Laporan Kelompok 2
Laporan Kelompok 2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Vitamin merupakan suatu molekul organik yang diperlukan tubuh untuk proses
metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Beberapa vitamin harus diperoleh dari
makanan. Bahan pangan hanya mengandung vitamin dalam jumlah yang relatif sangat
kecil, sebagian dalam bentuk provitamin (Linder 2006). Vitamin tidak digunakan untuk
menghasilkan energi, tapi vitamin sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
pemeliharaan jaringan melalui peranannya sebagai enzim. Vitamin diklasifikasikan
berdasarkan kelarutannya menjadi dua kelompok, yaitu vitamin yang larut dalam air
(vitamin C dan semua golongan vitamin B) dan yang larut dalam lemak (vitamin A, D,
E, dan K). Vitamin yang larut dalam air tidak dapat disimpan dalam tubuh, sedangkan
vitamin yang larut dalam lemak dapat disimpan dalam tubuh (Sumardjo 2006).
Vitamin dikenal sebagai mikronutrien karena dibutuhkan hanya dalam jumlah
miligram atau mikrogram per hari. Vitamin C dapat dipenuhi dengan mengonsumsi
suplemen ataupun pangan sumber vitamin C seperti buah-buahan dan sayur-sayuran.
Konsumsi vitamin C pada orang dewasa akan meningkat sesuai dengan kondisi
tubuhnya. Vitamin C diperlukan untuk menjaga struktur kolagen, sejenis protein yang
menghubungkan semua jaringan serabut, kulit, urat, tulang rawan, dan jaringan lain di
tubuh manusia. Struktur kolagen yang baik dapat menyembuhkan luka, patah tulang,
memar, perdarahan kecil dan luka ringan (Sumardjo 2006).
Kadar vitamin C yang tinggi akibat vitamin C dalam dosis yang berlebihan akan
diekskresikan oleh ginjal tanpa mengalami perubahan dan dikeluarkan melalui urin.
Konsumsi asam askorbat secara berlebihan dapat menyebabkan toksik dan dampak
tertentu bagi tubuh (Kee dan Hayes 2003). Defisiesnsi vitamin C dapat menyebabkan
skorbut. Tanda-tanda skorbut akan terjadi bila persediaan di dalam tubuh tinggal 300
mg, sedangkan konsumsi melebihi taraf kejenuhan akan dikeluarkan melalui urin
(Almatsier 2004).
Penyerapan vitamin C bergantung pada dosis vitamin C yang dikonsumsi.
Semakin tinggi dosis akan semakin rendah penyerapannya di dalam tubuh. Vitamin C
akan diekskresikan melalui urin apabila kadar di dalam plasma darah sudah berlebih.
Kecepatan vitamin C dibuang keluar tubuh bergantung pada keadaan tubuh seseorang
dan jumlah vitamin C yang dikonsumsi (Kee dan Hayes 2003). Oleh karena itu,
diperlukan pengukuran kadar vitamin C yang tidak diserap oleh tubuh dan dapat
mengetahui waktu pelepasan vitamin C bergantung dosis yang dikonsumsi.
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini untuk mengetahui kadar vitamin C yang tidak
dimanfaatkan atau diserap tubuh dan dikeluarkan melalui urin serta mengetahui waktu
paruh vitamin C dalam tubuh manusia.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Vitamin C
Vitamin C adalah kristal putih yang mudah larut dalam air. Dalam keadaan kering
vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut, vitamin C mudah rusak karena
bersentuhan dengan udara yang menyebabkan oksidasi, terutama apabila terkena panas.
Vitamin C tidak stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan asam
(Triana 2010). Dalam tubuh, vitamin C terdapat dalam darah yaitu di leukosit, korteks
anak ginjal, kulit, dan tulang. Vitamin C akan diserap di saluran cerna melalui transpor
aktif. Penyerapan vitamin C tergantung pada dosis konsumsi, semakin tinggi dosis
konsumsi, maka penyerapan vitamin C semakin rendah (Almatsier 2004).
Vitamin C memiliki bentuk aktif asam askorbat dengan rumus kimia C 6H8O6
dengan berat molekul 176 gram/mol. Asam askorbat berfungsi sebagai donor ekivalen
pereduksi dalam sejumlah reaksi penting tertentu. Asam askorbat dioksidasi menjadi
asam dehidroaskorbat yang dengan sendirinya dapat bertindak sebagai sumber vitamin
tersebut. Asam askorbat merupakan zat pereduksi, sehingga membuatnya mampu untuk
mereduksi senyawa-senyawa seperti oksigen molekuler, nitrat, dan sitokrom A serta C
(Harjadi 2006).
Metabolisme Vitamin C
Vitamin C mudah diabsorbsi secara aktif atau mungkin secara difusi pada bagian
atas usus halus lalu masuk ke peredaran darah melalui vena porta. Rata-rata absorbsi
diantara 20-120 mg/hari. Vitamin C kemudian dibawa ke semua jaringan. Konsentrasi
tertinggi adalah di dalam jaringan adrenal, pituitary, dan retina. Vitamin C diekskresikan
terutama melalui urin, sebagian kecil di dalam feses dan kulit (Almatsier 2004).
Konsumsi vitamin C dengan berlebihan akan menyebabkan penyerapan dalam
vitamin C tidak efisien sehingga akan terbuang melalui urin, vitamin C akan terdeteksi
kurang lebih 30 menit setelah mengonsumsi vitamin C. Vitamin C dikeluarkan tidak
secara langsung seluruhnya, dimana vitamin C akan dikeluarkan secara berkala 5-10
jam setelah waktu tertentu (Triana 2010). Ekskresi melalui urin dalam bentuk utuh dan
bentuk garam sulfatnya terjadi jika kadar dalam darah melewati ambang rangsang ginjal
yaitu 1,4 mg% (Dewoto 2007). Ekskresi berlangsung terutama sebagai metabolit
dehidronya dan sedikit sebagai asam oksalat. Konsumsi Vitamin C secara berlebihan
akan meningkatkan sekresi vitamin C melalui urin, tetapi jika kondisi tubuh kurang baik
sebagian besar vitamin C akan ditahan jaringan tubuh (Almatsier 2004).
Penyerapan Vitamin C
Vitamin C atau asam askorbik merupakan vitamin yang larut dalam air. Vitamin
C berfungsi meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit serta memiliki
peran dalam biosintesis kolagen. Vitamin C mudah diabsobsi secara aktif. Rata-rata
3
absorpsi vitamin C adalah 80% untuk konsumsi 100 mg/hari (EFSA 2013). Menurut
penelitian (EFSA 2013), persen terserapnya vitamin C adalah 86% untuk konsumsi 15
mg/hari, 85% untuk konsumsi 30 mg/hari, 84% untuk konsumsi 50 mg/hari, 81% untuk
konsumsi 100 mg/hari, 78% untuk konsumsi 200 mg/hari, 75% untuk konsumsi 500
mg/hari dan 62% untuk konsumsi 1250 mg/hari.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan vitamin C tubuh serta
mempengaruhi terserapnya vitamin C dalam tubuh. Orang yang merokok baik perokok
aktif maupun pasif dapan meningkatkan kebutuhan vitamin C yang digunakan untuk
memperbaiki sel-sel yang rusak akibat radikal bebas yang terdapat dalam rokok. Orang
yang merokok membutuhkan tambahan 35 mg dari konsumsi normal. Bayi yang
berumur kurang dari satu tahun dan diberikan susu sapi membutuhkan lebih banyak
vitamin C karena susu sapi mengandung sangat sedikit vitamin C dan panas akan
merusak vitamin C. Selain itu, orang yang mengkonsumsi sedikit jenis makanan akan
menyerap lebih banyak vitamin C. Beberapa kondisi medis juga membutuhkan asupan
vitamin C yang lebih banyak, seperti malabsopsi, kanker, dan penyakit ginjal yang telah
melakukan hemodialisis (NIH 2016).
Time Release
Vitamin C dari makanan diserap usus dan masuk ke dalam peredaran darah
terutama melalui usus kecil dalam beberapa jam setelah makan. Kadar vitamin C dalam
darah hanya sebentar naik karena zat ini segera diambil jaringan dan setiap ada
kelebihan segera dikeluarkan melalui ginjal.
Time release vitamin C adalah proses pelepasan berangsur akan memastikan
kelangsungan persediaan vitamin C dalam tubuh sepanjang hari dan memastikan
tersedianya vitamin C yang dibutuhkan di saat tubuh memerlukannya sehingga vitamin
C dapat di konsumsi sekaligus dalam dosis tinggi tanpa perlu khawatir akan mengalami
iritasi dan rasa perih di lambung (Asnita 2008). Time release vitamin C dalam tubuh
adalah 12 jam dimana vitamin C paling banyak diserap pada waktu tersebut (Almatsier
2004).
METODE
Praktikum mengenai vitamin C dalam urin: waktu paruh (half time) vitamin C
ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 10 Mei 2016 pukul 10.00-13.00 WIB di
Laboratorium Metabolisme Zat Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor.
2
Prosedur Kerja
Praktikum Vitamin C dalam urin : waktu paruh (half time) vitamin C terdiri dari tiga
prosedur percobaan yaitu pemilihan responden, intervensi, dan pengumpulan urin,
pembuatan kurva kalibrasi standar Vitamin C, serta pembuatan blanko dan penetapan
vitamin C urin
X
X
Tujuh labu takar 25 mL disiapkan
Dimasukkan pereaksi berikut ke dalam masing-masing labu takar
Konsentrasi Larutan Standar (mg/100ml)
Larutan/Pereaksi 0.1 0.4 0. 1. 2.0 3. 4.0
8 2 0
Larutaan standar asam 0.5 1 2 4 6 10 20
askorbat 5mg%
Asam Metafosfat Diencerkan dengan asam Metafosfat 6% hingga tanda
tera lalu dicampurkan hingga homogen
Tujuh tabung reaksi disiapkan
Ditambahkan 4 ml asam Metafosfat 6% ke dalam masing-masing tabung reaksi
Ditambahkan 1 ml larutan standar ke dalam masing-masing tabung reaksi
Dicampur hingga homogen
Ditambahkan 0.8 ml pereaksi DTCS kemudian dicampur hingga homogen
Inkubasi 3 jam pada suhu 370C
Ditambahkan 4 ml asam sulfat 12 M
Diabsorbansi pada panjang gelombang 520 nm
Kurva standar dibuat dengan konsentrasi pada sumbu X dan absorbansi pada sumbu Y
Sebanyak 1 ml urin dari masing-masing waktu (t0, t1, t2, t3, t4, dan t5) ditambahkan ke
dalam masing-masing tabung reaksi, dihomogenkan
X
X
Sebanyak 0,8 ml pereaksi DTCS ditambahkan, lalu dihomogenkan
Larutan diinkubasi selama 3 jam pada suhu 37C
Ditambahkan 4 ml asam sulfat 12 M
Absorbansi dibaca pada panjang gelombang 520 nm
Absorbansi larutan hasil pembacaan dibandingkan dengan absorbansi standar
yang telah ditentukan
Blanko dibuat dengan mengganti 1 ml urin menjadi 1 ml akuades
Gambar 3 Prosedur percobaan pembuatan blanko dan penetapan vitamin C urin
Vitamin C merupakan vitamin larut air yang dapat dengan mudah dikeluarkan
tubuh melalui urin. vitamin C berfungsi meningkatkan daya tahan tubuh serta berperan
dalam biosintesis kolagen. Konsumsi vitamin C dalam dosis tinggi dapat dikeluarkan
tubuh melalui Urin. Menurut penelitian (EFSA 2013), persen terserapnya vitamin C
adalah 86% untuk konsumsi 15 mg/hari, 85% untuk konsumsi 30 mg/hari, 84% untuk
konsumsi 50 mg/hari, 81% untuk konsumsi 100 mg/hari, 78% untuk konsumsi 200
mg/hari, 75% untuk konsumsi 500 mg/hari dan 62% untuk konsumsi 1250 mg/hari.
Jumlah Vitamin C yang terserap serta jumlah vitamin C yang dibuang melalui urin
disajikan pada tabel 1.
Tabel 1 Penyerapan Vitamin C
2 9 5
Kadar vitamin C total urin tertinggi terdapat pada sampel IPI yaitu 446.015
mg/dl, sedangkan kadar vitamin C total urin terendah yaitu terdapat pada sampel Zevit
grow (82.03 mg/dl), hal ini menunjukkan bahwa penyerapan vitamin C tertinggi
terdapat pada sampel Zevit Grow dan penyerapan terendah pada sampel IPI. Hal ini
sesuai dengan pendapat Almatsier (2004) yang menyatakan bahwa penyerapan vitamin
C tergantung pada dosis konsumsi, semakin tinggi dosis konsumsi, maka penyerapan
vitamin C semakin rendah
Berdasarkan hasil pengukuran kadar vitamin C diketahui bahwa titik waktu
pengeluaran vitamin C urin berbeda pada masing-masing suplemen. Sampel Xon-C
memiliki titik waktu pengeluaran kadar vitamin C tertinggi pada t3 (7-10 jam setelah
konsumsi) yaitu sebesar 78.57 mg/dl. Sampel Zevit Grow memiliki titik waktu
pengeluaran kadar vitamin C tertinggi pada t 3 yaitu sebesar 32.4 mg/dl. Sampel Enervon
C memiliki titik waktu pengeluaran kadar vitamin C tertinggi pada t 1 (3 jam setelah
konsumsi) yaitu sebesar 189.19 mg/dl lalu untuk IPI memiliki titik waktu pengeluaran
kadar vitamin C tertinggi pada t2 (4-7 jam setelah konsumsi) yaitu sebesar 234.699
mg/dl sedangkan vitamin yang termasuk ke dalam time release adalah vitalong C yang
memiliki titik waktu pengeluaran kadar vitamin C tertinggi pada t 2 yaitu sebesar 84.69
mg/dl dan holisticare yang memiliki titik waktu pengeluaran kadar vitamin C tertinggi
pada t4 (10-13 jam setelah konsumsi) yaitu sebesar 49.32 mg/dl.
Konsentrasi vitamin C dalam urin menujukkan banyaknya vitamin C yang
dibuang atau diekresikan oleh tubuh. Menurut data yang didapat bahwa banyaknya
vitamin C yang di ekskresikan paling banyak terdapat pada urin t 2 dan t3, hasil yang
didapatkan sesuai dengan literatur, dimana vitamin C akan dikeluarkan secara berkala
antara 5-10 jam setelah mengonsumsi vitamin C (Triana 2010) dan dapat dilihat dari
waktu pengambilan urin, yaitu t1 pada kurun waktu 3 jam setelah mengonsumsi vitamin
C sedangkan t2 dan t3 pada kurun waktu 4-10 jam setelah mengonsumsi vitamin C.
Vitalong C merupakan suplemen vitamin C yang memiliki kadar 500 mg.
Suplemen berbentuk kapsul ini memiliki klaim teknologi time release. Tabel 1
memperlihatkan kadar vitamin C yang dikeluarkan mencapai puncak tertinggi pada t 2
(6 jam setelah konsumsi) yaitu sebesar 84.69 mg/volume urin sedangkan kadar
vitamin C per volume urin (mg/volume urine) pada waktu pengamatan selanjutnya tidak
jauh berbeda, sehingga dapat dikatakan bahwa kadar vitamin C urine relatif konstan.
Intervensi suplemen kedua ialah Holisti Care dalam bentuk tablet atau cair dengan kadar
800 mg. Hasil didapatkan bahwa kadar vitamin C yang dikeluarkan mencapai puncak
tertinggi pada t4 ( 12 jam setelah konsumsi) yaitu sebesar 49.32 mg/volume urin dan
kadar vitamin C dalam uin pada waktu pengamatan lainnya juga tidak jauh berbeda. Hal
ini menunjukkan bahwa kedua merk vitamin C tersebut menerapkan prinsip penggunaan
teknologi time release yaitu vitamin C dilepas dengan lambat dan terserap oleh tubuh
secara perlahan sehingga vitamin C dapat di konsumsi sekaligus dalam dosis tinggi
tanpa perlu khawatir akan mengalami iritasi dan rasa perih di lambung (Asnita 2008).
9
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Linder CM. 2006. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Jakarta (ID): Universitas
Indonesia
Kee JL, Hayes ER. 2003. Famakologi: Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta (ID) :
EGC.
[NIH] National Institutes oh Health. 2016. Vitamin C. (Internet). [16 Mei 2016].
Diunduh dari : https://ods.od.nih.gov/factsheets/VitaminC-Consumer/
LAMPIRAN
g)
3 1 1
78.0 78. 32. 7 121.3
1 500 0 - - - - 5 5 9.92
6 57 82 5 1
0 0 0
3 2 3 2 1 3
35.2 84.6 51. 30. 54.4 224.4
2 500 2 5 2.55 0 6 8 0
6 9 87 88 8 65
0 0 0 0 0 0
3 2 3 2 2 1
55.5 30.4 29. 49. 15.5 153.8
3 800 5 0 28.6 0 0 0 0
4 8 9 32 2 2
0 0 0 0 0 0
4 3 2 3 2 2
10.9 32. 11. 11.1
4 500 0 6.12 0 15.9 5 0 0 0 82.03
5 4 6 8
0 0 0 0 0 0
3 3 3 3 3
35.0 189. 39. 46. 282.9
5 500 3 3 - - 0 0 7 7.33
4 19 99 44 4
0 0 0 0 0
3 3 3
106. 234. 211. 446.0
6 500 8 - - 0 - - - - 5
47 70 32 2
0 0 0
Contoh Perhitungan
|uji|Slope
Kadar vitamin C saat T0 (mg/100 mL) = Intercept
0.1520.00226
= 0.014
= 11.02 mg/100 ml
= 35.26 mg/dl
Pembagian Tugas