadic. Baik pada hepatitis C karena transfuse
maupun karena didapat antibodi lebih sering ditemukan pada
penyakit yang kronik dari pada penyakit yang cepat sembuh.
41
reinfeksi. Pengecualian yang mungkin adalah HCV yang dapat terjadi
reinfeksi.
42
berkembang lambat dan relatif lemah. Keadaan ini dapat menjelaskan
kegagalan pejamu untuk mencegah infeksi kronik oleh HCV.
35
43
BAB III
PENUTUP
1 Kesimpulan
Agent bakteri penyebab kelainan saluran pencernaan seperti
Helicobacter pylori, Salmonella typhi, Esheria colli, dan lain-lain, agent ini
dapat sampai merusak saluran pencernaan seperti Helicobacter pylori pada
ulcus duodenal.
2 Saran
44
DAFTAR PUSTAKA
Pringgoutomo Sudarto. 2006. Buku Ajar Patologi I (Umum) Edisi 1. Sagung Seto.
Jakarta
45