Anda di halaman 1dari 3

Dhayu Dwi Purnamasari

16/402257/PEK/21792
Ringkasan Chapter 1
Hubungan antara etika dan bisnis bisa diketahui dengan menelaah dari
perusahaa riil yang telah benar-benar menerapkan etika ke dalam bisnis. Contoh
perusahaan tersebut adalah Merck and Company yang menangani masalah
River Blindness. River Blindness merupakan wabah penyakit yang menjangkiti
18 juta penduduk miskin yang tinggal di desa-desa terpencil sekitar pinggiran
sungai wilayah tropis Afrika dan Amerika Latin. Penyakit ini disebabkan oleh
cacing parasit kecil yang berpindah ke tubuh orang melalui gigitan lalat hitam
yang mana berkembang biak di sungai.
Peneliti yang bekerja untuk Merck and Company yaitu Dr. Bill Campbell
dan Dr. Mohammed Aziz, menemukan bukti bahwa salah satu obat terlaris yang
di produksi perusahaan mampu membunuh parasit yang menyebabkan River
Blindness. Obat yang tersebut adalah Ivermectin. Kemudian Dr. Bill Campbell
dan tim risetnya mengajukan permohonan kepada direktur Merck and Company,
Dr. P. Roy Vagelos, untuk memberi izin pengembangan obat Ivermectin versi
manusia. Dr. Vagelos dan tim manajemen akhirnya mengizinkan meskipun
dengan pertimbangan dan diskusi yang sulit.
Obat Ivermectin versi manusia berhasil dikembangkan setelah melalui
riset selama 7 tahun. Obat tersebut kemudian diberikan percuma kepada
penduduk miskin yang terjangkiti penyakit River Blindness di wilayah Afrika dan
Amerika Latin. Tindakan etis yang dilakukan Merck and Company merupakan
strategi bisnis jangka panjang yang terbaik bagi perusahaan. Merck and
Company belajar dari kasus serupa di Jepang setelah Perang Dunia II, bahwa
hanya Merck-lah yang membawa streptomycin ke Jepang untuk membasmi
tuberculosis. Maka tak heran jika sekarang Merck and Company adalah
perusahaan farmasi terbesar di Jepang.
Etika memiliki beragam makna yang berbeda. Makna pertama menurut
kamus, Etika adalah prinsip tingkah laku yang mengatur individu atau kelompok.
Makna kedua, etika adalah kajian moralitas. Namun, etika tidak sama persis
dengan moralitas. Etika adalah semacam penelaahan baik aktivitas penelaahan,
atau hasil-hasil penelaahan itu sendiri sedangkan moralitas merupakan subjek.
Moralitas adalah pedoman yang dimiliki individu atau kelompok mengenai
hal yang benar dan salah, baik atau jahat. Contohnya dalam kasus Goodrich,
keyakinan Vandivier bahwa yang benar itu baik, dan membahayakan hidup
orang lain itu salah. Vandivier juga yakin bahwa integritas itu baik dan
ketidakjujuran itu buruk. Standar moral mencakup norma-norma mengenai jenis
tindakan yang kita yakini benar atau salah dan nilai-nilai yang kita terapkan
pada objek-objek yang kita yakini benar atau salah, secara moral baik atau
buruk.
Standar non-moral adalah sesuatu yang kita pandang baik atau buruk dan
benar atau salah dengan cara non-moral. Enam karakteristik standar moral :
Involve serious wrongs or significant benefits
Should be preferred to other values including self-interest.
Not established by authority figures
Felt to be universal
Based on impartial considerations
Associated with special emotions and vocabulary
Etika merupakan ilmu yang mendalami standar moral perorangan dan
standar moral masyarakat. Etika bisnis adalah suatu proses yang mengevaluasi
Dhayu Dwi Purnamasari
16/402257/PEK/21792
secara rasional standar moral kita dan menerapkannya pada lingkup bisnis.
Etika bisnis berbeda dengan CSR, namun keduanya saling berhubungan. Ada
dua isu etis di lingkup bisnis yaitu teknologi dan etika bisnis, karena teknologi
yang baru meningkatkan isu-isu etis baru di dalam bisnis.
Perkembangan moral menurut Kohlberg:
1. Level satu : tahap prakonvensional
2. Level dua : tahap konvensional
3. Level tiga : tahap postkonvensional, otonom, atau berprinsip.
Empat langkah menuju perilaku etis antara lain :
1. Mengenali situasi etis
2. Menilai aksi etis yang di ambil
3. Memutuskan aksi etis yang di ambil
4. Mengungkapkan keputusan
Dhayu Dwi Purnamasari
16/402257/PEK/21792
Jawaban Pertanyaan kasus halaman 67.
1. Kasus perbudakan anak yang terjadi di industri coklat ini, memiliki isu-isu
etis sistemik, perusahaan, dan individu.
Sistem
Dari sudut sistem ada 2 hal yakni sistem ekonomi dan sistem
hukum.
Perusahaan
Perjanjian Harkin-Engel Protocol disepakati dan ditandatangani
bersama oleh perusahaan-perusahaan coklat melalui asosiasi
perusahaan coklat dan World Cocoa Foundation, namun perjanjian
ini tidak dilakukan dengan benar.
Individu
Permasalahan pada level individu berada di petani coklat. Mereka
melakukan perbudakan terhadap anak berdasar turunnya harga biji
coklat dan kemiskinan. Petani melakukan tindakan sembunyi-
sembunyi untuk menutupi perbudakan ini.
2. Perbudakan sudah pasti merupakan perbuatan yang melanggar hukum
dan HAM, terutama di Indonesia. Disebutkan dalam pasal 28D(2) UUD
1945 yang berbunyi setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat
imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
Hukum Internasional jelas melarang mempekerjakan anak-anak di bawah
umur.
3. Pihak-pihak yang bertanggung jawab atas perbudakan yang terjadi di
industri cokelat adalah petani Afrika, pemerintah negara-negara di Afrika,
perusahaan-perusahaan coklat.
4. Insiden ini memperlihatkan bahwa untuk menjadi pebisnis dengan etika
yang baik tidaklah berat, cukup dengan hanya menaati peraturan hukum
yang sudah dibuat. PerjanjianHarkin-Engel Protocol didalamnya terdapat
pernyataan jika biji kakao yang digunakan untuk membuat coklat tidak
berasal dari pekerja anak dan bantuan program pelatihan penanaman dan
sosialisasi informasi pelarangan penggunaan pekerja di bawah umur oleh
petani coklat. Namun, perusahaan mengingkari perjanjian ini dan
menyatakan perjanjian ini baru bisa dilakukan tahun 2010.

Anda mungkin juga menyukai