Anda di halaman 1dari 23

Skip to content

Home

About me

Sitemap

Contact

Privacy

TOS

Tips Nahu
Sekedar Berbagi

Home

Umum

Farmasi

Puisi

Lagu

Video

404 Error

Follow Me

Categories
Farmasi
Lagu

lain-lain

Laporan

Makalah

Puisi

Umum

Video

Tips Nahu Farmasi lain-lain

Perbedaan Salep, Cream dan Pasta


15:22 Posted by Titi Permatasari Nahumarury No Comments

Menurut DOM Hoover


a. Cream adalah sediaan semi padat yang menunjukkan sifat aliran pseudoplastik yang

esensial. Bila digunakan, masih ada yang tertinggal tetapi tidak mengalir karena

adanya tekanan walaupun jumlah tekanan yang relatif kecil.


b. Salep adalah sediaan semi padat yang menunjukkan karakteristik aliran plastic, bila

dioleskan pada kulit akan tetap tinggal dan mengalir sesuai dengan tekanan yang

diterima.
c. Pasta adalah dermatological semi padat yang menunjukkan aliran dilatan secara

esensial, ketika digunakan pasta tidak akan mengalir sehingga perlu alirannya

ditingkatkan dengan peningkatan tekanan dalam penggunaannya. Tekanan yang


diberikan harus lebih besar dibanding dengan tekanan yang diberikan pada

penggunaan salep. Umumnya mengandung bahan yang tidak larut sebesar 20%

atau lebih.
Menurut FI edisi IV
a. Cream adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan

obat terlarut atau terdispersi dalam bahan yang sesuai.


b. Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit

atau selaput lendir.


c. Pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat

yang ditujukan untuk pemakaian luar.


Menurut FI edisi III
a. Cream adalah sediaan setengah padat berupa emulsi mengandung air tidak kurang

dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.


b. Pasta adalah sediaan berupa massa lembek yang dimaksudkan untuk pemakaian

luar. Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk

dalam jumlah besar dengan vaselin atau parafin cair atau dengan bahan dasar tidak

berlemak yang dibuat dengan gliserol mucilago dan salep.


c. Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioles dan digunakan sebagai

obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang

cocok.
Menurut RPS 18th
a. Salep adalah sediaan semi solid yang ditujukan untuk penggunaan luar. Untuk kulit

atau membran mukosa, biasanya tidak selalu dimasukkan substansi obat.


b. Cream adalah cairan kental atau emulsi semi padat yang bertipe m/A atau A/m.
c. Pasta adalah konsentrasi dari penyerapan serbuk yang terdispersi biasanya dalam

petrolatum atau petrolatum hidrofilik.


Menurut R. Voight
a. Salep adalah gel dengan perubahan bentuk plastik, yang digunakan pada kulit sehat,

sakit atau terluka atau pada selaput mukosa (hidung, mata).


b. Cream adalah salep yang mengandung air (sering dibatasi hanya sejenis m/A).
c. Pasta adalah salep yang jumlah zat padat yang tinggi.
Menurut Aulton
a. Salep adalah sediaan semi padat anhidrat, berisi bahan obat yang terdispersi atau

menyebar.
b. Cream adalah emulsi semi padat untuk penggunaan luar.
c. Pasta adalah salep yang berisi sebanyak 50% serbuk terdispersi dalam basis lemak.
Menurut Ansel
a. Salep adalah preparat setengah padat untuk pemakaian luar yang dimaksudkan

untuk pemakaian pada mata dibuat khusus.


b. Cream adalah cairan kental atau emulsi setengah padat baik yang bertipe air dalam

minyak, atau minyak dalam air. Cream biasa digunakan sebagai emulien atau

pemakaian pada kulit.


c. Pasta adalah sama dengan salep digunakan untuk pemakaian luar pada kulit

berbeda dari salep terutama dalam kandungannya, secara umum persentase bahan

padat dan sebagai akibat pasta lebih kental dan lebih kaku dari pada salep.
Menurut Prescription
a. Salep adalah sediaan berlemak yang konsistensinya dengan mudah digunakan pada

kulit.
b. Cream adalah biasanya digunakan sebagai sediaan tipe kosmetik yang lembut,

secara farmaseutik cream adalah obat semi padat atau emulsi semi padat, berisi

bahan obat yang tersebar atau tersuspensi pada emulsi yang dimaksudkan untuk

pengobatan luar.
c. Pasta meliputi dua kelas dari sediaan seperti salep untuk penggunaan luar.

Tahukah Anda?
Blog ini membahas tentang kimia, farmasi dan medis. Mudah2an bermanfaat bagi kita
semua. Thanks (Haiyul Fadhli, M.Si, Apt.)

Beranda

e-book gratis

Donasi

Pasang Iklan
Powered by Blogger.

Link Download
Google+ Followers
About Me
Haiyul Fadhli

Haiyul Fadhli

pin : 53A52551

Haiyul Fadhli, M.Si., Apt.

Translate
Pilih Bahasa

Artikel Terkait
Link Download Terbaru Farmakope Indonesia edisi V 2014 dan buku lainnya

SEDIAAN SEMISOLID

Inductively Coupled Plasma (ICP)

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme

Obat Indeks Terapi Sempit

PERKOLASI

Uji aktivitas antibakteri


Benang Bedah

Download ebook gratis "Pharmacotherapy Handbook 9th Ed"Joseph T. DiPiro 2015

Metode uji sitotoksik MTT

SEDIAAN SEMISOLID

Tuesday, June 7, 2011 | By Haiyul Fadhli, M. Si


I. SALEP
Pengertian salep
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar.
( FI III)
Salep adalah sediaan setengah padat yang ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit atau
selaput lendir. (FI IV)

Aturan umum pembuatan salep


1. Bagian bagian yang dapat larut dalam sejumlah campuran lemak yamg diperuntukkan
bilamana perlu dilarutkan dengan pemanasan di dalamnya.
2. Zat-zat yang mudah larut dalam air kecuali ditentukan lain ,bila banyak nya air yang
dipergunakan untuk pelarutan dapat dipungut oleh jumlah campuran lemak yang telah
ditentukan, mula-mula dilarutkan dalam air; banyaknya air yang dipergunakan mula-mula
dikurangi dari jumlah yang telah ditentukan dari campuran lemak.
3. Zat-zat yang dalam lemak dan dalam air atau kurang cukup dapat larut harus sebelumnya
dijadikan serbuk, dan diayak melalui dasar ayakan B40. Pada pembuatan unguenta ini zat
yang padat sebelumnya dicampur rata dengan lemak, yang beratnya sama atau
setengahnya,bilamana perlu sebelumnya dilelehkan dan kemudian sejumlah sisa lemaknya
telah atau tidak dilelehkan ditambahkan sebagian demi sebagian.
4. Apabila unguenta dibuat dengan perlelehan, maka campurannya harus diaduk sampai
dingin.

Penggolongan salep
A. Berdasar aksi terapi
1. Salep epidermis
2. Salep endodermis
3. Salep diadermis
B. Berdasar komposisi (dasar salep)
Berdasarkan komposisi dasar salep dapat digolongkan sebagai berikut
1. Dasar salep hidrokarbon,yaitu terdiri dari antara lain:
Vaselin putih,Vaselin kuning
Campuran Vaselin dengan malam putih, malam kuning
Parafin encer, Parafin padat
Minyak tumbuh-tumbuhan
2. Dasar salep serap,yaitu dapat menyerap air terdiri antara lain:
Adeps lanae
Unguentum Simplex
Campuran 30 bagian malam kuning dan 70 bagian minyak wijen
3. Dasar salep dapat dicuci dengan air
Dasar salep tipe emulsi M/A = Vanishing cream
Emulsiflying ointment BP
Hyrophilik ointment
4. Dasar salep larut dalam air
Polyethylenglycol ointment USP
Tragacanth
PGA
C. Berdasar fisik-konsistensi (viskositas = kekentalan)
1. Cairan kental/encer : linimentum
2. Setengah padat : cream unguentum pasta
3. Lebih bersifat padat : sapo medicatus, emplastrum

Zat-zat yang dapat dilarutkan dalam dasar salep


Umumnya kelarutan obat dalam minyak lemak lebih besar daripada dalam vaselin.
Champora, Mentholum, Phenolum, Thymolum dan Guayacolum lebih mudah dilarutkan
dengan cara digerus dalam mortir dengan minyak lemak. Bila dasar salep mengandung
vaselin, maka zat-zat tersebut digerus halus dan tambahkan sebagian (+ sama banyak) Vaselin
sampai homogen, baru ditambahkan sisa vaselin dan bagian dasar salep yang lain.
Champora dapat dihaluskan dengan tambahan Spiritus fortior atau eter secukupnya sampai
larut setelah itu ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit, diaduk sampai spiritus
fortiornya menguap.
Bila zat-zat tersebut bersama-sama dalam salep, lebih mudah dicampur dan digerus dulu biar
meleleh baru ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit.

Zat-zat yang mudah larut dalam air


Bila masa salep mengandung air dan obatnya dapat larut dalam air yang tersedia maka
obatnya dilarutkan dulu dalam sebagian dulu dalam air dan dicampur dengan bagian dasar
salep yang dapat menyerap air, setelah seluruh obat dalam air terserap, baru ditambahkan
bagian-bagian lain dasar salep, digerus dan diaduk hingga homogen.
Dasar salep yang dapat menyerap air antara lain ialah Adeps lanae, Unguentum Simplex,
hydrophilic ointment. Dan dasar salep yang sudah mengandung air antara lain Lanoline (25%
air), Unguentum Leniens (25%), Unguentum Cetylicum hydrosum (40%).

Zat-zat yang kurang larut atau tidak larut dalam dasar salep
Zat-zat ini diserbukkan dulu dengan derajat halus serbuk pengayak no.100. setelah itu serbuk
dicampur baik-baik dengan sama berat masa salep, atau dengan salah satu bahan dasar salep.
Bila perlu bahan dasar salep tersebut dilelehkan terlebih dahulu, setelah itu sisa bahan-bahan
yang lainditambahkan sedikit demi sedikit sambil digerus dan diaduk hingga homogen.
Untuk pencegahan pengkristalan pada waktu pendinginan, seperti Cera flava, Cera alba,
Cetylalcoholum dan Paraffinum solidum tidak tersisa dari dasar salep yang cair atau lunak.

Bahan yang ditambahkan terakhir pada suatu massa salep


Balsem-balsem dan minyak atsiri, balsam merupakan campuran dari damar dan minyak atsiri,
jika digerus terlalu lama akan keluar damarnya sedangkan minyak atsirinya akan menguap.
Kualitas salep yang baik adalah
1. Stabil, selama dipakai harus bebas dari inkompatibilitas, tidak terpengaruh oleh suhu dan
kelembaban kamar.
2. Lunak,semua zat yang ada dalam salep harus dalam keadaan halus, dan seluruh produk
harus lunak dan homogen.
3. Mudah dipakai atau mudah dioleskan.
4. Dasar salep yang cocok.
5. Dapat terdistribusi merata.

II. KRIM
Pengertian Krim :
Menurut Farmakope Indonesia III definisi Cream adalah sediaan setengah padat berupa
emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Dan menurut Farmakope Indonesia IV, Cream adalah bentuk sediaan setengah padat
mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang
sesuai. Sedangkan menurut Formularium Nasional Cream adalah sediaan setengah padat,
berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60 % dan dimaksudkan untuk
pemakaian luar.

Komposisi Formula Krim


Sebagai zat pengemulsi dapat digunakan emulgit, lemak bulu domba, setaseum, setilalkohol,
steril alcohol, terietanolaminil stearat, dan golongan sorbitan, polisorbat, polietilenglikol,
sabun.

Basis
Krim itu adalah salep dengan basis emulsi. Emulsi sendiri ada 2 tipe, tipe minyak dalam air
(m/a) yaitu mengandung banyak air dan minyak terbagi rata di dalam air, dan tipe air dalam
minyak (a/m) yaitu mengandung banyak minyak dan butir-butir air terbagi di dalam minyak.
1. Tipe M/A
Biasanya digunakan pada kulit, mudah dicuci, sebagai pembawa dipakai pengemulsi
campuran surfaktan. Sistem surfaktan ini juga bisa mengatur konsistensi.

Sifat Emulsi M/A:


Dapat diencerkan dengan air. Mudah dicuci dan tidak berbekas. Untuk mencegah terjadinya
pengendapan zat maka ditambahkan zat yang mudah bercampur dengan air tetapi tidak
menguap (propilen glikol). Formulasi yang baik adalah cream yang dapat mendeposit lemak
dan senyawa pelembab lain sehingga membantu hidrasi kulit.
Contohnya : sabun polivalen, span, adeps lanae, kolsterol dan cera.
2. Tipe A/M
Mengandung zat pengemulsi A/M yang spesifik seperti adeps lanae, wool alcohol, atau ester
asam lemak dengan atau garam dari asam lemak dengan logam bervalensi dua.
Sifat Emulsi A/M:
Emulsi ini mengandung air yang merupakan fase internalnya dan minyak merupakan fase
luarnya. Emulsi tipe A/M umumnya mengandung kadar air yang kurang dari 25% dan
mengandung sebagian besar fase minyak. Emulsi jenis ini dapat diencerkan atau bercampur
dengan minyak, akan tetapi sangat sulit bercampur/dicuci dengan air.
Contohnya : Sabun monovalen (TEA, Na stearat, K stearat, Amonium stearat), Tween, Na
lauril sulfat, kuning telur, Gelatin, Caseinum, CMC, Pektin, Emulgid.

Pembuatan Krim
Pembuatan krim dapat dilakukan dengan dua metode berbeda.
Metode pertama yaitu bahan-bahan yang larut dalam minyak (fase minyak) dilebur bersama
di atas penangas air pada suhu 70 0C sampai semua bahan lebur, dan bahan-bahan yang larut
dalam air (fase air) dilarutkan terlebih dahulu dengan air panas juga pada suhu 70 0C sampai
semua bahan larut, kemudian baru dicampurkan, digerus kuat sampai terbentuk massa krim.
Sedangkan dengan metode kedua, semua bahan, baik fase minyak maupun fase air
dicampurkan untuk dilebur di atas penangas air sampai lebur, baru kemudian langsung
digerus sampai terbentuk massa krim. Baik metode pertama maupun metode kedua, sama-
sama menghasilkan sediaan krim yang stabil, bila proses penggerusan dilakukan dengan
cepat dan kuat dalam mortar yang panas sampai terbentuk massa krim. Tetapi dengan metode
kedua, kita dapat menggunakan peralatan yang lebih sedikit daripada metode pertama.

III. PASTA
Pengertian pasta
Pasta adalah sediaan berupa massa lunak yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Biasanya
dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan
vaselin atau parafin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol,
mucilago atau sabun. Digunakan sebagai antiseptik atau pelindung kulit.

Komposisi Formula
Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah
besar dengan vaselin atau paraffin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat
dengan gliserol, musilago, atau sabun.

Basis
Macam-macam Basis Pasta :
1. Basis Hidrokarbon
Karakteristik :
- Tidak diabsorpsi oleh kulit
- Inert
- Tidak tercampurkan dengan air
- Daya absorbs air rendah
- Menghambat kehilangan air pada kulit dengan membentuk lapisan tahan air &
meningkatkan hidrasi sehingga meningkatkan abbsorbsi obat melalui kulit
2. Basis Absorpsi
Karakteristik : bersifat hidrofil dan dapat menyerap sejumlah tertentu air dan larutan cair.
- Non emulsi co : wool fat, wool alcohol, Bees wax, kolesterol.
- Emulsi A/M co : Hydrous wool fat (lanolin), Oily cream.
3. Larut Air
contoh : PEG

Cara pembuatan pasta


Bahan dasar yang berbentuk setengah padat dicairkan lebih dulu, baru dicampur dengan
bahan padat dalam keadaan panas agar lebih tercampur dan homogen.
Pembuatan pasta baik dalam ukuran besar maupun kecil dibuat dengan dua metode:
(1) Pencampuran
Komponen dari pasta dicampur bersama-sama dengan segala cara sampai sediaan yang rata
tercapai.
(2) peleburan.
Semua atau beberapa komponen dari pasta dicampurkan dengan melebur bersama dan
didinginkan dengan pengadukan yang konstan sampai mengental.Komponen-komponen yang
tidak dicairkan biasanya ditambahkan pada campuran yang sedang mengental setelah
didinginkan dan diaduk.

IV. CERATA
Cerata adalah salep berminyak mengandung konsentrasi tinggi dari lilin sehingga keras dan
titik lebur tinggi

V. JELLY
Jelly adalah salep sangat lunak, hampir mencair dan mengandung sedikit atau tanpa lilin,
digunakan pada membran mukosa, sebagai pelicin atau dasar salep obat, dapat dicuci dengan
air.

Evaluasi akhir Sediaan semisolid


Dibagi dalam tiga kelompok, yaitu :
1. Evaluasi Fisik.
Homogenitas diantara dua lapis film, secara makroskopis : alirkan di atas kaca.
Konsistensi, tujuan : mudah dikeluarkan dari tube dan mudah dioleskan. Pengukuran
konsistensi dengan pnetrometer. Konsistensi / rheologi dipengaruhi suhu; sedian non newton
dipengaruhi oleh waktu istirahat oleh karena itu harus dilakukan pada keadaan yang identik.
Bau dan warna untuk melihat terjadinya perubahan fasa. pH, pH berhubungan dengan
stabilitas zat aktif, efektifitas pengawet, keadaan kulit.
2. Evaluasi Kimia.
Kadar dan stabilitas zat aktif dan lain-lain.
3. Evaluasi Biologi.
a. Kontaminasi mikroba.
Salep mata harus steril untuk salep luka bakar, luka terbuka dan penyakit kulit yang parah
juga harus steril.
b. Potensi zat aktif.
Pengukuran potensi beberapa zat antibiotik yang dipakai secara topikal.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 1990. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta
Martin, A.N. 1970. Physical Pharmacy. Second edition. Lea and Febiger, Philadelphia.
SMF. 2004. Teori Ilmu Resep jilid I, Jakarta.
http://yoyoke.web.ugm.ac.id/download/obat.pdf

Farmasi
Sabtu, 22 Maret 2014
Makalah Pasta
MAKALAH FARMASETIKA DASAR
PASTA
DISUSUN OLEH :

NAMA : SYEFIRA SALSABILA


NIM : F1F1 13 121
KELAS :C

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
2013
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. karena kami dapat membuat
makalah ini. Shalawat dan salam kami panjatkan atas diutusnya Nabi Muhammad saw. yang
mana atas perjuangan beliau kita dapat merasakan kehidupan sekarang ini, sehingga
memotivasi kami untuk membuat makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, khususnya guru pembimbing kami yang telah memberikan
arahan dan inspirasi untuk membuat makalah ini. Olehnya itu, kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan
makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Dan kami juga menyadari bahwa isi dari penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, dan olehnya itu saran dan kritikan dari berbagai pihak yang bersifat
membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan karya kami selanjutnya.
Semoga Allah swt. melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin Ya Robbil
Alamin.

Kendari, 10 Desember 2013


` Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
A. Pengertian Pasta ......................................................................................... 3
B. Karakteristik Pasta ..................................................................................... 3
C. Macam-Macam Pasta ................................................................................ 3
D. Produk Berbentuk Pasta ............................................................................. 5
E. Formulasi Pasta .......................................................................................... 5
F. Keuntungan dan Kerugian Pasta ................................................................ 7
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 8
A. Kesimpulan ................................................................................................ 8
B. Saran ........................................................................................................... 9
C. Daftar Pustaka .......................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan teknologi, perkembangan di
dunia farmasi pun tak ketinggalan. Semakin hari semakin banyak jenis dan ragam penyakit
yang muncul. Perkembangan pengobatan pun terus dikembangkan. Berbagai macam bentuk
sediaan obat, baik itu liquid, solid, dan semi solid telah dikembangkan oleh ahli farmasi dan
industri.
Ahli farmasi mengembangkan obat untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, yang
bertujuan untuk memberikan efek terapi obat, dosis yang sesuai untuk dikonsumsi oleh
masyarakat. Selain itu, sediaan semisolid digunakan untuk pemakaian luar seperti krim,
salep, gel, pasta dan supositoria yang digunakan melalui rektum. Kelebihan dari sediaan
semisolid ini yaitu praktis, mudah dibawa, mudah dipakai, mudah pada pengabsorbsiannya.
Juga untuk memberikan perlindungan pengobatan terhadap kulit.
Berbagai macam bentuk sediaan semisolid memiliki kekurangan, salah satu
diantaranya yaitu mudah di tumbuhi mikroba. Untuk meminimalisir kekurangan tersebut,
para ahli farmasis harus bisa memformulasikan dan memproduksi sediaan secara tepat.
Dengan demikian, farmasis harus mengetahui langkah-langkah yang tepat untuk
meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan. Dengan cara melakukan, menentukan
formulasi dengan benar dan memperhatikan konsentrasi serta karakteristik bahan yang
digunakan dan dikombinasikan dengan baik dan benar.
B. Rumusan Masalah
Untuk menjaga keseimbangan konsep yang akan kami bahas selanjutnya maka
kami menyertakan rumusan masalah yang terkait dengan isi dari makalah kami ini, yaitu:
1. Jelaskan pengertian dari pasta?
2. Bagaimanakah karakteristik pasta?
3. Apa saja macam-macam pasta?
4. Apa saja contoh produk dalam bentuk pasta?
5. Apa saja contoh formula pasta?
6. Apa keuntungan dan kerugian dari pasta?

C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian dari pasta.
2. Mengetahui karakteristik pasta.
3. Mengetahui macam-macam pasta.
4. Mengetahui contoh produk yang berbentuk pasta.
5. Mengetahui contoh formula pasta.
6. Mengetahui keuntungan dan kerugian dari pasta.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pasta

Pasta merupakan sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat
yang ditujukan untuk pemakaian luar/topikal. Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan
obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan vaselin atau paraffin cair atau dengan
bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilago, atau sabun. Pasta
mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk) Karena itu pasta merupakan salep padat, kaku,
keras, dan tidak meleleh pada suhu badan maka digunakan sebagai penutup atau pelindung.

B. Karakteristik Pasta

Karakteristik dari sediaan pasta adalah:


1. Daya absorbsi pasta lebih besar
2. Sering digunakan untuk mengabsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat pemakaian.
3. Tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu.
4. Mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian luar/topikal.
5. Konsistensi lebih kenyal dari unguentum.
6. Tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum.
7. Memiliki persentase bahan padat lebih besar daripada salep yaitu mengandung bahan serbuk
(padat) antara 40%-50%.

C. Macam-Macam Pasta

Adapun macam-macam dari pasta adalah:


1. Pasta Berlemak
Pasta berlemak adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat
(serbuk). Pasta berlemak ternyata kurang berminyak dan lebih menyerap dibandingkan
dengan salep karena tingginya kadar obat yang mempunyai afinitas terhadap air. Pasta ini
cenderung untuk menyerap sekresi seperti serum dan mempunyai daya penetrasi dan daya
maserasi lebih rendah dari salep. Contoh pasta berlemak adalah Acidi Salicylici Zinci Oxydi
Pasta (F.N. 1978), Zinci Pasta (F.N. 1978) dan Resorcinoli Sulfurici Pasta (F.N. 1978).
2. Pasta Kering
Pasta kering adalah suatu pasta bebas lemak mengandung 60% zat padat
(serbuk). Dalam pembuatan akan terjadi kesukaran bila dalam resep tertulis ichthanolum atau
Tumenol Ammonim, zat ini akan menjadikan pasta menjadi encer. Contoh:
R/ Bentoniti 1
Sulfur praecip. 2
Zinci Oxydi 10
Talci 10
Ichthamoli 0,5
Glycerini
Aquae aa 5
S. ad us. ext.
3. Pasta Pendingin
Pasta pendingin merupakan campuran serbuk minyak lemak dan cairan berair,
dikenal dengan Salep Tiga Dara.
R/ Zinci Oxydi
Olei Olivae
Calcii Hidroxydi Solutio aa 10
4. Pasta Dentifriciae (Pasta Gigi)
Pasta Dentifriciae (pasta gigi) adalah suatu campuran kental terdiri dari serbuk
dan Glycerinum yang digunakan untuk pembersih gigi. Pasta gigi digunakan untuk pelekatan
pada selaput lendir untuk memperoleh efek lokal. Misalnya, pasta gigi Triamsinolon
Asetonida.

D. Produk Berbentuk Pasta

Karena pasta merupakan suatu salep yang tebal, keras dan tidak meleleh pada suhu
badan maka digunakan sebagai salep penutup atau pelindung. Contoh-contoh produk yang
berbentuk pasta adalah:
1. Pasta gigi Paradontax
E. Formulasi Pasta
Pasta biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk
dalam jumlah besar dengan vaselin atau paraffin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak
yang dibuat dengan gliserol, musilago, atau sabun.
1. Vaselinum Album
Vaselin terdiri dari vaselin putih dan kuning. Vaselin putih adalah bentuk yang telah
dimurnikan warnanya, karena pemucatan menggunakan asam sulfat anhydrous tidak larut
dalam air, tidak tercucikan dengan air. Kerugiannya adalah berlemak dan tidak dapat
dikombinasikan dengan cairan yang mengandung air, hanya dapat menyerap air 5%, jarang
dipengaruhi oleh udara, kelembaban kebanyakan bahan obat dan bahan kimia. Vaselin
digunakan pula sebagai pelumas, pelindung, penutup kulit, karena merupakan film penutup
pada kulit yang mencegah penguapan.
2. Gliserol
Gliserol dipakai sebagai zat tambahan, antimikroba dan kelembapan.
Pada dasarnya basis yang digunakan dalam formulasi sediaan pasta tidak jauh
berbeda dengan basis yang digunakan dalam formulasi sediaan salep, yaitu :
1. Basis hidrokarbon
Karakteristik:
- Tidak diabsorbsi oleh kulit
- Inert
- Tidak bercampur dengan air
- Daya adsorbs air rendah
- Menghambat kehilangan air pada kulit dengan membentuk lapisan tahan air dan
meningkatkan absorbsi obat melalui kulit.
Dibagi menjadi 5 yaitu: soft paraffin, hard paraffin, liquid paraffin, paraffin substitute,
paraffin ointment. Contohnya adalah Vaselin, White Petrolatum/Paraffin, White Ointment.
2. Basis absorbsi
Karakteristik: bersifat hidrofil dan dapat menyerap sejumlah tertentu air dan larutan cair.
Terbagi menjadi:
- Non emulsi co. Basis ini menyerap air untuk memproduksi emulsi air dan minyak. Terdiri
atas: Wool Fat, Wool Alcohols, Beeswax, dan Cholesterol.
- Emulsi A/M co. Terdiri atas: Hydrous Wool Fat (Lanolin), Oily Cream.
3. Larut Air
Misalnya PEG (Polyethylene Glycol) yang mampu melarutkan zat aktif yang tak larut dalam
air dan meningkatkan penyebaran obat. Bersifat stabil, tersebar merata, dapat mengikat
pygmen dan higroskopis (mudah menguap), sehingga dapat memberikan kenyamanan pada
pemakaian sediaan pasta.

F. Keuntungan dan Kerugian Pasta


Adapun keuntungan dari bentuk sediaan pasta adalah:
1. Mengikat cairan sekret (eksudat)
2. Tidak mempunyai daya penetrasi gatal dan terbuka, sehingga mengurangi rasa gatal lokal.
3. Lebih melekat pada kulit sehingga kontaknya dengan jaringan lebih lama.
4. Konsentrasi lebih kental dari salep
5. Daya adsorpsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak dibandingkan dengan sediaan
salep.
Sedangkan kerugian dari bentuk sediaan pasta adalah:
1. Karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta pada umumnya tidak sesuai
untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu
2. Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis
3. Dapat menyebabkan iritasi kulit.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah:


1. Pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan
untuk pemakaian luar/topikal.
2. Karakteristik dari sediaan pasta adalah daya absorbsi pasta lebih besar, sering digunakan
untuk mengabsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat pemakaian, tidak sesuai dengan
bagian tubuh yang berbulu, mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk
pemakaian luar/topikal, konsistensi lebih kenyal dari unguentum, tidak memberikan rasa
berminyak seperti unguentum, dan memiliki persentase bahan padat lebih besar daripada
salep yaitu mengandung bahan serbuk (padat) antara 40%-50%.
3. Pasta terdiri dari 4 macam yaitu pasta berlemak, pasta kering, pasta pendingin, dan pasta
dentifriciae (pasta gigi).
4. Contoh produk yang berbentuk pasta adalah pasta gigi Paradontax.
5. Formulasi pasta adalah biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk
serbuk dalam jumlah besar dengan vaselin atau paraffin cair atau dengan bahan dasar tidak
berlemak yang dibuat dengan gliserol, musilago, atau sabun. Basisnya terdiri dari basis
hidrokarbon, basis absorbs, dan larut air.
6. Keuntungan dari pasta adalah mengikat cairan sekret (eksudat), tidak mempunyai daya
penetrasi gatal dan terbuka, lebih melekat pada kulit sehingga kontaknya dengan jaringan
lebih lama, konsentrasi lebih kental dari salep, daya adsorpsi sediaan pasta lebih besar dan
kurang berlemak dibandingkan dengan sediaan salep. Sedangkan kerugian dari pasta adalah
karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta pada umumnya tidak sesuai
untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu, dapat mengeringkan kulit dan merusak
lapisan kulit epidermis, dan dapat menyebabkan iritasi kulit.

B. Saran

Saran yang dapat dikemukakan dari makalah ini adalah:


Sebaiknya bacalah makalah ini untuk menambah wawasan kita mengenai pasta.
C. Daftar Pustaka
Anief, Mohammad. 1993. Farmasetika. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai