Anda di halaman 1dari 7

BUDAYA MAKAN

1. Definisi makanan
Makanan adalah bahan, biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan, yang dimakan
oleh makhluk hidup mendapatkan tenaga dan nutrisi. Cairan yang dipakai untuk maksud
ini sering disebut minuman, tetapi kata 'makanan' juga bisa dipakai. Istilah ini kadang-
kadang dipakai dengan kiasan, seperti "makanan untuk pemikiran". Kecukupan makanan
dapat dinilai dengan status gizi secara antropometri.
Makanan yang dibutuhkan manusia biasanya diperoleh dari hasil bertani atau
berkebun yang meliputi sumber hewan, dan tumbuhan. Beberapa orang menolak untuk
memakan makanan dari hewan seperti, daging, telur, dan lain-lain. Mereka yang tidak
suka memakan daging, dan sejenisnya disebut vegetarian yaitu orang yang hanya
memakan sayuran sebagai makanan pokok mereka.
Pada umumnya bahan makanan mengandung beberapa unsur atau senyawa
seperti air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, enzim, pigmendan lain-lain.
Setiap makhluk hidup membutuhkan makanan. Tanpa makanan, makhluk hidup akan
sulit dalam mengerjakan aktivitas sehari-harinya. Makanan dapat membantu manusia
dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak. Memakan makanan
yang bergizi akan membantu pertumbuhan manusia, baik otak maupun badan. Setiap
makanan mempunyai kandungan gizi yang berbeda. Protein,karbohidrat, dan lemak adalah
salah satu contoh gizi yang akan didapatkan dari makanan.
Setiap jenis gizi mempunyai fungsi yang berbeda. Karbohidrat merupakan sumber
tenaga sehari-hari. Salah satu contoh makanan yang mengandung karbohidrat
adalah nasi. Protein digunakan oleh tubuh untuk membantu pertumbuhan, baik otak
maupun tubuh. Lemakdigunakan oleh tubuh sebagai cadangan makanan dan
sebagai cadangan energi. Lemak akan digunakan saat tubuh kekurangan karbohidrat, dan
lemak akan memecah menjadi glukosa yang sangat berguna bagi tubuh saat membutuhkan
energi.

2. Kebudayaan menentukan makanan


Semula terpikir, nampaknya aneh untuk menanyakan, Apakah itu makanan?.
Makanan adalah yang tumbuh di ladang-ladang, yang berasal dari laut, yang di jual di jual
di pasar dan yang muncul di meja kita pada waktu makan. Pertanyaan itu, bagaimanapun
juga, adalah dasar dari pengertian tentang masalah gizi. Sebagai suatu gejala budaya,
makanan bukanlah semata-mata suatu produk organik dengan kualitas-kualitas biokimia,
yang dapat dipakai oleh organisma yang hidup, termasuk manusia, untuk mempertahankan
hidup. Lebih cepat, bagi para anggota masyarakat, makanan dibentuk secara budaya; bagi
sesuatu yang akan dimakan, ia memerlukan pengesahan budaya, dan keaslian. Tidak ada
suatu kelompok pun, bahkan dalam keadaan kelaparan yang akut, akan mempergunakan
semua zat gizi yang ada sebagai makanan. Karena pantangan agama, tahayul, kepercayaan
tentang kesehatan, dan suatu peristiwa kebetulan dalam sejarah, ada bahan-bahan makanan
yang bergizi baik yang tidak boleh dimakan, mereka diklasifikasikan sebagai bukan
makanan. Dengan kata lain, penting untuk membedakan antara nutrimen (nutriment)
dengan makanan (food). Nutrimen adalah suatu konsep biokimia, suatu zat yang mampu
memelihara dan menjaga kesehatan orgasme yang menelannya. Makanan adalah suatu
konsep budaya, suatu pernyataan yang sesungguhnya mengatakan zat ini sesuai bagi
kebutuhan gizi kita. Sedemikian kuat kepercayaan-kepercayaan kita mengenai apa yang
dianggap makanan dan apa yang dianggap bukan makanan sehingga terbukti sangat sukar
untuk meyakinkan orang untuk menyesuaikan makanan tradisional mereka demi
kepentingan gizi yang baik.
Di Amerika Serikat, kita mengenal variasi makanan yang berlimpah ruah. Mungkin
tidak ada masyarakat lain di dunia ini dimana, paling sedikit, diantara kelas menengah
dan kelas atas, ada sedemikian banyak makanan yang beraneka ragam yang disantap.
Namun ada banyak makanan bergizi yang sangat dihargai oleh warga budaya lain yang
kita kenal, yang biasanya tidak kita anggap sebagai makanan : kuda, anjing, burung-
burung kecil, kodok, kadal, landak laut, ikan gurita, rumput laut, acon, armadilos, ular
desis, capung, semut, larva serangga, belalang dan kutu terbang. Mungkin sekali, suatu
makanan dari segi gizi dapat diterima dan digolongkan sebagai makanan yang sebagian
besar orang Amerika tidakpernah memakannya.
Selanjutnya pilihan-pilihan pribadi lebih mengurangi lagi variasi makanan yang
disantap oleh setiap individu, karena tidak dari seorangpun dari kita yang menikmati
secara mutlak segala sesuatu yang diakui oleh kebudayaan kita sebagai makanan.
Pengalaman-pengalaman masa kecil , sebagaimana yang kita catat, banyak mempengaruhi
kegemaran kita pada usia dewasa; makanan yang kita kenal semasa kanak-kanak tetap
menarik kita, sedangkan yang baru kita kenal setelah dewasa lebih mudah ditolak.
Meskipun sejumlah orang gemar mencoba-coba makann baru, sebagian besar lagi paling
senang dengan menu yang telah dikenal. Di Amerika Serikat, beberapa penelitian
menyatakan bahwamakanan yang paling tidak disukai, termasuk buttermilk (cairan
asam dari mentega), parsnip (jenis akar-akaran), terong, caviar (telur ikan), hominy
(bagian dari jagung), tiram, keju, limburger, kaki babi, dan organ-organ dalam seperti otak,
hati, ginjal, jantung, dan babat.

3. Peranan simbolik makanan


Makanan nyatanya merupakan sesuatu yang pokok dalam hidup. Makanan juga
penting bagi pergaulan sosial. Jika tidak ada cara-cara dimana makanan dimanipulasikan
secara simbolis untuk menyatakan persepsi terhadap hubungan antara individu-individu
dan kelompok-kelompok, sukarlah untuk meramalkan, bagaimana kehidupan sosial dapat
terjadi.
a. Makanan sebagai ungkapan ikatan sosial
Barangkali di setiap masyarakat, menawarkan makanan (dan kadang-kadang
minuman) adalah menawarkan kasih sayang, perhatian dan persahabatan. Menerima
makanan yang ditawarkan adalah mengakui dan menerima perasaan yang diungkapkan
dan untuk membalasnya. Tidak memberi makanan (seperti halnya seorang ibu yang
mengancam anaknya yang nakal) atau gagal menawarkan makanan dalam suatu
konteks dimana hal itu justru diharapkan dari segi budaya, adalah menyatakan
kemarahan atau permusuhan. Sama halnya, menolak makanan yang ditawarkan adalah
menolak tawaran kasih sayang atau persahabatan, mengungkapkan permusuhan
terhadap si pemberi. Dalam bahasa inggris, kita mengungkapkan simbolisme ini dalam
peribahasa menggigit tangan yang memberi makanan. Orang merasa sangat tentram
apabila makan bersama dengan teman-teman dan orang-orang yang disayangi, dan
dalam sebagian besar masyarakat, makanan umum dan makanan pribadi
mengekspresikan perasaan ini. Biasanya kita tidak membagi makan dengan musuh-
musuh kita, pada kesempatan yang sangat jarang, bila kita berbuat itu, makan bersama
itu saja menandai bahwa paling sedikit untuk sementara waktu antagonisme
disingkirkan.
Di TzintzunTzan, seorang ibu pernah menyatakan penyesalan bahwa putrinya yang
sulung kawin dengan orang luar desa dan bahwa ia hanya sekali-kali saja
menjenguknya. Putri bungsunya tinggal hanya beberapa rumah dari tempat tinggalnya,
dan bagi si ibu, hal itu merupakan suatu sumber kebahagiaan besar untuk dapat terus-
menerus mengirimkan sedikit makanan kecil, dan makanan khusus kepada putrinya.
Dan sekali-kali, walaupun berarti perjalanan sehari penuh, ia merasa terdorong untuk
membuat suatu makanan istimewa dan membawanya kepada putri sulungnya yang
tinggalnya jauh.
b. Makanan sebagai ungkapan dari kesetiakawanan kelompok
Di Amerika kita mengenal peranan makanan dalam mempertahankan ikatan
keluarga dan persahabatan. Idealnya, paling sedikit adalah makan bersama, berkumpul
di meja besar, yang melambangkan keakraban keluarga; di masa lalu yang lebih
sederhana keadaannya di Amerika, makan bersama di hari minggu sepulang dari gereja,
bersama kakek nenek, orang tua, dan anak-anak dirasakan secara sadar sebagai sesuatu
yang menitikberatkan persatuan keluarga. Pada tingkat yang lebih luas, makanan serinh
di hargai sebagai lambing-lambang identitas suku bangsa atau nasional. Namun tidak
semua makanan mempunyai nili lambing seperti ini, makanan yang mempunyai
dampak yang besar adalah makanan yang berasal, atau dianggap berasal dari kelompok
itu sendiri, dan bukan yang biasanya dimakan dibanyak negara yang berlainan atau juga
dimakan oleh banyak kelompok suku bangsa. Sebagai suatu symbol dari persatuan
nasional, makan malam thanksgiving di Amerika menggambarkan hal ini: kita harus
menghidangkan kalkun, yakni unggas yang hidup di Amerika utara dan diburu oleh
leluhur kaum pendatang kita, buah cranberries yang tumbuh dirawa-rawa dekat
Plymouth; pudding jagung yang semula makanan pokok di dunia baru, yang di ajarkan
oleh orang Indian kepada imigran pertama untuk ditanam; dan pie labu kuning di buat
dari labu, tanaman asal Amerika.
Didunia dewasa ini, kegunaan simbolis dari makanan makanan asli sering
merupakan suat alat untuk mengukuhkan ikatan nasional dan ikatan suku bangsa. Di
Meksiko, kalkun dengan saos mole di hidangkan bersama tortillas, kacang-kacangan
dan bubur alpukat guacamole, yang terkenal sebagai makanan upacara, karena semua
bahannya berasal dari benua baru (Amerika), kebanyakan dari meksiko. Saos mole itu
khususnya menarik; terdiri dari fanili dan coklat (keduanya berasal dari pantai teluk
atau gulf coast), kacang tanah (dari hindia barat) serta tomat dan cabai yang biasa
dimakan di Meksiko sebelum ditaklukan oleh Spanyol. Makanan simbolis lainnya
termasuk domba di negara-negara arab, tuak pohon palma dari afrika barat, cabai pedas,
jagung asli choclos, dan ikan local diacar dengan jeruk (ceviche) dan couscous di
Saharan Afrika.
c. Makanan dan stress
Makanan khusus dapat mereupakan pencerminan identitas dari yang
memakanananya, melebihi benda-benda budaya lainnya; dengan demikian, makanan
member rasa ketentraman dalm keadaan yang menyebabakan stres. Sejauh mungkin,
banyak imigran di Amerika Serikat melanjutkan pola-pola makanan mereka mereka
seperti yang dimakan di reumah mereka, yamng sering kali diperoleh dengan usaha dan
biaya yang berat. Sebaliknya, orang Amerika yang tinggal di luar negara mereka lebih
senang bilamana mereka bias memperoleh wakil Amerika dalam bentuk makanan
yang dibekukan, makanan kaleng, makanan dalam kotak yang biasanya mereka
makanan di negaranya. Nilai keamanan psikologis dari makan juga dibuktikan dengan
suatu kecenderungan umum untuk makan melebihi biasanya dan makan makanan kecil
diantara waktu-waktu makan, apabila seorang tidak merasa bahagia atau mengalami
keadaan stress yang berat.
Burgess dan Dean menyatakan bahwa sikap-sikap terhadap makanan sering
mencerminkan persepsi tentang bahaya maupun perasaan stress. Menurut mereka, suatu
cara untuk mengatasi stress dari dalam, sehubungan dengan ancaman terhadap jiwa
atau terhadap keamanan emosional adalah melebih-lebihkan bahaya dari luar, cara
lainnya adalah mempersalahkan ancaman dari dalam akibat pengaruh-pengaruh luar.
Berbagai macam usaha magis dilakukan untuk menghindari bahaya dari luar atau untuk
mengimbangi suatu jenis ancaman tertentu terhadap ancaman lain. praktek memberi
makanan yang dipanasi atau didinginkan khususnya dalam kondisi-kondisi klinis
tertentu mungkin merupakan suatu bentuk dari jenis teknik keseimbangan ini ; serupa
halnya, menghindari makanan tertentu mungkin tanpa disadari merupakan suatu teknis
magis untuk mengelahkan apa yang dipandang sebagai pengaruh-pengaruh yang
mengancam- yang bukan dari hal gizi ( Burgess dan Dean 1962 : 68 ).
Curierr juga menginterpretasikan dikotomi panas dingin meksiko dalam
pengertian isi, simbolis maupun pengertian luarnya yang berhubungan dengan
kesehatan. dingin, tulisnya, dikaitkan dengan aspek-aspek keberadaan yang
mengancam, sedangkan hangat dikaitkan dengan rasa aman ( Currier 1966 : 256).
Dengan demikian, maka baik untuk di cacat bahwa sebagian besar orang Amerika
menilai makanan panas lebih baik dipada makanan dingin, walaupun tidak nampak
kelerasi kepercayaan itu denagn gizi. Meskipun demikian, kita bersusah payah untuk
memestikan bahwa paling sedikit satu kali dalam sehari, kita menghidangkan makanan
panas, dan banyak orang mersaa lebih mampu menghadapi tantangan sehari- hari jika
mereka keluar rumah setelah diperkuat dengan sarapan yang panas.
d. Simbolisme Makanan Dalam Bahasa
Pada tingkat yang berbeda, bahasa mencerminkan hubungan psikologis yang
sangat dalam di antara makanan, persepsi kepribadian dan keadaan emosional. Dalam
bahasa inggris, yang pada ukuran tertentu mungkin tidak tertandingi oleh bahasa lain,
kata kata sifat dasar yang biasa di gunakan untuk menggambarkan kualitas kualitas
makanan digunakan juga untuk menggambarkan kualitas kualitas manusia : dingin,
hangat, manis, asam, pahit, asin, pedas,sangat masam, sangat pedas, asam (yang tajam),
keras, empuk, kering, sedang, kuat, lunak, segar, rusak, dan sebagainya. Kata kata
yang di gunakan dalam bahasa inggris untuk mendeskripskan persiapan makanan (satu
proses sementara di mana ada awal dan akhir) adalah juga kata kata yang di gunakan
untuk melukiskan situasi kejiwaan (yang sifatnya sementara, jadi kebalikan dari
karekteristik kepribadian dasar yang tetap) : mendidih, artinya sangat marah (boiling
mad), hangat artinya mulai marah (simmering with anger), menguap, artinya
panas hati (karena sesuatu hal) (burnet up with something), di rebus artinya marah
(karena sesuatu).

4. Pembatasan budaya terhadap kecukupan gizi


a. Kegagalan melihat hubungan antara makanan dan kesehatan
Adalah kesenjangan yang besar dalam pemahaman tentang bagaimana makanan
itu dapat digunakan sebaik-baiknya untuk kesehatan, misal :
Susunan hidangan yang cenderung ditafsirkan berdasar kuantitasnya tanpa
memperhatikan kualitas.
Kepercayaan / tabu terhadap makanan yang tidak menguntungkan kesehatan bila
tabu tersebut diterapkan.
b. Kegagalan untuk mengenali kebutuhan gizi pada anak-anak.
Kegagalan budaya masyarakat memahami bahwa anak-anak memerlukan makanan
khusus.
Kepercayaan/tabu terhadap makanan yang merugikan anak-anak.
Ketidaktahuan gizi / kecukupan gizi anak (Koentjaraningrat,2002).
Daftar Pustaka

1. https://id.wikipedia.org/wiki/Makanan
2. http://mahdiealone.blogspot.co.id/p/antropologi.html
3. http://ellyaniabadi.blogspot.co.id/2014/10/peran-sosial-budaya-terhadap-upaya.html

Anda mungkin juga menyukai