Anda di halaman 1dari 12

Inventarisasi permasalahan K3

Ergonomi Kerja
Posted on June 10, 2015 by DYNAMIQHSE

Ergonomi Berasal dari bahasa Yunani : Ergon = kerja (work) Nomos = Hukum
atau aturan (Law) Ergonomi berarti aturan-aturan kerja Kata lain Human
Factors Engineering. Ergonomi : adalah ilmu terapan yang merupakan
gabungan antara ilmu anatomi tubuh, kesehatan, psikologi dan Continue
reading

Posted in Informasi K3, Training K3, Umum | Tagged Ahli K3 umum, Analisa Kecelakaan
Kerja, Apa itu P2K3, Audit SMK3, Catatan dan data K3, fungsi p2k3, Indentifikasi dan
inventarisasi sumber bahaya, Inspeksi secara rutin dan teratur, Instruktur Ahli K3 umum,
Inventarisasi permasalahan K3, Job Safety Analisis, K3 Bejana Tekan, K3 Kontruksi
Bangunan, K3 Listrik, K3 Mekanik, K3 Penanggulangan Kebakaran, K3 Pesawat Uap,
Kebijakan K3, Kesehatan Kerja, Konsep dasar K3, Laporan pertanggungjawaban, Lentera
Safety, Lingkungan Kerja, Manajemen Risiko, manfaat p2k3, Mitra Dinamis Yang Utama,
P2K3, Pembuatan Laporan K3, Pendidikan dan latihan, Penelitian, Penerapan norma K3,
Penyelidikan dan analisa kecelakaan, peran p2k3, Praktek Kerja Lapangan, program kerja
p2k3, Prosedur dan tata cara evakuasi, Prosedur Kerja K3, PT Berau Coal, PT Berlian Inti
Mekar, PT Cogindo Daya Bersama, PT Hoaka Jaya Lestari, PT Sumeks Supplier Labor, PT.
Midiatama, PT. Mitra Dinamis Yang Utama, safety meeting, Seminar K3, SMK3, Statistik
dan Laporan Kecelakaan Kerja, tugas dan wewenang p2k3, Ujian Akhir K3, Undang-undang
No.1 Tahun 1970 | Leave a comment
Ergonomi
Berasal dari bahasa Yunani :

Ergon = kerja (work)

Nomos = Hukum atau aturan (Law)

Ergonomi berarti aturan-aturan kerja

Kata lain Human Factors Engineering.

Ergonomi :

adalah ilmu terapan yang merupakan gabungan antara ilmu anatomi tubuh, kesehatan,
psikologi dan teknologi yang bertujuan untuk peningkatan kondisi kerja dan produktifitas
kerja.

Dengan cara :

Design peralatan kerja, tempat kerja, metoda bekerja, proses bekerja, lay out tempat kerja,
pengaturan pencahayaan,dsb.

Ergonomi dapat diartikan pula sebagai penerapan ilmu-ilmu biologi manusia bersama-sama
dengan ilmu-ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai penyesuaian satu sama lain secara
optimal terhadap pekerjaannya, yang manfaat dari padanya diukur dengan efisiensi dan
Kesejahteraan kerja (menurut ILO).

Dapat disimpulkan Ergonomi sebagai :

Ilmu yang penerapannya berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap
orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas dan efisiensi yang
setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimal-optimalnya

Prinsip dasar Ergonomi

Tujuan Disain Kerja (Work Design) :

Untuk memperoleh alokasi fungsi yang sesuai dengan jenis pekerjaan

Untuk mendapatkan sebuah sistem kerja yang aman, sehat, nyaman dan efisien

Karakteristik pekerja :

Fungsi tulang rangka dan otot

Konsep biomekanik tubuh


Postur kerja

Penyesuaian alat kerja dan tempat kerja dengan ukuran tubuh

Komponen-komponen :

Manusia

Alat kerja atau mesin

Lingkungan Kerja

Organisasi dan manajemen

Manusia berinteraksi dengan mesin melalui dua bagian tubuhnya yaitu

1. Kelompok efektor yaitu tangan, kaki dan suara

2. Kelompok Sensoris yaitu panca indera seperti penglihatan, pendengaran, penciuman,


sensor rasa (kulit) dan sensor pengecap (lidah). Penglihatan dan pendengaran serta
penciuman merupakan kelompok sensoris yang paling banyak terlibat didalam proses
interaksi ini

Mesin berinteraksi dengan manusia melalui dua bagiannya :

1. Display

2. Control

Komponen lingkungan kerja terdiri dari

1. Tempat kerja dimana interaksi terjadi

2. Faktor fisik (suhu, kelembaban, kebisingan, instalasi listrik, ruangan, dll)

3. Organisasi (struktur organisasi, kebijakan, pengaturan jam kerja, dll).

Hal ini menjadi salahsatu Topik yang ada di Pembinaan Ahli K3 Umum Sertifikasi Kemnaker
RI tgl 18-30 Mei 2015 yang diselenggarakan secara perdana di Kota Palembang dengan
Penyelenggara dari PJK3 Lentera Safety yang bekerjasama dengan DynamiqHSE (PT. Mitra
Dinamis Yang Utama).

Identifikasi Bahaya dilaksanakan guna menentukan rencana penerapan K3 di lingkungan


Perusahaan.
Identifikasi bahaya termasuk di dalamnya ialah identifikasi aspek dampak lingkungan
operasional Perusahaan terhadap alam dan penduduk sekitar di wilayah Perusahaan
menyangkut beberapa elemen seperti tanah, air, udara, sumber daya energi serta sumber daya
alam lainnya termasuk aspek flora dan fauna di lingkungan Perusahaan.

Ilustrasii Identifikasi Bahaya K3

Identifikasi Bahaya dilakukan terhadap seluruh aktivitas


operasional Perusahaan di tempat kerja meliputi :
1. Aktivitas kerja rutin maupun non-rutin di tempat kerja.

2. Aktivitas semua pihak yang memasuki termpat kerja termasuk kontraktor, pemasok,
pengunjung dan tamu.

3. Budaya manusia, kemampuan manusia dan faktor manusia lainnya.

4. Bahaya dari luar lingkungan tempat kerja yang dapat mengganggu keselamatan dan
kesehatan kerja tenaga kerja yang berada di tempat kerja.

5. Infrastruktur, perlengkapan dan bahan (material) di tempat kerja baik yang disediakan
Perusahaan maupun pihak lain yang berhubungan dengan Perusahaan.

6. Perubahan atau usulan perubahan yang berkaitan dengan aktivitas maupun


bahan/material yang digunakan.

7. Perubahan Sistem Manajemen K3 termasuk perubahan yang bersifat sementara dan


dampaknya terhadap operasi, proses dan aktivitas kerja.

8. Penerapan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang berlaku.


9. Desain tempat kerja, proses, instalasi mesin/peralatan, prosedur operasional, struktur
organisasi termasuk penerapannya terhadap kemampuan manusia.

Identifikasi bahaya yang dilaksanakan memperhatikan


faktor-faktor bahaya sebagai berikut :
1. Biologi (jamur, virus, bakteri, mikroorganisme, tanaman, binatang).

2. Kimia (bahan/material/gas/uap/debu/cairan beracun, berbahaya, mudah


meledak/menyala/terbakar, korosif, iritan, bertekanan, reaktif, radioaktif, oksidator,
penyebab kanker, bahaya pernafasan, membahayakan lingkungan, dsb).

3. Fisik/Mekanik (infrastruktur, mesin/alat/perlengkapan/kendaraan/alat berat,


ketinggian, tekanan, suhu, ruang terbatas/terkurung, cahaya, listrik, radiasi,
kebisingan, getaran dan ventilasi).

4. Biomekanik (postur/posisi kerja, pengangkutan manual, gerakan berulang serta


ergonomi tempat kerja/alat/mesin).

5. Psikis/Sosial (berlebihnya beban kerja, komunikasi, pengendalian manajemen,


lingkungan sosial tempat kerja, kekerasan dan intimidasi).

6. Dampak Lingkungan (air, tanah, udara, ambien, sumber daya energi, sumber daya
alam, flora dan fauna).

Penilaian resiko menggunakan pendekatan metode matriks resiko yang relatif sederhana serta
mudah digunakan, diterapkan dan menyajikan representasi visual di dalamnya.

Pengendalian resiko didasarkan pada hierarki sebagai


berikut :
1. Eliminasi (menghilangkan sumber/aktivitas berbahaya).

2. Substitusi (mengganti sumber/alat/mesin/bahan/material/aktivitas/area yang lebih


aman).

3. Perancangan (modifikasi/instalasi sumber/alat/mesin/bahan/material/aktivitas/area


supaya menjadi aman).

4. Administrasi (penerapan prosedur/aturan kerja, pelatihan dan pengendalian visual di


tempat kerja).

5. Alat Pelindung Diri (penyediaan alat pelindung diri bagi tenaga kerja dengan
paparan bahaya/resiko tinggi).

Keseluruhan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko didokumentasikan dan


diperbarui sebagai acuan rencana penerapan K3 di lingkungan Perusahaan. Dokumentasi
identifikasi bahaya dapat menggunakan contoh sederhana dari link berikut : form identifikasi
bahaya, penilaian resiko dan pengendalian resiko.

batas

Dalam pelaksanaan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di perusahaan dalam
upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dibutuhkan organisasi khusus
didalam struktur organisasi perusahaan yaitu P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja).

Sesuai dengan ketentuan UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja, yang disebutkan
dalam pasal 9 dan pasal 10, P2K3 berperan dalam proses pembinaan. Dalam P2K3
terdapat seorang Sekretaris P2K3 yang berperan dalam menjalankan program-program
pelaksanaan K3,

Sesuai Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER. 04/MEN/1987, dalam pasal 3 ayat (2) yang
berbunyi, Sekretaris P2K3 ialah Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja dari
perusahaan tersebut.

Karena alasan diatas maka, diperlukan pelatihan / Pembinaan Ahli K3 Umum yang
tersertifikasi Kemenakertrans RI

Sasaran Program Pelatihan Ahli K3 Umum :

Menjelaskan tugas, wewenang dan tanggung jawab Ahli K3


Menjelaskan hak pekerja dalam bidang K3

Menjelaskan kepada pengusaha bahwa upaya K3 menguntungkan bagi perusahaan

Menjelaskan tujuan sistem manajemen K3 (SMK3)

Menjelaskan sistem pelaporan kecelakaan

Menganalisa kasus kecelakaan, mengetahui faktor penyebabnya dan dapat


menyiapkan laporan kecelakaan kepada pihak terkait.

Mengenal P2K3, tugas, tanggung jawab dan wewenang organisasi ini Mengenal
pembinaan dan pengawasan K3 di tingkat perusahaan, Nasional dan Internasional

Mengidentifikasi obyek pengawasan K3

Mengetahui persyaratan dan pemenuhan terhadap peraturan perundangan di tempat


kerja.

Mengetahui persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja

Mengetahui proses audit dan ruang lingkupnya untuk mengukur tingkat pencapaian

Materi pelatihan Ahli K3 Umum :

1. Kebijakan K3

2. Undang-undang No.1 Tahun 1970

3. Konsep dasar K3

4. P2K3

5. K3 Listrik

6. K3 Penanggulangan Kebakaran

7. K3 Kontruksi Bangunan

8. K3 Bejana Tekan

9. K3 Pesawat Uap

10. K3 Mekanik

11. Kesehatan Kerja

12. Lingkungan Kerja


13. Statistik dan Laporan Kecelakaan Kerja

14. SMK3

15. Audit SMK3

16. Manajemen Risiko

17. Analisa Kecelakaan Kerja

18. Praktek Kerja Lapangan

19. Job Safety Analisis

20. Prosedur Kerja

21. Ujian Akhir

22. Pembuatan Laporan

23. Seminar

Pelaksanaan Ahli K3 Umum kali ini dilakukan di Hotel @HOM Bekasi pada tanggal 13-27
Oktober 2014 dengan PJK3 dari LENTERA SAFETY.

Jumlah peserta dari berbagai macam perusahaan yang berbeda-beda spt pertambangan,
perkebunan, pabrik, manufacturing, kontraktor konstruksi dengan total 12 peserta.

batas

Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko

1. 1. IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RESIKO ( IBPR )

2. 2. TUJUAN 1. Mengidentifikasi, mengklarifikasi dan me ngendalikan bahaya


serta risiko dari setiap kegiatan operational dan produksi perusahaan, baik
kegiatan rutin maupun non rutin. 2. Menetapkan target dan program
peningkatan kinerja K 3 berdasarkan hasil identifikasi bahaya dan
penilaian Risiko

3. 3. DEFINISI BAHAYA :Adalah Sumber atau Keadaan yg berpo PENILAIAN


RESIKO :Adalah keseluruhan proses -tensi terhadap terjadinya kerugian
dlm bentuk cedera; dalam mengestimasi besarnya suatu risiko . atau
penyakit. LIKELIHOOD ( Lh ) antara kemungkinan suatu RISIKO : Kombinasi
: Adalah KEMUNGKINAN terjadi suatu bahaya dari suatudgn keparahan
akibat keja- dian dlm setiap peristiwa aktivitas. yg dinyatakan dalam
kerugian. IDENTIFIKASI )BAHAYA : adalah proses SEVERITY ( Sv : adalah
TINGKAT BAHAYA / mengembelikan yang ditimbulkan daridan menetapkan
KESERIUSAN adanya suatu bahaya suatu karateristiknya. aktivitas .
4. 4. TANGGUNG JAWAB Pimpinan Departemen bertanggung jawab untuk :
Management Representatives bertanggung jawab - Mengidentifikasi
bahaya dan risiko sesuai dengan untuk : kegiatan operational
didepartemen masing-masing. - Menyusun Target dan program
peningkatan kinerja - Menyusun Program Manajemen K3 berdasarkan K3
departemen dan dan Penilaian Risiko. setiap Identifikasi Bahaya
memantau pencapaian bulan. - Mengkomunikasikan Program Manejemen
K3 yg - Mengkomunikasikan Identifikasi, Terget dan telah ditetapkan
kepada seluruh karyawan. kepada Pencapaian program peningkatan kerja
K3 seluruh karyawan di departemennya.

5. 5. IDENTIFIKASI BAHAYA Tiga pertanyaan dasar untuk identifikasi


bahaya : Apakah ada suatu sumber celaka / bahaya ? Siapa / Apa yang
dapat celaka ? Bagaimana dapat terjadi ?

6. 6. CARA MELAKUKAN IDENTIFIKASI BAHAYA 1. Mengidentifikasi seluruh


proses/area yang ada dalam segala kegiatan. 2. Mengidentifikasi sebanyak
mungkin aspek K-3 pada setiap proses/area yg telah diidentifikasi
sebelumnya. 3. Identifikasi K-3 dilakukan pada suatu proses kerja baik
pada kondisi N O R M A L , A B N O R M A L , E M E R G E N C Y dan
MAINTENANCE

7. 7. KATAGORI BESARNYA BAHAYA Untuk membantu proses identifikasi


bahaya dapat dikatagorikan, sbb : Mechanical Electrical Radiation
Chemical Fire and explosion

8. 8. DAFTAR POTENSI BAHAYA Terpleset / Jatuh Jatuh dari


ketinggian Kejatuhan benda asing Ruang untuk kepala yang kurang
Bahaya dari Mesin Bahaya dari Kendaraan Kebakaran & Ledakan Zat yang
terhirup Zat yg mencederai Mata Zat yg melukai kulit
Bahaya listrik Radiasi Getaran Bising Pencahayaan Lingkungan terlalu
Panas Kegiatan Kontraktor Huru hara

9. 9. KUNCI MENGIDENTIFIKASI RISIKO Kapan, kenapa, dimana, bagaimana


Apakah dibutuhkan penelitian mendalam pada kemungkinan terjadinya
risiko & siapa tenaga risiko tertentu ? yang dilibatkan. Apakah Sumber
penelitianmasing - masing lingkup & akibat ? risiko ? sumber yang
dibutuhkan untuk Apakah Apakah banyak waktu yg?terbuang, biaya dan
melaksanakan penelitian gangguan pemakaiyang diperoleh dapat ?
Apakah informasi masing - masing risik dipercaya ? Apakah pengawasan
yang ada dapat mengurangi risiko ?

10.10. Unsur kegiatan, produksi, jasa sebuah organisasi yang dapat


berinteraksi dengan lingkungan. Contoh Aspek K3 : Ceceran Oli
Limbah Padat Debu Bau Thiner Bising Getaran, dll Contoh
Dampak K3 : Terpeleset Kontaminasi tanah Pencemaran Air
Pencemaran Udara Kebakaran Penurunan pendengaran Tersengat
listrik Ledakan, dll

11.11. Pengendalian K3 terhadap kegiatan yang telah diidentifikasi : I. II. III.


IV. V. VI. No Control, belum ada sistem pengendalian K3. Engineering
Control, Pengendalian dilakukan melalui control dari bagian Engineering.
Procedures/WI, Pengendalian dilakukan melalui prosedur atau instruksi
kerja. Skill Training, Pengendalian dilakukan dengan memberi pelatihan
keterampilan terhadap personil yang bersangkutan. Special rules / permit,
sebelum melaksanakan pekerjaan harus mendapat ijin dari bagian / dept
yang bersangkutan. PPE (Personal Protection Equipment) / APD,
Pengendalian dilakukan dgn menggunakan APD.

12.12. Katagori Penilaian Bahaya dan Risiko : KEMUNGKINAN TERJADI


( Likelihood ) 1. (Rare) : Kemungkinan terjadi bahaya SANGAT KECIL ( pada
keadaan luar biasa ). 2. (Unlikeky) : Biasanya tidak terjadi namun
kemungkinan terjadi tetap ada . 3. (Possible) : Kemungkinan terjadi
bahaya kecil atau merupakan suatu kebetulan. 4. (Likely) : Kemungkinan
terjadi bahaya pada suatu keadaan tertentu. 5. (Almost Certain) : Sangat
mungkin terjadi bahaya.

13.13. Katagori Penilaian Bahaya dan Risiko : KESERIUSAN TERJADI


( Severity ) 1. (Insignificant) : Cedera hanya memerlukan pengobatan P3K.
2. (Minor) : Cedera memerlukan perawatan medis, tetapi tetap masuk
kerja . 3. (Moderate) : Cedera memerlukan perawatan medis, tetapi tidak
dapat masuk kerja. 4. (Major) : Cedera yang SERIUS ( mengakibatkan
cacat anggota atau sebagian anggota tubuh) 5. (Catastrophic) :
Menimbulkan KORBAN JIWA

14.14. TINGKAT BAHAYA ( RISK LEVEL ) K E M U N G K I N A N 5 (5) 4 (4) 3 (3)


2 (2) 1 (1) SCALE H ( 10 ) M (8) L (6) L (4) N (2) 1 H E ( 20 ) H ( 16 ) H ( 12 )
M (8) M (4) ( 15 ) H ( 12 ) M (9 ) L (6) L (3) 2 3 E ( 25 ) E ( 20 ) E ( 15 ) H
( 10 ) H (5) 4 E E E E H 5 KESERIUSAN ( SEVERITY )

15.15. 1. 2. 3. 4. 5. Tentukan Tingkat Bahaya ( Risk Level ) : KATAGORI


TINGKAT RESIKO N (Negligible) : Tidak memerlukan tindakan khusus. L
(Low Risk) : Pemantauan untuk memastikan tindakan pengendalian telah
berjalan dengan baik . M (Moderate) : Perlukan perhatian dan tambahan
Prosedur /WI. H (High Risk) : Perlu mendapatkan perhatian pihak
Manajemen dan tindakan perbaikkan E (Extreme) : Perlu segera dilakukan
tindakan perbaikkan

16.16. IDENTIFIKASI BAHAYA SEDINI MUNGKIN TERI MA KASIH

Identifikasi Bahaya dilaksanakan guna menentukan rencana penerapan K3 di lingkungan


Perusahaan.

Identifikasi bahaya termasuk di dalamnya ialah identifikasi aspek dampak lingkungan


operasional Perusahaan terhadap alam dan penduduk sekitar di wilayah Perusahaan
menyangkut beberapa elemen seperti tanah, air, udara, sumber daya energi serta sumber daya
alam lainnya termasuk aspek flora dan fauna di lingkungan Perusahaan.
Ilustrasii Identifikasi Bahaya K3

Identifikasi Bahaya dilakukan terhadap seluruh aktivitas


operasional Perusahaan di tempat kerja meliputi :
10. Aktivitas kerja rutin maupun non-rutin di tempat kerja.

11. Aktivitas semua pihak yang memasuki termpat kerja termasuk kontraktor, pemasok,
pengunjung dan tamu.

12. Budaya manusia, kemampuan manusia dan faktor manusia lainnya.

13. Bahaya dari luar lingkungan tempat kerja yang dapat mengganggu keselamatan dan
kesehatan kerja tenaga kerja yang berada di tempat kerja.

14. Infrastruktur, perlengkapan dan bahan (material) di tempat kerja baik yang disediakan
Perusahaan maupun pihak lain yang berhubungan dengan Perusahaan.

15. Perubahan atau usulan perubahan yang berkaitan dengan aktivitas maupun
bahan/material yang digunakan.

16. Perubahan Sistem Manajemen K3 termasuk perubahan yang bersifat sementara dan
dampaknya terhadap operasi, proses dan aktivitas kerja.

17. Penerapan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang berlaku.

18. Desain tempat kerja, proses, instalasi mesin/peralatan, prosedur operasional, struktur
organisasi termasuk penerapannya terhadap kemampuan manusia.
Identifikasi bahaya yang dilaksanakan memperhatikan
faktor-faktor bahaya sebagai berikut :
7. Biologi (jamur, virus, bakteri, mikroorganisme, tanaman, binatang).

8. Kimia (bahan/material/gas/uap/debu/cairan beracun, berbahaya, mudah


meledak/menyala/terbakar, korosif, iritan, bertekanan, reaktif, radioaktif, oksidator,
penyebab kanker, bahaya pernafasan, membahayakan lingkungan, dsb).

9. Fisik/Mekanik (infrastruktur, mesin/alat/perlengkapan/kendaraan/alat berat,


ketinggian, tekanan, suhu, ruang terbatas/terkurung, cahaya, listrik, radiasi,
kebisingan, getaran dan ventilasi).

10. Biomekanik (postur/posisi kerja, pengangkutan manual, gerakan berulang serta


ergonomi tempat kerja/alat/mesin).

11. Psikis/Sosial (berlebihnya beban kerja, komunikasi, pengendalian manajemen,


lingkungan sosial tempat kerja, kekerasan dan intimidasi).

12. Dampak Lingkungan (air, tanah, udara, ambien, sumber daya energi, sumber daya
alam, flora dan fauna).

Penilaian resiko menggunakan pendekatan metode matriks resiko yang relatif sederhana serta
mudah digunakan, diterapkan dan menyajikan representasi visual di dalamnya.

Pengendalian resiko didasarkan pada hierarki sebagai


berikut :
6. Eliminasi (menghilangkan sumber/aktivitas berbahaya).

7. Substitusi (mengganti sumber/alat/mesin/bahan/material/aktivitas/area yang lebih


aman).

8. Perancangan (modifikasi/instalasi sumber/alat/mesin/bahan/material/aktivitas/area


supaya menjadi aman).

9. Administrasi (penerapan prosedur/aturan kerja, pelatihan dan pengendalian visual di


tempat kerja).

10. Alat Pelindung Diri (penyediaan alat pelindung diri bagi tenaga kerja dengan
paparan bahaya/resiko tinggi).

Keseluruhan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko didokumentasikan dan


diperbarui sebagai acuan rencana penerapan K3 di lingkungan Perusahaan. Dokumentasi
identifikasi bahaya dapat menggunakan contoh sederhana dari link berikut : form identifikasi
bahaya, penilaian resiko dan pengendalian resiko.

Bagikan :

Anda mungkin juga menyukai