Anda di halaman 1dari 4

KLASIFIKASI ENDOMETRIOSIS

Metode utama dalam mendiagnosis endometriosis adalah dengan melihat secara langsung
lesi endometriosis melalui laparoskopi, dengan atau tanpa pemeriksaan histologi. Namun,
tingkatan endometriosis sangatlah berbeda pada masing-masing individu. Untuk itu, telah
dilakukan beberapa percobaan untuk mengembangkan suatu sistem klasifikasi yang standar dan
secara objektif dapat digunakan untuk membagi endometriosis ke dalam beberapa tingkatan.
Sistem klasifikasi tersebut kemudian digunakan sebagai suatu sistem penilaian yang mampu
mendeskripsikan bentuk kelainan patologi dari penyakit.(William ginekologi)

Sistem klasifikasi pertama dibuat pada tahun 1979 yang lebih dikenal dengan American
Fertility Society (AFS). Sistem ini membagi endometriosis berdasarkan temuan bedah, dimana
secara subjektif membedakan setiap lesi berdasarkan ukuran dan kedalamannya. (At a glance)

Kemudian pada tahun 1985, AFS dikaji ulang dan berganti nama menjadi American
Society for Reproductive Medicine (ASRM). ASRM membagi endometriosis ke dalam 4 tahapan
penyakit yakni tahap I (minimal), tahap II (ringan), tahap III (sedang), dan tahap IV (berat). Baik
sistem penggolongan oleh AFS maupun ASRM, keduanya sama-sama bertujuan untuk
memprediksi kemungkinan kehamilan berdasarkan terapi endometriosis, menurut beratnya
penyakit. ASRM kemudian mengalami revisi kembali pada tahun 1996. Klasifikasi yang baru ini
mendeskripsikan lesi endometriotik berdasarkan morfologi dan warna lesi yakni putih, merah,
dan hitam. Seperti pada sistem klasifikasi AFS sebelumnya, sistem ini tidak dapat secara pasti
memprediksi kemungkinan terjadinya kehamilan setelah dilakukannya terapi menurut panduan
klasifikasi ASRM. (William ginekologi, Keith, Frank)

Berikut adalah gambaran pengelompokan endometriosis menurut revisi ASRM pada tahun
1996:
Gambar (). Klasifikasi Endometriosis Menurut American Society of Reproductive Medicine (Current
diagnosis)
GAMBARAN KLINIS ENDOMETRIOSIS
Perlu ditekankan bahwa gejala endometriosis dapat berbeda-beda. Satu dari tiga wanita
yang menderita endometriosis mungkin tidak menunjukan gejala. Gejala yang paling sering
ditemukan adalah nyeri pada bagian pelvis dan infertilitas. (Comprehensive ginekologi)
A. Nyeri
Nyeri panggul merupakan gejala utama yang paling sering ditemukan pada penyakit
endometriosis. Nyeri dapat bersifat kronik progresif dengan pola siklik. Penyebab pasti dari
nyeri yang timbul masih belum jelas, namun dilepaskannya sitokin-proinflamator dan
prostaglandin oleh sel-sel endometriosis pada cairan peritoneum mungkin dapat merupakan
salah satu penyebab. (Comprehensive ginekologi, at a glance, William ginekologi)
Nyeri dapat timbul pada saat menstruasi (dismenorea), saat berhubungan seksual
(dispareunia), saat berkemih (dysuria), dan saat defekasi khususnya pada waktu haid. (Ilmu
kandungan)
a. Dismenorea
Nyeri yang timbul saat haid pada pasien endometriosis sifatnya semakin lama
semakin menghebat. Nyeri tersebut timbul 24-48 jam setelah darah haid keluar, dan
dapat sedikit menghilang dengan obat-obatan seperti NSAID. Penyebab nyeri belum
diketahui dengan pasti. Namun, beberapa literatur menyebutkan bahwa hal ini terjadi
karena adanya vaskularisasi dan perdarahan dalam sarang endometriosis pada waktu
sebelum dan semasa haid. Selain itu, diduga prostaglandin dan sitokin merupakan
mediator-mediator inflamasi yang juga berperan dalam timbulnya nyeri. (Ilmu
kandungan, William ginekologi, Comprehensive ginekologi)
b. Dispareunia
Dispareunia merupakan salah satu gejala pada endometriosis dan berkaitan erat
dengan lesi endometriosis yang terdapat pada ligamentum uterosakral, implantasi
pelvik yang dalam, lesi pada septum rektovaginal, atau uterus yang retroversi. (Frank)
c. Nyeri ketika defekasi (diskezia)
Pada waktu haid, pasien akan merasa sakit dan sulit saat melakukan defekasi.
Hal ini disebabkan karena adanya lesi endometriosis pada dinding rektosigmoid. Dan
kadang-kadang dapat terjadi stenosis dari lumen usus besar tersebut. (Ilmu
kandungan)
d. Disuria
Walaupun gejalanya jarang ditemukan pada endometriosis, keluhan nyeri pada
kandung kemih dirasakan saat berkemih. Endometriosis mungkin dicurigai bila gejala
ini simultan dengan hasil kultur urin negatif. (William ginekologi)
B. Infertilitas
Gejala umum lain yang menyertai endometriosis adalah infertilitas. Berdasarkan
temuan laparoskopi, lebih dari 30% pasien dengan endometriosis juga menderita
infertilitas. Antara endometriosis dan infertilitas memiliki hubungan yang nyata. Faktor
penting yang dapat menjadi penyebab dari infertilitas pada endometriosis adalah
terganggunya mobilitas tuba akibat adanya fibrosis dan perlekatan jaringan di sekitar lesi
endometriosis. (Frank, Ilmu kandungan)
C. Temuan Klinis Lain
Uterus dengan posisi retroversi, nodularitas ligamentum uterosakrum, dan adneksa
yang membesar serta lunak dan nyeri, merupakan temuan klinis lain yang sering
ditemukan. (at a glance)

Anda mungkin juga menyukai