Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN PT IOL INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Batubara adalah suatu lapisan yang padat, yang pembentukannya
atau penyebarannya secara horizontal dan vertikal, dan merupakan suatu
lapisan yang bersifat heterogen. Karena sifat batubara yang heterogen maka
pada (eksplorasi pemborannya) Recovery harus memenuhi syarat maksimal
90% yang diambil, bila kurang dari 90% maka tidak Refresentatif dan
penyebaran batubara menunjukkan perbedaan kualitas maka penyebaran
batubara sangat mempengaruhi kualitas.
Penggunaan batubara sebagai sumber energi akan menghasilkan abu
yaitu berupa abu layang (fly ash) maupun abu dasar (bottom ash). Kandungan
abu layang sebesar 84 % dari total abu batubara.
Oleh karena itu, berbagai penelitian dan pengujian statistik dilakukan
oleh komite-komite standard internasional seperti ISO standard, ASTM
standard, JIS, dan lain-lain dalam menentukan metoda pengambilan sampel
yang representatif. Komite-komite standar tersebut secara terus menerus
update mengenai metode-metode sampling dan preparasi untuk batubara
agar metoda pengambilan sampel untuk batubara tersebut lebih sempurna
sehingga sampel batubara dapat diambil secara representatif. Metode standar
untuk pengambilan sampel tersebut sesuai dengan perkembangannya telah
mengalami revisi-revisi atau update dengan metode-metode yang lebih
mutakhir.
Batubara memainkan peran yang penting dalam membangkitkan
tenaga listrik dan peran tersebut terus berlangsung. Saat ini batubara menjadi
bahan bakar pembangkit listrik dunia sekitar 39% dan proporsi ini diharapkan
untuk tetap berada pada tingkat demikian selama 30 tahun ke depan. Pada
masa mendatang, produksi batubara Indonesia diperkirakan akan terus
meningkat tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (domestik),
tetapi juga untuk memenuhi permintaan luar negeri (ekspor).
Hal ini mengingat sumber daya batubara Indonesia yang masih
melimpah, di lain pihak harga BBM yang tetap tinggi, menuntut industri yang
selama ini berbahan bakar minyak untuk beralih menggunakan
1
LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN PT IOL INDONESIA

batubara.Batubara diperjualbelikan menurut spesifik tertentu, yang tentunya


tidak terlepas dari kualitas batubara itu sendiri. Mengingat pentingnya kualitas
kontrol dalam industri, maka diperlukan adanya pelayanan batubara.
Pelayanan ini dilaksanakan oleh suatu badan pengawas yang independent
dengan tujuan sebagai penengah antara penjual dan pembeli. Karena
meningkatnya permintaan konsumen maka PT IOL Indonesia cabang
Banjarbaru berperan dalam bidang Coal Quality Analysis.
Perlu suatu kualitas uji batubara yang dilakukan agar dapat
mengetahui nilai spesifikasi dari batubara yang ada, agar dapat digunakan
sebagaimana mestinya untuk meningkatkan kualitas dari batubara tersebut.
Dimana secara garis besar proses kegiatan yang dilakukan oleh PT IOL
Indonesia yaitu proses kegiatan preparasi sampel dan uji analisis kualitas
sampel tersebut.

1.2. Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari kegiatan kunjungan ke PT IOL
Indonesia, sebagai berikut :
1. Mengetahui secara langsung proses kegiatan preparasi dan analisis uji
kualitas sampel yang dilakukan oleh PT IOL Indonesia Banjarbaru.
2. Mengetahui alat-alat yang digunakan dalam proses kegiatan preparasi
dan analisis uji kualitas yang dilakukan oleh PT IOL Indonesia Banjarbaru.

3. Mengetahui prosedur dari proses kegiatan preparasi dan analisis uji


kualitas sampel yang dilakukan oleh PT IOL Indonesia Banjarbaru.

1.3. Metode Penelitian


Adapun metode yang dilakuan saat penyusunan laporan ini, sebagai
berikut:
1 Metode Studi Literatur
Metode pustaka ini yaitu dengan membaca dan mempelajari
berbagai literatur atau jurnal, terutama tentang proses preparasi dan uji
analisis kualitas batubara.
2 Metode Observasi
Metode observasi ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung
di lapangan berhubungan dengan proses kegiatan preparasi dan uji
analisis kualitas batubara.

2
LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN PT IOL INDONESIA

3 Metode Wawancara
Metode wawancara ini dilakukan dengan interview langsung saat
penjelasan ketika di lapangan.

1.4. Batasan Masalah

Penyusunan laporan ini memiliki batasan-batasan yang dikaji dalam


pembahasannya batasan masalah tarsebut terkait dengan permasalahan
Proses Preparasi dan Analisis Kualitas Batubara. Pada proses preparasi ini
meliputi kegiatan sampling, pengeringan, penggerusan, pengadukan,
pembagian, dan penyimpanan, sedangkan untuk proses analisa batubara
dikhususkan pada Analisis Proksimat, Total Sulfur, Calorific Value dan HGI
dengan standar ASTM dan ISO di PT IOL Indonesia Banjarbaru.

1.5. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan kunjungan lapangan ini
dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 7 Desembar 2016 di PT IOL Indonesia
cabang Banjarbaru.

3
LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN PT IOL INDONESIA

BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1. Sejarah dan Perkembangan PT IOL Indonesia


PT IOL Indonesia adalah perusahaan swasta industri yang
menawarkan inspeksi dan pengujian layanan pertambangan. Perusahaan ini
didirikan pada tahun 2008 dan berbasis di Jakarta, Indonesia. Bidang usaha
utama PT IOL Indonesia adalah sebagai perusahaan yang melayani servis
pertambangan dalam hal analisis kualitas batubara. Kontrak pertama
perusahaan ini berlaku pada bulan Juni 2008. PT IOL Indonesia adalah anak
perusahaan dari perusahaan induknya yaitu Inspectorate International Limited.
Sejak memasuki bursa saham, kepemilikan saham PT IOL Indonesia dimiliki
oleh dua perusahaan yakni Inspicio Investment BV sebesar 5% dan
perusahaan lainnya yaitu IOL Investments BV sebesar 95% kepemilikan
saham.
Pemimpin utama PT IOL Indonesia adalah Zefnat R. Anakotta yang
berposisi sebagai direktur utama perusahaan ini. Sementara itu untuk posisi
sebagai senior manager diisi oleh Sanggit Sugiarto dan untuk jabatan sebagai
supervisor operasi perusahaan ini diisi oleh Bonita I. Witarosa.
Di Indonesia sendiri PT IOL Indonesia telah memiliki dua kantor
cabang perusahaan beserta laboratorium untuk pengujian kualitas batubara.
Lokasi pertama berada di Samarinda (Kalimantan Timur), kedua ada di kota
Kendari (Sulawesi Tenggara) dan yang terakhir ada di kota Banjarbaru
(Kalimantan Selatan). Untuk kantor cabang PT IOL Indonesia yang ada di kota
Banjarbaru beralamat di Jl. Ahmad Yani KM 33 No. 03 RT.002/RW.002
Kecamatan Loktabat Selatan, Banjarbaru.

4
LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN PT IOL INDONESIA

2.2. Lokasi dan Kesampaian


Lokasi dari Fakultas Teknik menuju PT IOL Indonesia, Ltd Banjarbaru
berjarak 1,5 km, dengan waktu tempuh sekitar 10 menit dari Fakultas Teknik
dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda empat maupun roda dua.

5
LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN PT IOL INDONESIA

2.3. Sarana dan Prasarana


PT IOL Indonesia, Ltd yang berkantor di Jl. Ahmad Yani km. 33,3 No. 3
Loktabat Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan ini bergerak dibidang
penelitian kualitas batubara atau Coal Quality Analysis. Dalam
melaksanakan akitivitasnya tersebut PT IOL Indonesia, Ltd ditunjang dengan
sarana dan prasarana, sebagai berikut :
1. Sarana
Sarana yang terdapat pada PT IOL Indonesia, Ltd Banjarbaru,
sebagai berikut :
a. Alat-alat preparasi seperti timbangan, hammer mill,jaw crusher, rotary
sample devider, drying sheed, raymond mill, screen 50 mm 0,5 mm,
dan hardgrove setting.
b. Alat-alat uji analisis laboratorium seperti HGI machine, purnice,
desikator, neraca analitik, cawan, stopwatch, oven, pompa vacuum, unit
atomic absorbtion spectroscopy (AAS), LECCO, hollow cathode lamp,
dan pemanas silinder volatile matter.
2. Prasarana
Prasarana yang terdapat pada PT IOL Indonesia, Ltd Banjarbaru,
sebagai berikut :
a. Ruang Lobi
b. Ruang Preparasi
c. Ruang Penyimpanan Sampel Cadangan
d. Ruang Laboratorium
e. Ruang Administrasi
f. Tempat Parkir
g. Mobil Perusahaan
h. Fasilitas Ruangan ber-AC

6
LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN PT IOL INDONESIA

BAB III
HASIL PENGAMATAN

3.1. Sampling
Tujuan utama dari pengambilan sampel adalah untuk mengambil
sebagian kecil material yang akan mewakili sifat-sifat keseluruhan material
tersebut. Syarat utama adalah sampel itu harus mewakili (representative)
bahan yang di sampling. Pengambilan sampel batubara harus dilakukan
menurut standar yang telah ditentukan, bergantung pada persetujuan antara
pembeli dan penjual.
Metode sampling yang umumnya digunakan meliputi :
1. International Standard Organization (ISO)
2. British Standard (BS)
3. American Society For Testing and Material (ASTM)
4. Australian Standard (AS)
Proses pengambilan conto dari batubara dapat dilakukan di truck,
stockpile, atau pada waktu pengapalan meliputi pengambilan sejumlah
increment yang merupakan gabungan dari gross sample. Gross sample
kemudian di-crushing dan dilakukan preparasi conto sampai dapat dilakukan
analisa.
Sebagai conto, jika ingin menentukan kandungan ash batubara yang
ditumpuk seperti gunung atau stockpile yang banyaknya 10.000 ton, hanya
perlu mengambil 300 kg sebagai sampel. Dari batubara 300 kg ini kemudian
dilakukan pengecilan ukuran butir (sampai ratusan micrometer atau m) dan
beratnya (sampai ratusan gram), kemudian ditentukan kandungan ash-nya.
Dari kandungan ash dalam sampel batubara yang sedikit ini dapat diketahui
kandungan ash dari stockpile batubara yang banyaknya 10.000 ton tersebut.
Dalam PT IOL Indonesia, Ltd bagi konsumen yang ingin di analisis
kualitas sampel yang dimilikinya mereka perlu membawa sampelnya tersebut
ke tempat penerimaan sampel yang akan dianalisis. Dimana sampel tersebut
akan dipreparasi dan dianalisis kualitas sampel tersebut di laboratorium PT
IOL Indonesia, Ltd Banjarbaru.

7
LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN PT IOL INDONESIA

3.1.1. Flowchart Penerimaan Sampel PT IOL Indonesia, Ltd

LOKASI PENERIMAAN
SAMPEL

PENGECEKAN KONDISI SAMPEL -Form Checklist Sample


-Form Permintaan Analisa

RECEPTIONIST
-Form Invoice
(Administrasi Keuangan)

ACCOUNT OFFICER -Form Instruksi Lab


(Penomoran Job Sampel) -Form Instruksi Preparasi

PREPARASI SAMPEL -Form Preparasi

ANALISIS -Form Analisis

REPORT HASIL

Gambar 3.1
Flowchart Penerimaan Sampel

8
LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN PT IOL INDONESIA

3.2. Preparasi Sampel


Preparasi Sampel bertujuan untuk menyediakan suatu sampel yang
jumlahnya sedikit yang mewakili sampel asal. Tujuan dari preparasi sampel
adalah untuk menghasilkan sampel yang jumlah dan ukurannya cukup untuk
pengujian yang mewakili (representative) sampel asal yang dapat dikirim ke
laboratorium untuk dianalisis.
Sampel preparasi untuk setiap pengujian tidak selalu sama, tergantung
dari ukuran partikel yang digerus halus sampai top size (yakni ukuran partikel
yang 95% lolos ayakan) tidak lebih dari 0,2 mm (-200 m) dan 2 buah sampel
yang digunakan saat pengujian.
Secara umum proses preparasi sampel yang dilakukan, sebagai
berikut :
1. Penimbangan
Penimbangan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui
berat conto yang akan dianalisis.

Gambar 3.2
Timbangan
2. Pengecilan Ukuran Butir
Pengecilan ukuran butir adalah proses pengecilan ukuran atas
conto tanpa menyebabkan perubahan apapun terhadap massa conto.
Contoh alat mekanis yang digunakan untuk pengecilan ukuran sampel
adalah jaw crusher, hammer mill, dan raymond mill.
Jaw crusher dan hammer mill digunakan untuk mengurangi ukuran
di atas 5 mm, 11,2 mm, 2,33 mm. Raymond mill digunakan untuk
menghancurkan conto hingga 0,212 mm yang dilakukan untuk conto
general analisis dengan 2 buah sampel yang dianalisis.

9
LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN PT IOL INDONESIA

Gambar 3.3
Jaw Crusher
3. Pengeringan Udara
Pengeringan udara dapat dihitung dari hilang massa setelah
pengeringan udara. Pengeringan udara pada gross sampel dilakukan jika
conto tersebut terlalu basah untuk diproses tanpa menghilangkan air atau
yang menyebabkan timbulnya kerusakan pada crusher atau mill dan
dapat dimasukkan ke dalam drying sheed suhu 40 C selama 10 jam.

Gambar 3.4
Drying Sheed
4. Pencampuran dan Pembagian
Pada tiap tahap preparasi conto untuk mengetahui
homogenitasnya conto dapat dicampur secara manual dan dapat pula
dicampur dengan alat mekanis menggunakan rotary sample divider
sebanyak tiga kali dimana conto tersebut dilakukan pembagian secara
merata setelah direduksi.

10
LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN PT IOL INDONESIA

Gambar 3.5
Rotary Sample Devider
3.2.1. Alat
Adapun alat-alat preparasi sampel yang digunakan oleh PT IOL
Indonesia, Ltd, sebagai berikut :
a. Hammer Mill
Hammer Mill berfungsi sebagai alat penggiling atau
memperkecil ukuran sampel batubara, alat ini dilengkapi dengan
palu dan saringan sebagai media penghancur dan hasil produktan
berukuran sekitar 80-100 mesh.

Gambar 3.6
Hammer Mill
b. Jaw Crusher
Jaw Crusher berfungsi sebagai alat penggiling atau
memperkecil ukuran sampel batubara menjadi ukuran tertentu,
pada PT IOL Indonesia, Ltd Jaw Crusher yang digunakan
menghasilkan produktivitas 4,75 3,00 mm.

11
LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN PT IOL INDONESIA

Gambar 3.7
Jaw Crusher

c. Rotary Sample Devider (RSD)


Rotary Sample Devider berfungsi sebagai alat pengaduk
dan pembagi sampel batubara, sehingga berat sampel yang ada
akan berkurang karena adanya proses pengadukan dan
pembagian.

Gambar 3.8
Rotary Sample Devider

12
LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN PT IOL INDONESIA

d. Drying Sheed
Drying Sheed merupakan tempat atau ruangan untuk
mengeringkan sampel batubara pada suhu tertentu. Ruangan ini
dilengkapi dengan alat pengatur suhu (30 - 40 C).

Gambar 3.9
Drying Sheed
e. Raymond Mill
Raymond Mill merupakan alat yang digunakan untuk
menggiling atau menghancurkan sampel batubara sehingga
didapatkan ukuran 0,212 mm (sampel batubara yang telah siap
dianalisa dilaboratorium).

Gambar 3.10
Raymond Mill

13
LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN PT IOL INDONESIA

f. Ayakan (Screen)
Screen digunakan pada Size Analysis, sampel yang diayak
adalah sampel batubara yang telah dikering-anginkan (air dry)
terlebih dahulu diatas lantai yang kering dan rata. Adapun
kegunaan ayakan untuk mendapatkan fraksi ukuran sampel yang
telah ditentukan, umumnya ukuran screen yang digunakan dari
ukuran 50 mm sampai dengan 0,5 mm.

Gambar 3.11
Screen
g. Hardgrove Setting
Hardgrove Setting adalah alat yang digunakan dalam
proses HGI yang berfungsi untuk menggerus batubara sampai
600 m.

Gambar 3.12
Hardgrove Setting

14
LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN PT IOL INDONESIA

3.2.1. Flowchart Preparasi Sampel Standard ASTM

GROSS SAMPLE
500 MM

TIMBANG

CRUSH
16,00 MM

RSD

2/8 2/8
GA + TM BUANG

CRUSH
16,00 MM

RSD

1/8 7/8
GA + TM STORE COMP

TIMBANG

ADL
SAMPAI 0,2-0,3 %

EQUALIZE
KONSTAN 0,10

TIMBANG

RAYMOND MILL
0,212 MM

LAB 1 gr

STORE
0,212 MM

Gambar 3.13
Flowchart Preparasi Sampel Standard ASTM

15
LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN PT IOL INDONESIA

3.2.2. Flowchart Preparasi Sampel Metode ISO

GROSS SAMPLE
500 MM

TIMBANG

CRUSH
16,00 MM

RSD

2/8 2/8 2/8 2/8


TM (3-5 Kg) STORE TM GA (15 Kg) STORE

TIMBANG CRUSH
3,00 MM

ADL
SAMPAI KONSTAN
GA (1 Kg) STORE COMP

EQUALIZE ADL 6 JAM

RAYMOND 0,212 MM
CRUSH
3,00 MM

LAB 100 gr

RSD
STORE 0,212 MM

LAB 300 gr STORE


0,212 MM

Gambar 3.14
Flowchart Preparasi Sampel Metode ISO

16
LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN PT IOL INDONESIA

3.3. Analisis Proksimat Batubara


Analisis proksimat batubara bertujuan untuk menentukan kadar
Moisture (air dalam batubara) kadar moisture ini mencakup pula nilai free
moisture serta total moisture, ash (debu), volatile matters (zat terbang), dan
fixed carbon (karbon tertambat).
3.3.1. Total Moisture (Kandungan Air)
Kandungan air yang terdapat dalam batubara secara umum
ada dua, yaitu air permukaan (free moisture) dan kandungan air
bawaan (inherent moisture).
Kandungan air permukaan terdapat dalam permukaan dan
retakan-retakan batubara. Kandungan air bawaan ini penting untuk
diketahui, karena dapat digunakan untuk mengidentifikasi peringkat
batubara. Makin tinggi kandungan air bawaan dalam batubara, maka
makin rendah peringkat batubara tersebut.
Tujuan analisis ini untuk mengetahui jumlah air bawaan yang
terkandung dalam batubara setelah dikeringanginkan dalam kondisi
laboratorium. Sampel harus dipreparasi sampai ukuran 0,212 mm
dengan berat 60 gram. Zat berbahaya : Gas Nitrogen (tekanan
tinggi).
Peralatan yang digunakan dalam analisis kandungan air,
sebagai berikut :
a. Oven pengering atau furnace, digunakan untuk mengerikan
sampel.

Gambar 3.15
Furnace

17
LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN PT IOL INDONESIA

b. Neraca analitik, digunakan untuk menimbang sampel.

Gambar 3.16
Neraca Analitik
c. Desikator, berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara
sampel setelah dari oven.

Gambar 3.17
Desikator

18
LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN PT IOL INDONESIA

d. Timer (stopwatch), berfungsi sebagai pengaturan waktu sampel


ketika dimasukan ke dalam furnace.

Gambar 3.18
Stopwatch

Prosedur percobaan total moisture pada analisis proksimat,


sebagai berikut :
a. Siapkan 2 buah sampel kemudian timbang sampel tersebut
dengan neraca analitik.

b. Timbang sampel 1 gram dalam cawan.


c. Masukkan sampel dalam oven yang telah dialiri gas nitrogen
(400-500 cc/menit), dengan suhu 10-105 C selama 3 jam untuk
ISO dan 1 jam untuk ASTM.
d. Keluarkan dari oven, taruh cawan di atas baki logam, masukkan
ke dalam desikator 5 menit .
e. Timbang cawan + tutup + sampel, hitung hasil yang diperoleh.
f. Digunakannya 2 buah sampel tersebut sebagai pembanding hasil
yang diperoleh.
3.3.2. Kandungan Abu (Ash Content)
Abu batubara adalah bahan anorganik yang tersisa setelah
dilakukan proses pembakaran pada suhu tinggi. Kadar abu batubara
penting untuk ditetapkan karena kadar abu ini menyatakan
banyaknya bahan-bahan mineral dalam batubara dan secara tidak
langsung mencerminkan jumlah kalori yang dimiliki batubara.
Tujuan dari analisis ini untuk mengetahui jumlah kandungan
abu yang terdapat dalam batubara. Sampel yang diperlukan berupa
sampel batubara yang berasal dari hasil preparasi GA dengan ukuran
sampel 0,212 mm.

19
LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN PT IOL INDONESIA

Adapun peralatan yang digunakan dalam analisa ash ini,


sebagai berikut :
a. Furnace, sebagai tempat membakar sampel tersebut menjadi
abu suhu yang sangat tinggi.

Gambar 3.19
Furnace
b. Neraca analitik, sebagai mengukur berat abu yang dihasilkan.

Gambar 3.20
Neraca Analitik

20
LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN PT IOL INDONESIA

c. Timer (stopwatch), digunakan untuk mengatur waktu sampel


menjadi abu.

Gambar 3.21
Stopwatch
Prosedur analisis Ash Content (Kandungan Abu), sebagai
berikut :
a. Siapkan sampel - sebelum ditimbang
b. Timbang berat cawan + tutupnya, kemudian catat
c. Timbang sampel 1 g dalam cawan
d. Masukkan sampel dalam furnace dengan suhu 300- 815 C
selama 1, dan 3 jam kemudian pada suhu 815 (ISO) & pada
suhu 700-750 C selama 4 jam (ASTM)
e. Keluarkan dari oven, setelah 15 menit dinginkan +/- 8 menit
f. Timbang cawan + tutup + sampel kemudian catat pada form,
masukkan data dari hasil analisis ke dalam rumus.
3.3.3. Zat Terbang (Volatile Matter)
Merupakan banyaknya material yang hilang (terbang) pada
waktu batubara mengalami pemisahan sampai temperatur tertentu.
Tujuannya yaitu untuk mengetahui jumlah zat terbang yang terdapat
dalam batubara. Sampel yang diperlukan berupa sampel batubara
yang dihaluskan sampai ukuran 0,212 mm.

Adapun peralatan yang digunakan dalam analisis zat terbang,


sebagai berikut :

a. Pemanas silinder volatile matter, yang berfungsi sebagai alat


pengeringan sampel.

21
LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN PT IOL INDONESIA

Gambar 3.22
Pemanas Silinder Volatile Matter
b. Cawan, sebagai tempat abu sampel untuk dianalisa.

Gambar 3.23
Cawan
Bahan yang digunakan untuk analisis volatile mattter ini
adalah batubara yang sudah dipreparasi dan siap untuk uji
laboratorium.
Prosedur untuk Analisis Volatile Matter (Zat terbang), sebagai
berikut :
a. Siapkan sampel - sebelum ditimbang
b. Timbang berat dish + tutupnya, catat pada form
c. Timbang sampel 1 gram dalam dish
d. Masukkan sampel dalam furnace atau oven pada suhu 900 C
selama 7 menit tepat (ISO) & pada suhu 950 C selama 7 menit
(ASTM)
e. Keluarkan dari oven, taruh dish diatas baki logam, dinginkan kira-
kira 8 menit.

22
LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN PT IOL INDONESIA

f. Timbang dish + tutup + sampel, Catat pada form, masukkan data


dari hasil analisis ke dalam rumus.
3.3.4. Fixed Carbon
Analisis kandungan karbon tertambat ini digunakan untuk
mengetahui jumlah karbon yang terdapat dalam batubara.
Kandungan karbon (fixed carbon) tertambat dalam batubara adalah
angka yang diperoleh dari hasil pengurangan 100 % terhadap jumlah
pengurangan air bawaan (inherent moisture), abu (ash) dan zat
terbang (volatile matter).

3.4. Analisis Total Sulfur

Salah satu cara untuk menentukan kadar sulfur yaitu melalui


pembakaran pada suhu tinggi. Batubara dioksidasi dalam tube
furnace dengan suhu mencapai 1350C. Sulfur oksida (SOx) yang terbentuk
sebagai hasil pembakaran kemudian ditangkap oleh oleh detektor infra
merah kalau menggunakan metode infrared sedangkan kalau menggunakan
metode HTM akan ditangkap oleh larutan peroksida lalu dititrasi dengan
natrium borat dan kemudian dianalisis.
PT IOL Indonesia, Ltd menjalankan bidangnya untuk menganalisa
kandungan sulfurnya, dengan berupa report yang diperoleh diakhir dari
penganalisisan. Adapun peralatan yang digunakan dalam analisis
kandungan total sulfur, sebagai berikut :
1. Furnace
2. Tungku pipa kembar
3. Pipa pembakaran (combustion tube)
4. Flowmeter untuk mengukur arus gas oksigen sampai 2 L/menit
5. Cawan perahu, terbuat dari bahan tahan panas
6. Bejana penyerap gas. Diameternya harus sedemikian rupa
sehingga ketika ditambahkan larutan penyerap sebanyak 100 ml, pipa
untuk jalan keluar gas ukurannya paling sedikit 90 mm dibawah
permukaan cairan.
7. Tabung pengering gas. Pipa U yang dibungkus dengan asbes
soda.
8. Pompa vacuum, memberi tekanan negative untuk menyalurkan
produk pembakaran dan gas melalui system
9. Pengontrol vacuum
23
LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN PT IOL INDONESIA

10. Silica adaptor


Adapun bahan yang digunakan dalam analisis kandungan sulfur,
sebagai berikut :
1. Air suling atau aquadest
2. Aluminium Oksida (Alumina)
3. Larutan Hidrogen Peroksid (30 %)
4. Larutan Indikator
5. Asbes Soda
6. Sodium Tetraborat
7. Oksigen murni, 995 % (kualitas medis)
Prosedur analisis total kandungan sulfur yang terdapat pada sampel,
sebagai berikut :
1. Atur temperatur furnace pada suhu 1350o C dan periksa tabung
pembakaran keluar sekitar 100 mm pada ujung belakang.
2. Aduk conto tersebut.
3. Timbang 0,5 g dengan ketelitian 0,0001 g dan masukkan ke
combustion boat, sebarkan secra merata.
4. Tutup conto dengan bubuk Aluminium Oksida (Al2O3) kira-kira 0,5
gram. Lapisan ini harus merata sehingga batubaranya tidak terlihat.
5. Ambil 200 ml larutan hydrogen peroksida 3 % dan masukkan ke
dalam absorbtion vessel.
6. Putar pengatur aliran oksigen dan atur pada kecepatan 300
ml/menit
7. Letakkan combustion boat ke dalam ujung tabung pembakaran,
hubungkan dengan oksigen dan tekan boat pada tanda pertama dorong
sampai 270 mm dari tengah daerah pembakaran biarkan selama 3
menit.
8. Secara terus-menerus majukan boat dan biarkan selama 1 menit
untuk setiap tanda (ada 9 tanda/garis). Bila telah sampai pada tanda
terakhir biarkan selama 3 menit.
9. Setelah selesai pembakaran (15 menit), lepaskan bejana
keluarkan combustion boat.
10. Pindahkan isi bejana kedalam erlenmeyer, bilas gelas berpori
sampai bersih dengan aquades yang telah dinetralkan kedalam
erlenmeyer.

24
LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN PT IOL INDONESIA

11. Tambahkan 2-3 tetes campuran indikator sehingga larutan


berubah warna menjadi ungu dan fitrasi dengan larutan 0,5 N sodium
tetraborat sampai berubah warna menjadi abu-abu.

3.5. Analisis Calorific Value

Salah satu parameter penentu kualitas batubara ialah nilai kalornya,


yaitu seberapa banyak energi yang dihasilkan per satuan massanya. Nilai
kalor batubara diukur menggunakan alat yang disebut bomb kalorimeter.
Kalorimater bom terdiri dari 2 unit yang digabungkan menjadi satu alat. Unit
pertama ialah unit pembakaran di mana batubara dimasukkan ke dalam
bomb lalu diinjeksikan oksigen lalu bomb tersebut dimasukkan kedalam
bejana disini batubara dibakar dengan adanya pasokan udara/oksigen
sebagai pembakar. Unit kedua ialah unit pendingin/kondensor (water
handling).
Analisis nilai kalor batubara digunakan untuk mengetahui nilai kalor
yang dikeluarkan oleh batubara tersebut setelah dibakar pada kondisi
standar. Sampel yang digunakan diambil dari hasil preparasi GA dengan
ukuran 0,212 mm.
Adapun peralatan yang digunakan dalam analisis calorific value,
sebagai berikut :
1. Kawat nikel khrom yang nilai kalorinya diketahui
2. Cawan kwarsa atau cawan nikel khrom
3. Bomb calorimeter adiabatic
4. Regulator oksigen
5. Neraca analitik
6. Gelas ukur
Prosedur untuk analisis calorific value pada sampel batubara,
sebagai berikut :
1. Timbang 1 gramconto ke dalam cawan (massa conto harus dalam
rentang 2,5 3,0o C). untuk conto yang mengandung abu tinggi ( >
40%), timbang 0,5 g batubara di tambah 0,5 asam benzoat atau paraffin
dengan calorific value yang sudah diketahui. Untuk batubara yang
mengandung volatile matter rendah dengan nilai panas yang tinggi,
mungkin terdapat kesulitan dengan karbon yang tidak terbakar. Timbang

25
LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN PT IOL INDONESIA

0,5 g batubara ditambah 0,25 asam benzoat atau paraffin dengan nilai
panas yang sudah diketahui.
2. Pasang cawan pada penyangga conto diantara terminal bom.
3. Hubungkan kawat pembakar dengan panjang standar yang melintasi
terminal bom.
4. Ikatkan benang katun dengan panjang standar yang dililitkan pada
kawat pembakar sedemikian rupa sehingga ujung benang katun
menyentuh bagian atas contobatubara.
5. Masukkan 5 ml air ke dalam bom.
6. pasang bom dan isi dengan oksigen dengan pelan-pelan sampai dengan
25 atmosfir.
7. Isi bejana kalorimeter dengan volume air (massa air) standar. Suhu air
kira-kira 2o C dibawah suhu jaket kalorimeter.
8. Masukkan bom yang telah terpasang kedalam bejana kalorimeter.
Periksa tidak ada udara yang bocor. Jika terjadi kebocoran udara,
hentikan pengujian.
9. Hubungkan elektroda, pasang tutup pada posisinya. Hal ini akan
menepatkan pengaduk dan alat sesor dengan tepat.
10. Nyalakan pengaduk. Pengaduk harus menyala selama pengujian.
11. Masukkan data berikut kedalam mikroprosesor :
a.Sample ID
b.Sample Weight
c. Bomb No.
d.Water equivalent of Bomb
e.Correction for nitrogen
f. Correction for fuse wire
g.Correction for cotton
12. Calorific value ditetapkan secara otomatis pada akhir pengujian, hasil
diperlihatkan dan dicetak.
13. Catat hasilnya. Hasil ini harus dikoreksi dengan faktor belerang (Total
Sulfur) sebelum pembuatan hasil akhir. Hasil kalorimeter cetakkan harus
disimpan bersama lembar kerja yang sesuai untuk laporan.
14. Matikan kalorimeter, angkat tutupnya dan keluarkan dari terminal
pembakar.

26
LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN PT IOL INDONESIA

15. Keluarkan dan bukalah bom. Periksa residu karbon yang tidak terbakar
dan kesempurnaan pembakaran. Hasilnya harus ditolak dan pengujian
pun harus diulangi jika karbon yang tidak terbakar lebih dari 0,6 gram.
16. Bilas bagian dalam bom dan terminalnya dengan menggunakan air
suling dengan hati-hati, dan keringkan seluruh permukaan. Tindakan
tersebut akan mencegah karat yang disebabkan gas asam yang
terbentuk selama penetapan.

3.6. Analisis Hardgrove Grindability Index (HGI)


HGI merupakan salah satu sifat fisik dari batubara yang menyatakan
kemudahan batubara untuk di pulverise sampai ukuran 200 mesh atau 75
micron. Cara pengujian HGI ialah dengan menggunakan mesin Wallace
Hardgrove. Sampel batubara yang sudah digerus pada ukuran partikel
tertentu akan dimasukan kedalam mesin Wallace Hardgrove. Selanjutnya
digerus dengan menggunakan bola baja pada putaran (revolusi) tertentu.
HGI mengunakan Acuan Standar sesuai ISO 5074 : 1994 dan ASTM
D409-08. ISO (International Standard Organization), yaitu standar yang
diproduksi oleh BSI Group yang didirikan di bawah Royal Charte dan yang
secara resmi ditunjuk sebagai Badan Standar Nasional (BSN) untuk negara
Inggris dan merupakan standar konsensus formal. Salah satu tujuan BSI, yaitu
mengatur standar mutu barang dan jasa, mempersiapkan dan
mempromosikan adopsi umum Inggris Standar, dan mengubah standar
tersebut sebagai pengalaman dan kondisi yang membutuhkan. Sedangkan
ASTM (American Standardfor Testing and Material), yaitu suatu Standarisasi
Internasional yang dapat meningkatkan kualitas produk pengujian karena
ASTM telah memberikan metode pengujian, spesifikasi, panduan dan praktek-
praktek yang mendukung industri.
Metode ini digunakan untuk menentukan nilai Grindability Index (HGI)
batubara dengan menggunakan mesin Wallace Hardgrove atau menguji
kekerasan batubara. Sampel batubara yang telah dipreparasi dengan
distribusi ukuran khusus, dipaparkan pada kondisi tertentu. Grindability Index
dihitung dari hasil analisa ayakan terhadap hasil pemaparan yang kemudian
dibandingkan dengan data kalibrasi dari satu set sampel acuan yang telah
disertifikasi.
Prosedur kerja dalam analisa Hardgrove Grindability Index (HGI) pada
sampel batubara, sebagai berikut :
1. Gunakan Lembar Kerja FML yang telah
disediakan.
27
LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN PT IOL INDONESIA

2. Sekurang-kurangnya 1,2 kg sampel batubara


dengan ukuran terbesar 4,75 mm dikeringkan (air dried) hingga massanya
konstan, sebagaimana prosedur Air Drying dan catat % kering yang
hilang (Air Dry Loss).
3. Pilah sampel yang telah Air Dry, sehingga didapat
sebanyak 1,0 0,1 kg, kemudian catat massanya.
4. Ukur sampel pada ukuran 1,18 dan 0,6 mm
kedalam porsi 200 gram, gunakan penggoyang ayakan Rotap sebanyak
dua periode. Timbang dan catat masa dari fraksi +1,18 -1,18 +0,6 dan
-0,6 mm.
5. Bersihkan penggiling HGI (Coffe Mill) dan setel
pada penyetel 7.
6. Masukkan fraksi +1,18 mm ke dalam penggiling
HGI (Coffe Mill) sehingga laju pengisian kurang lebih sama dengan laju
pengeluaran.
7. Ukur sampel yang telah dihancurkan pada 1,18
dan 0,6 mm. Gabungkan fraksi -1.18+0.6 dan -0.6 mm dengan fraksi
repektif dari langkah 3.
8. Ulangi langkah 7 dan 8 pada penyetelan 5 dan
3.
9. Jika terdapat sisa materi sample +1,18 mm, maka
geruslah menggunakan mortar dan tumpukkan hingga dapat lolos 1,18
mm.
10. Timbang dan catat masa dari fraksi -1,18+0,6 dan
0,6 mm. Hitung persentase +0,6 mm, jika kurang dari 50%, maka
informasikan kepada Supervisor Laboratorium.
11. Pilah fraksi -1,18 +0,6 mm untuk mendapatkan
sub-sampel sebanyak 120 gram.
12. Hilangkan debu sub-sampel pada 0,6 mm selama
5 menit 1 detik, menggunakan pengoyang ayakan Ro-Tap dan pengatur
waktu.
13. Hilangkan debu Sub-Sampel pada 0,6 mm selama
5 menit 1 detik, menggunakan pengoyang ayakan Ro-Tap dan pengatur
waktu.
Timbang fraksi 0,6 mm dan -0,6 mm, dan catat massa-nya. Buang fraksi
-0,6 mm. Pilih fraksi +0,6 mm menjadi sampel pengujian dengan berat
masing-masing 50 gram.

28
LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN PT IOL INDONESIA

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan kunjungan ini,
sebagai berikut :
1. Sebelum dilakukannya proses kegiatan uji analisa kualitas batubara yang
dilakukan yaitu kegiatan sampling dan preparasi untuk menyiapkan
sampel tersebut ke tahap selanjutnya agar sampel tersebut representatif.
2. Uji laboratorium analisa batubara yang dilakukan meliputi :
a. Analisis Proksimat meliputi total moisture, ash content, volatile matter,
dan fixed carbon.
b. Analisis total sulfur dan Analisis Calorific Value
3. Uji preparasi batubara yang dilakukan meliputi :
a. Pengecilan ukuran butir dengan bantuan alat mekanis seperti jaw
crusher, hammer mill dan raymond mill.
b. Pengeringan udara (surfacemoisture) dengan memasukkan sampel
ke dalam drying sheed dimana sampel akan dipanaskan dengan
suhu 30- 40 C.
c. Pembagian sampel dimana pembagian ini dilakukan dengan
menggunakan alat mekanis yaitu rotary sample devider (RSD).
d. Penyimpanan sampel dimana sampel disimpan di tempat
penyimpanan cadangan sampel.
4. Dalam proses uji laboratorium banyak menggunakan zat-zat kimia
sebagai katalisator.
5. Dalam proses uji laboratorium yang dilakukan untuk analisa ultimate dan
analisis proksimat pada batubara telah menggunakan alat-alat yang
berteknologi canggih untuk mempermudah dan mempercepat pekerjaan
dalam menganalisa kualitas batubara.

6. Pengujian oleh PT IOL Indonesia, Ltd dilakukan sesuai uji standar


laboratorium.

4.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada saat kegiatan kunjungan ini,
sebagai berikut :

29
LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN PT IOL INDONESIA

1. Sebaiknya dalam pelaksanaan pemberian materi semua mahasiswa


dapat tertib untuk menjaga kenyamanan saat pemateri menjelaskan.
2. Sebaiknya dalam penjelasan di lapangan mahasiswa dituntut lebih aktif,
agar dapat memahami dan mengerti hal yang disampaikan.
3. Sebaiknya saat kunjungan di lapangan dilakukan tutorial alat, agar dapat
memberikan pemahaman lebih mengenai fungsi dari kinerja alat tersebut.
4. Sebaiknya dalam hasil pengujian sampel yang dilakukan, diakhir dapat
diperlihatkan report dari seluruh pengujian terhadap sampel client.
5. Agar jadwal kunjungan lebih diperhatikan lagi agar lebih tertib dan tidak
bentrok dengan kegiatan lain.

30

Anda mungkin juga menyukai