Anda di halaman 1dari 10

tugas

BIOKIMIA MEDIK
PROSES BIOSINTESIS LIPID

Oleh
Riqqah Yustika Nurnaflah Sinale
NIM 821415055
Kelas B farmasi 2015
Semester III

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2016PROSES BIOSINTESIS LIPID
A. ASAM LEMAK
Biosintesis asam lemak adalah suatu proses metabolisme penting dalam
jasad hidup. Hal tersebut benar jika diingat bahwa jaringan hewan mempunyai
kemampuan terbatas untuk menyimpan energi dalam bentuk karbohidrat.
Dalam hal ini sebagian dari polisakarida dirombak melalui proses glikolisis
menjadi asetil koenzim-A, yang merupakan pra zat untuk biosintesis asam
lemak dan triagliserol. Senyawa lipida ini mempunyai kandungan energi yang
lebih tinggi daripada karbohidrat, dan dapat disimpan sebagai cadangan energi
yang besar di dalam jaringan lemak. Biosintesis asam lemak ini berlangsung di
sitoplasma, membutuhkan asam sitrat sebagai kofaktornya, dan membutuhkan
CO2 sebagai factor pembantu dalam mekanisme pemanjangan rantai asam
lemak.
Secara keseluruhan, biosintesis asam lemak terbagi menjadi tiga tahap
utama: pertama, pembentukan malonil koenzim-A dari asetil koenzim-A;
kedua, pemanjangan rantai asam lemak sampai terbentuknya asam palmitat
secara kontinu dengan tiap kali penambahan malonil koenzim-A dan pelepasan
CO2; dan ketiga,pemanjangan rantai asam palmitat secara bertahap bergantung
pada adaan dan komposisi faktor penunjang reaksi di dalam sel. Tahap pertama
dan kedua adalah mekanisme de novo biosintesis asam lemak dalam hewan dan
tumbuhan, sedangkan tahap ketiga bukan mekanisme de novo karena
berlangsungnya reaksi ditentukan oleh faktor luar.
1. Malonil-KoA dibentuk dari Asetil-KoA
Malonil-KoA adalah prekursor langsung unit dua karbon rantai asam
lemak. Merupakan turunan dari malonat dan pertama kali dibentuk dari
asetil-KoA di dalam sitosol. Asetil KoA yang digunakan dalam
metabolisme hampir semuanya dibentuk di dalam mitokondria dari oksidasi
piruvat, dari oksidasi asam lemak , dan dari degradasi kerangka karbon
asam aminol. Gugus asetil dari Asetil Koa ini mampu melintasi membran
mitokodria melalui suatu system ulak-alik gugus asetil. Sistem ulak alik
gugus asetil tersebut, digunakan untuk mentransfer gugus asetil dari
mitokondria ke sitosol untuk sintesis lemak.
Sistem tersebut menyebabkan asetil KoA pertama-tama bereaksi
dengan oksaloasetat untuk membentuk sitrat dengan katalis sitrat sintase.
Asetil-KoA + oksaloasetat + H2O sitrat + KoA + H+
Sitrat yang terbentuk kemudian keluar dari matriks mitokondria
menuju sitosol melalui system transport trikarboksilat yang selanjutnya
bereaksi dengan KoA sitosol dan ATP untuk kemudian menghasilkan asetil
KoA sitosol. Reaksi ini dikatalisis oleh sitrat liase yang disebut juga enzim
pemecah sitrat.
Sitrat + ATP + KoA Asetil-KoA + ADP + Pi + Oksaloasetat
Selanjutnya asetil-KoA di sitosol ini akan mengalami karboksilasi
menghasilkan malonil-KoA, yang menjadi precursor 14 atom karbon dari
ke 16 atom karbon asam palmitat. Reaksi ini dikatalis oleh asetil KoA
karboksilase yaitu sejenis enzim yang mengandung biotin sebagai gugus
prostetiknya. Gugus biotinil ini berfungsi sebagai gugus pembawa CO2
pada asetil KoA.
Pada biosintesis asam lemak, terlibat suatu molekul protein pembawa
yang disebut protein pengangkut gugus asil (acyl carrier protein, ACP).
ACP adalah protein yang relative kecil, tahan panas, dengan berat molekul
9000. Gugus prostetiknya adalah 4-fosfopantetein yang juga membentk
bagian dari struktur koenzim A. Fosfopantetein terikat secara kovalen
melalui gugus fosfatnya pada gugus hidroksil residu serin pada molekul
ACP.
Peran ACP pada biosintesis lemak sama dengan peran koenzim A ada
oksidasi asam lemak. Senyawa antara asil mengalami esterifikasi pada ACP
selama reaksi pembentukan rantai asam lemak. Gugus prostetik
4fosfopantetein ACP, bersama-sama dengan residu serin yang terlekat
berperan membawa gugus asil yang terikat secara kovalen ari satu tempat
aktif enzim menuju tempat aktif berikutnya dalam urutan yang sesuai.
Dalam hal ini ACP membentuk senyawa kompleks dengan keenam enzim
yang berperan dalam keseluruhan mekanisme biosintesis asam lemak.
Keenam enzim tesebut bergabung membentuk enzim kompleks sintetase
asam lemak.
Asam lemak sintase memiliki dua macam gugus sulfihidril
esensial.Satu diberikan oleh satu ugus prostetik 4fosfopantetein ACP, dan
yang lain diberikan oleh residu sistein spesifik dari 3-ketoasil-ACP
sintase.Keduanya berperan alam proses biosintesis asam lemak.
Pembentukan asetil-S-ACP sebagai pemula reaksi
Reaksi antara asetil koenzim A dengan gugus sulfhidril(-SH) dari
molekul ACP merupakan reaksi pemula dalam mekanisme biosintesis asam
lemak. Sebelumnya kedua gugus SH dimuati terlebih dahulu oleh gugus
asil. Ini terjadi dalam dua tahap enzimatik terkatalisis. Pada reaksi pertama,
gugus asetil pada asetil-S-KoA dipindahkan ke gugus sistein SH pada
sintase dengan katalis ACP-asil transferase. Reaksi selanjutnya adalah
pemindahan gugus asetil dari ACP ke gugus SH dari enzim beta-ketoasil-
ACP-sintase, menghasilkan asetil S-beta-ketoasil-ACP-sintetase.
ACP-Asiltransferase
Asetil-S-CoA + ACP-SH Asetil-S-ACP + CoA-SH
Beta-ketoasil-ACP-sintase Asetil-S-ACP + sintase-SH ACP-SH +
asetil-S-Sintase
Pada reaksi kedua, gugus malonil pada malonil-S-KoA dipindahkan
ke gugus fosfopantetein sulfhidril ACP, dalam reaksi yag dikatalisis oleh
ACP maloniltransferase.
ACP maloniltransferase
Malonil-S-CoA + ACP-SH malonil-S-ACP + CoA-
SH
Dengan telah terikatnya dua gugus asil secara kovalen pada enzim
sintase, yakni satu gugus asetil pada gugus sistein SH, dan satu gugus
malonil pada pada gugus fosfopantetein-SH, maka enzim sintase sekarang
telah siap melaksanakan proses pemanjangan rantai asam lemak dengan
penambahan dua atom karbon pada malonil koenzim A secara berturut-turut
sampai terbentuknya asam palmitat.
Tahap-tahap penambahan unit 2-karbon
1. Tahap kondensasi
Pada tahap pertama, gugus asil yang berikatan secara kovalen
dengan gugus SH mengalami reaksi kondensasi untuk membentuk
suatu gugus asetoasil yang terikat pada gugus fosfopantetein-SH, dalam
waktu bersamaan dibebaskan molekul CO2. Reaksi ini dikatalisis oleh
3-ketoasil-ACP sintase.
Gugus asetil dipindahkan dari gugus sistein-SH ke gugugs malonil
pada SH fosfopantetein, sehingga molekul ini menjadi ujung metil unit
2-karbon dari gugus asetoasetil yang baru. Akibatnya, gugus asetil
menggantikan karboksil bebas pada gugus malonil sebagai CO2. CO2
yang dibentuk pada reaksi ini sama dengan CO2 yang mula-mula masuk
ke dalam malonil-KoA melalui reaksi asetil-KoA karboksilase.Jadi
karbondioksida tidak di ikat secara permanen dalam ikatan kovalen
selama biosintesis asam lemak, tetapi memainkan peranan katalitik di
dalam sintesis asam lemak dan dibebaskan pada setiap pemasukan unit
2-karbon.
Pembebasan CO2 dari gugus malonil dalam waktu sementara
menciptakan gugus yang reaktif pada bagian(sisa) 2-karbon ini,
sehingga membuat molekul ini segera bereaksi dengan gugus asetil.
2. Tahap Reduksi 3- Keto
Molekul asetoasetil-S-ACP lalu mengalami reduksi pada gugus
karbonil, dengan mempergunakan NADPH sebagai pembawa elektron
untuk membentuk D-3- Hidroksibutiril-S-ACP di dalam reaksi yang
dikatalisis oleh 3-ketoasil-ACP reduktase.Gugus D-3-hidroksibutiril
bukan merupakan bentuk stereoisomer yang sama seperti senyawa
antara L-3-hidroksiasil di dalam oksidasi asam lemak.
3. Tahap dehidrasi
Senyawa D-3-hidroksibutiril-S-ACP didehidrasi oleh 3-hidroksiasil
ACP dehidratase untuk menghasilkan trans-2-butenoil-S-ACP.
4. Tahap Penjenuhan
Ikatan ganda pada trans-2-butenoil-S-ACP direduksi atau
dijenuhkan untuk membentuk butiril-S-ACP melalui aktivitas enoil-ACP
reduktase. NADPH berperan sebagai pemberi elektron.
Gugus butiril sekarang dipindahkan dari gugus fosfopantetein-SH
ke gugus sistein. (gambar)
Gugus asil lemak yang baru sekarang menempati gugus SH yang
semula diikat oleh gugus asetil. Untuk memulai putaran reaksi
selanjutnya, dalam hal untuk memperpanjang rantai dengan unit 2-
karbon lainnya, gugus malonil selanjutnya dipindahkan dari malonil
Koa ke gugus fosfopantetein SH pada ACP. Gugus butiril lalu
meninggalkan gugus SH-sis dan menggantikan CO2 dari gugus malonil
pada gugus ACP-SH. Sekarang gugus asil 6-karbon yang berikatan
secara kovalen dengan gugus fosfopantetein-SH. Gugus 3-ketonya
direduksi pada ketiga tahap selanjutnya pada siklus sintase untuk
menghasilkan gugus asil 6-karbon jenuh. Lalu gugus heksanoil
dipindahkan dari fosfopantetein-SH ke gugus sistein-SH. Setelah itu,
dihasilkan palmitoil-S-ACP sebagai produk akhir. Proses pemanjangan
ini berhenti pada karbon 16 dan asam palmitat bebas dilepaskan dari
molekul ACP oleh aktivitas enzim hidrolitik.
Biosintesis asam palmitat memerlukan input energi kimia dalam
dua bentuk, satu sebagai energi gugus fosfat ATP dan senyawa pereduksi
NADPH. ATP diperlukan untuk membentuk ikatan tioester pada asetil
KoA dan untuk menggabungkan CO2 pada asetil Koa menjadi malonil
KoA, NADPH diperlukan untuk mereduksi ikatan ganda.
NADPH yang diperlukan untuk tahap reduksi di dalam biosintesis
asam lemak dihasilkan dari dua sumber utama. (reaksi)
Kedua reaksi yang menghasilkan NADPH ini terjadi di dalam
sitosol.Jika rasio molar NADPH atau NADP+ tinggi maka ini
memberikan lingkungan mereduksi secaraa kuat bagi berlangsungnya
sintesis asam lemak yang bersifat reduktif. Jika rasio molar NADH atau
NAD+ di dalam sitosol rendah, NADPH berperan sebagai pemberi
utama atom hidrogen pada reaksi biosintesis yang bersifat reduktif.
1. Pemanjangan Rantai Asam Lemak sampai Terbentuk Asam Palmitat
secara Kontinu
Asam palmitat merupakan produk normal system asam lemak
sintase yang juga adalah precursor asam lemak berantai panjang
lainnya. Molekul ini dapat diperpanjang untuk membentuk asam
stearat atau bahkan asam lemak yang jauh lebih panjang dengan
penambahan gugus asetil berikutnya melalui kerja sisem
perpanjangan asam lemak, yang terjadi di dalam reticulum
endoplasmic dan mitokondrion. System pemanjanan reticulum
endoplasmic, yang lebih aktif, menambahkan unit dua karbon yang
diberikan dalam bentuk malonil-KoA, menjadi palmitoil-S-ACP,
dan selanjutnya membentuk palmitoil-SCoA.
2. Pemanjangan Rantai Asam Palmitat secara Bertahap
Terbentuknya palmitoil-SCoA pada tahap kedua selanjutnya
akan diubah menjadi stearoil-SCoA dengan penambahan asetil-
SCoA di dalam lintas yang sama seperti lintas sintesis palmitat.
Pada pembentukan Stearoyl CoA terjadi setelah pembentukan
asam palmitat. Pada proses pembentukan Stearoyl CoA melibatkan
koenzim A.
Tahap pertama yaitu palmitoil CoA akan bereaksi atau
mengalami reaksi kondensasi dengan asetil CoA. Senyawa yang
terbentuk adalah -ketosteroil-KoA. Senyawa ini kemudian akan
direduksi oleh NADPH menjadi -hidroksistearoil-KoA. Tahap
selanjutnya adalah dehidrasi untuk membentuk stearoil KoA tak
jenuh dan kemudian mengalami reduksi kembali (penjenuhan)
menjadi stearoil KoA jenuh oleh NADPH. Pemanjangan ini terjadi
pada gugus terminal karboksil(Anonim, 2013).
B. TRIGLISERIDA
Jalur metabolik biosintesis suatu trileserida memiliki beberapa tahapan, yaitu :
1. Tahap pertama sintesis trigliserida
Yaitu pembentukan trigliserofosfat, baik dari gliserol maupun dari
dihidroksi aseton fosfat. Reaksi ini berlangsung dalam hati dan ginjal serta
dalam mukosa usus dan dalam jaringan adiposa
2. Gliserofosfat yang telah terbentuk bereaksi dengan 2 mol asil Koenzim-A
membentuk suatu asam fosfatidat.
3. Reaksi hidrolisis asam fosfatidat ini dengan fosfatase sebagai katalis dan
menghasilkan suatu 1,2-digliserida.
4. Asilasi terhadap1,2-digliserida ini merupakan reaksi pada tahap akhir karena
molekul asik koenzim A akan terikat pada atom C nomor 3, sehingga
terbentuk trigleserida.
C. FOSFOLIPID
1. Sebelum membentuk trigleserida, 1,2-digliserida dapat bereaksi dengan
stidindidifosfat-kolin ( CDP-Kolin) menghasilkan fostattidikolin. Selain itu,
1,2-digliserida dapat pula bereaksi denan sitidindifosfat-etanolamina
menghasilkan fosfatidil etanolamina.
2. Etanolamina atau kolin mengikat gugus fosfat dari ATP dengan enzim kinase
sebagai katalis dan menghasilkan fosfaetanolamina atau fosforilkolin.
Kemudian fosfoetanolamina atau fosforil kolin bereksi sebagai
sitidintrifosfat ( CTP) menghasilkan CDP-Etanolamina atau CDP Kolin.
Katalis untuk reaksi ini adalah transferase.
3. CDP-Etanolamina atau CDP kolin dapat bereaksi dengan 1,2-digliserida
membentuk fosfatidiletanolamina atau fosatidil kolin. Fosfatidiletanolamina
dapat juga terbentuk dari fasfatidilserin dengan reaksi dekarboksilasi.
4. Sebaliknya, fosfatidilseril dapat terbentuk dari fosfatidiletanolamina dengan
serin. Dalam reaksi ini terjadi pergantian gugus etanolamina dengan gugus
serin.
D. KOLESTEROL
Pada daarnya kolestrol disintesis dari aseetil Ko-A melalui beberapa
tahapan reaksi. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa asetil KoA diubah
menjadi isopentenilpirofosfat dan dimetalilpirofosfat melalui bebepara reaksi
yang melibatkan beberapa jenis enzim. Selanjutnya, isopentenilpirofosfat dan
dimetalilpirofosfatbereaksi membentuk kolesterol. Pembentukan kolesterol ini
juga berlangsung, melalui beberapa reaksi yang membentuk senyawa- senyawa
antara yaitu geranil pirofosfat, skualen, dan lanosterol.kecepatan pembentukan
kolesterol dipengaruhi oleh konsentrasi kolesterol yang telah ada dalam tubuh.
Apabila di dalam tubuh terdapat kolesterol dalam jumlah yang telah cukup,
maka kolesterol akan menghambat sendiri reaksi pembentukannya (hambatna
umpan balik). Sebaliknya apabila jumlah kolesterol sedikit karena berpuasa
kecepatan pembentukan kolesterol meningkat (Poedjadi, 1994).
DAFTAR PUSRAKA
Anonim. 2013. Anabolisme Lipid. Diaksese dari
http://herdianaakhyar.blogspot.com/2013/08/anabolisme-lipid.html , pada tanggal
10 Desember 2016.
Campbell, N.A. 2008. Biologi Edidi Kedelapan Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Poedjadi, A. 1994. Dasar Dasar Biokimia. Jakarta : UI Press.
Poedjadi, A. 2012. Dasar Dasar Biokimia. Jakarta : UI Press.

Anda mungkin juga menyukai