Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sumber daya manusia merupakan komponen utama suatu organisasi yang menjadi
perencana dan pelaku aktif dalam setiap aktivitas organisasi. Mereka mempunyai
pikiran, perasaan, keinginan, status dan latar belakang pendidikan, usia, jenis kelamin
yang heterogen yang dibawa kedalam suatu organisasi sehingga tidak seperti mesin,
uang dan material, yang sifatnya pasif dan dapat dikuasai dan diatur sepenuhnya dalam
mendukung tercapainya tujuan organisasi. Sumber daya manusia baik yang menduduki
posisi pimpinan maupun anggota merupakan faktor terpenting dalam setiap organisasi
atau instansi baik pemerintah maupun swasta. Hal ini karena berhasil tidaknya suatu
organisasi atau instansi sebagian besar dipengaruhi oleh faktor manusia selaku
pelaksana pekerjaan.
Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan yaitu
terwujudnya efektivitas kerja yang positif, ada banyak cara untuk mewujudkannya.
Beberapa diantaranya dengan menerapkan gaya kepemimpinan yang baik dengan
dibarengi pembentukan struktur organisasi yang jelas. Kepemimpinan sering
didefinisikan sebagai proses membuat orang lain terinspirasi untuk bekerja keras dalam
menyelenggarakan tugas-tugas penting (Schermerhorn, 1999). Tetapi pengertian
tersebut sering dikaitkan dengan dasar-dasar bagi kepemimpinan yang efektif, yakni
mendasarkannya pada cara seorang pemimpin atau manajer menggunakan power untuk
mempengaruhi perilaku orang lain. Power merupakan kemampuan untuk
mempengaruhi orang-orang lain melakukan sesuatu seperti yang diinginkan oleh
seseorang yang menghendakinya (Kanter, 1979). Karena itulah seringkali
kepemimpinan atau leadership didefiniskan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi
kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu (Robbins, 1998). Dalam tulisan ini
kepemimpinan lebih difokuskan pada kepemimpinan manajerial dalam organisasi.
Gaya kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang dirancang
untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai suatu
tujuan tertentu (Heidjrachman dan Suad Husnan, 2002:224). Struktur organisasi banyak
sekali macamnya, mulai dari yang bersifat tradisional sampai modern. Penerapannya
sendiri dapat berbeda-beda dan banyak faktor yang menentukan, antara lain: besar
kecilnya perusahaan, luas sempitnya jaringan usaha, jumlah karyawan, tujuan
perusahaan dan sebagainya. Beragamnya sistem struktur organisasi tersebut
1
dimungkinkan bahwa suatu perusahaan A cocok menggunakan sistem struktur
organisasi B, tetapi perusahaan C atau yang lain belum tentu cocok menggunakan
sistem struktur organisasi B. Suatu perusahaan dalam rangka mencapai tujuannya
selalu menggunakan struktur organisasi sebagai wadah segala kegiatannya, tetapi untuk
penerapan sistem struktur organisasinya tergantung dari kondisi perusahaan yang
bersangkutan. Hal ini merupakan suatu masalah bagi setiap perusahaan dalam
menerapkan struktur organisasi mana yang cocok sehingga untuk itu setiap perusahaan
membutuhkan waktu dan pengamatan (analisis) yang khusus dalam memilih sistem
struktur organisasi yang tepat dan sesuai.

B. PERMASALAHAN
1. Bagaimana penerapan struktur organisasi modern?
2. Bagaimana kecocokan antara gaya kepemimpinan dengan struktur organisasi
modern?

Kepemimpinan dalam organisasiPage 2


BAB II
PEMBAHASAN

Perkembangan organisasi merupakan proses terencana untuk mengembangkan


kemampuan organisasi dalam kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berubah,
sehingga dapat mencapai kinerja yang optimal yang dilaksanakan oleh seluruh anggota
organisasi. Pengembangan Organisasi merupakan program yang berusaha
meningkatkan efektivitas keorganisasian dengan mengintegrasikan keinginan individu
akan pertumbuhan dan perkembangan dengan tujuan keorganisasian.

I. Pengertian organisasi
Menurut ERNEST DALE,
Organisasi adalah suatu proses perencanaan yang meliputi penyusunan, pengembangan,
dan pemeliharaan suatu struktur atau pola hubunngan kerja dari orang-orang dalam
suatu kerja kelompok.

Menurut CYRIL SOFFER,


Organisasi adalah perserikatan orang-orang yang masing-masing diberi peran tertentu
dalam suatu system kerja dan pembagian dalam mana pekerjaan itu diperinci menjadi
tugas-tugas, dibagikan kemudian digabung lagi dalam beberapa bentuk hasil.

II. Ciri-ciri Organisasi


1. Organisasi bertambah besar
2. Pengolahan data semakin cepat
3. Penggunaan staf lebih intensif
4. Kecendrungan spesialisasi
5. Adanya prinsip-prinsip atau azas-azas organisasi
6. Unsur-unsur organisasi lebih lengkap

III. TEORI ORGANISASI KLASIK


Teori ini biasa disebut dengan teori tradisional atau disebut juga teori mesin.
Berkembang mulai 1800-an (abad 19). Dalam teori ini organisasi digambarkan sebuah
lembaga yang tersentralisasi dan tugas-tugasnnya terspesialisasi serta memberikan
petunjuk mekanistik structural yang kaku tidak mengandung kreatifitas. Dalam teori
ini organisasi digambarkan seperti toet piano dimana masing-masing nada mempunyai
spesialisasi, dimana apabila tiap nada dirangkai maka akan tercipta lagu yang indah

Kepemimpinan dalam organisasiPage 3


begitu juga dengan organisasi. Dikatakan teori mesin karena organisasi ini
menganggab manusia bagaikan sebuah onderdil yang setiap saat bisa dipasang dan
digonta-ganti sesuai kehendak pemimpin.
A. Definisi Organisasi menurut Teori Klasik :
Organisasi merupakan struktur hubungan, kekuasaan-kejuasaan, tujuan-tujuan,
peranan-peranan, kegiatan-kegiatan, komunikasi dan factor-faktor lain apabila
orang bekerja sama. Teori Organisasi klasik sepenuhnya menguraikan anatomi
organisasi formal. Empat unsure pokok yang selalu muncul dalam organisasi
formal:
a. Sistem kegiatan yang terkoordinasi
b. Kelompok orang
c. Kerjasama
d. Kekuasaan & Kepemimpinan

Sedangkan menurut penganut teori klasik suatu organisasi tergantung pada


empat kondisi pokok: Kekuasaan, Saling melayani, Doktrin, Disiplin. Sedangkan
yang dijadikan tiang dasar penting dalam organisasi formal adalah:
a. Pembagian kerja (untuk koordinasi)
b. Proses Skalar & Fungsional (proses pertumbuhan vertical dan horizontal)
c. Struktur (hubungan antar kegiatan)
d. Rentang kendali (berapa banyak atasan bisa mengendalikan bawahan).

B. Tokoh organisasi klasik adalah:


Frederick Winslow Taylor (1856 - 1915)

Dia berfokus pada analisis alur kerja sampai mendapatkan sintesis untuk
peningkatan produktivitas tenaga kerja. Karena ini, teori tersebut lebih dikenal
dengan teori scientific management. Taylor percaya bahwa keputusan berdasarkan
tradisi dan aturan-aturan praktis harus diganti dengan prosedur yang tepat, yang
dikembangkan setelah mempelajari kinerja individu ditempat kerja. Taylor
mengemukakan empat Prinsip Scientific Management, yaitu :

Empat Prinsip Scientific Management


Menghilangkan sistem coba-coba dan menerapkan metode-metode ilmu
pengetahuan sisetiap unsur-unsur kegiatan.
Memilih pekerjaan terbaik untuk setiap tugas tertentu, selanjutnya memberikan
latihan dan pendidikan kepada pekerja.

Kepemimpinan dalam organisasiPage 4


Setiap petugas harus menerapkan hasil-hasil ilmu pengetahuan di dalam
menjalankan tugas
Harus menjalin kerja sama yang baik antara pemimpin dengan pekerja. Dalam
menerapkan ke-empat prinsip ini, beliau menganjurkan perlunya revolusi
mental di kalangan manajer dan pekerja.

Dalam melakukan management analysis, Taylor menyatakan bahwa setiap


manajer mempunyai tugas untuk melakukan analisis tersebut, untuk mengetahui
hal yang terbaik melalui analisis, observasi dan percobaan-percobaan. Untuk
percobaan, Tylor juga memperkenalkan beberapa variable yakni; time and motion
study, organisasi fungsional dan the taylor differential rate system.

IV.Teori Organisasi Neoklasik


Teori Neoklasik secara sederhana dikenal sebagai aliran hubungan manusiawi
(The Human Relation Movement). Teori neoklasik dikembangkan atas dasar teori
klasik. Dasar teori ini adalah menekankan pentingnya aspek psikologis dan social
karyawan sebagai individu maupun sebagai bagian kelompok kerjanya. Perkembangan
teori neoklasik dimulai dengan inspirasi percobaan-percobaan yang dilakukan di
Howthorne dan dari tulisan Huga Munsterberg. Percobaan-percobaan ini dilakukan
dari tahun 1924 sampai 1932 yang menandai permulaan perkembangan teori hubungan
manusiawi dan merupakan kristalisasi teori neoklasik. Pada akhirnya percobaan
Howthorne menunjukkan bagaimana kegiatan kelompok-kelompok kerja kohesif
sangat berpengaruh pada operasi organisasi. Dalam hal pembagian kerja, teori
neoklasik mengemukakan perlunya hal-hal sebagai berikut :

1. Partisipasi
2. Perluasan kerja
3. Manajemen bottom-up
Tokoh organisasi Neo klasik adalah:

Elthon B. Mayo (1880-1949).


Karya Elton B. Mayo yang terkenal adalah temuan dalam Hawtorne Studies.
Sebuah temuan yang sederhana tetapi berimplikasi besar. Studi tersebut dilakukan

Kepemimpinan dalam organisasiPage 5


tahun 1924 sampai tahun 1932, tentang efek penerangan pengaruhnya terhadap
keluaran (out-put), penilitian dilakukan terhadap para karyawan perakitan (assembly).
Implikasi dari temuan ini memberikan pemahaman tentang organisasi sebagai suatu
kesatuan sistem. Mayo berkesimpulan bahwa masalah motivasi dan respons emosi
yang diakibatkan oleh situasi kerja lebih penting dari pengaturan logis dan rasional
dalam menentukan keluaran. Pemahaman yang terkenal dengan efek Hawthorne
inimengemukakan bahwa perlakuan khusus, bahkan yang buruk pun, dapat membawa
dampak positif terhadap para pekerja, karena faktor manusia yang mempengaruhinya.
Ia menegaskan bahwa hubungan sosial dalam kelompok kerja adalah faktor terpenting
yang mempengaruhi kepuasan para pekerja atas pekerjaannya. Menurut Mayo
perlakuan yang manusiawi dan menunjukkan penghargaan memberi manfaat bagi
perusahaan dalam jangka panjang. Dalam hampir semua tulisannya Mayo selalu
membahas dua gagasan pokok, pertama adalah tentang masyarakat, dan kedua
menyangkut masalah individu dalam masyarakat. Argumentasi Mayo didasarkan atas
pemahamannya tentang revolusi industri yang telahmenghancurkan masyarakat
tradisional yang memungkinkan manusia salingberhubungan dalam kehidupan rutin
dan akrab. Tradisi lama tersebut tak mungkindibangkitkan kembali. Karena itu
solusinya adalah dengan membangun masyarakat yang adaptif, yang mudah
menyesuaikan dengan tuntutan lingkungan, serta dipimpin oleh orang-orang yang
terlatih dalam ketrampilan dan pemahaman sosial, dan mampu mengatasi masalah
manusia maupun masalah tehnis.

V. Teori Organisasi Modern


Teori modern biasanya disebut juga sebagai analisa sistem pada organisasi. Teori
modern melihat bahwa semua unsur organisasi sebagai satu kesatuan dan saling
ketergantungan, yang di dalamnya mengemukakan bahwa organisasi bukanlah suatu
sistem tertutup yang berkaitan dengan lingkungan yang stabil, akan tetapi organisasi
merupakan sistem terbuka. Teori modern dikembangkan tahun 1950, dalam banyak hal
yang mendalam teori modern dengan klasik berbeda, perbedaan tersebut diantaranya :
Teori Klasik memusatkan pandangannya pada analisa dan deskripsi organisasi,
membicarakan konsep koordinasi, scalar dan vertikal. Teori Modern menekankan pada
perpaduan dan perancangan menjadikan pemenuhan suatu kebutuhan yang
menyeluruh, lebih dinamis dan lebih banyak variabel yang dipertimbangkan.

Kepemimpinan dalam organisasiPage 6


Teori modern adalah multidisiplin dengan sumbangan dari berbagai disiplin ilmu
pengetahuan. Teori modern melihat bahwa semua unsur organisasi sebagai satu
kesatuan dan saling ketergantungan, yang di dalamnya mengemukakan bahwa
organisasi bukanlah suatu sistem tertutup yang berkaitan dengan lingkungan yang
stabil, akan tetapi organisasi merupakan sistem terbuka. Interaksi dinamis antar proses,
bagian dan fungsi dalam suatu organisasi, maupun dengan organisasi lain dan dengan
lingkungan.
Suatu organisasi merupakan suatu proses yang tersusun para individu saling
mempengaruhi untuk berbagai tujuan. Dalam Pendekatan Modern menyatakan bahwa
yang dimiliki saat ini bukan teori mengenai organisasi tetapi way of thinking atau cara
berfikir mengenai organisasi, cara melihat dan menganalisis secara lebih tepat dan
mendalam, yang dilakukan melalui keteraturan atau regularitas perilaku organisasi,
yang hanya berlaku untuk suatu lingkungan atau kondisi tertentu.
Dasar Pemikiran Teori Organisasi Modern, yaitu:
1. Teori klasik memusatkan pandangannya pada analisa dan deskripsi organisasi, sasaran
organisasi dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sesuai hakikat
pekerjaannya.
2. Teori Modern menekankan pada perpaduan dan perancangan,menyediakan pemenuhan
suatu kebutuhan yang menyeluruh.
3. Ilmu pengetahuan klasik telah membicarakan konsep koordinasi,
skalar dan vertikal.
Karakteristik Teori Modern, antara lain:
1. Kadang-kadang disebut analisis sistem organisasi,
2. Mempertimbangkan semua elemen, organisasi,
3. Memandang organisasi sebagai suatu sistem,
4. Penyesuaian diri agar organisasi itu dapat bertahan lama dalam hidupnya, harus
disesuaikan dengan perubahan lingkungannya,
5. Organisasi dan lingkungannya harus dilihat sebagai sesuatu yang saling
ketergantungan.
Kontributor Teori Modern, beserta teorinya tentang organisasi, yaitu:
1. Alfred Korzybski, 1993, General Sementics (manusia hidup dalam tiga dunia yang
berbeda, yaitu dunia peristiwa, dunia objek dan dunia simbol, menitik beratkan
masalah bahasa dan komunikasi, topik: ringkasan, penyimpulan, kekakuan bahasa,
lingkungan komunikasi, sifat kata-kata, dan pentingnya tanggapan),
Kepemimpinan dalam organisasiPage 7
2. Mary Parker Follet, 1920-an (keseimbangan antara perhatian individu dan
organisasi; mengerjakan sesuatu sebagai jalan keluar dalam suatu semangat kerja
sama; kesadaran cita-cita sehingga setiap orang adalah bagian dari suatu kelompok;
dan masyarakat; dorongan individu diterima tanpa mengorbankan kepentingan
organisasi),
3. Chester I. Barnard, 1938 (organisasi sebagai suatu sistem sosial yang dinamis;
individu, organisasi, penyalur, dan konsumen merupakan bagian dari lingkungan
organisasi; aspek organisasi formal dan informal),
4. Norbert Wiener, 1948 (menemukan sibernetika=orang=pengemudi, pengendalian
sistem pada pengaruh arus balik informasi; menunjang perkembangan komputer
eletronik, penggunaan komputer dalam proses pengawasan, suatu sistem terdiri atas
input, proses, output, arus balik, dan lingkungan),
5. Ludwig Von Bertalanffy, (organisasi sebagai masalah yang utama bagi seluruh
kehidupan; kedinamikan, sistem, interaksional multidimensional, multi level; suatu
sistem dilihat sebagai suatu kumpulan dari bagian-bagian yang saling berhubungan;
suatu organisasi dalam pandangan yang modern merupakan suatu sistem).
Sifat Teori Modern adalah:
1. Memandang suatu organisasi sebagai suatu sistem yang terdiri atas lima bagian
pokok, yaitu: input, proses, output, arus balik, dan lingkungan,
2. Kedinamisan,
3. Multi Level dan Multi Dimensional,
4. Multi Motivasi,
5. Multi Disipliner,
6. Despkriptif,
7. Multi Variabel,
8. Adaptif.

Teori Modern menunjukkan tiga kegiatan proses hubungan universal yang selalu
muncul pada sistem manusia dalam perilakunya berorganisasi, yaitu:
1. Komunikasi
2. Konsep keseimbangan
3. Proses pengambilan keputusan
Tujuan Perkembangan Organisasi ;

Kepemimpinan dalam organisasiPage 8


1. Menciptakan keharmonisan hubungan kejra antara pimpinan dengan staf anggota
organisasi.
2. Menciptakan kemampuan memecahkan persoalan organisasi secara lebih terbuka
3. Menciptakan keterbukaan dalam berkomunikasi.
4. Merupakan semangat kerja para anggota organisasi dan kemampuan
mengendalikan diri.

TEORI MODERN vs TEORI KLASIK

a. Teori Klasik memusatkan pandangan pada analisa dan deskripsi organisasi


sedangkan Teori Modern menekankan pada perpaduan & perancangan sehingga
terlihat lebih menyeluruh.
b. Teori Klasik membicarakan konsep koordinasi, scalar, dan vertical sedangkan
Teori Modern lebih dinamis, sangat komplek, multilevel, multidimensi dan banyak
variable yang dipertimbangkan.
Perbandingan pendekatan Klasik, pendekatan Neo-Klasik, dan pendekatan
Modern
Klasik Neo-Klasik Modern
Manusia=Makhluk Manusia=Makhluk Manusia tidak diperhatikan
rasional Psikososial sebagai individu. Perhatian pada
kelompok individu.
Mampu menentukan Tidak mampu Mampu menentukan anatomi
anatomi organisasi menentukan anatomi organisasi (secara makro)
organisasi
Fokus perhatian: Hubungan antar Hubungan organisasi dengan
Anatomi manusia lingkungan
organisasi/jumlah
personil
Organisasi=Sistem Organisasi=Sistem Organisasi=Sistem terbuka
tertutup tertutup

Teori Kepemimpinan
Kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang memuat dua hal pokok yaitu:
pemimpin sebagai subjek, dan. yang dipimpin sebagai objek.

Kepemimpinan dalam organisasiPage 9


Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun
dan juga menunjukkan ataupun mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab
baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin,
sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai
kesamaan di dalam menjalankan ke-pemimpinnya.

Teori-teori dalam Kepemimpinan


Kegiatan manusia secara bersama-sama selalu membutuhkan kepemimpinan. Untuk
berbagai usaha dan kegiatannya diperlukan upaya yang terencana dan sistematis dalam
melatih dan mempersiapkan pemimpin baru. Oleh karena itu, banyak studi dan penelitian
dilakukan orang untuk mempelajari masalah pemimpin dan kepemimpinan yang
menghasilkan berbagai teori tentang kepemimpinan. Teori kepemimpinan merupakan
penggeneralisasian suatu seri perilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya,
dengan menonjolkan latar belakang historis, sebab-sebab timbulnya kepemimpinan,
persyaratan pemimpin, sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya serta etika
profesi kepemimpinan (Kartini Kartono, 1994: 27).
Teori kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan penjelasan dan
interpretasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan dengan mengemukakan beberapa segi
antara lain :
Latar belakang sejarah pemimpin dan kepemimpinan
Kepemimpinan muncul sejalan dengan peradaban manusia. Pemimpin dan kepemimpinan
selalu diperlukan dalam setiap masa.
Sebab-sebab munculnya seseorang menjadi pemimpin, antara lain:
a. Seseorang ditakdirkan lahir untuk menjadi pemimpin melalui usaha penyiapan dan
pendidikan serta didorong oleh kemauan sendiri.
b. Seseorang menjadi pemimpin bila sejak lahir ia memiliki bakat kepemimpinan
kemudian dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman serta sesuai dengan
tuntutan lingkungan
Syarat-syarat kepemimpinan, Konsepsi mengenai persyaratan kepemimpinan selalu
dikaitkan dengan kekuasaan, kewibawaan, dan kemampuan.
Tipe dan gaya kepemimpinan
Pemimpin mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen, watak dan kepribadian sendiri yang
khas, sehingga tingkah laku dan gayanya berbeda dari orang lain. Teori-teori dalam
kepemimpinan pada umumnya menunjukkan perbedaan karena setiap teoritikus
mempunyai segi penekanannya sendiri yang dipandang dari satu aspek tertentu.

Teori-teori dalam Kepemimpinan


1. Teori Sifat

Kepemimpinan dalam organisasiPage 10


Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan
oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran
tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat
ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud
adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya. Ciri-
ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah:
pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas,
pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan;
sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan,
ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik,
kapasitas integratif;
kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas,
membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi
secara efektif.
Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu bersifat deskriptif,
tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan efektivitas
kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita
renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya mengenai berbagai
rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin; justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan
yang menerapkan prinsip keteladanan.

2. Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu
ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam
hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:
a. konsiderasi dan struktur inisiasi
Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri ramah
tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan
memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Di
samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan
tugas organisasi.
b. berorientasi kepada bawahan dan produksi
perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada
hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan
bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan.
Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan

Kepemimpinan dalam organisasiPage 11


penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian
tugas serta pencapaian tujuan.
Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya ada
dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model
grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu
perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan kerja.
Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah
fungsi dan gaya kepemimpinan (JAF.Stoner, 1978:442-443)

3. Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri
kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi
kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor
waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan
tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah
* Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas;
* Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;
* Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;
* Norma yang dianut kelompok;
* Rentang kendali;
* Ancaman dari luar organisasi;
* Tingkat stress;
* Iklim yang terdapat dalam organisasi.

Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan membaca situasi


yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dengan dan mampu
memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud adalah
kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena tuntutan situasi
tertentu.
Sehubungan dengan hal tersebut berkembanglah model-model kepemimpinan berikut :
a. Model kontinuum Otokratik-Demokratik
Gaya dan perilaku kepemimpinan tertentu selain berhubungan dengan situasi dan kondisi
yang dihadapi, juga berkaitan dengan fungsi kepemimpinan tertentu yang harus
diselenggarakan. Contoh: dalam hal pengambilan keputusan, pemimpin bergaya otokratik
akan mengambil keputusan sendiri, ciri kepemimpinan yang menonjol ketegasan disertai
perilaku yang berorientasi pada penyelesaian tugas.Sedangkan pemimpin bergaya
demokratik akan mengajak bawahannya untuk berpartisipasi. Ciri kepemimpinan yang
menonjol di sini adalah menjadi pendengar yang baik disertai perilaku memberikan
perhatian pada kepentingan dan kebutuhan bawahan.

Kepemimpinan dalam organisasiPage 12


b. Model Interaksi Atasan-Bawahan :
Menurut model ini, efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada interaksi yang
terjadi antara pemimpin dan bawahannya dan sejauhmana interaksi tersebut mempengaruhi
perilaku pemimpin yang bersangkutan. Seorang akan menjadi pemimpin yang efektif,
apabila:
* Hubungan atasan dan bawahan dikategorikan baik;
* Tugas yang harus dikerjakan bawahan disusun pada tingkat struktur yang tinggi;
* Posisi kewenangan pemimpin tergolong kuat.

c. Model Situasional
Model ini menekankan bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada
pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi situasi tertentu dan tingkat
kematangan jiwa bawahan. Dimensi kepemimpinan yang digunakan dalam model ini
adalah perilaku pemimpin yang berkaitan dengan tugas kepemimpinannya dan hubungan
atasan-bawahan. Berdasarkan dimensi tersebut, gaya kepemimpinan yang dapat digunakan
adalah:
* Memberitahukan;
* Menjual;
* Mengajak bawahan berperan serta;
* Melakukan pendelegasian.

d. Model Jalan- Tujuan


Seorang pemimpin yang efektif menurut model ini adalah pemimpin yang mampu
menunjukkan jalan yang dapat ditempuh bawahan. Salah satu mekanisme untuk
mewujudkan hal tersebut yaitu kejelasan tugas yang harus dilakukan bawahan dan
perhatian pemimpin kepada kepentingan dan kebutuhan bawahannya. Perilaku pemimpin
berkaitan dengan hal tersebut harus merupakan faktor motivasional bagi bawahannya.

e. Model Pimpinan-Peran serta Bawahan :


Perhatian utama model ini adalah perilaku pemimpin dikaitkan dengan proses pengambilan
keputusan. Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan struktur tugas yang harus
diselesaikan oleh bawahannya.
Salah satu syarat penting untuk paradigma tersebut adalah adanya serangkaian ketentuan
yang harus ditaati oleh bawahan dalam menentukan bentuk dan tingkat peran serta
bawahan dalam pengambilan keputusan. Bentuk dan tingkat peran serta bawahan tersebut
didiktekan oleh situasi yang dihadapi dan masalah yang ingin dipecahkan melalui proses
pengambilan keputusan.

Contoh organisasi modern

Kepemimpinan dalam organisasiPage 13


Salah satu organisasi modern yang ada di Indonesia adalah KFC alias Kentucky Fried
Chicken. Gerai waralaba ayam goreng yang hadir hampir di setiap ibu kota provinsi di
negeri ini tentunya bukan hal yang asing di masyarakat Indonesia. Hak waralaba KFC di
Indonesia dipegang tunggal oleh PT. Fastfood Indonesia. KFC disebut organisasi modern
karena sudah mengimplementasikan IT (information technology) dalam sistem
operasionalnya. Implementasinya sendiri tidak main-main. Hal ini terlihat dari diangkatnya
seorang anggota dewan direksi yang secara khusus memimpin bagian IT di perusahaan
tersebut. Dengan ditempatkannya seorang direktur yang membawahi beberapa manajer di
tingkat menengah struktur organisasi, terlihat bahwa KFC di Indonesia sudah memandang
penting posisi IT secara stategis dalam mewujudkan tujuan-tujuan aktivitas bisnisnya.
Namun jangan dibayangkan bahwa departemen IT di perusahaan itu melibatkan banyak
sekali sumber daya manusia. Sama sekali tidak! Sumber daya manusia yang terlibat dalam
pengelolaan IT dari level direktur hingga staf kurang lebih hanya berjumlah sekitar 10
orang saja. Tim ini secara khusus memang fokus dalam penyusunan dan pengendalian
strategik IT dalam menopang keberhasilan perusahaan menciptakan gol-gol usahanya.

Seluruh kegiatan implementasi dilakukan secara outsource sehingga perusahaan selalu


memperoleh masukan implementasi IT termutakhir namun tetap mengedepankan
efektifitas dan efisiensinya. Bahkan dengan dipimpin seorang direktur pun, PT. Fastfood
Indonesia tetap meminta bantuan konsultan IT di dalam mendampingi divisi IT supaya
tetap pada koridor yang tepat sasaran serta memberikan masukan-masukan strategis kepada
para pemegang kebijakan. Manajemen KFC juga mengguunakan prinsip yang mengacu
pada teori organisasi Modern, antara lain:

1. Mempertimbangkan semua elemen, organisasi,


2. Memandang organisasi sebagai suatu sistem,
3. Penyesuaian diri dengan perubahan lingkungannya,
4. Organisasi dan lingkungannya harus dilihat sebagai sesuatu yang saling
ketergantungan.
5. KFC menjadi organisasi yang dinamis dan adaptif terhadap segala perubahan

Hubungan gaya kepemimpinan dengan macam-macam struktur organisasi


Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu
perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam

Kepemimpinan dalam organisasiPage 14


memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu.
Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang
disampaikan oleh Davis dan Newstrom (1995). Gaya kepemimpinan, Secara langsung
maupun tidak langsung mempunyai pengaruh yang positif terhadap peningkatan
produktivitas kerja karyawan/pegawai. Hal ini didukung oleh Sinungan (1987) yang
menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang termasuk di dalam lingkungan organisasi
merupakan faktor potensi dalam meningkatkan produktivitas kerja. Sebuah organisasi tidak
akan berjalan dengan baik kalau didalamnya tidak ada pemimpin sebagai orang yang
bertanggung jawab atas organisasi tersebut, dan pemimpin itu tidak akan maksimal dalam
melaksanakan tugasnya tampa adanya bawahan (karyawan) yang selalu berintraksi dan
membantunya. Adanya pemimpin dan bawahan (karyawan) tersebut adalah suatu bukti
bahwa organisasi dan struktur saling berkaitan. Oleh karena itu, istilah struktur digunakan
dalam artian yang mencakup: ukuran (organisasi), derajat spesialisasi yang diberikan
kepada anggota kepada organisasi, kejelasan jurisdiksi (wilayah kerja), kecocokan antara
tujuan anggota dengan tujuan organisasi, gaya kepemimpinan, dan sistem imbalan. Dan
sebagai tolak ukur, dalam penelitian menunjukkan bahwa ukuran organisasi dan derajat
spesialisasi merupakan variabel yang mendorong terjadinya konflik struktur. Makin besar
organisasi, dan makin terspesialisasi kegiatannya, maka semakin besar pula kemungkinan
terjadinya konflik. Jadi, konflik adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya
ketidak sesuaian atau perbedaan antara dua pendapat (sudut pandang), baik itu terjadi
dalam ukuran (organisasi), derajat spesialisasi yang diberikan kepada anggota keorganisasi,
kejelasan jurisdiksi (wilayah kerja), kecocokan antara tujuan anggota dengan tujuan
organisasi, gaya kepemimpinan, dan sistem imbalan yang berpengaruh atas pihak-pihak
yang terlibat, baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif . Namun secara umum
Konflik Hirarki (Sruktur) adalah konflik yang terjadi diberbagai tingkatan organisasi.

Dalam struktur organisasi klasik, gaya kepemimpinan yang digunakan cenderung


menggunakan kekuasaan penuh seorang pimpinan. Karyawan dianggap sebagai mesin
yang harus menuruti perintah atasan dan harus mampu bekerja secara masimal. Dalam hal
ini tipe kepemimpinan otokratik lebih sering diterapkan. Kepemimpinan otokratik ialah
pemimpin yang tergolong otokratik dan dipandang sebagai karakteritik yang negatif.
Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang pemimpin
yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang

Kepemimpinan dalam organisasiPage 15


menonjolkan keakuannya, Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang
memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut:
1. Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi
2. Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
3. Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata; Tidak mau menerimsaran dan
pendapat
4. Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya
5. Dalam tindakan pengge-rakkannya sering memperguna-kan pendekatan yang
mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.
Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin yang otokratik antara lain:
a. Menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya
b. Dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya
c. Bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi menggunakan pendekatan
punitif dalam hal terhadinya penyimpangan oleh bawahan.

Lambat laun gaya kepemimpinan ini dianggap tidak sesuai lagi seiring perkembangan
zaman, sehingga terjadi perubahan struktur organisasi dan gaya kepemimpinan. Pada
struktur organisasi modern, gaya kepemimpinan situasional adalah gaya kepemimpinan
yang paling sesuai sampai saat ini. Gaya kepemimpinan situasional dianggap para ahli
manajemen sebagai gaya yang sangat cocok untuk diterapkan saat ini. Sedangkan untuk
bawahan yang tergolong pada tingkat kematangan yaitu bawahan yang tidak mampu tetapi
berkemauan, maka gaya kepemimpinan yang seperti ini masih pengarahan, karena kurang
mampu, juga memberikan perilaku yang mendukung. Dalam hal ini pimpinan/pemimpin
perlu membuka komunikasi dua arah (two way communications), yaitu untuk membantu
bawahan dalam meningkatkan motivasi kerjanya. Berikut ini gaya kepemimpinan
situasional dimulai dari konsep yang paling klasik sampai teori modern, yaitu teori
situasional yang disampaikan Hersey and Blancard.

Gaya Kepemimpinan Situasional


Belajar dari konsep Hersey and Blancard, perilaku dan gaya kepemimpinan bersifat
situasional. Pemimpin atau manajer harus menyesuaikan responnya menurut kondisi atau
tingkat perkembangan kematangan, kemampuan dan minat karyawan dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya. Dalam hal ini, respon seorang manajer dalam perilaku
kepemimpinannya memberikan sejumlah pengarahan dan dukungan yang bersifat
sosioemosional. Sementara itu, manajer harus menyesuaikan tingkat kematangan
karyawan. Tingkat kematangan karyawan (maturity), diartikan sebagai tingkat kemampuan
karyawan untuk bertanggung jawab dan mengarahkan perilakunya dalam bentuk kemauan.

Kepemimpinan dalam organisasiPage 16


Berdasarkan tingkat kematanganya, menurut Hersey and Blancard ada empat jenis
karyawan, yaitu: (1) karyawaan yang tidak mampu dan tidak mau, (2) karyawaan yang
tidak mampu, tetapi mau, (3) karyawaan yang mampu, tetapi tidak mau, (4) karyawaan
yang mampu dan mau.
Mengarahkan (telling)
Ada empat respon kepemimpinan dalam mengelola kinerja berdasarkan tingkat
kematangan karyawan, yaitu mengarahkan, menjual, menggalang partisipasi dan
mendelegasikan.Gaya kepemimpinan yang mengarahkan, merupakan respon
kepemimpinan yang perlu dilakukan oleh manajer pada kondisi karyawan lemah dalam
kemampuan, minat dan komitmenya. Sementara itu, organisasi menghendaki penyelesaian
tugas-tugas yang tinggi. Dalam situasi seperti ini Hersey and Blancard menyarankan agar
manajer memainkan peran directive yang tinggi, memberi saran bagaimana menyelesaikan
tugas-tugas itu, tanpa mengurangi intensitas hubungan sosial dan komunikasi antara
pimpinan dan bawahan.
Menjual (selling)
Pada kondisi karyawan menghadapi kesulitan menyelesaikan tugas-tugas, takut untuk
mencoba melakukannya, manajer juga harus memproporsikan struktur tugas dengan
tanggungjawab karyawan. Selain itu, manajer harus menemukan hal-hal yang
menyebabkan karyawan tidak termotivasi, serta masalah-masalah yang dihadapi karyawan.
Pada kondisi karyawan sudah mulai mampu mengerjakan tugas-tugas dengan lebih baik,
akan memicu perasaan timbulnya over confident. Kondisi ini, memungkinkan karyawan
menghadapi permasalahan baru yang muncul. Masalah-masalah baru yang muncul
tersebut, seringkali menjadikannya putus asa. Oleh karena itu, setelah memberikan
pengarahan, manajer harus memerankan gaya menjual. Dengan mengajukan beberapa
alternatif pemecahan masalah.

Menggalang partisipasi (participation)


Gaya kepemimpinan partisipasi, adalah respon manajer yang harus diperankan ketika
tingkat kemampuan karyawan akan tetapi tidak memiliki kemauan untuk melakukan
tanggung jawab, karena ketidakmauan atau ketidakyakinan mereka untuk melakukan
tugas/tangung jawab seringkali disebabkan karena kurang keyakinan. Dalam kasus seperti
ini pemimpin perlu membuka komunikasi dua arah dan secara aktif mendegarkan
mendukung usaha-usaha yang dilakukan para bawahan/pengikutnya.

Mendelegasikan (delegating)

Kepemimpinan dalam organisasiPage 17


Selanjutnya, untuk tingkat karyawan dengan kemampuan dan kemauan yang tinggi,
maka gaya kepemimpinan yang sesuai adalah gaya delegasiDengan gaya delegasi ini
pimpinan sedikit memberi pengarahan maupun dukungan, karena dianggap sudah mampu
dan mau melaksanakan tugas/tanggung jawabnya. Mereka diperkenankan untuk
melaksanakan sendiri dan memutuskannya tentang bagaimana, kapan dan dimana
pekerjaan mereka harus dilaksanakan. Pada gaya delegasi ini tidak terlalu diperlukan
komunikasi dua arah.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adanya gaya kepemimpinan maupun struktur organisasi memiliki tujuan yang sama
yaitu membentuk efektivitas kerja yang positif. Efektivitas kerja merupakan derajat
pencapaian tujuan suatu organisasi berdasarkan aktivitas-aktivitas yang dilakukan.
Efektivitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain gaya kepemimpinan,
komunikasi intern, tata ruang kantor, motivasi kerja, struktur organisasi dan lain-lain.
Factor-faktor tersebut merupakan hal yang perlu diatur dan dikembangkan sedemikian
rupa dan terus dijaga agar organisasi tetap utuh dan tidak keluar jalur dari tujuan yang
sudah ditetapkan. Perbedaan gaya kepemimpinan otomatis mempengaruhi
keberhasilan dari pelaksanaan kerja dari seluruh proses organisasi. Oleh karena itu
dengan semakin berkembangnya teori tentang gaya kepemimpinan diharapkan dapat
membuat organisasi lebih efektif dan efisien.
B. Saran
Keberlangsungan suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh pemimpin dari organisasi
tersebut. Dari pembahasan diatas, kami mempunyai beberapa saran yaitu :
1. Pemimpin harus dapat menyesuaikan gaya kepemimpinan seperti apa yang cocok
dengan struktur organisasi yang dianut.

Kepemimpinan dalam organisasiPage 18


2. Pemimpin harus mengetahui dan beradaptasi terhadap perbedaan karakter dari
setiap bawahan dalam organisasi yang dipimpinnya sehingga organisasi berjalan
dengan baik.
3. Pemimpin harus dapat menjadi risk taker yang cepat tanggap apabila terdapat
masalah-masalah dalam organisasi baik yang disebabkan lingkungan internal
maupun eksternal.

Kepemimpinan dalam organisasiPage 19

Anda mungkin juga menyukai