Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN AKHIR

LABORATORIUM KIMIA DASAR


KIMIA FISIKA

EKSTRAKSI BENZOAT DARI PELARUT ORGANIK

Oleh:
Nama : Faiza Fatikatus Solehah
Kelompok : V (lima)
Kelas : II-B

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
2009
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA
LABORATORIUM KIMIA DASAR

EKSTRAKSI BENZOAT DARI PELARUT ORGANIK

Disusun oleh:
Nama : Faiza Fatikatus Solehah
Kelompok : V (lima)
Kelas : II-B

Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal .......... Juli 2009

Mengetahui, Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Kimia Kepala Laboratorium Kimia Dasar

Alwathan,ST M.Si Syarifuddin Oko, S.Si


NIP. 132 300 246 NIP. 132 315 935
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA
LABORATORIUM KIMIA DASAR

EKSTRAKSI BENZOAT DARI PELARUT ORGANIK

Disusun oleh:
Nama : Faiza Fatikatus Solehah
Kelompok : V (lima)
Kelas : II-B

Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal ..Juli 2009

Mengesahkan dan menyetujui,

Kepala Laboratorium Kimia Dasar, Dosen Pembimbing,

Syarifuddin Oko, S.Si Yuli Patmawati, ST.


NIP. 132 315 935 NIP. 132 304 390
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan
kekuatan serta kemampuan kepada penulis dan orang orang disekelilingnya,
sehingga laporan akhir ini dapat diselesaikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Syarifuddin Oko, S.Si., selaku Kepala Laboratorium Kimia Dasar.
2. Yuli Patmawati, ST., selaku dosen pembimbing praktikum.
3. Orang tua penulis yang telah memberi semangat untuk menyelesaikan
penulisan laporan ini
4. Teman - teman penulis yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini
Penulis menyadari bahwa laporan akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif agar
laporan akhir ini menjadi lebih baik dan berguna di masa mendatang.
Akhir kata, penulis berharap semoga tulisan ini, mampu memberikan
manfaat.

Samarinda, 11 Juli 2009

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Percobaan


- Mengekstraksi benzoat dari campuran asam benzoat dan toluena.

1.2. Dasar Teori

1.1. Ekstraksi
Seringkali campuran bahan padat dan cair tidak dapat atau sukar
sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis.
Misalnya karena komponennya sering bercampur secara sangat erat, peka
terhadap panas, beda sifat sifat fisis yang terlalu kecil atau tersedia
dalam konsentrasi yang terlalu rendah. Dalam hal ini semacam itu
seringkali ekstraksi adalah satu satunya proses yang dapat digunakan
atau yang mungkin paling ekonomis.
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa komponen bahan dari
suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas
dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponen komponen dalam
campuran. Istilah istilah berikut ini umumnya digunakan dalam teknik
ekstraksi:
- Bahan ekstraksi : Campuran bahan yang akan diekstraksi.
- Pelarut : Cairan yang digunakan untuk mengekstraksi.
- Ekstrak : Bahan yang dipisahkan dari bahan ekstraksi.
- Larutan ekstrak : Pelarut setelah proses pengambilan ekstrak.
- Rafinat : Bahan ekstraksi setelah diambil ekstraknya.
- Ekstraktor : Alat ekstraksi.
- Ekstraksi Padat Cair : Ekstraksi dari bahan padat.
- Ekstraksi Cair Cair : Ekstraksi dari bahan cair.
Pada ekstraksi tidak terjadi pemisahan segera dari bahan yang akan
diperoleh melainkan mula mula hanya terjadi pengumpulan ekstrak.
Suatu proses ekstraksi biasanya melibatkan tahap tahap berikut:
1. Mencampurkan larutan ekstraksi dengan pelarut dan membiarkannya
saling berkontak. Dalam hal ini terjadi perpindahan massa dengan cara
difusi pada bidang antar muka bahan yang sebenarnya, yaitu pelarut
ekstrak.
2. Memisahkan larutan ekstraksi dari rafinat, kebanyakan dengan cara
penjernihan atau filtrasi.
3. Mengisolasi ekstraksi dari larutan ekstrak dan mendapatkan kembali
pelarut, umumnya dilakukan dengan menguapkan pelarut. Dalam hal
hal tertentu, ekstrak dapat langsung diolah lebih lanjut atau diolah
telah dipekatkan.

Proses ekstraksi secara umum:

Pencampuran
Pemisahan
Larutan Ekstrak Residu Ekstrak
Isolasi
Pelarut Ekstrak

1.1.1. Faktor faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut:


- Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan bukan
komponen komponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek
terutama pada ekstraksi bahan bahan alami ikut dibebaskan bersama
sama dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal ini larutan ekstrak
tercemar yang diperoleh harus dibersihkan yaitu misalnya diekstraksi
lagi dengan menggunakan pelarut kedua.
- Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan
ekstrak yang besar (kebutuhan pe;arut lebih sedikit).
- Kemampuan tidak saling campur
Pada ekstraksi cair cair, pelarut tidak boleh larut dalam bahan
ekstraksi.
- Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cair cair sedapat mungkin terdapat
perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi.
Hal ini dimaksudkan agar kedua fasa dapat dengan mudah dipisahkan
kembali setelah pencampuran. Bila beda kerapatan kecil seringkali
pemisahan dilakukan dengan menggunakan dengan menggunakan
gaya sentrifugal.
- Reaktifitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan
secara kimia pada komponen bahan ekstraksi, sebaiknya hal hal
tertentu diperlukan adanya reaksi kimia untuk mendapatkan
selektifitas yang tinggi. Seringkali ekstraksi juga disertai dengan
reaksi kimia. Dalam hal ini beban yang akan dipisahkan mutlak harus
berada dalam bentuk larutan.
- Titik didih
Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara
penguapan destilasi atau retrifikasi. Maka titik didih kedua bahan itu
tidak boleh terlalu dekat dan keduanya tidak membentuk azeotrop.
Ditinjau dari segi ekonomi akan menguntungkan jika pada proses
ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu tinggi.
Kriteria yang lain, pelarut sedapat mungkin:
- Murah.
- Tersedia dalam jumlah besar.
- Tidak beracun.
- Tidak dapat terbakar.
- Tidak eksplosif bila bercampur dengan udara.
- Tidak korosif.
- Memiliki viskositas yang rendah.
- Tidak menyebabkan terbentuknya emulsi.
- Stabil secara kimia dan termis.
Beberapa pelarut yang terpenting adalah air, asam organik dan anorganik,
hidrokarbon jenuh, toluena, karbon, disulfit, eter, aseton hidrokarbon
yang mengandung khor, isopropanol dan alkohol.

3.2. Ekstraksi Cair Cair


Ekstraksi cair cair adalah proses pemisahan cairan dari campurannya
dengan menggunakan cairan sebagai bahan pelarutnya. Pada ekstraksi cair
cair satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran dipisahkan
dengan bantuan pelarut. Ekstraksi cair cair terutama digunakan bila
pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak mungkin dalakukan atau
tidak ekonomis.
Seperti ekstraksi padat cair, ekstraksi cair cair selalu terdiri atas
sedikitnya dua tahap yaitu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi
dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa itu sesempurna mungkin.
Pada saat pencampuran itu terjadi perpindahan massa yaitu ekstrak
meninggalkan pelarut yang pertama (media pembawa) dan masuk dalam
pelarut kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan
ekstraksi dan pelarut tidak saling melarut (atau hanya berada dalam daerah
yang sempit). Agar terjadi perpindahan massa yang baik, yang berarti
performansi ekstraksi yang besar, haruslah diusahakan agar terjadi bidang
kontak yang seluas mungkin di antara kedua cairan tersebut. Untuk itu
salah satu cairan didistribusikan menjadi tetes tetes kecil (misalnya
dengan bantuan pengaduk). Tentu saja pendistribusian ini tidak boleh
terlalu jauh, karena akan menyebabkan terbentuknya emulsi yang tidak
dapat lagi atau sukar sekali dipisahkan. Turbulensi pada saat mencampur
tidak perlu terlalu besar. Yang penting perbedaan konsentrasi sebagai gaya
penggerak pada bidang batas tetap ada. Hal ini berarti bahwa bahan yang
telah terlarutkan sedapat mungkin segera disingkirkan menjadi tetes tetes
harus menyatu kembali menjadi sebuah fasa homogen dan berdasarkan
perbedaan kerapatan yang cukup besar dapat dipisahkan dari cairan yang
lain. Kerapatan pembentukan fasa homogen itu menentukkan output
sebuah ekstraktor cair cair. Kuantitas pemisahan per satuan waktu dalam
hal ini semakin besar jika permukaan lapisan antar fasa di dalam alat
semakin luas.
Tiga metode dasar pada ekstraksi cair cair adalah ekstraksi bertahap,
ekstraksi kontinyu dan ekstraksi counter current. Ekstraksi bertahap
merupakan cara yang paling sederhana. Caranya cukup dengan
menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan pelarut
semula kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan
konsentrasi yang akan diekstraksi pada kedua lapisan, setelah ini tercapai
lapisan didiamkan dan dipisahkan (Khopkar, 1990).
BAB II
METODOLOGI

2.1. Alat dan Bahan

2.1.1. Alat yang digunakan


- Corong pisah 500 ml - Corong
- Cawan penguapan
- Gelas ukur 50 ml
- Oven
- Erlenmeyer 250 ml - Spatula
- Pipet tetes - Kaca arloji
- Pipet volume 25 ml - Bulp
- Pipet ukur 10 ml - Neraca digital
- Indikator Universal - Labu ukur 100 ml
- Kertas Saring Whatman - Gelas kimia 100 ml
- Botol Semprot
no. 42
- Desikator

2.1.2. Bahan yang digunakan


- Larutan NaOH 10% - Toluena
- Larutan HCl 10%
- Asam benzoat
- Aquadest

2.2. Safety Alat dan Bahan


- Menggunakan jas lab dalam praktikum untuk keselamatan dan
kenyamanan praktikan.
- Menggunakan sarung tangan untuk menghindari kontak langsung
dengan bahan-bahan bersifat korosif, pekat, dan sebagainya.
- Menggunakan masker untuk menghindari gas-gas yang bersifat toxic
dan sejenisnya

2.3. Prosedur Kerja

2.3.1. Persiapan

Menimbang 8 gram asam benzoat, memasukkan ke dalam gelas kimia


100 ml.
Menambahkan toluena, mengaduk sampai homogen.
Memasukkan larutan asam benzoat toluena ke dalam labu ukur 100
ml dan menambahkan toluena hingga tanda batas.

2.3.2. Pemisahan Asam Benzoat

Memipet 25 ml larutan asam benzoat toluena ke dalam corong pisah.


Menambahkan 15 ml larutan NaOH 10% ke dalam corong pisah.
Mengocok campuran dan membiarkan hingga terbentuk dua lapisan.
Memisahkan fasa air (lapisan bawah) ke dalam erlenmeyer.
Menambahkan 15 ml larutan NaOH 10% ke dalam fasa organik dalam
corong pisah.
Mengocok campuran dan membiarkan hingga terbentuk dua lapisan.
Memisahkan fasa air (lapisan bawah) ke dalam erlenmeyer.
Menambahkan larutan HCl 10% ke dalam erlenmeyer sampai pH < 2.
Menyaring endapan yang terbentuk dari setiap ekstrak dengan kertas
saring yang telah diketahui bobotnya dan membilas dengan filtratnya.
Mengeringkan setiap endapan yang diperoleh dalam oven pada
temperatur 50oC sampai beratnya tetap.
Mendiamkan endapan dalam desikator selama beberapa menit.
Menimbang setiap endapan yang telah kering.
BAB III
PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

3.1. Data Pengamatan


Massa Volume Volume Massa
Asam Benzoat Asam Benzoat - Toluena NaOH 10% Kertas Saring
8 gram 25 ml 15 ml 1,217 gram

3.2. Data Hasil Perhitungan


Massa Asam Benzoat Rendamen
2,534 gram 31,675 %

3.3. Pembahasan
Pada praktikum ekstraksi asam benzoat dari pelarut organik, metode
yang digunakan adalah ekstraksi cair cair bertahap. Alat pemisah yang
digunakan adalah corong pisah. Caranya, yaitu cukup dengan menambahkan
pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan palarut semula,
kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan
konsentrasi zat yang akan diekstraksi pada kedua lapisan. Setelah terbentuk
dua lapisan, campuran dipisahkan untuk dianalisis kandungan konsentrasi
zat terlarut tersebut. Kesempurnaan ekstraksi bergantung pada banyaknya
ekstraksi yang dilakukan, semakin banyak zat terlarut terdistribusi pada
salah satu pelarut dan semakin sempurna proses pemisahannya.
Langkah pertama adalah mempersiapkan larutan asam benzoat
toluena. Langkah berikutnya, memipet larutan asam benzoat toluena ke
dalam corong pisah kemudian menambahkan larutan NaOH 10% ke dalam
corong pisah. Ketika dimasukkan ke dalam corong pisah, kedua fasa
tersebut tidak saling larut. Campuran kemudian dikocok. Pada saat
pencampuran, terjadi perpindahan massa yaitu ekstrak (benzoat)
meninggalkan pelarut yang pertama / media pembawa (toluena) dan masuk
dalam pelarut kedua / media ekstraksi (NaOH). Fungsi pengocokan di sini
untuk memperbesar luas permukaan untuk membantu proses distribusi asam
benzoat pada kedua fasa (fasa organik fasa air).
Setelah tercapai kesetimbangan pada corong pisah, campuran kemudian
didiamkan dan terbentuk dua lapisan. Asam benzoat yang larut dalam NaOH
berada di lapisan bawah, sedangkan asam benzoat yang larut dalam toluena
berada di lapisan atas. Hal ini terjadi karena perbedaan berat jenis pelarut
NaOH dengan berat jenis toluena. Berat jenis NaOH (2,1 g/ml) lebih besar
disbanding berat jenis toluena (0,8669 g/ml).
Pada penambahan larutan NaOH 10% terjadi reaksi berikut:

Fungsi penambahan NaOH adalah untuk melarutkan asam benzoat sehingga


terbentuk garam natrium benzoat.
Lapisan bawah / fasa air dipisahkan kemudian dimasukkan ke dalam
erlenmeyer. Ke dalam fasa organik (lapisan toluena) ditambahkan larutan
NaOH 10% untuk melarutkan asam benzoat yang masih tersisa dalam
pelarut toluena. Kemudian dikocok dan dibiarkan sampai terbentuk dua
lapisan. Fasa air yang terbentuk dipisahkan dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer lain.
Pada masing masing Erlenmeyer ditambahkan larutan HCl 10%
sampai pH < 2. Fungsi penambahan HCl adalah untuk membentuk asam
benzoat dari garam natrium benzoat. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut:

C6H5COONa + HCl + H2O C6H5COOH + NaOH + HCl

Setelah penambahan HCl pada erlenmeyer I akan terbentuk endapan (kristal


asam benzoat). Namun, pada Erlenmeyer II tidak terbentuk endapan karena
saat penambahan NaOH pertama kali seluruh asam benzoat terdistribusi ke
dalam NaOH sehingga dalam toluena tidak lagi mengandung asam benzoat.
Setelah itu, dilakukan penyaringan dengan menggunanakan kertas saring.
Hal ini bertujuan untuk memisahkan endapan dari larutannya.
Endapan yang diperoleh kemudian dikeringkan di dalam oven,
kemudian didiamkan di dalam desikator untuk menghilangkan uap air dalam
endapan. Dari hasil pengeringan diperoleh kristal asam benzoat sebanyak
2,534 gram.
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
a. Teknik ekstraksi asam benzoat dari pelarut organik didasarkan pada
metode ekstraksi cair cair bertahap.
b. Kristal asam benzoat yang dihasilkan sebanyak 2,534 gram.
c. Rendamen yang diperoleh sebesar 31,675 %.

4.2. Saran
a. Saat proses penyaringan, dibutuhkan kesabaran dan ketelitian untuk
menyaring ekstrak sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih akurat.
b. Teknik pengocokan merupakan factor penting dalam distribusi zat
terlarut dalam terlarut dalam pelarut, sehingga dalam pengocokan
pastikan zat terlarut tercampur sempurna.
c. Semua praktikan harus memakai APD.
DAFTAR PUSTAKA

Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas


Indonesia Press.

Tim Laboratorium Kimia Dasar. 2009. Penuntun Praktikum Analitik Klasik.


Samarinda: Politeknik Negeri Samarinda.

http://annisanfushie.wordpress.com
LAMPIRAN

Perhitungan
Massa awal asam benzoate = 8 gram
Massa asam benzoate hasil ekstraksi = (3,751 1,217)
gram
= 2,534 gram

Gambar Alat

Desikator Oven Neraca Digital

Erlenmeyer Labu Ukur Gelas Ukur


Kaca Arloji Indikator Universal Cawan Penguapan

Botol Semprot Kertas Saring Spatula

Pipet Ukur Pipet Volume Pipet Tetes

Corong Pisah Corong Bulp

Gelas Kimia

Anda mungkin juga menyukai