Pada hari ini tanggal 3 Desember 2015 telah dipresentasikan portofolio oleh:
No No
Nama Peserta Presentasi Tanda Tangan
. .
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping
Catatan: Halaman portofolio ini sebaiknya disalin sinar (fotokopi) karena anda akan membuat sejumlah laporan yang sekaligus
merupakan catatan untuk bekal dan berpraktik nantinya.
Borang Portofolio
Status Generalis
Kepala : normocephal
Mata : refleks cahaya (+/+), pupil isokor, edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : normonasi, epistaksis (-/-), sekret (-/-)
Leher : JVP (-), pembesaran KGB (-/-), pembesaran tiroid (-/-)
Mulut : mukosa basah (+), somatitis (-), caries dentis (-), tonsil T 1-T1, faring hiperemis (-)
Pemeriksaan Penunjang :
1. Darah lengkap :
Leukositosis : 9800
Hb : 10,4
Platelet : 242.000
2. USG Obstetri
- Uteri : endometrial line tidak menentu, tidak tampak GS, OUI menutup. Tampak lesi amorf di adnexa sinistra ukuran 5,1 x
5,3 x 6,64 cm. Lesi tidak tegas, hipervaskuler (+). Tampak cairan bebas di cavum douglas.
Kesan : sesuai KET
Hasil Pembelajaran
1. Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pada KET
2. Diagnosis KET
3. Tatalaksana KET
1. Subjektif : Pada anamnesa didapatkan keluhan berupa perdarahan pervaginam, nyeri perut, dan pasien
sedang hamil muda (15 16 minggu). Kehamilan ektopik tengganggu (KET) memiliki trias gejala
klasik, yaitu nyeri perut, amenore, dan perdaraham pervaginam.
2. Objektif
Hasil pemeriksaan jasmani, pemeriksaan darah rutin dan USG mendukung ke arah diagnosis KET. Pada
kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan:
Gejala klinis (perdarahan pervaginam, nyeri abdomen, dan hamil muda)
Pemeriksaan fisik (nyeri tekan abdomen regio iliaka sinistra, nyeri goyang portio (+)
Darah rutin (Hb : 10,4)
USG obstetri (tampak lesi amorf di adnexa sinistra ukuran 5,1 x 5,3 x 6,64 cm, cairan bebas di
cavum douglas (+), kesan sesuai KET)
3. Assesment (penalaran klinis) :
Trias gejala klasik KET, yaitu nyeri, amenore, dan perdarahan pervaginam. Hanya sekitar 50% pasien yang memiliki ketiga
gejala tersebut.
Keluhan perdarahan pervginam pada pasien KET terjadi pada 40-50% kasus. Keluhan nyeri perut terjadi pada 75% pasien
Nyeri abdomen biasanya terjadi karena rupturnya kehamilan dan iritasi pada peritoneum.
Faktor resiko terjadinya kehamilan ektopik yaitu, kerusakan tuba (karena infeksi ataupun riwayat operasi abdomen atau
pelvis), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, merokok, perubahan motilitas tuba (karena merokok ataupun penggunaan
kontrasepsi hormonal, yaitu progesteron dan IUD dengan progesteron), riwayat infertil 2 tahun atau lebih, pasangan seksual
lebih dari satu orang. Pada pasien ini terdapat beberapa faktor resiko yaitu penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan
(progesteron saja) dan riwayat infertil lebih dari 2 tahun.
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan kehamilan ektopik sangat bervariasi dan sering tidak terlalu membantu. Masa adneksa
jarang ditemukan pada pemeriksaan fisik. Pasien dengan syok hemoragik akibat ruptur kehamilan ektopik mungkin tidak
mengalami takikardi. Pada pasien ini tanda-tanda hemodinamik dalam batas normal.
Beberapa temuan fisik yang dapat ditemukan untuk memprediksi kehamilan ektopik , yaitu: 1). Adanya tanda peritoneal, 2).
Nyeri goyang portio, 3). Nyeri abdomen atau pelvis unilateral atau bilateral. Pada pasien ini ditemukan nyeri goyang portio
dan nyeri abdomen regio iliaka sinistra.
Pemeriksaan USG merupakan pemeriksaan paling penting untuk mendiagnosis kehamilan diluar kandungan. Visualisasi dari
gestational sac yang berada di intrauterin, dengan atau tanpa aktivitas jantung fetus dapat menyingkirkan diagnosis
kehamilan ektopik (kecuali pada kehamilan heterotopik). Gambaran pasti kehamilan ektopik pada USG adalah gambaran
struktur seperti cincin, tebal, echogenik berada di luar dari uterus dengan gestasional sac berisi fetal pole, yolk sac atau
keduanya. Hemosalping adalah keadaan dimana tuba fallopi terisi oleh darah atau cairan bebas. Pada USG ruptur dari
kehamilan ektopik digambarkan sebagai adanya cairan bebas atau bekuan darah pada cavum douglas atau di dalam ruang
intraperitoneal.
4. Plan
Diagnosis : G2P1A0 Hamil 15 16 minggu + KET
Pengobatan : ada beberapa jenis tata laksana yang dapat dilakukan pada kehamilan ektopik. Pertama tatalaksana medis dengan
metotrexat untuk menghancurkan trofoblas yang sedang berproliferasi. Indikasi dari penggunaan metotrexat adalah pada kehamilan
ektopik yang tidak ruptur, kecil (gestational sac <3,5 cm), dan asimtomatis serta lokasi implantasi cervix, ovarium, intersttial dan
cornu portio. Tata laksana bedah dilakukan apabila pasien memiliki kontraindikasi terhadap tatalaksana medis. Prosedur operasi
dilakukan dengan laparoskopi atau laparotomi bergantung pada kondisi pasien. Pilihan tindakan (salpingotomi atau salpingektomi)
dilakukan berdasarkan letak implantasi, besar kantung gestasi, intak atau tidaknya kehamilan. Tata laksana emergensi dilakukan
ketika kehamilan ektopik dengan perdarahan telah ditegakkan. Pada pasien dengan tanda vital yang tidak stabil juga dilakukan tata
laksana emergensi.
Pendidikan : pada semua kasus kehamilan ektopik atau kehamilan yang tidak diketahui lokasinya harus dikonsultasikan kepada
spesialis obsgyn. Setiap pasien dengan klinis yang tidak stabil harus sudah dikonsultasikan di unit gawat darurat. Kunjungan 1-2
minggu setelah operasi untuk mengetahui adanya komplikasi. Pasien dengan riwayat KET memiliki resiko lebih tinggi untuk
mengalami KET dikemudian hari, sehingga pasien perlu di edukasi apabila hamil lagi harus kontrol ke dokter spesialis obsgyn.