Anda di halaman 1dari 17

BAB III

BATUAN BEKU

Batuan beku atau igneous rock berasal dari bahasa Latin

ignis yang artinya api. Batuan beku adalah batuan yang

terbentuk dari pembekuan magma di bawah permukaan bumi

dan hasil pembekuan lava di permukaan bumi. Bila membeku di

bawah permukaan bumi disebut batuan beku dalam (batuan

beku intrusif) atau batuan beku plutonik. Sedangkan bila

membeku di atas permukaan bumi disebut batuan beku luar

(batuan beku ekstrusif) atau batuan vulkanis.

Magma sendiri adalah cairan silikat kental dan dari larutan

silika yang pijar terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi


0
antara 1.500-2.500 c dan bersifat mobil (mudah bergerak)

terdapat pada kerak bumi bagian bawah. Hasil dari rekristalisasi

magma tersebut membentuk berbagai macam jenis mineral dan

mengikuti aturan tingkat kristalisasi dari magma.

III.1.Klasifikasi Batuan Beku

Batuan beku diklasifikasikan berdasarkan tempat

terbentuknya, warna, kimia, tekstur, dan mineraloginya.

A. Berdasarkan sifat atau kandungan kimianya , dibedakan

menjadi:

1. Batuan beku asam

Laporan Resmi Praktikum Petrologi 12


13

Terutama bila tersusun oleh mineral-mineral asam,

kandungan silika > 66%, kuarts minimal 10%, ortoklas

minimal 2/3 dari total feldspar. Biasanya berwarna cerah,

putih sampai abu-abu cerah. Termasuk di dalamnya

kelompok granit (intrusif) dan riolit (ekstrusif).

2. Batuan beku sedang atau intermediate

Bila tersusun oleh mineral-mineral antara asam dan

basa, kadar silika 55-66%. Biasanya berwarna abu-abu

sampai kehitaman. Termasuk di dalamnya adalah

kelompok diorit (intrusif) dan andesit (ekstrusif).

3. Batuan beku basa

Bila tersusun oleh mineral-mineral basa, kandungan

silika 45-52%. Biasanya berwarna abu-abu gelap sampai

hitam karena jumlah mineral mafik banyak. Termasuk di

dalamnya kelompok gabro (intrusif) dan basalt (ekstrusif).

4. Batuan beku ultrabasa

Bila tersusun oleh mineral-mineral yang sangat basa,

kandungan silica < 45%. Biasanya berwarna hijau sampai

hijau kehitaman. Termasuk di dalamnya adalah dunit dan

peridotit (intrusif).

Tabel 2. Klasifikasi batuan beku berdasarkan kandungan silikanya.


(sumber: Andriano Dwichandra, 2013)
No Jenis batuan Kandungan Contoh batuan

Laporan Resmi Praktikum Petrologi


14

beku silika beku


Ekstrus Intrusi

i
1 Asam (acid) >66 % Riolit Granit
2 Intermediate 52 66 % Andesit Diorit
3 Basa (basic) 45 52 % Basalt Gabro
4 Ultrabasa <45 % Peridoti Dunit

B. Berdasarkan tempat terbentuknya batuan beku dibedakan

atas :

1. Batuan beku plutonik, yaitu batuan beku yang terbentuk

jauh di dalam perut bumi.

2. Batuan beku hypabasal, yaitu batuan beku yang terbentuk

tidak jauh dari permukaan bumi.

3. Batuan beku vulkanik, yaitu batuan beku yang terbentuk

dipermukaan bumi.

C. Berdasarkan indeks warna

1. Leucoctaris rock, apabila mengandung kurang dari 30%

mineral mafik.

2. Mesococratik rock, apabila mengandung 30% - 60%

mineral mafik.

Laporan Resmi Praktikum Petrologi


15

3. Melanocractik rock, apabila mengandung 60% - 90%

mineral mafik.

4. Hypermalanic rock, apabila mengandung lebih dari 90%

mineral mafik.

D. Berdasarkan klasifikasi IUGS (1999), klasifikasi batuan beku

secara megaskopis

1. Golongan faneritik

a. Batuan bertekstur faneritik, dapat teramati secara

megaskopis (mata biasa), berbutir sedang kasar

(lebih besar dari 1mm).

b. Golongan faneritik dapat dibagi atas beberapa jenis

batuan.

c. Dasar pembagiannya adalah kandungan mineral

kuarsa (Q), atau mineral feldspathoid (F), feldspar

alkali (A), serta kandungan mineral plagioklas (P).

d. Cara menentukan nama batuan dihitung dengan

menganggap jumlah ketiga mineral utama (Q + A + P

atau F + A + P) adalah 100%.

2. Golongan afanitik

a. Batuan beku bertekstur afanitik, mineral-mineralnya

tidak dapat dibedakan dengan mata biasa atau

menggunakan loupe, umumnya berbutir halus (<

1mm), sehingga batuan beku jenis ini tidak dapat

Laporan Resmi Praktikum Petrologi


16

ditentukan presentase mineraloginya secara

megaskopis.

b. Salah satu cara terbaik untuk memperkirakan

komposisi mineralnya adalah didasarkan atas warna

batuan, karena warna batuan umumnya

mencerminkan proporsi mineral yang dikandungnya,

dalam hal ini proporsi mineral felsik (berwarna terang)

dan mineral mafik (berwarna gelap). Semakin banyak

mineral mafik, semakin gelap warna batuannya.

c. Penentuan nama atau jenis batuan beku afanitik masih

dapat dilakukan bagi batuan yang bertekstur porfiritik

atau vitrofirik, dimana fenokrisnya masih dapat terlihat

dan dapat dibedakan, sehingga dapat dibedakan jenis

batuannya. Dengan menghitung presentase mineral

yang hadir sebagai fenokris, serta didasarkan pada

warna batuan atau mineral, maka dapat diperkirakan

presentase masing-masing mineral (Q atau F, A. P),

maka nama batuan dapat ditentukan.

Laporan Resmi Praktikum Petrologi


17

Gambar 4. Seri reaksi bowen. (Sumber: Andriano Dwichandra, 2010)

Laporan Resmi Praktikum Petrologi


18

Gambar 5. Kasifikasi batuan beku berdasarkan komposisi mineral dan secara


megaskopis. (sumber: Andriano Dwichandra, 2010)

III.2.Struktur, Tekstur dan Komposisi Mineral Batuan Beku

Laporan Resmi Praktikum Petrologi


19

A. Struktur batuan beku

Struktur adalah kenampakan hubungan antar bagian

batuan yang berbeda. Struktur yang dimaksud adalah struktur

primer, yang terjadi saat terbentuknya batuan beku tersebut.

Struktur batuan beku sebagian besar hanya dilihat di lapangan

(dimensinya sangat besar), tetapi kadang-kadang dapat dilihat

juga dalam hand specimen.

1. Struktur yang berhubungan dengan aliran magma :

a. Schlieren, yaitu struktur yang dibentuk mineral prismatik,

pipih atau memanjang atau oleh xenolith akibat

pergerakan magma.

b. Segregasi, yaitu struktur pengelompokkan mineral

(biasanya mineral mafik) yang mengakibatkan perbedaan

komposisi mineral dengan batuan induknya.

c. Pillow lava, yaitu struktur yang diakibatkan oleh

pergerakkan lava akibat interaksi dengan lingkungan air,

bentuknya menyerupai bantal, dimana bagian atas

cembung dan bagian bawah cekung.

2. Struktur yang berhubungan dengan pendinginan

magma :

a.Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan pejal,

tanpa retakan maupun lubang-lubang gas. Dapat juga

Laporan Resmi Praktikum Petrologi


20

dikatakan sebagai struktur yang memperlihatkan suatu

masa batuan yang terlihat seragam.

b. Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat

sebagai berbentuk lembaran, biasanya pada tepi atau

atap intrusi besar akibat hilangnya beban.

c.Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan

terpisah poligonal seperti batang pensil atau berbentuk

tiang dimana sumbunya tegak lurus arah aliran.

d. Vesikuler, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-

lubang pada batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat

pelepasan gas pada saat pembekuan. Lubangnya teratur.

Struktur ini terlihat sebagai serat-serat di dalam lava.

e.Skoria (scoriaceous), yaitu struktur yang memperlihatkan

banyak lubang yang tidak teratur atau tidak saling

berhubungan, umumnya dijumpai pada batuan beku basa.

f. Pumisan, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang

sangat banyak dan saling berhubungan, umumnya

dijumpai pada batuan beku asam.

g. Struktur aliran (flow), yaitu struktur yang memperlihatkan

kesan orientasi sejajar, baik oleh kristal-kristal, mineral-

mineral maupun oleh lubang-lubang gas.

h. Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian

terisi oleh mineral-mineral sekunder, yang terbentuk

Laporan Resmi Praktikum Petrologi


21

setelah pembekuan magma, seperti kalsit, kuarsa atau

zeolit.

i. Xenolith, yaitu batuan beku yang diinklusi pecahan batuan

lain.

B. Tekstur batuan beku

Tekstur adalah kenampakan batuan yang berkaitan dengan

derajat pengkristalan, ukuran kristal, bentuk kristal dan susunan

butir mineral dalam batuan. Magma merupakan larutan yang

kompleks. Karena terjadi penurunan temperatur, perubahan

tekanan dan perubahan dalam komposisi, larutan magma ini

mengalami kristalisasi. Perbedaan kombinasi hal-hal tersebut

pada saat pembekuan magma mengakibatkan terbentuknya

batuan beku yang memiliki tekstur yang berbeda.

Ketika batuan beku membeku pada keadaan temperatur dan

tekanan yang tinggi di bawah permukaan maka proses

pembekuannya pun berlangsung lama, sehingga mineral-mineral

penyusunnya pun memiliki waktu untuk membentuk sistem

kristal tertentu dengan ukuran yang relatif besar. Sedangkan

pada keadaan temperatur dan tekanan yang rendah maka proses

pembekuan nya pun berlangsung cepat, sehingga mineral-

mineral penyusunnya tidak sempat untuk membentuk sistem

kristal tertentu, dan yang terbentuk adalah gelas contohnya

obsidian. Mineral yang terbentuk biasanya berukuran relatif kecil.

Laporan Resmi Praktikum Petrologi


22

1. Derajat kristalisasi ( Tingkat kristalisasi )

a. Holokristalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya

disusun oleh kristal.

b. Hipokristalin, yaitu batuan beku yang tersusun oleh kristal

dan gelas.

c. Holohyalin, batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun

oleh gelas.

2. Granularitas ( Ukuran butir )

a. Fanerik, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya

tersusun oleh mineral-mineral yang berukuran kasar,

butiran mineral dapat dilihat dengan mata telanjang atau

tanpa mikroskop dan berbutir cukup besar, seragam dan

saling mengunci (interlock).

b. Afanitik, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya

tersusun oleh mineral berukuran halus. Butiran-butiran

mineral sangat halus dan kecil-kecil sehingga hanya bisa

dilihat dengan mikroskop.

1) Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan

beku bisa diamati dengan bantuan mikroskop dengan

ukuran butiran sekitar 0,1 0,01 mm.

2) Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan

beku terlalu kecil untuk diamati meskipun dengan

Laporan Resmi Praktikum Petrologi


23

bantuan mikroskop. Ukuran butiran berkisar antara

0,01 0,002 mm.

c. Porfiritik, yaitu merupakan tekstur khusus dimana

terdapat campuran butiran kasar dengan butiran yang

halus. Porfiritik kemudian dibedakan lagi menjadi :

1) Faneroporfiritik

Bila butiran-butiran mineral yang besar (mineral

sulung atau fenokris) dikelilingi oleh mineral-mineral

yang berukuran butir lebih kecil (massa dasar) yang

dapat dikenal dengan mata telanjang.

2) Porfiroafanitik

Bila butiran-butiran mineral sulung (fenokris) dikelilingi

oleh massa dasar yang afanitik.

3. Bentuk kristal

Ketika pembekuan magma, mineral-mineral yang terbentuk

pertama kali biasanya berbentuk sempurna sedangkan yang

terbentuk terakhir biasanya mengisi ruang yang ada sehingga

bentuknya tidak sempurna.

Bentuk mineral yang terlihat melalui pengamatan mikroskop

yaitu:

a. Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurna

b. Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna

Laporan Resmi Praktikum Petrologi


24

c. Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna.

4. Hubungan antar kristal ( relasi )

a. Ekuigranular : ukuran kristalnya relatif sama besar.

1) Panidiomorphic granular : bila mineralnya

euhedral.

2) Hipidiomorphic granular : bila mineralnya

subhedral.

3) Allotriomorphic granular : bila mineralnya

anhedral.

b. Inekuigranular : ukuran kristalnya tidak sama besar.

1) Porfiritik : fenokris dalam masa dasar atau matrik

kristal-kristal kecil (faneroporfiritik).

2) Vitroferik : fenokris (mineral sulung) dalam masa

dasar atau matrik gelas.

3) Poilikitik : fenokris diinklusi oleh mineral lain yang

lebih kecil.

4) Glomeroporphyritic : fenokris mengumpul.

Tekstur batuan beku berdasarkan bentuk geometri kristalnya :

1. Tabular (plagioklas, k-feldspar).

2. Prismatik (piroksen, hornblend).

3. Berlembar (mika).

4. Poligonal (kuarsa, olivin).

Laporan Resmi Praktikum Petrologi


25

C. Komposisi batuan beku

Komposisi mineral pada batuan beku dapat dibagi atas 3

kelompok, yaitu :

1. Mineral utama (essential minerals) : mineral yang

terbentuk dari kristalisasi magma, yang biasanya hadir

dalam jumlah yang cukup banyak dan menentukan nama

atau sifat batuan. Contoh : olivin, piroksen, amfibol, biotit,

plagioklas, k-feldspar, muskovit, kuarsa, feldspatoid.

Mineral-mineral tersebut dapat dibedakan menjadi 2

kelompok, yaitu:

a. Mineral asam (mineral felsik)

Mineral-mineral yang tersusun dari unsur silika dan

alumina, berwarna cerah, biasanya disebut mineral

asam (mineral felsik). Mineral-mineral tersebut adalah :

1) Kuarsa => jernih, putih seperti gelas, tanpa

belahan.

2) Muskovit => jernih sampai coklat pucat, tampak

sebagai lembaran

lembaran.

3) Orthoklas => putih sampai merah daging, belahan

dua arah tegak

lurus.

4) Feldspathoid

Laporan Resmi Praktikum Petrologi


26

b. Mineral basa (mineral mafik)

Mineral-mineral yang tersusun oleh unsur-unsur

besi, magnesium dan kalsium, berwarna gelap, dan

biasa disebut mineral basa (mineral mafik). Mineral-

mineral tersebut adalah:

1) Olivin => kuning kehijauan, kristal berbutir

seperti gula pasir.

2) Piroksin => hijau tua, hitam suram, prismatik

pendek, belahan

dua arah tegak lurus.

3) Hornblend => hitam mengkilat, prismatik panjang,

belahan dua

arah.

4) Biotit => hitam, kecoklat-coklatan, tampak

sebagai lembaran.

2. Mineral tambahan (accessory minerals) : mineral yang

terbentuk dari kristalisasi magma, tetapi kehadirannya

relatif sedikit (<5%) dan tidak menentukan nama atau

sifat batuan. Contoh : apatit, zirkon, magnetit, hematit,

rutil dan lain-lain.

Laporan Resmi Praktikum Petrologi


27

3. Mineral sekunder (secondary minerals) : mineral hasil

ubahan dari mineral-mineral primer karena pelapukan,

alterasi hidrothermal atau metamorfosa. Contoh : klorit,

epidot, serisit, kaolin, aktinolit dan lain-lain.

Gambar mineral

Deskripsi Batuan: beku intermediet


Warna Segar: putih abu-abu
Warna Lapuk: kehitam-hitaman
Struktur Batuan : masif
Tekstur Batuan: - Derajat Kristalisasi : hipokristalin
- Granualitas: afanitik
- Bentuk Kristal: subhedral
- Hubungan Kristal: inkuigranular
III.3. Deskripsi Batuan Beku
Komposisi Batuan: kuarsa, hornblende, biotit.
Petrogenesa Batuan: batuan yang berasal dari pembekuan magma di dalam permukaan bumi.
Nama Batuan: Andesit

Laporan Resmi Praktikum Petrologi


28

Gambar mineral

Deskripsi Batuan: beku intermediet


Warna Segar: hitam ke abu-abuan
Warna Lapuk: coklat
Struktur Batuan : masif
Tekstur Batuan: - Derajat Kristalisasi : hipokristalin
- Granualitas: fanerik
- Bentuk Kristal: subhedral
- Hubungan Kristal: inkuigranular
Komposisi Batuan: piroksin, hornblende, kuarsa, biotit, plagioklas, xenolit, kalsit
Petrogenesa Batuan: batuan yang terbentuk akibat pembekuan magma di dalam permukaan bum
Nama Batuan: Granodiorit

Laporan Resmi Praktikum Petrologi

Anda mungkin juga menyukai