Anda di halaman 1dari 11

BAB 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan pengujian dengan variasi berbeda-beda didapatkan data laju


korosi seperti yang ada pada lampiran. Dari data pengujian yag dihasilkan kemudian
dianalisa untuk mendapatkan hasil yang diinginkan yaitu pengaruh variasi holding
time pada proses normalizing baja karbon rendah A53 terhadap laju korosi dalam
media lumpur. Perumusan laju korosi dilakukan dengan menggunakan metode
pengurangan berat atau gravimetri. Dengan rumus sebagai berikut:
2400000 x w
Laju korosi = (mdd)
Dx AxT

Dimana :

mdd = laju korosi, (mg / dm2 day)

w = berat yang hilang, (g)

D = density, (g/cm3)

A = luas, (cm2)

T = waktu, (jam)

Keterangan: 2400000 merupakan nilai besaran konstanta dengan satuan mdd


(ASTM G1-72, 1994)

4.1 Analisis Laju Korosi


4.1.1 Analisis Laju Korosi Tanpa Perlakuan Normalizing
Spesimen tanpa perlakuan normalizing ini adalah spesimen yang dijadikan
pembanding variasi untuk spesimen yang diberikan perlakuan. Pengaruh laju korosi
spesimen tanpa perlakuan normalzing dapat dilihat pada gambar 4.1 di bawah ini.
Data hasil penelitian laju korosi ditunjukkan pada lampiran A.a1.

Waktu (Hari)
40

0.000480

Laju Korosi (mmpy) 0.000460

0.000440

0.000420

0.000400

0.000380

0.000360
0 8 16 24 32 40 48
Waktu (Hari)

Gambar 4.1 Laju korosi pada spesimen tanpa perlakuan normalizing

Pada lampiran A.a1 menunjukkan perubahan laju korosi pada spesimen tanpa
perlakuan mengalami peningkatan setiap harinya. Pada perendaman hari ke 8, laju
korosi dari pipa baja sebesar 3.96 x10-4 mmpy, perendaman hari ke 16 sebesar 4.06
x10-4 mmpy, perendaman hari ke 24 sebesar 4.23 x10-4 mmpy, perendaman hari ke 32
sebesar 4.59 x10-4 mmpy, dan perendaman hari ke 40 sebesar 4.70 x10-4 mmpy.
Menurut Ludiana (2012), laju korosi pada perendaman 6 hari lebih besar dari
pada perendaman 3 hari, ini dikarenakan semakin lama perendaman, semakin besar
juga ion yang teroksidasi, sehingga mengakibatkan laju korosinya besar. Leonard
(2012) melakukan penelitian tingkat karat dan laju korosi pada baja ST37 dalam
lingkungan air laut dan air tanah. Analisa terhadap nilai laju korosi pada spesimen
dilakukan setiap dua minggu dalam interval waktu selama 10 minggu perendaman.
Hasil dari perhitungan laju korosi menunjukan bahwa semakin lama waktu
perendaman yang diberikan maka semakin banyak pengurangan berat yang
terjadi pada spesimen sehingga nilai laju korosi meningkat. Selain itu, menurut
(Prameswari, 2008) reaksi dari baja karbon terhadap korosi tergantung pada sifat dan
faktor lingkungan, seperti kelembapan dan oksigen. Faktor tersebut dapat
mempengaruhi laju korosi. Lingkungan dengan kadar air tinggi, konduktivitas
41

elektrik tinggi, tingkat keasaman tinggi, larutan garam tinggi akan menjadi
lingkungan yang sangat korosif.

4.1.2 Analisis Laju Korosi dengan perlakuan Normalizing


Spesimen dengan perlakuan normalizing adalah spesimen yang dipanaskan
didalam furnace hingga suhu konstan 9000C dan ditahan hingga waktu tertentu
sebelum kemudian didinginkan pada udara bersuhu ruang. Dalam penelitian ini,
terdapat 5 variasi holding time antara lain 20 menit, 40 menit, 60 menit, 80 menit, dan
100 menit yang berfungsi untuk mengetahui seberapa besar perbedaan laju korosi
yang terjadi pada setiap holding time. Berikut dapat dilihat laju korosi pada holding
time 20 menit, 40 menit, 60 menit, 80 menit, dan 100 menit berturut-turut. Data hasil
penelitian laju ditunjukkan pada lampiran A.a2.

0.000400
Laju Korosi (mmpy)

0.000350

0.000300

0.000250

0.000200

0.000150

0.000100

0.000050

0.000000
0 8 16 24 32 40 48
Waktu (Hari)

Gambar 4.2 Pengaruh holding time 20 menit pada proses normalizing terhadap laju
korosi

Gambar 4.2 menunjukkan perubahan laju korosi pada spesimen dengan


holding time 20 menit yang mengalami penurunan setiap harinya. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai pada perendaman hari ke 8, laju korosi dari pipa baja sebesar 3.37 x10-4
42

mmpy, perendaman hari ke 16 sebesar 2.96 x10-4 mmpy, perendaman hari ke 24


sebesar 2.88 x10-4 mmpy, perendaman hari ke 32 sebesar 2.41 x10-4 mmpy, dan
perendaman hari ke 40 sebesar 2.23 x10-4 mmpy.

0.000350

0.000300
Laju Korosi (mmpy)

0.000250

0.000200

0.000150

0.000100

0.000050

0.000000
0 8 16 24 32 40 48

Waktu (Hari)
Gambar 4.3 Pengaruh holding time 40 menit pada proses normalizing terhadap laju
korosi

Gambar 4.3 menunjukkan perubahan laju korosi pada spesimen dengan


holding time 40 menit yang mengalami penurunan setiap harinya. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai pada perendaman hari ke 8, laju korosi dari pipa baja sebesar 2.94 x10-4
mmpy, perendaman hari ke 16 sebesar 2.56 x10-4 mmpy, perendaman hari ke 24
sebesar 2.18 x10-4 mmpy, perendaman hari ke 32 sebesar 2.05 x10-4 mmpy, dan
perendaman hari ke 40 sebesar 1.99 x10-4 mmpy.
43

0.000300
Laju Korosi (mmpy)
0.000250

0.000200

0.000150

0.000100

0.000050

0.000000
0 8 16 24 32 40 48

Waktu (Hari)

Gambar 4.4 Pengaruh holding time 60 menit pada proses normalizing terhadap laju
korosi

Gambar 4.4 menunjukkan perubahan laju korosi pada spesimen dengan


holding time 60 menit yang mengalami penurunan setiap harinya. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai pada perendaman hari ke 8, laju korosi dari pipa baja sebesar 2.26 x10-4
mmpy, perendaman hari ke 16 sebesar 2.23 x10-4 mmpy, perendaman hari ke 24
sebesar 1.96 x10-4 mmpy, perendaman hari ke 32 sebesar 1.93 x10-4 mmpy, dan
perendaman hari ke 40 sebesar 1.64 x10-4 mmpy.
44

0.000300
Laju Korosi (mmpy)
0.000250

0.000200

0.000150

0.000100

0.000050

0.000000
0 8 16 24 32 40 48
Waktu (Hari)

Gambar 4.5 Pengaruh holding time 80 menit pada proses normalizing terhadap laju
korosi

Gambar 4.5 menunjukkan perubahan laju korosi pada spesimen dengan


holding time 80 menit yang mengalami penurunan setiap harinya. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai pada perendaman hari ke 8, laju korosi dari pipa baja sebesar 2.45 x10-4
mmpy, perendaman hari ke 16 sebesar 1.63 x10-4 mmpy, perendaman hari ke 24
sebesar 1.51 x10-4 mmpy, perendaman hari ke 32 sebesar 1.43 x10-4 mmpy, dan
perendaman hari ke 40 sebesar 1.29 x10-4 mmpy.
45

0.000250
Laju Korosi (mmpy)

0.000200

0.000150

0.000100

0.000050

0.000000
0 8 16 24 32 40 48

Waktu (Hari)

Gambar 4.6 Pengaruh holding time 100 menit pada proses normalizing terhadap laju
korosi

Gambar 4.6 menunjukkan perubahan laju korosi pada spesimen dengan


holding time 100 menit yang mengalami penurunan setiap harinya. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai pada perendaman hari ke 8, laju korosi dari pipa baja
sebesar 1.95 x10-4 mmpy, perendaman hari ke 16 sebesar 1.79 x10-4 mmpy,
perendaman hari ke 24 sebesar 1.61 x10-4 mmpy, perendaman hari ke 32 sebesar 1.34
x10-4 mmpy, dan perendaman hari ke 40 sebesar 1.27 x10-4 mmpy.

4.1.7 Analisis Laju Korosi Berbagai Variasi Holding Time pada Proses Normalizing
Analisis ini digunakan untuk memudahkan membandingkan variasi holding
time yang paling efektif menurunkan laju korosi pada pipa baja karbon A53.
46

non normalizing 20 menit 40 menit


60 menit 80 menit 100 menit

0.000500

0.000450

0.000400
Laju Korosi (mmpy)

0.000350

0.000300

0.000250

0.000200

0.000150

0.000100

0.000050

0.000000
0 8 16 24 32 40 48

Waktu (Hari)

Gambar 4.7 Pengaruh variasi holding time terhadap laju korosi

Dari gambar 4.7 terlihat bahwa spesimen tanpa perlakuan memiliki laju korosi
tinggi dibanding dengan spesimen setelah mendapat perlakuan. Hal ini disebabkan
kondisi lingkungan lumpur yang tersusun atas 70% air dan 30% padatan (Usman et
al, 2006) serta kadar garam (salinitas) lumpur sangat tinggi (38-40%), sehingga
bersifat asin (Arisandi, 2006). Sejak awal letusan, sebagian gas yang meletus terdiri
dari uap air, CO2 , gas metana (LEL= 20% ~10.000 ppm) dan gas H 2S (35ppm)
(Mazzini et al, 2007).
Dalam industri migas, H2S merupakan gas bersifat korosif yang sering
terdapat pada fluida yang dihasilkan. H2S larut dalam air untuk membentuk asam
yang lebih lemah dari asam karbonat, tetapi H2S memiliki tingkat kelarutan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan CO2, yang bisa meningkatkan kecepatan korosi
(Aji, G. I. 2010). Selain itu, CO2 yang terlarut dalam air akan menimbulkan
47

lingkungan yang bersifat asam (G.S. Das dalam Pandyo, 2012). Keberadaan gas CO2
pada dasarnya tidak bersifat korosif, namun ketika gas CO 2 terlarut di dalam air maka
akan membentuk asam karbonat (H2CO3) yang merupakan senyawa asam lemah yang
mudah terurai (Smith dalam Pandyo, 2012).

4.2 Pengamatan Makro dan Struktur Mikro


4.2.1 Pengamatan Makro
Pengamatan makro merupakan tahapan untuk melakukan analisa korosi secara
visual dengan melakukan pengambilan gambar menggunakan kamera. Analisa
dilakukan dengan membandingkan korosi yang nampak pada material setelah
dilakukan perendaman dalam media lumpur selama 40 hari. Proses analisa dilakukan
sebelum material dibersihkan menggunakan HCL 0.1 M agar produk korosi dapat
diamati dengan jelas. Berikut merupakan gambar pengamatan makro pada spesimen
sebelum dimasukkan ke dalam furnace, setelah melewati proses normalizing dengan
suhu 9000C, setelah dibersihkan dari lapisan karbon, dan setelah direndam dalam
lumpur selama 40 hari.

(a) (b) (c)


Gambar 4.8 Gambar Pengamatan makro (a) sebelum dimasukkan ke dalam furnace,
(b) setelah melewati proses normalizing dengan suhu 9000C, dan (c) setelah
dibersihkan dari lapisan karbon
48

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)


Gambar 4.9 Gambar Pengamatan makro setelah direndam selama 40 hari (a) tanpa
perlakuan, (b) holding time 20 menit, (c) holding time 40 menit, (d) holding time 60
menit, (e) holding time 80 menit, dan (f) holding tim 100 menit

Gambar foto makro 4.8 diatas memperlihatkan kondisi spesimen sebelum


dimasukkan ke dalam furnace, setelah melewati proses normalizing dengan suhu
9000C dan setelah dibersihkan dari lapisan karbon sebelum direndam kedalam lumpur
selama 40 hari. Permukaan spesimen masih belum terlihat produk korosi. Sedangkan
pada gambar foto makro 4.9, memperlihatkan kondisi spesimen setelah direndam
kedalam lumpur selama 40 hari. Terdapat perbedaan kondisi fisik seiring dengan
semakin lamanya holding time yang dilakukan ketika proses normalizing
berlangsung. Dimana pada gambar 4.9 (a) terlihat produk korosi sudah terbentuk
49

secara merata sedangkan pada gambar 4.9. (f) produk korosi masih belum
sepenuhnya merata di permukaan spesimen. Hal ini disebabkan, karena gambar 4.9
(a) adalah kondisi fisik spesimen tanpa perlakuan normalizing yang merupakan
spesimen dengan laju korosi paling tinggi 4.70 x10-4 mmpy pada hari ke 40. Hadi dan
Jumarlis (2013) melakukan penelitian mengenai pengaruh lingkungan minyak mentah
terhadap laju korosi pada pipa baja karbon dan pipa galvanis. Hasil penelitian
menunjukkan pengamatan hari ke 36 menunjukkan sebagian permukaan material
mulai terlapisi oleh produk korosi berwarna kecoklatan, pada hari ke 47 produk
korosi berwarna coklat kehitaman menutupi seluruh permukaan logam secara merata.
Produk korosi yang terbentuk merupakan hasil dari reaksi korosi yang terjadi berupa
Fe2O3 dan FeS. Produk Korosu akan terus bertambah selama reaksi korosi
berlangsung dan akan meluas keseluruh permukaan spesimen. s

4.3 Hasil Pengamatan Struktur Mikro

Adapun bentuk korosi yang terjadi berupa


korosi merata atau pitting corrosion. Korosi
merata merupakan perusak atau penyebab
kehilangan logam yang paling besar. Proses
terjadinya korosi ini adalah secara kimia atau
elektrokimia secara teratur dengan laju konstan
dan terjadi secara merata pada permukaan
(Graver, 1985). Dalam hadi dan jumarlis 2013.

Anda mungkin juga menyukai