Pengembangan Tol Laut Dalam RPJMN 2015-2019 Dan Implementasi 2015 PDF
Pengembangan Tol Laut Dalam RPJMN 2015-2019 Dan Implementasi 2015 PDF
Globalization of Economy
Anatomy of Global to Domestics Trade Relation Patterns
Global to Domestics Trade Relations Patterns
Tantangan Global
Globalization of Economy I Anatomy of Global to Domestics Trade Relation Patterns
I Global to Domestics Trade Relations Patterns
Konektivitas menjadi
kunci dalam menjawab
tantangan globalisasi
ekonomi.
4
Tantangan Global
Globalization of Economy I Anatomy of Global to Domestics Trade Relation Patterns
I Global to Domestics Trade Relations Patterns
Contract
Coy X (USA, EU, JPN, Others) Coy A / Negara
Destination Destination shipment order/contract
Negara Pemegang Merek Dagang Pemasok
(Market) (Market) (stock)
Admin/Order
Processing Coordination on shipment scheduling
(PO, ship ord Invoice PERTANYAAN:
and shipment
instruction) Kebijakan ekonomi apa yang
Coy F / di Mumbai, India
perlu kita ciptakan untuk
Contract
LSP / 3PL merebut peluang usaha dari
Goods
Information /Coordination
rantai pasok global tersebut?
Source: Anggadinata, research funded by World Bank, 2009. 5
Tantangan Global
Globalization of Economy I Anatomy of Global to Domestics Trade Relation Patterns
I Global to Domestics Trade Relations Patterns
Perush C di
Negara Asia C
Perush B di
(inventory) Negara Tetangga berhasil
NRI mengambil manfaat ekonomi
Negara Asia B
atas kekurang cermatan
(inventory) NRI kebijakan perindustrian &
Perush A di NRI
perdagangan nasional RI
Negara Asia A
(inventory)
Perush Y / Buyer
Indonesia
PERTANYAAN:
Kebijakan ekonomi apa yang
Perush X / Seller,
Negara Pemasok perlu kita ciptakan untuk
(USA, EU, JPN) merebut peluang atas pola
perdagangan global tsb. ?
8
Tantangan Global
Globalization of Economy I Anatomy of Global to Domestics Trade Relation Patterns
I Global to Domestics Trade Relations Patterns
9
2. KONDISI TRANSPORTASI LAUT
NASIONAL
Global Competitiveness Index
Logistic Performance Index
Transportasi Laut
Kondisi Transportasi Laut Nasional
Global Competitiveness Index | Logistic Performance Index | Transportasi Laut
Telepon Selular 90 33 57 18 95 62 27 49 21 81 54 30 34 42 86
11
Kondisi Transportasi Laut Nasional
Global Competitiveness Index | Logistic Performance Index | Transportasi Laut
Tantangannya adalah
implementasi program-
program pemerintah di
bidang logistik.
Infrastruktur menjadi
kunci dalam perbaikan
sistem rantai pasok.
12
Kondisi Transportasi Laut Nasional
Global Competitiveness Index | Logistic Performance Index | Transportasi Laut
TANTANGAN INDUSTRIALISASI
16
Kondisi Transportasi Laut Nasional
Global Competitiveness Index | Logistic Performance Index | Transportasi Laut
Biaya Pengiriman:
Jkt Padang : Rp. 7,5 jt sd Rp. 8 Jt / Container 20 Feet;
Jkt Shanghai : Rp. 4,5 Jt / Container 20 Feet.
Jkt Jayapura : Rp. 25 Jt / Container 20 Feet. Pungutan Tdk
Pungutan Resmi
Resmi
Pemda (Retribusi &
Biaya Transportasi Biaya Logistik Pajak); Pem Pst
Gudang, Handling, (Nasional) jadi (Pajak)
& Asuransi jadi tinggi
Ekonomi Biaya-
Load Factor Barat Timur :
mahal
Tinggi
Outbound : 70%; Inbound : 20% Solusi:
Perdagangan Antar Wilayah Tidak Bagi negara kepulauan yang luas spt
Seimbang (Unbalanced Trade / RI, maka jalan utk menurunkan Biaya
Freight / Cargo) No Backhaul Logistik Nasional [menurunkan biaya
Wilayah Depan
(Non Jawa) ekonomi / meningkatkan daya saing
Low produk nasional] adalah dgn cara
Disparitas Ekonomi Antara Attractiveness menyeimbangkan jumlah angkutan
Wilayah Dalam & Depan
kargo/komoditas antara Wilayah
Depan dan Wilayah Dalam, melalui
Investasi / Industri / pembangunan Pusat-pusat
Produksi di Wil Investasi Infras & Pertumbuhan Ekonomi Baru [industri
Dalam (Jawa) Industri / Produksi di baru + hilirisasi] di Wilayah Depan
massive Wil Depan (Non
secara progressif.
Jawa) rendah
Skenario / Skema / Strategi perlakuan
Wilayah Dalam Pembangunan dg kebijakan pembangunan di Wilayah
(Jawa) konsep trickle down Depan HARUS beda & spesial ! Tdk
High Attractiveness effect dan Jawa sbg
bisa disamakan spt di Wilayah Dalam.
[Infras + SDM + Pasar growth center
Besar + insentif + dll] Not Business As Usual
Source: Anggadinata, Center for Logistics and Supply Chain Studies, ITB, 2011 17
Kondisi Transportasi Laut Nasional
Global Competitiveness Index | Logistic Performance Index | Transportasi Laut
Halim, R. A., Seck, M., Diouf, & Tavasszy, L. A. (2012). Modeling the global freight transportation system: A multi-level
modeling perspective 18
Kondisi Transportasi Laut Nasional
Global Competitiveness Index | Logistic Performance Index | Transportasi Laut
Proyeksi nilai kelautan mencapai 171 miliar dollar AS atau setara dengan 2046
triliun Rupiah (Kurs Rp.12.000 per Dollar AS) yang meliputi (Kadin, 2015) :
Perikanan sebesar 380 Triliun Rupiah
Wilayah Pesisir 670 Triliun Rupiah
Bioketnologi 480 Triliun Rupiah
Wisata Bahari 24 Triliun Rupiah
Minyak bumi 252 Triliun Rupiah
Transportasi laut 240 Triliun Rupiah
untuk meraih nilai besar tersebut diperlukan suatu program yaitu Poros
Maritim Dunia (PMD) yang bisa terwujud apabila ada Kebijakan dan Program
pendukung yang Tepat, Efektif dan Kompetitif.
19
3. TOL LAUT DALAM MENDUKUNG
INDONESIA POROS MARITIM DUNIA - 2045
Paradigma Baru
21
TOL LAUT DALAM MENDUKUNG
INDONESIA POROS MARITIM DUNIA - 2045
Konsep Wilayah Depan dalam Sistem Logistik Nasional I Konsep Tol Laut I
Menuju Negara Poros Maritim
Wilayah Depan
Ocean going
INDES LINES
(Foreland)
Ocean going
INDES LINES
Wilayah Dalam
(Hinterland)
NKRI terdiri atas beribu pulau yang disatukan dengan laut dan
merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan (Integrated
piece of Land, Sea and Air)
Country Material/part
s suppliers
Country
B N
Non
Industrial Estate Logistics Center Resident Country A
Transfer
Inventory
Market
Parts supply
Domestic Market
Finished goods
Ocean
INDESgoing
LINES
Country 1
Country 2
Local Supplies SME International Country X
Hub Port
Assembly / Material/part
Manufacturing Plant s suppliers
Transhipment
Legend :
Republic of Indonesia
International Industrial Zone Country Z
Non Resident Inventory Inter-island
SME = Small and Medium Enterprise
Other National Ports
Source: Anggadinata, Center of Logistics and Supply Chain Studies, ITB, 2010 In other region of Indonesia
24
TOL LAUT DALAM MENDUKUNG
INDONESIA POROS MARITIM DUNIA - 2045
Konsep Wilayah Depan dalam Sistem Logistik Nasional I Konsep Tol Laut I
Menuju Negara Poros Maritim
25
TOL LAUT DALAM MENDUKUNG
INDONESIA POROS MARITIM DUNIA - 2045
Konsep Wilayah Depan dalam Sistem Logistik Nasional I Konsep Tol Laut I
Menuju Negara Poros Maritim
PELAYARAN RUTIN
INLAND AKSES DAN BERJADWAL
YANG EFEKTIF
26
TOL LAUT DALAM MENDUKUNG
INDONESIA POROS MARITIM DUNIA - 2045
Konsep Wilayah Depan dalam Sistem Logistik Nasional I Konsep Tol Laut I
Menuju Negara Poros Maritim
27
TOL LAUT DALAM MENDUKUNG
INDONESIA POROS MARITIM DUNIA - 2045
Konsep Wilayah Depan dalam Sistem Logistik Nasional I Konsep Tol Laut I
Menuju Negara Poros Maritim
Human
Ship
resource
design
Efficient Maritime Specialized services
fisheries education ship yards
Advanced
Maritime SHIPPING ship equip-
R&D ment
INDUSTRY
Shipping Logistics
Maritime Ports and systems
finance terminals
IT
Shipping Shipping
brokers management
Shipping
Environmental
insurance
Shipping standards
classification
services
28
TOL LAUT DALAM MENDUKUNG
INDONESIA POROS MARITIM DUNIA - 2045
Konsep Wilayah Depan dalam Sistem Logistik Nasional I Konsep Tol Laut I
Menuju Negara Poros Maritim
PRODUKTIVITAS
EFEKTIF DOKUMENTASI
WATER ENTRANCE
INLAND TRANSPORT
INSTITUSI PENDUKUNG
29
TOL LAUT DALAM MENDUKUNG
INDONESIA POROS MARITIM DUNIA - 2045
Konsep Wilayah Depan dalam Sistem Logistik Nasional I Konsep Tol Laut I
Menuju Negara Poros Maritim
RUTE
SIZE
WINDOW SYSTEM
INAPORT NET
30
TOL LAUT DALAM MENDUKUNG
INDONESIA POROS MARITIM DUNIA - 2045
Konsep Wilayah Depan dalam Sistem Logistik Nasional I Konsep Tol Laut I
Meuju Negara Poros Maritim
31
POROS MARITIM DUNIA
Konsep Wilayah Depan dalam Sistem Logistik Nasional I Konsep Tol Laut I
Menuju Negara Poros Maritim
PELABUHAN
32
Menuju Negara Poros Maritim
TRANSPORTASI
Pengembangan transportasi laut sebagai tulang punggung lalu lintas barang keseluruh
pulau Indonesia dan ekspor/impor, harus bisa menjadi moda transportasi yang murah.
Minimnya pilihan moda transportasi di wilayah timur menghambat pertumbuhan ekonomi
dan industri, Tol laut mendesak untuk direalisasikan.
Minimnya armada angkutan laut, perlunya pembangunan/pengadaan kapal diatas 2.000
DWT.
Pengembangan jasa pelayanan transhipment barang-barang antar Negara dan Benua
melalui pengembangan kapal-kapal sub-Liner petikemas (ex: penugasan PELNI).
Pengembangan pelayaran rakyat untuk mendukung keperintisan serta memelihara budaya
bangsa.
Pembangunan infrastruktur transportasi darat (kereta api dan ASDP), infrastruktur jalan,
yang terhubung dengan pelabuhan untuk melayani last mile logistik.
LISTRIK
Hingga tahun 2022 tenaga listrik yang
diperlukan Indonesia sebesar 385 Terrawatt,
yang digunakan baik untuk sarana/prasarana
transportasi (khususnya pelabuhan), industri,
serta permukiman.
Perlu percepatan pembangunan pembangkit
listrik beserta jaringan distribusi-nya. 33
INDUSTRI (GALANGAN KAPAL) Menuju Negara Poros Maritim
& JASA
Potensi industri kapal dan jasa perawatan kapal (Galangan Kapal)
sangat besar seiring dengan kebutuhan berbagai jenis dan ukuran
kapal dengan proyeksi mencapai 1000 unit per-tahun.
Kemampuan galangan saat ini baru mencapai 200-300 unit per-
tahun.
Jumlah Docking Kapal saat ini sekitar 250 unit yang terkonsentrasi
di Jawa dan Batam.
Diperlukan pembangunan Galangan baru yang berteknologi
canggih dan effisien di wilayah yang tersebar.
Diperlukan penyusunan payung hukum agar dapat dikembangkan
Galangan Kapal milik Pemerintah.
Dan diperlukannya insentif dan perhatian khusus dari pemerintah
(Kemenperin) kepada industri galangan kapal nasional.
PEMBIAYAAN &
INVESTASI Dukungan pembiayaan sangat penting untuk mewujudkan
Indonesia sebagai Poros maritim dunia untuk
memanfaatkan potensi maritim yang mencapai Rp. 2000
triliun.
Diperlukan PMN untuk pengembangan jasa pelayanan
transhipment nasional.
Juga diperlukannya PMN untuk meningkatkan
kemampuan BUMN Galangan Kapal.
Diperlukan pengembangan skema pembiayaan lainnya.
40
IDENTIFIKASI 24 PELABUHAN PENDUKUNG TOL LAUT
24 Pelabuhan Strategis Pendukung Tol Laut I 5 Pelabuhan Hub I 19 Pelabuhan Feeder
I Indikasi Kebutuhan Pembiayaan
41
BELAWAN
Lokasi Kota Medan, Sumatera Utara
PORT
Direncanakan pengembangan
Deskripsi
Pelabuhan Belawan sebagai salah
satu Pelabuhan Hub dalam
pengembangan Tol Laut.
Rencana
Rencana pengembangan
Pelabuhan Tanjung Priok /
Kali Baru 2015-2019:
Pembangunan Dermaga
dan Fasilitas Terminal
2015-2017 (Container
Terminal 1-3, Produc
Terminal 1-2)
Pengerukan Alur dan
Kolam Pelabuhan dengan
draft 16m 2015-2017
Pengadaan Peralatan 2015-
2017 (RTG/RMG, Guay
Crane)
48
Malahayati Batu Ampar, Batam
Terletak di Kabupaten Aceh Besar, 32.5
km dari Banda Aceh, NAD.
Status sebagai Pelabuhan Umum yang
diusahakan, Terbuka untuk perdagangan
luar negeri, Status Wajib pandu,
Pelabuhan Kelas III.
Fasilitas saat ini:
Dermaga 380 m, Draft -5 s.d. -10
MLWS, Saking Yard 23.991 m2, CY
6.980 m2, Gudang 800 m2
Peralatan (6 Head Truck, 1 Reach
Stacker, 1 MC, 10 Forklift)
Rencana pengembangan 2015-2016:
Pengerukan Alur & Kolam Terletak di Kota Batam, Kepulauan Riau
Pengadaan peralatan (1 MHC, 2 Fasilitas saat ini:
Reach Stacker, 5 Head Truck) Dermaga TPK 670 m Draft -14 mLWS
Kebutuhan pendanaan Rp.1,565 Trilyun (penyelesaian oleh BP Batam)
(Pelindo I dan KPS untuk pengerukan) Dermaga Multpurpose 1.300 m Draft -6
s.d. -13 mLWS
Rencana pengembangan 2015-2017:
Pembangunan Terminal Petikemas
Pengadaanperalatan (2 MHC, 6 Reach
Stacker, 12 Head Truck)
Kebutuhan pendanaan Rp.1,2 Trilyun
(Pelindo I dan KPS dengan BP Batam)
49
Teluk Bayur Jambi / Muara Sabak
Terletak di Kota Padang, Sumatera Barat.
Berfungsi sebagai pintu gerbang antar pulau dan
eksport impor dari dan ke Sumatera Barat.
Saat ini pelabuhan Teluk Bayur telah dilengkapi
peralatan untuk menangani barang curah seperti
batu bara, semen, klinker, CPO serta komoditas
yang menggunakan petikemas.
Fasilitas saat ini:
Dermaga sepanjang 270 m
Gudang cfs seluas 3.000 m Pelabuhan Jambi terletak di Talang Duku,
Lapangan penumpukan seluas 7,7 HA di hilir Sungai Batanghari, Provinsi Jambi.
Rencana pengembangan 2015-2017: Pelabuhan Jambi dilengkapi dengan
dermaga apung, untuk mengatasi naik-
Pengerukan alur dan kolam pelabuhan
turun permukaan air yang mencapai 8 m.
Pembangunan Gudang A dan Lapangan Fasilitas saat ini:
Penumpukan Lini II Dermaga Multipurpose 100 x 18 m draft
Pengadaan peralatan (Tangki CPO, excavator, 4m
forklift, hooper, chassis, Hydraulic Reels, Head Luas Kolam 173.700 m2 draft 3 s/d 6m
Terminal Tractor)) Panjang x lebar Alur 21.298 x 100 m draft
5 s/d 8 m
Kebutuhan pendanaan Rp.161 Milyar (Pelindo II)
Rencana pengembangan 2015-2018:
Kebutuhan pengembangan akses darat
ke pelabuhan
Pengerukan alur dan kolam pelabuhan
Pengembangan Dermaga dan Terminal
Kebutuhan pendanaan Rp.300 Milyar
(Pelindo II) 50
Tanjung Carat / Palembang Panjang, Lampung
Pelabuhan Palembang didukung oleh
hinterlandnya yang memiliki komoditi
pertanian, pertambangan dan industri.
Komoditi yang memiliki potensi
peningkatan signifikan dimasa mendatang
adalah CPO.
Rencana pengembangan 2015-2018:
Dermaga Peti Kemas
Dermaga Curah Cair
Jalan Akses
Konstruksi Breakwater dan Causeway Merupakan pelabuhan internasional yang
Reklamasi dan Perkerasan Lapangan terletak di Kecamatan Panjang, Kota Bandar
Bangunan (Kantor, Workshop, Gedung Lampung.
Fasilitas saat ini:
Serba Guna, Masjid, Kantin, dll) Panjang x lebar Alur 10.000 x 14,97m
Kebutuhan pendanaan Rp.6,583 Trilyun draft 7 s/d 16m
(Pelindo II) Luas Kolam 86.009 m2
Dermaga Multipurpose draft 10m
Dermaga Petikemas draft 10m
Dermaga Curah Kering draft 11m
Gudang
Lapangan Konvensional
Lapangan Penumpukan Peti Kemas
Rencana pengembangan 2015-2016:
Pengadaan Peralatan (Jib Crane,
Chassis, Reach Stacker, Head
Terminal Tractor)
Kebutuhan pendanaan Rp.123 Milyar
(Pelindo II)
51
Tanjung Emas, Semarang
Pontianak
Terletak di Semarang, Jawa Tengah.
Fasilitas saat ini: /Kijing
Pemecah Gelombang
Gudang dan Terminal seluas 3000 m
Dermaga Nusantara
Dermaga Pelabuhan Dalam II
Dermaga Gd. VII Terletak ditepi sungai Kapuas, Provinsi Kalimantan
DUKS PLTU, DUKS Pertamina, DUKS Barat.
BEST, serta DUKS Sriboga. Fasilitas saat ini:
Peralatan (Kapal Tunda, Kapal Pandu, Terminal Petikemas
Peralatan (CC dll)
Kapal Kepil, CY, alat Bongkar)
Rencana pengembangan 2015-2018:
Rencana pengembangan 2015-2019:
Pengembangan Terminal Petikemas
Pengerukan kolam pelabuhan Pembangunan Terminal Curah Kering
Terminal Kalibaru Barat: Pembangunan Terminal Curah Cair
Reklamasi Pembangunan Term. Multi Purpose
Pembangunan Dermaga Curah Pengadaan Peralatan (Container Crane,
Pembangunan Lap. Penumpukan RTGC, Reach Stacker, Tractor, Trailer,
Pengadaan pompa polder Conveyor, Bucket Wheel, Bucket Loader,
Pembangunan Lap. Penumpukan Bulldozer, Loading Arm)
Samudera Kebutuhan pendanaan 2,910 Trilyun (Pelindo II)
Pembanguan CY dan Dermaga
Terminal Petikemas
Konversi Dermaga Samudera menjadi
Dermaga Petikemas domestik
Pengadaan peralatan (Reception
Facility, Crane Darat, Crane Hooper,
Reach Steakerm CC, A-RTG)
Kebutuhan pendanaan Rp.1,170 Trilyun
(Pelindo III) 52
Sampit
Sampit sebagai ibu kota Kabupaten
Kotawaringin Timur merupakan salah satu
Banjarmasin
kota terpenting di Provinsi Kalimantan
Tengah
Arus petikemas di Pelabuhan Sampit,
realisasi di tahun 2014 adalah 43.002 boks Kota Pontianak, Kalimantan Barat
dan 43.690 TEUs atau masing-masing naik Fasilitas saat ini:
23% dan 22% dari tahun 2013. Terminal Petikemas Banjarmasin (TPKB)
Rencana pengembangan 2015-2019: Pelabuhan Trisakti yang termasuk 10
Kebutuhan pengadaan peralatan besar terminal petikemas di Indonesia.
Kebutuhan pengembangan terminal Terminal General Cargo
dan parkir
Terminal Curah Kering
Kebutuhan pengerukan alur
Kebutuhan pengembangan jalan Terminal Penumpang
akses Rencana pengembangan 2015-2019:
Kebutuhan pendanaan Rp. 100 Milyar Pengembangan 4 Dermaga, termasuk
Dermaga Martapura Baru dan Dermaga
PT TLMI
Pembangunan Dermaga Curah Kering
Pembangunan Dermaga 1 Berth
Pembangunan 3 lokasi CY
Pembangunan Lapangan Penumpukan
khusus mobil
Pengadaan peralatan (3 CC, 2 RTG, 1
Mobile Crane)
Kebutuhan pendanaan Rp. 624 Milyar
(Pelindo III dan KPS dengan PT TLMI) 53
Kariangau, Balikpapan
Merupakan pelabuhan peti kemas, curah cair,
curah kering yang berada di pelabuhan peti
kemas, curah cair, curah kering
Dikelola Pelindo IV dan Pemerintah Propinsi
Kalimantan Timur melalui PT Kaltim Kariangau Palaran,
Terminal.
Pertumbuhan rata-rata petikemas di Pelabuhan Samarinda
Balikpapan 10% per tahun Terdapat di Kota Samarinda, provinsi
Fasilitas saat ini: Kalimantan Timur, Indonesia. Pelabuhan ini
Max. size draft 13,06 m
berfungsi sebagai pintu gerbang
Semayang pier: 489 m x 21 m
pengiriman logistik dari Kota Samarinda
Kampung Baru pier: 66 m x 8 m
dan Kawasan Hulu Mahakam ke Surabaya,
Tugs and barges -pier no.8: length 120 m
Peralatan 2 crane, 1 reach staker, 1 forklift, Jakarta dan sebaliknya.
1 head truck, 1 chassis trailer. Fasilitas saat ini:
Rencana pengembangan 2015-2017 (menunggu Dermaga sepanjang 270 m
penetapan RIP): Gudang cfs seluas 3.000 m
Pembangunan terminal/dermaga Lapangan penumpukan seluas 7,7 HA
Pengadaan peralatan pelabuhan
Kebutuhan pendanaan Rp.461 milyar Rencana pengembangan 2016-2018:
(Pelindo IV) Pembangunan terminal/dermaga
pelabuhan
Pengadaan peralatan pelabuhan
Kebutuhan pendanaan Rp.497 trilyun
(kerjasama PT Samudera Indonesia)
54
Kendari
Terletak di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara
Fasilitas saat ini:
Max draft 9 m
Pantoloan Nusantara pier: 270 m x 16 m
Pertamina Jetty for Tankers: 120 m
Pelabuhan Pantoloan berada di Jalan Trans- Jetty pier for Cargo Vessel Length 110 m
Sulawesi, Kelurahan Pantoloan, Kecamatan Rencana pengembangan 2015-2019:
Tawaeli. merupakan pelabuhan utama di Lanjutan Pembangunan Causway
Sulawesi Tengah. Lanjutan pembangunan 2 dermaga & Lap.
Fasilitas saat ini: Penumpukan PK di Bungkutoko
Max draft 9,5 m Pembangunan trestle 2
Pangkalan 1 pier: 250 m x 20 m Pematangan Lahan dan lapangan
Pangkalan 2 pier: 120 m x 20 m penumpukan
Peralatan 1 reach staker, 3 forklift, 1 Pembangunan kantor, workshop, CFS,
top loader Gate dan reservoir
Rencana pengembangan 2015-2019 Pembangunan Power plan dan ME
(menunggu penetapan RIPN): Pengadaan peralatan (3 chasis)
Lanjutan pemb. Sheetpile & Pengadaan 1 kapal tunda
reklamasi Kebutuhan pendanaan Rp.690 milyar (Pelindo
Pembangunan CY IV & APBN)
Penambahan dermaga III
Pengadaan peralatan (CC, RTG, Head
Truck & Chassis)
Pengadaan kapal tunda dan kapal
pandu
Kebutuhan pendanaan Rp.349 milyar
(Pelindo IV & APBN) 55
Tenau, Kupang
Terletak di Kupang, Nusa Tenggara Timur Ternate
Realisasi Arus Arus Petikemas tahun 2014
sebesar 86.332 Boks dan 88.895 Teus atau masing-
masing tercapai 120% untuk satuan boks dan 121%
untuk satuan TEUs dari anggaran yang ditetapkan
sebesar 72.180 Box dan 73.257 TEUs seiring
bertambahnya operator pelayaran yang berkunjung ke Terletak di Pulau Ternate, Maluku Utara
Pelabuhan Cabang Tenau (PT Temas Line dengan Produktifitas bongkar muat peti kemas di
pelabuhan muat makasar) pelabuhan ini adalah 12 TEUs/jam (2012)
Rencana pengembangan 2015-2017: Fasilitas saat ini:
Peningkatan struktur Dermaga Draft 10 m
Pengembangan Lapangan Penumpukan Ahmad Yani pier: 248 m x 12 m
Pengembangan CY
Sheet Pile pier: 150 m x 6 m
Pembangunan Terminal Energi
Bastiong Pile pier: 30 m x 6 m
Pengembangan Terminal Khusus Hewan dan
Lapangan Penumpukannya Sheet Pile pier: 50m x 6m
Pengadaan peralatan (1 CC, 2 RTG) Fishing ships pier: 68 m x 8 m
Forklift 5 tons: 1 unit
Kebutuhan pendanaan Rp.79 Milyar (Pelindo III)
Rencana pengembangan 2016-2018:
Replacement dermaga
Reklamasi & perkerasan lapangan
penumpukan dan penumpang
Pengadaan peralatan (head truck,
chasis, reach stacker, RTG)
Pengadaan kapal tunda
Kebutuhan pendanaan Rp.141 milyar
(Pelindo IV & APBN/PMN)
56
Ambon
Pelabuhan Ambon dikenal juga
sebagai Pelabuhab Yos Sudarso
merupakan pelabuhan tipe kelas-4
Jayapura
Terletak sekitar 60 km dari Kota Jayapura, Provinsi
Fasilitas saat ini:
Papua. Merupakan pelabuhan kelas II yang
dioperasikan oleh PT. Pelindo IV Dermaga Yos Sudarso: 576 m x 20 m, depth 7.5-10
m LWS
Fasilitas saat ini:
Dermaga Siwabessy: 73 m x 8 m, depth 6 m LWS
Draft 12 m, 30.000 DWT
Dermaga Slamet Riadi: 300 m x 6 m, depth 1-6 m
Dermaga I & II: 132 m x 7 m
Dermaga Bandanaira: 62 m x 6 m, depth 6-8 m LWS
Dermaga III: 56 m x 5 m
Peralatan 2 Crane IHI, 1 tronton, 6 forklift
Dermaga IV: 82 m x 9 m
Rencana pengembangan 2015-2018 (menunggu
Dermaga APO: 32 m x 5 m penetapan RIPN):
Peralatan 1 Crane, 2 Forklift Lanjutan Reklamasi kolam dermaga V
Rencana pengembangan 2015-2018
Levelling dan perkerasan CY
(menunggu penetapan RIPN):
Pengembangan dermaga VI
Pembangunan lapangan penumpukan /
Container Yard (CY) Lanjutan pengerukan dermaga
Pembangunan jalan akses dermaga Pembangunan Jalur RTG
petikemas Reklamasi dan penahan tanah dermaga
Pembangunan dermaga Pembangunan dermaga dan pelabuhan petikemas
Reklamasi bekangdam Pengadaan peralatan (Head truck, Chasis, rel CC,
Pengadaan peralatan (RTG, chasis) RTG)
Pengadaan kapal tunda dan kapal pandu Pengadaan kapal tunda
Kebutuhan pendanaan Rp. 453 milyar Kebutuhan pendanaan Rp. 344 milyar
(Pelindo IV & APBN/PMN) (Pelindo IV & APBN/PMN) 57
Sorong
Diusulkan pelabuhan Arar sebagai pengganti
pelabuhan untuk export import karena lahan
Pelabuhan Kota Sorong sudah tidak bisa
dikembangkan lagi. LUAS TAMBAHAN
Fasilitas saat ini: CY +10 Ha
KAPASITAS +
Max Draft 20 m 1.000.000 Teus
Dermaga Sorong: 340 m x 22 m, depth 6 m
Doom Island: 40 m x 8 m
Oil Jetty: length 50 m
Peralatan 1 truck loader crane, 1 mobile
crane, 2 forklift, 5 tronton
Rencana pengembangan 2015-2018 (menunggu
penetapan RIPN):
Pembangunan CY
Pembangunan dan pengembangan dermaga
Reklamasi dan penahan tanah
Pembangunan lapangan penumpukan/peti DERMAGA
kemas (600X30)M2
(DRAFT -10 S/D -15
Pengadaan perlengkapan (compressor, alat MLWS)
pembuka baut ban reach stacker, chasis,
headtruck, container crane, RTG)
Pengadaan kapal tunda
Kebutuhan pendanaan Rp. 799 milyar
(Pelindo IV & APBN/PMN)
58
IDENTIFIKASI 24 PELABUHAN PENDUKUNG TOL LAUT
24 Pelabuhan Strategis Pendukung Tol Laut I 5 Pelabuhan Hub I 19 Pelabuhan Feeder
I Indikasi Kebutuhan Pembiayaan -1
Kebutuhan
Kebutuhan Infrastruktur
No. Pendanaan Keterangan
Pendukung Tol Laut (Rp. Milyar)
Termasuk pengerukan, pengembangan terminal
1 24 Pelabuhan Strategis 243.696
kontainer, serta lahannya
Kapal, Pelabuhan Sumur, Bojanegara, Kendal,
2 Short Sea Shipping (Jawa) 7.500
Paciran, Cirebon
3 Fasilitas kargo umum dan bulk 40.615 Sesuai Rencana Induk Pelabuhan Nasional
4 Pengembangan Pelabuhan non-komersil 148.100 1.481 pelabuhan
Pengembangan Pelabuhan komersil
5 41.500 83 pelabuhan
lainnya
Percepatan sasaran pembangunan lama Sesuai Renstra Dirjen Kelautan dan Rencana
6 50.000
yang tak tercapai Induk Pelabuhan Nasional
Jalan akses, kereta pelabuhan, kereta pesisir, dan
Transportasi multimoda untuk mencapai
7 50.000 sistem multimoda. Sesuai Renstra Dirjen
pelabuhan
Perhubungan Laut
12 galangan kapal secara menyeluruh (tidak
8 Revitalisasi industri galangan kapal 10.800
ditentukan)
Kapal container, barang perintis, bulk carrier, tug
9 Kapal untuk 5 tahun ke depan 101.740
& Barge, Tanker, dan Kapal rakyat
10 Kapal patroli 6.048 Kapal patrol dari Kelas IA s/d V
Total Indikasi Kebutuhan Pembiayaan 24 Pelabuhan Strategis (diluar kebutuhan lahan) adalah sebesar
Rp. 66,805 Trilyun dengan rincian sbb:
63
PELAYARAN RAKYAT
Kondisi Pelayaran Rakyat I Pengembangan Pelayaran Rakyat I Rencana Tindak Lanjut
DEFINISI PERMASALAHAN
P
erusahaan pelayaran rakyat pada Pengadaan armada pelayaran terhambat oleh
umumnya identik dengan kapal kayu sulitnya penyediaan kayu gelondongan sehingga
tradisional yang dioperasikan oleh pelaut perlu dicarikan alternatif lain misalnya dengan
alami dengan manajemen sederhana (UU pengadopsian cara perancangan dan
17 /2008 tentang pelayaran pasal 15 ayat 1 pembangunan kapal kayu modern untuk
dan 2). diterapkan kepada kapal armada pelayaran
Menurut PM 93/2013 tentang rakyat.
penyelenggaraan angkutan laut, Pelayaran
Rakyat (PELRA) adalah kegiatan angkutan Untuk menjamin keselamatan dan pelayanan
laut yang menggunakan kapal: yang baik dari pelayaran rakyat, diperlukan
Kapal Layar tradisional yang pembinaan dan pengawasan yang lebih
sepenuhnya digerakkan oleh tenaga konsisten dan menyeluruh oleh pemerintah yang
angin bekerja sama dengan asosiasi atau koperasi yang
Kapal Layar Motor berukuran sampai ada. Pemerintah juga diamanatkan untuk
500 GT (gross tonnage) yang mengembangkan PELRA dengan langkah-langkah
digerakkan oleh tenaga angin sebagai dalam PM 93/2013, yang termasuk didalamnya
penggerak utama dan motor sebagai berupa penyediaan pelabuhan yang memadai,
tenaga penggerak bantu kemudahan pengembangan serta penyediaan
Kapal motor dengan ukuran antar 7 GT BBM bersubsidi.
sampai 35 GT.
65
PELAYARAN RAKYAT
Kondisi Pelayaran Rakyat I Pengembangan Pelayaran Rakyat I Rencana Tindak Lanjut
STRATEGI KEBIJAKAN
1. Tegakkan cabotage, terms of trade 1. Cabotage 100%, Share export
sebagai wujud dukungan pelayaran (kapal) import 40% (beyond
Indonesia.
cabotage).
2. Dorong integrasi bisnis, Indonesia maritime
2. Industri kapal: membangun
incorporated.
sebagian besar kapal
3. Fiskal: zero tax, share modal, jaminan kredit Indonesia dan sebagai pusat
dengan bunga rendah untuk pengadaan
service kapal dunia.
kapal, mewujudkan Lembaga Keuangan
Maritim (bukan Bank konvensional). 3. Pelayaran rakyat semakin
4. Penataan ulang sistem dan manajemen memiliki peranan penting
pelabuhan. dalam sistem logistik nasional.
5. Dorong Industri galangan dan komponen 4. Sistem dan manajemen
kapal. pelabuhan berstandar
6. Siapkan SDM shipping & ship building internasional.
(linkage dengan sekolah kejuruan dan DIKTI) 5. Pusat diklat dan penyediaan
dan deregulasi diklat pelaut. SDM shipping & ship building
7. Berdayakan pelayaran rakyat. terkemuka dunia.
66
PELAYARAN RAKYAT
Kondisi Pelayaran Rakyat I Pengembangan Pelayaran Rakyat I Rencana Tindak Lanjut
VII
I
III VI
I I
II V
VI
I
V
Jalur I Sabang Nias Mentawai Enggano Krakatau - Pel.Ratu Pangandaran Jogya - Sendang biru - Bali
Jalur II Sabang Medan Batam Babel Kep. Seribu Karimunjawa - Surabaya - Bali
Jalur III Batam Babel Bintan Anambas Natuna
Jalur IV Bali NTB NTT Wetar
Jalur V Bali Lombok Takabonerate Wakatobi Banggai Togean Bunaken Satal
Jalur VI Makasar Takabonerate - Wakatobi Ambon Banda Kei Tanimbar
Jalur VII Manado Ternate Raja Ampat Biak Jayapura
Jalur VIII Derawan Bunaken Satal 68
PELAYARAN RAKYAT
Kondisi Pelayaran Rakyat I Pengembangan Pelayaran Rakyat I Rencana Tindak Lanjut
69
PELAYARAN RAKYAT
Kondisi Pelayaran Rakyat I Pengembangan Pelayaran Rakyat I Rencana Tindak Lanjut
Perlunya kebijakan afirmatif untuk menyelesaikan seluruh permasalah PELRA melalui penetapan
RAPERPRES tentang PELRA, yang mengatur:
Dukungan kepastian muatan PELRA
Dukungan modal PELRA
Dukungan kelaikan kapal PELRA
Dukungan bahan baku dan komponen kapal PELRA
Penyediaan sarana dan prasarana pelabuhan PELRA
Pengembangan kapasitas SDM PELRA
Perlunya ditindaklanjuti surat KEMENHUB ke BUMN tentang kewajiban untuk memberikan distribusi
produk BUMN tertentu menggunakan PELRA, terutama untuk distribusi pelayanan publik (obat-obatan,
buku BOS, dsb).
Perlunya percepatan perumusan Dana Alokasi Khusus (DAK) mendukung PELRA dan percepatan
penyusunan skema pembiayaan lainnya.
Diperlukannya konsesi hutan tanaman industri kayu kapal. Masih terdapat 22 juta hektar hutan yang
boleh dikonversi (bukan lindung). Setidaknya 100 ribu hektar boleh dikonversi menjadi bahan baku ulin.
Perlunya pengembangan teknologi untuk dapat menggunakan kayu secara efektif dan efisien, serta
aturan mengenai pengklasifikasian kapal kayu. Sehingga nantinya tercipta standar sparepart kayu
(fabrifikasi), sehingga akan terjadi efektifitas dan efisiensi pemanfaatan kayu.
Perlunya rebranding PELRA untuk meningkatkan perhatian dan kebanggaan erhadap PELRA sebagai
bagian dari realisasi Bangsa Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.
Perlunya perhatian khusus kepada sentra-sentra distriusi PELRA dan revitalisasi pelabuhan PELRA.
Perlu pemisahan pihak pengelola Pelabuhahan Rakyat seperti Pelabuhan Sunda Kelapa dan Gresik dari
Badan Usaha Pelabuhan agar dikelola oleh Pemerintah untuk mendukung PELRA.
70
6. PENGEMBANGAN PELABUHAN PENYEBERANGAN
SABUK SELATAN-TENGAH-UTARA SEBAGAI
KOMPLEMEN TOL LAUT
Peran & Fungsi ASDP dalam Sistem Transportasi
Kondisi Penyeberangan akhir 2014
Pembangunan 65 Lokasi Pelabuhan Penyeberangan
Pembangunan 50 Lokasi Kapal Penyeberangan
PENGEMBANGAN PELABUHAN PENYEBERANGAN
SEBAGAI KOMPLEMEN TOL LAUT
Peran & Fungsi ASDP dalam Sistem Transportasi I Kondisi Penyeberangan akhir 2014 I 65 Lokasi
Pelab. Penyeberangan I 50 Lokasi Kapal Penyeberangan
Posisi ASDP di
2
multimoda sesuai Penetapan dilakukan dgn mempertimbangkan jaringan
UU No. 17/2008 trayek angkutan laut shg mencapai optimalisasi
dan PP 20/2010: keterpaduan angkutan antar & intramoda
72
PENGEMBANGAN PELABUHAN PENYEBERANGAN
SEBAGAI KOMPLEMEN TOL LAUT
Peran & Fungsi ASDP dalam Sistem Transportasi I Kondisi Penyeberangan akhir 2014 I 65 Lokasi
Pelab. Penyeberangan I 50 Lokasi Kapal Penyeberangan
Konvensional/Klasik
Kepulauan
Sungai
Jenis Jumlah
Lintasan Lintasan
Komersil 42
Perintis 178 Jml Pelab = 191
75
PENGEMBANGAN PELABUHAN PENYEBERANGAN
SEBAGAI KOMPLEMEN TOL LAUT
Peran & Fungsi ASDP dalam Sistem Transportasi I Kondisi Penyeberangan akhir 2014 I 65 Lokasi Pelab.
Penyeberangan I 50 Lokasi Kapal Penyeberangan
76
Peran & Fungsi ASDP dalam Sistem Transportasi I Kondisi Penyeberangan akhir 2014 I 65 Lokasi Pelab.
Penyeberangan I 50 Lokasi Kapal Penyeberangan
79
7. SHORT SEA SHIPPING
Dasar Hukum
Rencana Pengembangan Short Sea Shipping
SHORT SEA SHIPPING
Tujuan & Dasar Hukum I Rencana Pengembangan Short Sea Shipping
Sementara permasalahan dwelling time, double-handling dan integrasi multimoda masih dalam
proses penanganan, inisiasi SSS dapat dilakukan memanfaatkan armada RoRo dan dengan
memperkuat pelabuhan RoRo Paciran dan Kendal.
Cara yang 2
Armada kapal RoRo berkapasitas lebih dari 10.000 GT, dan meningkatkan load-factor lebih
besar dari 60% pulang-pergi
dapat dilakukan
untuk mereduksi
tarif SSS RoRo Menggunakan Intermodal cargo Loading Unit (ILU) dengan dimensi standar sesuai dengan
agar dapat
bersaing dengan
3 karakteristik komoditi yang dibawa untuk menyingkat waktu loading/unloading dan
perpindahan moda
transportasi
darat adalah
4
Pemberian subsidi BBM, dan insentif (ex: karena eksternal cost transportasi darat diabaikan,
melalui: maka selayaknya insentif kebijakan ini sebagai mitigasi/shifting ke moda transportasi rendah
karbon).
5
Insentif lain: Memberikan berthing tariff khusus untuk SSS Domestik. Memberikan suku bunga
perbankan khusus untuk operator SSS, dll
83
SHORT SEA SHIPPING
Tujuan & Dasar Hukum I Rencana Pengembangan Short Sea Shipping
Short Sea Shipping Jawa -Sumatera Short Sea Shipping di Luar Pulau Jawa
Coastal Shipping di Papua, Sulawesi dan
Kalimantan yang terintegrasi sebagai
Feeder Tol Laut.
84
SHORT SEA SHIPPING
Tujuan & Dasar Hukum I Rencana Pengembangan Short Sea Shipping
DUKUNGAN ARMADA
1. Kebijakan Pemerintah :
a) Subsidi untuk BBM kapal (equal treatment dengan angkutan jalan raya), Penurunan
biaya bunker (Biaya operasional kapal 60% untuk bahan bakar);
b) Penertiban angkutan barang truk yang melebihi beban jalan;
2. Penyusunan sistem dan prosedur yang dapat meminimalisasi antrian serta mekanisme
pembayaran yang terintegrasi antara pelabuhan muat dan pelabuhan tujuan (satu kali
bayar). Diperlukan koordinasi antara operator Ro-Ro dan operator kedua pelabuhan (muat
dan tujuan).
3. Insentif fiskal yang dibutuhkan pelaku pelayaran untuk mendukung terwujudnya coastal
shipping/short sea shipping antara lain:
a) Bunga Bank Interest Rate serendah mungkin, apabila dalam mata uang Rupiah tidak
lebih dari 10%. Selain biaya, Perbankan harus menyalurkan dana sebanyak mungkin;
b) PPN (0%), Biaya sewa kapal, BBM, Bongkar Muat, material kapal, dan spare parts;
c) Insentif pada galangan kapal;
d) Local Content, peningkatan penggunaan local content bila perlu dipaksakan untuk
memfasilitasi pendirian UKM untuk pembuatan suku cadang dan mesin kapal;
e) Bebas bea masuk untuk alat-alat yang terkait industri pelayaran. 86
8. IMPLEMENTASI KONSEP TOL LAUT
SHORT SEA
PELAYARAN SHIPPING
RAKYAT JAWA DAN LUAR
JAWA
65 PELABUHAN 24 PELABUHAN
PENYEBERANGAN PENDUKUNG
SABUK SELATAN-
TENGAH-UTARA
TOL LAUT TOL LAUT
DALAM
RPJMN
2015-2019
88
IMPLEMENTASI KONSEP TOL LAUT
Progres Implementasi Tol Laut Triwulan Pertama 2015
Phi
`
NSW
Pengguna
Pengguna Luar
Negara dengan Dalam
Negeri Portal Global
Negeri
INAPORTNET TRADENET
SHIP CARGO
Perizinan Kesehatan kapal, Kelaikan SPPB (Import), PE (Export),
operasi, izin usaha,dll BKSP, Cargo Manifest.
Fasilitas Pelayanan Tempat labuh, kolam Alat bongkat muat, jalan akses,
Pelabuhan tambatan, sarana suplai listrik, alat transportasi,
pemanduan, dll dll
89
IMPLEMENTASI KONSEP TOL LAUT
Progres Implementasi Tol Laut Triwulan Pertama 2015
DUKUNGAN ARMADA
250 Kapal ASDP 3.000 Kapal Pelra
90
IMPLEMENTASI KONSEP TOL LAUT
Progres Implementasi Tol Laut Triwulan Pertama 2015
92
IMPLEMENTASI KONSEP TOL LAUT
Progres Implementasi Tol Laut Triwulan Pertama 2015
1. Lintas Amurang Pananaru - Marore, SULUT 4. Lintas Doro Kao Subaim, Maluku Utara
Pembangunan (750 GT) = Rp.32 M (300 GT) = Rp.18,5 M
6 Kapal
2. Kapal pembersih alur danau Tondano, 5. Lintas Amolengo Labuhan, SULTRA (500
Penyeberangan
SULUT = Rp.4,5 M GT) = Rp.24 M
Perintis Tahap II
= Rp. 118,1 M 3. Lintas Namlea Waisala, Maluku (500 GT) 6. Lintas Sumpit Ciremai, KALBAR (150 GT) =
= Rp.24,6 M Rp.14,5 M
93
IMPLEMENTASI KONSEP TOL LAUT
Progres Implementasi Tol Laut Triwulan Pertama 2015
Tol Laut untuk tahap awal telah dilayani kapal multi purpose antara lain dari PT PELNI (KM Ceremai, KM
Dempo, KM Dobonsolo), armada kapal nasional di Kawasan Papua dan Papua Barat yang telah terjadwal (ex:
Sorong-Waisai, Sorong-Bau Bau, Sorong-Manokwari, Manokwari Jayapura, dll), serta beberapa Liners
nasional.
94
IMPLEMENTASI KONSEP TOL LAUT
Progres Implementasi Tol Laut Triwulan Pertama 2015
95
LAMPIRAN
POKOK-POKOK PENGATURAN
II
PELABUHAN DAN PENDARATAN
III
TRAYEK
1. Trayek:
2. Liner: PELRA bersama pemerintah, pemda, dan
pengguna jasa mengembangkan sistem,
3. Tramper:
4. Izin Liner: Bupati/walikota sesuai dengan domisili
kapal, dilaporkan ke Gubernur dan Pusat.
5. Trayek khusus untuk pelayanan tidak
menguntungkan usaha dan atau atas penugasan
pemerintahan/pemda diberikan insentif
fiskal/dibiayai APBN/APBD.
RAPERPRES PELRA
IV
MUATAN KAPAL
V
PENUGASAN PEMERINTAHAN
X
GALANGAN KAPAL
XI
BAHAN BAKU DAN KOMPONEN KAPAL
XII
ASURANSI
XIV
MODAL USAHA
TERIMA KASIH
bambang@bappenas.go.id