Dimana :
D = density, (g/cm3)
A = luas, (cm2)
T = waktu, (jam)
Waktu (Hari)
40
0.000480
0.000440
0.000420
0.000400
0.000380
0.000360
0 8 16 24 32 40 48
Waktu (Hari)
Pada lampiran A.a1 menunjukkan perubahan laju korosi pada spesimen tanpa
perlakuan mengalami peningkatan setiap harinya. Pada perendaman hari ke 8, laju
korosi dari pipa baja sebesar 3.96 x10-4 mmpy, perendaman hari ke 16 sebesar 4.06
x10-4 mmpy, perendaman hari ke 24 sebesar 4.23 x10-4 mmpy, perendaman hari ke 32
sebesar 4.59 x10-4 mmpy, dan perendaman hari ke 40 sebesar 4.70 x10-4 mmpy.
Menurut Ludiana (2012), laju korosi pada perendaman 6 hari lebih besar dari
pada perendaman 3 hari, ini dikarenakan semakin lama perendaman, semakin besar
juga ion yang teroksidasi, sehingga mengakibatkan laju korosinya besar. Leonard
(2012) melakukan penelitian tingkat karat dan laju korosi pada baja ST37 dalam
lingkungan air laut dan air tanah. Analisa terhadap nilai laju korosi pada spesimen
dilakukan setiap dua minggu dalam interval waktu selama 10 minggu perendaman.
Hasil dari perhitungan laju korosi menunjukan bahwa semakin lama waktu
perendaman yang diberikan maka semakin banyak pengurangan berat yang
terjadi pada spesimen sehingga nilai laju korosi meningkat. Selain itu, menurut
(Prameswari, 2008) reaksi dari baja karbon terhadap korosi tergantung pada sifat dan
faktor lingkungan, seperti kelembapan dan oksigen. Faktor tersebut dapat
mempengaruhi laju korosi. Lingkungan dengan kadar air tinggi, konduktivitas
41
elektrik tinggi, tingkat keasaman tinggi, larutan garam tinggi akan menjadi
lingkungan yang sangat korosif.
0.000400
Laju Korosi (mmpy)
0.000350
0.000300
0.000250
0.000200
0.000150
0.000100
0.000050
0.000000
0 8 16 24 32 40 48
Waktu (Hari)
Gambar 4.2 Pengaruh holding time 20 menit pada proses normalizing terhadap laju
korosi
0.000350
0.000300
Laju Korosi (mmpy)
0.000250
0.000200
0.000150
0.000100
0.000050
0.000000
0 8 16 24 32 40 48
Waktu (Hari)
Gambar 4.3 Pengaruh holding time 40 menit pada proses normalizing terhadap laju
korosi
0.000300
Laju Korosi (mmpy)
0.000250
0.000200
0.000150
0.000100
0.000050
0.000000
0 8 16 24 32 40 48
Waktu (Hari)
Gambar 4.4 Pengaruh holding time 60 menit pada proses normalizing terhadap laju
korosi
0.000300
Laju Korosi (mmpy)
0.000250
0.000200
0.000150
0.000100
0.000050
0.000000
0 8 16 24 32 40 48
Waktu (Hari)
Gambar 4.5 Pengaruh holding time 80 menit pada proses normalizing terhadap laju
korosi
0.000250
Laju Korosi (mmpy)
0.000200
0.000150
0.000100
0.000050
0.000000
0 8 16 24 32 40 48
Waktu (Hari)
Gambar 4.6 Pengaruh holding time 100 menit pada proses normalizing terhadap laju
korosi
4.1.7 Analisis Laju Korosi Berbagai Variasi Holding Time pada Proses Normalizing
Analisis ini digunakan untuk memudahkan membandingkan variasi holding
time yang paling efektif menurunkan laju korosi pada pipa baja karbon A53.
46
0.000500
0.000450
0.000400
Laju Korosi (mmpy)
0.000350
0.000300
0.000250
0.000200
0.000150
0.000100
0.000050
0.000000
0 8 16 24 32 40 48
Waktu (Hari)
Dari gambar 4.7 terlihat bahwa spesimen tanpa perlakuan memiliki laju korosi
tinggi dibanding dengan spesimen setelah mendapat perlakuan. Hal ini disebabkan
kondisi lingkungan lumpur yang tersusun atas 70% air dan 30% padatan (Usman et
al, 2006) serta kadar garam (salinitas) lumpur sangat tinggi (38-40%), sehingga
bersifat asin (Arisandi, 2006). Sejak awal letusan, sebagian gas yang meletus terdiri
dari uap air, CO2 , gas metana (LEL= 20% ~10.000 ppm) dan gas H 2S (35ppm)
(Mazzini et al, 2007).
Dalam industri migas, H2S merupakan gas bersifat korosif yang sering
terdapat pada fluida yang dihasilkan. H2S larut dalam air untuk membentuk asam
yang lebih lemah dari asam karbonat, tetapi H2S memiliki tingkat kelarutan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan CO2, yang bisa meningkatkan kecepatan korosi
(Aji, G. I. 2010). Selain itu, CO2 yang terlarut dalam air akan menimbulkan
47
lingkungan yang bersifat asam (G.S. Das dalam Pandyo, 2012). Keberadaan gas CO2
pada dasarnya tidak bersifat korosif, namun ketika gas CO 2 terlarut di dalam air maka
akan membentuk asam karbonat (H2CO3) yang merupakan senyawa asam lemah yang
mudah terurai (Smith dalam Pandyo, 2012).
secara merata sedangkan pada gambar 4.9. (f) produk korosi masih belum
sepenuhnya merata di permukaan spesimen. Hal ini disebabkan, karena gambar 4.9
(a) adalah kondisi fisik spesimen tanpa perlakuan normalizing yang merupakan
spesimen dengan laju korosi paling tinggi 4.70 x10-4 mmpy pada hari ke 40. Hadi dan
Jumarlis (2013) melakukan penelitian mengenai pengaruh lingkungan minyak mentah
terhadap laju korosi pada pipa baja karbon dan pipa galvanis. Hasil penelitian
menunjukkan pengamatan hari ke 36 menunjukkan sebagian permukaan material
mulai terlapisi oleh produk korosi berwarna kecoklatan, pada hari ke 47 produk
korosi berwarna coklat kehitaman menutupi seluruh permukaan logam secara merata.
Produk korosi yang terbentuk merupakan hasil dari reaksi korosi yang terjadi berupa
Fe2O3 dan FeS. Produk Korosu akan terus bertambah selama reaksi korosi
berlangsung dan akan meluas keseluruh permukaan spesimen. s