Anda di halaman 1dari 11

UNIVERSITAS INDONESIA

STUDI KASUS ETIKA BISNIS


RAY KROC : PENDIRI WARALABA RESTORAN MCDONALD’S

KARYA TULIS

AFFANDY IMAM SASONGKO


1806160812

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
JAKARTA
MARET 2019
1. Latar Belakang

McDonald’s adalah sebuah jaringan waralaba restoran cepat saji terbesar di dunia dilihat
dari segi pendapatan usahanya. Saat ini McDonald’s mempunyai sekitar 37.200 outlet restoran
yang tersebar di lebih dari 100 negara di dunia. McDonald’s terkenal dengan produknya seperti
hamburger, cheese burger, fried chicken, French fries, dan produk makanan cepat saji lainnya.
Pendapatan McDonald’s berasal dari pendapatan atas sewa, royalty, dan fee yang dibayarkan dari
pemiliki waralaba mereka. Pada tahun 2012 McDonald’s adalah perusahaan terbesar kedua untuk
jumlah karyawan yang dimiliki (dibelakang Walmart) dengan total 1,9Juta pegawai dimana
1,4Juta pegawai bekerja untuk pemilik waralaba mereka

Pada awalnya McDonald’s didirikan pada tahun 1940 oleh dua bersaudara asal Amerika
Serikat Richard dan Maurice McDonald, dengan restoran pertama mereka yang berlokasi di San
Bernardino, California. Dalam perkembangannya, McDonald bersaudara menciptakan suatu
system cepat saji pada restoran mereka yang disebut dengan “Speede Service System”, dan saat
ini dikenal dengan istilah “fast food”. Tidak seperti restoran pada umumnya, McDonald’s benar-
benar menerapakan prinsip efisiensi dalam pengoperasiannya. McDonald’s hanya fokus pada
penjualan hamburger, French fries, dan milkshake, meniadakan kursi dan meja untuk makan,
menggunakan kantong kertas dan gelas plastic, serta durasi pemesanan yang kurang dari 1 menit.
Hal ini membawa kesuksesan bagi restoran McDonald’s, sehingga Richard dan Maurice mulai
mengembangkan McDonald’s dengan membuka waralaba pertama di Phoenix, Arizona pada 1953

Pada tahun 1954, McDonald bersaudara bertemu dengan Ray Kroc yang merupakan
salesman mixer shake yang juga menjual produknya pada restoran McDonald’s. Ray Kroc
menginisiasikan agar waralaba restoran McDonald dikembangkan secara massif, karena melihat
potensi yang besar dari pasar di seluruh Amerika Serikat. Ray Kroc dan McDonald bersaudara
memulai kerjasama mereka dengan mengadakan kontrak selama 10 tahun dimana Ray Krock
mempunyai hak untuk membuka waralaba McDonald’s dan akan menerima $950 franchise fee,
1.9% pendapatan dari waralaba, serta McDonald bersaudara mendapatkan 0.5%. Kontrak tersebut
juga meliputi penggunaan system “Speede Service System” dalam penyajian di setiap waralaba
restoran McDonald’s
Ray Kroc lahir pada tanggal 5 Oktober 1902 di Illinois, Amerika Serikat. Kroc merupakan
keturunan dari imigran Cekoslovakia yang datang ke Amerika, kedua orang tua Kroc berasal dari
Cekoslovakia. Kehidupan Kroc semasa muda dihabiskan di Oak Park. Selama masa Perang Dunia
I sekitar tahun 1917, ia menjadi supir ambulan untuk organisasi Palang Merah di saat usianya 15
tahun, diyakini Kroc juga bekerja bersamaan dengan Walt Disney dimasa perang tersebut. Pada
masa Great Depression atau akhir decade 1920an, Kroc menjalankan beberapa pekerjaan yang
berbeda seperti menjual papercup di Lily Tulip Cup Co., sebagai agen property di Florida, dan
terkadang bermain piano di dalam sebuah band. Kroc memang dikenal sebagai pemain piano jazz
yang handal.

Ketika masih bekerja sebagai penjual papercup, Kroc mengantarkan produknya kepada
beberapa konsumen, termasuk kepada Earl Prince, sebuah perusahaan multimixer yang
menemukan dan menjual mixer dengan teknologi lima mesin pengocok (mixer) sekaligus. Tertarik
dengan kecepatan dan efisiensi dari mesin mixer tersebut, Kroc mendekati perusahaan hingga
memperoleh hak ekslusif untuk menjual multimixer dari Earl Prince. Seperti tidak mengenal lelah,
selama kurun waktu 17 tahun Kroc menjelajahi Amerika Serikat untuk menjual mesin mixer.
Ketika mengunjungi San Bernandino untuk menjual mesih mixer itulah Ray Kroc bertemu dengan
McDonalds bersaudara di restoran mereka

2. Landasan Teori

Etika menurut Ghillyer (2012), merupakan cara atau sikap seseorang dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari bedasarkan standar mana yang “benar” dan “salah” menurut kebiasaan,
dituangkan dalam bagaimana sesorang berpikir, berperilaku terhadap orang lain, dan bagaimana
kita ingin orang lain berpikir terhadap kita. Dalam arti luas, etika menyediakan pedoman, aturan
dasar atau parameter untuk melakukan aktivitas di dalam masyarakat, dan dapat diterima oleh
masyarakat. Dalam arti yang lebih khusus, etika merupakan seperangkat prinsip yang
menggambarka code of behavior yang menjelaskan mana yang “benar” dan mana yang “salah”.

Etika bisnis menurut Ghyller (2012) adalah etika yang melibatkan pengaplikasian dan
penerapan standar moral dan perilaku yang terjadi dalam lingkungan bisnis. Pendekatan etika
bisnis dapat dilakukan dalam dua perspektif yaitu secara deskriptif, yang mencatat dan merekam
suatu kejadian, atau preskriptif, merekomendasikan apa yang akan terjadi. Dalam beberapa kasus,
etika bisnis tidak bisa dipisahkan dari standar etika pada umumnya. Perilaku etika seseorang atau
kelompok, seharusnya sama saja baik didalam maupun diluar lingkungan bisnis Etika bisnis juga
terkait dengan kepatuhan dan perilaku dari semua pihak yang terlibat baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam suatu kegiatan bisnis. Setiap organisasi atau perusahaan yang menjalankan
suatu bisnis selalu mempunya pemangku kepentingan atau stakeholders. Para pemangku
kepentingan bagi sebuah perusahaan meliputi : pemegang saham, karyawan, kunsumen, pemasok
bahan (suppliers), kreditur, komunitas, hingga pemerintah dan masyarakat luas. Para kepentingan
dan keperluan dari masing-masing stakeholders tersebut memiliki tingkatan yang berbeda-beda.
Etika bisnis sangat diperlukan untuk membangun kepercayaan dari semua pemangku kepentingan,
dan untuk menjamin kelangsungan bisnis secara keseluruhan dan dalam jangka panjang.

Bahm (dalam Logman, 2016) lebih mengeksplorasi makna dan esensi dari kualitas etika itu
sendiri. Kualitas dasar sebuah etika diidentifikasi sebagai minat, kepuasan, konflik, keputusan,
kewajiban, dan prinsip (Bahm dalam Logman, 2016). Setiap manusia memiliki minat yang
beragam, termasuk kebutuhan-kebutuhan dasar, dimana beberapa sudah terpenuhi, namun yang
lain didasarkan pada interaksi antara individu. Kepuasan didasarkan pada konsep bahwa setiap
individu sudah terpenuhi kepuasannya atau malah meinginkan lebih. Kepuasan diidentifikasi
sebagai dasar dan landasan teori dan praktik mengenai etika (Bahm dalam Logman, 2016). Konflik
terjadi ketika individu memutuskan bahwa mereka menginginkan lebih dari yang bisa mereka
dapatkan dan capai. Ketika hal ini terjadi, muncul sebuah keputusan yang harus diambil sehingga
menghasilkan dilema etika yang perlu ditangani. Komponen keputusan tersebut merupakan suatu
respons yang muncul atas terjadinya konflik, keputusan akan menghasilkan pilihan untuk
melakukan yang benar atau salah. Kepatutan (oughtness) didasarkan pada konsep kebaikan untuk
orang banyak (greater good). Bahm percaya saat seseorang diberikan pilihan, yang akan lebih
banyak dipilih adalah kebaikan untuk orang banyak (greater good) ketimbang untuk kebaikan
kelompok atau diri sendiri. Dalam konten kepatutan atau oughtness, ada komponen tanggung
jawab dan komitmen. Komponen terakhir diidentifikasi oleh Bahm adalah prinsip, yang
merefleksikan sikap seseorang yang dapat diterima dalam merespon sikap oughtness nya.
Asumsi dasar teori etika ialah bagaimana seseorang individu atau kelompok mempunyai
control terhadap semua factor yang mempengaruhi pilihan. Dalam kenyataannya, prinsip-prinsip
yang dimiliki seseorang akan diuji ketika menghadapi situasi dimana tidak ada pilihan “benar”
atau “salah”, namun lebih kepada jawaban yang “benar” atau “benar”, situasi ini biasa disebut
sebagai dilemma etika. Dilema etika muncul ketika dua pilihan dalam pengambilan keputusan
tidak sepenuhnya dapat dikatakan “benar” dari prespektif etika dan moral.

3. Studi Kasus Etika Ray Kroc

3.1 Latar Belakang Kasus

Dalam perkembangan bisnis restoran yang dilakukan oleh McDonald bersaudara dan Ray
Kroc, ditemukan beberapa kasus yang berkaitan dengan etika. Perbedaan dasar visi dan misi
diantara keduanya menjadi salah satu factor bisnis yang dijalankan dengan skema kerjasama
tersebut tidak sepenuhnya berjalan mulus. McDonald bersaudara lebih mementingkan kualitas
produk dan kepuasan pelanggan dimana Kroc lebih melihat pada potensi keuntungan yang
dihasilkan bisa sangat besar dengan memperluas jaringan waralaba McDonald’s.

3.2 Pelanggaran dalam Perjanjian Kerjasama

Beberapa contoh pelanggaran yang dilakukan oleh Ray Kroc dalam kerjasamanya dengan
McDonald bersaudara :
1. Membuat aturan untuk produksi milkshakes instant demi efisiensi biaya, melanggar
klausul kerjasama waralaba
2. Membuat perusahaan real estate (konsep bisnis waralaba McDonald’s oleh Kroc
dirubah menjadi bisnis property) dengan nama The McDonald’s Corporation tanpa
persetujuan McDonald’s bersaudara
3. Membeli seluruh perusahaan McDonald bersaudara, termasuk brand “McDonald’s”
berikut implementasi bisnis model restoran, serta hak-hak lainnya, yang memaksa
McDonald bersaudara mengganti nama restoran mereka menjadi “The Big M”
4. Membuat kesepakatan membeli perusahaan dengan nilai 2,7Juta USD, dan
kesepakatan “jabat tangan” dengan memberikan insentif pada McDonald bersaudara
sebesar 1% dari pendapatan tahunan, dimana tidak pernah dipenuhi oleh Kroc

Dari perspektif etika apa yang dilakukan oleh Kroc tidak bisa sepenuhnya dikatakan
“benar” ataupun “salah”. Kerjasama dan pendirian perusahaan real estate oleh Kroc dibuat secara
hukum, dan pembelian seluruh aspek perusahaan McDonald’s sebesar 2,7Juta USD juga dilakukan
secara sah.

Dari sisi McDonald bersaudara, bedasarkan autobiografi Ray Kroc, dalam perjalanannya
menjalankan kerjasama dengan McDonald’s bersaudara, Kroc menuliskan baik Richard dan
Maurice McDonald seringkali menyetujui perubahan-perubahan yang terjadi dalam restoran dan
waralabanya tanpa harus menuliskan ataupun merubah isi perjanjian mereka. Didalam perjanjian
mereka memang dituliskan tidak boleh ada amandemen terhadap isi perjanjian, kecuali dituliskan
dalam surat, ditandatangani oleh seluruh pihak, dan dikirimkan melalui pos. Setiap perubahan yang
dilakukan dan diimplementasikan oleh Kroc (seperti menggunakan milkshake instant) dalam
restoran waralabanya, dipandang oleh McDonald’s bersaudara sebagai pelanggaran kontrak.
Menurut Kroc, McDonald’s bersaudara merasa tidak peduli dengan tetap membiarkan Kroc
melanggar aturan mereka dan membiarkan hubungan antara kedua belah pihak ini menjadi tegang.
Kroc beranggapan bahwa McDonald’s bersaudara sama sekali tidak percaya padanya, dan merasa
kesal harus selalu mengirimkan surat setiap kali ada perubahan dari desain orisinil bahkan untuk
perubahaan yang lebih teknis dan mendetail dari restoran waralabanya.

3.3 Pengambilalihan Perusahaan McDonald’s


Proses pengambilalihan perusahaan McDonalds oleh Ray Kroc dari Maurice McDonald
dan Richard McDonald dibuat secara sah dan legal dimata hukum karena kedua belah pihak telah
setuju menandatangani perjanjian pengambilalihan dan pembayaran sebesar USD 2,7Juta (setelah
dipotong pajak, masing-masing McDonald bersaudara mendapatkan USD 1 Juta) . Meskipun
dalam perjalanannya untuk mengambil alih perusahaan McDonald’s Ray Kroc banyak melakukan
hal yang tidak beretika dan bermoral jika dilihat dari sudut pandang etika. Etika secara personal,
sesuai dengan teori Bahm (dalam Longman, 2016), yang mendasari Ray Kroc tetap bersikeras
untuk membuat waralaba McDonald’s menjadi besar hingga mengakuisisinya dari McDonald
bersaudara adalah (1) adanya minat yang sangat kuat, (2) kepuasan serta (3) konflik yang medasari
keinginan untuk mendapatkan keuntungan lebih banyak, hingga memunculkan sebuah (4)
keputusan yang harus diambil oleh Ray Kroc meskipun menyisakan dilemma etika karena
keputusannya tidak bisa dibilang “benar” sepenuhnya dari sudut padang etika. Dari segi kepatutan
(oughtness) bisa dikatakan tindakan Kroc tidak mencerminkan etika yang baik karena
pengambilalihan tidak didasari dengan konsep greater good. Alasannya adalah Kroc cenderung
menggunakan kekuatan finansial dan hukum yang kuat untuk menekan McDonald bersaudara
untuk menjual perusahaannya, terlebih kondisi Maurice McDonald pada masa itu sedang sakit dan
bisa dikatakan perusahaan juga dalam kondisi cash-poor. Situasi inilah yang dipandang Kroc lebih
memilih lesser good over the greater, mementingkan diri sendiri dan kelompok. Etika Ray Kroc
lebih banyak didasari dari personal dan identitas diri Kroc sendiri dimana dalam perjalanan
hidupnya Kroc memiliki ketertarikan, dan minat yang tinggi terhadap konsep-konsep bisnis yang
baru dan percaya bahwa usaha waralabanya dapat berkembang dengan sangat pesat dan dapat
diterima oleh konsumen.

Perjanjian lain yang dilakukan oleh Ray Kroc dalam usahanya mengambilalih perusahaan
McDonald’s ialah Kroc dan perusahaan McDonald’s akan memberikan fee sebesar 1% kepada
McDonald bersaudara secara perpetuity. Sebagai perbandingan, jika McDonald bersaudara tidak
menjual perusahaan mereka dan tetap menggunakan sistem royalty fee sebesar 0.5% dari
pewaralaba mereka, uang yang dihasilkan mencapai USD 15Juta per tahun pada 1977, jika
dihitung hingga tahun 2012 pendapatan dari fee tersebut bisa mencapai USD 305Juta per tahun.
Perjanjian untuk mendapatkan 1% per tahun yang ditawarkan oleh Ray Kroc kepada McDonald
bersaudara sebagai salah satu bagian dari pengambilalihan perusahaan ialah dengan melakukan
jabat tangan (handshake agreement), dimana fee yang ditawarkan diyakini tidak pernah dipenuhi
oleh Ray Kroc.

Sebuah perjanjian jabat tangan, bisa dikatakan juga sebagai perjanjian lisan (oral
agreement), adalah sebuah kontrak yang nyata dan bisa dijalankan, namun ketentuan dan
peraturannya masih sering menjadi subjek perselisihan (Suchman, 2018). Bahkan jika salah satu
pihak benar-benar akan berniat baik dan memenuhi perjanjian tersebut, ingatan orang mungkin
akan memudar seiring waktu dan mungkin sulit mengingat apa yang telah disepakati, atau para
pihak memiliki ingatan yang berbeda. Setiap individu pasti berubah, keadaan juga berubah, namun
dokumen tidak akan pernah berubah. Tindakan yang lebih baik untuk dilakukan ialah dengan
mengadakan perjanjian secara tertulis, dengan ketentuan yang jelas yang menguraikan hak dan
kewajiban dari para pihak, dan semua aturan yang dapat mencegah seluruh pihak mengadakan
litigasi. Perjanjian tertulis jelas lebih mudah dan efisien untuk dilakukan apalagi untuk jangka
panjang. Ketika ada perjanjian tertulis mengenai pengambilalihan perusahaan beserta seluruh
ketentuan pembayarannya, maka perjanjian secara lisan dan perjanjian jabat tangan tidak akan
berlaku dan tidak dapat ditegakkan. Dalam kasus ini, fee yang dijanjikan oleh Kroc untuk
McDonald’s bersaudara sebesar 1% per tahun, seharusnya dituangkan dalam perjanjian tertulis,
sama seperti perjanjian pengambilalihan perusahaan mereka sebesar USD 2,7Juta.

Sebuah perjanjian yang tidak mempunyai dasar hukum yang mutlak, kemungkinan
perjanjian tersebut tidak dijalankan dan ditegakkan akan menjadi sangat besar. Karena tidak
mempunyai dasar hukum, maka tidak ada aturan yang dapat menjerat Kroc ketika ia tidak
memenuhi pembayaran fee kepada McDonald’s bersaudara. Dalam perjalanan hidupnya, sebagai
perbandingan, pada saat Ray Kroc meninggal dunia pada tahun 1984 di usia 82 tahun, kekayaan
pribadi Kroc mencapai USD 500Juta, dimana ketika Richard McDonald meninggal dunia pada
tahun 1998 ia hanya meninggalkan USD 1,8Juta dan menghabiskan hari-hari terakhirnya di
rumahnya dipinggiran kota

McDonald’s bersaudara memilih untuk menyetujui pengambilalihan perusahaan mereka


setelah beberapa tekanan dari Kroc. McDonald’s bersaudara juga dinyatakan khawatir akan
meninggalkan utang pajak yang besar kepada keluarga mereka hingga terpaksa untuk menerima
tawaran Ray Kroc dan menjalani kehidupan yang nyaman, meskipun berarti melepas peluang
untuk menjadi lebih kaya lagi. Harga USD 2,7 Juta yang diminta oleh McDonald’s bersaudara
didasari oleh hasil pekerjaan mereka selama tiga puluh tahun dan bekerja tujuh hari dalam
seminggu membangun restoran McDonald’s, namun Kroc menuliskan “Sangat menyentuh, namun
air mata belas kasihan tidak akan mempan buat saya”. Pada akhirnya restoran pertama milik
McDonald’s bersaudara di San Bernandino (yang sudah berganti nama menjadi “The Big M”
akibat lisensi sudah dibeli Kroc) gulung tikar karena waralaba McDonalds milik Kroc berada tidak
jauh dari lokasi yang akhirnya menggerus marketshare dari restoran mereka

4. Kesimpulan dan Saran


Pada kasus pengambilalihan perusahaan McDonald’s oleh Ray Kroc, akan menyisakan
pertanyaan, apakah etika bisnis adalah benar-benar sebuah kata oxymoron. Kroc adalah seorang
pebisnis, pengalamannya dalam berbisnis serta instingnya dalam melihat peluang bisa dikatakan
berbeda dengan kebanyakan orang, bahkan sesama pebisnis sendiri. Pebisnis atau orang yang
melakukan mempunyai tujuan utama yaitu memperoleh keuntungan, untuk mencapai tujuan
tersebut, apalagi melihat peluang meraih keuntungan besar sangat terbuka, apapun akan dilakukan,
meskipun secara etika dan moral dapat dinilai tidak beretika. Dilemma etika juga akan muncul
ketika minat, kepuasan, dan target yang ingin dicapai Kroc akan berbenturan dengan para
pemangku kepentingan yang lain, jika dikaitkan kasus ini dengan etika bisnis, para pemangku
kepentingannya ialah Kroc dan McDonald besaudara itu sendiri, apa yang dilakukan Kroc belum
tentu “benar” oleh pemangku kepentingan yang lain maupun dapat diterima oleh masyarakat luas.

Dalam membuat suatu perjanjian, tindakan yang lebih baik untuk dilakukan ialah dengan
mengadakan perjanjian secara tertulis, dengan ketentuan yang jelas yang menguraikan hak dan
kewajiban dari para pihak, dan semua aturan yang dapat mencegah seluruh pihak mengadakan
litigasi. Perjanjian tertulis jelas lebih mudah dan efisien untuk dilakukan apalagi untuk jangka
panjang. Perubahan atau amandemen mengenai perjanjian maupun kontrak juga harus dituliskan
dalam perjanjian awal, serta setiap pelanggaran yang terjadi juga akan dikenakan pinalti ataupun
aturan lain yang sudah dituliskan dan disepakati bersama.

Kroc berhasil membuat McDonald’s menjadi restoran waralaba terbesar di dunia hingga
saat ini. McDonald’s memiliki jumlah pelanggan yang sangat besar dan lokasinya dapat kita
jumpai di hampir seluruh kota besar termasuk di Indonesia. Disamping kritik yang dialamatkan
kepada Kroc karena strategi agresifnya dalam membangun dan menjalankan McDonald’s, Kroc
adalah salah satu businessman paling terkenal dan tersukses didunia. Majalah TIME menobatkan
Kroc sebagai salah satu tokoh penting pada abad ke-20 dalam Time 100 : The Most Important
People of the Century.
Daftar Referensi

Ghillyer, Andrew. 2012. Business Ethics Now. New York: McGraw-Hill.

Logman, Heidi E. 2016. Ethics Education : The Implication On Ethical Dilemmas. Capella
University School of Business and Technology, Doctor of Philosophy. ProQuest Number
: 10248133

Bates, Daniel. 2015. EXCLUSIVE: How McDonald's 'founder' cheated the brothers who REALLY started
empire out of hundreds of millions, wrote them out of company history - and left one to die of heart
failure and the other barely a millionaire. Diakses pada 19 Februari 2019
.https://www.dailymail.co.uk/news/article-3049644/How-McDonald-s-founder-cheated-
brothers-REALLY-started-empire-300m-wrote-company-history-left-one-die-heart-
failure-barely-millionaire.html

Miranda, Luis. 2017. Lessons for entrepreneurs from the McDonald Brothers and Ray Kroc.
Diakses pada 19 Februari 2019 . http://www.forbesindia.com/blog/accidental-investor/lessons-for-
entrepreneurs-from-the-mcdonald-brothers-and-ray-kroc/

Gross, Daniel. 1996. Forbes® Greatest Business Stories.John Wiley & Sons, Inc. Diakses pada
20 Februari 2019. https://www.wiley.com/legacy/products/subject/business/forbes/
kroc.html

Hamburger, John. 2017. Ray Kroc, Not the Founder, but a Financial Engineer. Diakses pada 20
Februari 2019. https://www.restfinance.com/Restaurant-Finance-Across-America/June-
2017/Not-The-Founder-But-A-Financial-Engineer/

Suchman, Alexandra. 2018. Ask a Lawyer : What’s Wrong with Handshake Deals?. AIS
Collaboration. Diakses pada 27 Maret 2019. https://www.aiscollaborations.com/process-
this-blog/2018/2/5/ask-a-lawyer-whats-wrong-with-handshake-deals

Kroc, Ray. Anderson, Robert. 1977. Grinding It Out : The Making of McDonald’s. St. Martin
Press
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa tugas terlampir adalah
murni hasil pekerjaan saya sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya gunakan tanpa
menyebutkan sumbernya. Materi ini belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk
tugas pada mata ajaran lain kecuali saya menyatakan dengan jelas bahwa saya
menggunakannya. Saya memahami bahwa tugas yang saya kumpulkan ini dapat
diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Nama : Affandy Imam Sasongko


NPM : 1806160812
Tanda Tangan :

Mata Kuliah : Etika dan Tata Kelola


Tanggal : 28 Maret 2019
Dosen : Hanrozan Haznam, SE, M.Acc

Anda mungkin juga menyukai