Analgetika adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem syaraf pusat secara selektif,
digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi kesadaran. Analgetika bekerja
dengan meningkatkan nilai ambang persepsi rasa sakit.Rasa nyeri dalam kebanyakan hal
hanya merupakan suatu gejala, yang fungsinya adalah melindungi dan memberikan tanda
bahaya tentang adanya gangguan-gangguan di dalam tubuh,seperti peradangan (rematik,
encok), infeksi-infeksi kuman atau kejang-kejang otot. Penyebab rasa nyeri adalah
rangsangan-rangsangan mekanis, fisik, atau kimiawi yang dapat menimbulkan kerusakan-
kerusakan pada jaringan dan melepaskan zat-zat tertentu yang disebut mediator-mediator
nyeri yang letaknya pada ujung-ujung saraf bebas di kulit, selaput lendir, atau jaringan-
jaringan (organ-organ) lain. Dari tempat ini rangsangan dialirkan melalui saraf-saraf sensoris
keSistem Saraf Pusat (SSP) melalui sumsum tulang belakang ke thalamus dan kemudian ke
pusatnyeri di dalam otak besar, dimana rangsangan dirasakan sebagai nyeri.
Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, rasa nyeri timbul bila ada jaringan
tubuh yang rusak, dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan cara
memindahkan stimulus nyeri. Dengan kata lain, nyeri pada umumnya terjadi akibat adanya
kerusakan jaringan yang nyata.
Menurut Torrance & Serginson (1997), ada tiga jenis sel saraf dalam proses penghantaran
nyeri yaitu sel syaraf aferen atau neuron sensori, serabut konektor atau interneuron, dan sel
saraf eferen atau neuron motorik. Sel-sel syaraf ini mempunyai reseptor pada ujungnya yang
menyebabkan impuls nyeri dihantarkan ke sum-sum tulang belakang dan otak.Reseptor-
reseptor ini sangat khusus dan memulai impuls yang merespon perubahan fisik dan kimia
tubuh.Reseptor-reseptor yang berespon terhadap stimulus nyeri disebut nosiseptor.Mediator
nyeri antara lain mengakibatkan reaksi radang dan kejang-kejang yang mengaktivasi reseptor
nyeri di ujung-ujung saraf bebas di kulit, mukosa, dan jarigan lainnya. Nociceptor ini terdapat
diseluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali di system saraf pusat.Dari sini rangsangan
disalurkan ke otak melalui jaringan yang hebat dari tajuk-tajuk neuron dengan sinaps yang
amat banyak melalui sum-sum tulang belakang, sum-sum tulang lanjutan dan otak
tengah.Dari thalamus impuls diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls
dirasakan sebagai nyeri.Stimulus pada jaringan akan merangsang nosiseptor melepaskan zat-
zat kimia, yang terdiri dari prostaglandin, histamin, bradikinin, leukotrien, substansi p, dan
enzim proteolitik. Zat-zat kimia ini akan mensensitasi ujung syaraf dan menyampaikan
impuls ke otak (Torrance & Serginson, 1997).
5
Berdasarkan pembagian senyawa analgetika, senyawa ini dibagi menjadi beberapa
macam,antara lain :
Daya penghilang rasa nyeri morfin jauh lebih besar dari pada codeina. Sifat
analgetika dari morfina berdasarkan penekanannya pada susunan saraf sentral yang
disertai dengan perasaan nyaman, menghambat pernafasan dan dapat menyembuhkan
batuk.
Penggunaannya; Untuk mengobati rasa sakit yang tidak dapat disembuhkan dengan
analgetika antipiretika, misalnya pada kanker, menahan rasa sakit pada waktu operasi
dan sebagainya.
6
Kerja ikutannya; dapat mengakibatkan sembelit yang hebat, perasaan mual dan
muntah muntah, alergi (gatal gatal) dan yang terutama adalah mengakibatkan gatal
gatal.
Morfina tak boleh diberikan kepada penderita radang hati atau asma, karena morfina
menekan pusat pernafasan. Juga tak boleh diberikan kepada bayi. Pemberian morfina
kepada orang tua dan anak anak harus hati hati, sebab mereka sangat peka.
Morfin tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi dapat diabsorsi melalui kulit luka.
Morfin dapat diabsorpsi usus, tetapi efek analgesik setelah pemberian oral jauh lebih
rendah daripada efek analgesik yang timbul setelah pemberian parenteral dengan dosis
yang sama. Setelah pemberian dosis tunggal, sebagian morfin mengalami konyugasi
dengan asam glukoronat di hepar, sebagian dikeluarkan dalam hasil ekskresi.Morfin yang
terkonyugasi ditemukan dalam empedu.Sebagian yang sangat kecil dikeluarkan bersama
cairan lambung.
b. Metadone
Mempunyai efek analgesik mirip morfin, tetapi tidak begitu menimbulkan efek
sedatif. Dieliminasi dari tubuh lebih lambat dari morfin (waktu paruhnya 25 jam) dan gejala
withdrawal-nya tak sehebat morfin, tetapi terjadi dalam jangka waktu lebih lama.
Diberikan secara per oral, injeksi IM, dan SC.Diindikasikan untuk analgesik pada nyeri hebat,
dan juga digunakan untuk mengobati keterganungan heroin.
c. Meperidin (petidin)
Menimbulkan efek analgesik, efek euforia, efek sedatif, efek depresi nafas dan efek
samping lain seperti morfin, kecuali konstipasi.Efek analgesiknya muncul lebih cepat daripada
morfin, tetapi durasi kerjanya lebih singkat, hanya 2-4 jam.Diindikasikan untuk obat
praoperatif pada waktu anestesi dan untuk analgesik pada persalinan.
d. Fentanil
Merupakan opioid sintetik, dengan efek analgesik 80x lebih kuat dari morfin, tetapi depresi
nafas lebih jarang terjadi.Diberikan secara injeksi IV, dengan waktu paruh hanya 4 jam dan
10
Meperidin Menimbulkan efek Efek analgesiknya Diindikasikan untuk
(petidin) analgesik, efek euforia, efek muncul lebih cepat obat praoperatif pada
sedatif, efek depresi nafas daripada morfin, waktu anestesi dan
dan efek samping lain tetapi durasi kerjanya untuk analgesik pada
seperti morfin, kecuali lebih singkat, hanya persalinan.
konstipasi. 2-4 jam.
Fentanil Merupakan opioid sintetik, Diberikan secara
dengan efek analgesik 80x injeksi IV, dengan
lebih kuat dari morfin, tetapi waktu paruh hanya 4
depresi nafas lebih jarang jam dan dapat
terjadi. digunakan sebagai
obat praoperatif saat
anestesi.
11
b. Salisilamid
Salisilamid adalah amida asam salisilat yang memperlihatkan efek analgesic dan
antipiretik mirip asetosal, walaupun dalam badan salisilamid tidak diubah menjadi
salisilat.Efek anlgesik antipiretik salisilamid lebih lemah daripada salisilat, karena
salisilamid dalam mukosa usus mengalami metabolism lintas pertama, sehingga
hanya sebagian salisilamid yang diberikan masuk sirkulasi sebagai zat aktif.Obat ini
mudah diabsorpsi usus dan cepat didistribusi ke jaringan. Obat inimenghambat
glukoronidasi obat anlagesik lain di hati misalnya Na salisilat dan asetaminofen,
sehingga pemberian bersama dapat meningkatkan efek terapi dan toksisitas obat
tersebut. Salisilamida adalah turunan dari asam salisilat, sering dikombinasi dengan
parasetamol dan kofeina. Merupakan analgetika yang daya kerjanya kurang kuat bila
dibandingkan dengan asetosal, tetapi banyak dipakai karena sifatnya tidak terlalu
asam, sehingga tidak menimbulkan radang dan pendarahan pada lambung.Dosis;
dewasa (oral 3 X sehari 500 mg)
c. Diflunisial
Obat ini merupakan derivate difluorofenil dari asam salisilat, tetapi dalam tubuh
tidak diubah menjadi asam salisilat.Bersifat analgesic dan anti-inflamasi tetapi
hampir tidak bersifat antipiretik.Obat ini juga berperan dalam penghambatan
prostaglandin melalui penghambatan enzim COX.
12
Farmakodinamik
Efek analgesic paracetamol serupa dengan salisilat, yaitu menghilangkan atau
mengurangi nyeri ringan sampai sedang.Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan
mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat.Efek
antiimflamasinya sangat lemah, oleh karena itu paracetamol tidak digunakan
sebagai antireumatik.Paracetamol merupakan penghambat biosintesis PG yang
lemah.PG dihambat akibat adanya penghambatan enzim COX.
13
1. Kombinasi antara analgetika dengan analgetika (Novalgin dan Piramidon).
Misalnya pada tablet Gardan.
2. Kombinasi antara analgetika dengan sedativa-hypnotika (Veronal dan
Piramidon). Misalnya pada tablet Veramon.
3. Kombinasi antara analgetika dengan analeptika (Salisilamida, Parasetamol
dan Coffein). Misalnya pada tablet Refagan.
4. Kombinasi antara analgetika dengan zat antihistamin, terutama untuk
mengurangi gejala gejala pada influenza(flu). Misalnya:
Tablet Inza (isinya Parasetamol + antihistamin + cofeina)
Tablet Decolgen (isinya Parasetamol + antihistamin + vitamin C)
2. Analgetika antipiretika
Antipiretik adalah zat-zat yang dapat mengurangi suhu tubuh.Pada keadaan
demam, thermostat di hipotalamus terganggu, menyebabkan suhu tubuh meningkat.
Obat analgetika-antipiretika bekerja mengembalikan fungsi thermostat ke suhu tubuh
normal, dengan cara rangsangan pusat pengatur kalor di hipotalamus. Sehingga terjadi
vasodilatasi perifer dikulit danpengeluaran kalor disertai keluarnya banyak keringat.
B. Turunan 5-pirazolon
Turunannya seperti antipirin, amindopirin dan metampiron,aspirin. Turunan
ini digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada keadaan nyyeri kepala,nyeri spasma
usus, ginjal, saluran empedu, dan urin,neuralgia, migrain, dismenorhu,nyeri gigi,dan
nyeri rematik. Efek samping yang ditimbulkan oleh turunan 5-pirazolon adalah
agranulositosis,yang dalam beberapa kasus dapat berakibat fatal. Di pasaran piralozon
terdapat dalam antalgin, neuralgin, dan novalgin. Obat ini amat manjur sebagai
penurun panas dan penghilang rasa nyeri. Namun piralozon diketahui menimbulkan
efek berbahaya yakni agranulositosis (berkurangnya sel darah putih), karena itu
penggunaan analgesik yang mengandung piralozon perlu disertai resep dokter.
Antipirin (fenazon) mempunyai aktivitas analgesik hampir sama dengan
asetanilid dengan awal kerja yang lebih cepat. Efek samping agranulosistisnya cukup
besar sehingga besar sehingga sekarang tidak lagi digunakan untuk pemakain
sistemik. Antipirin mempunyai efek paralitik pada syaraf sensori dan motorik
sehingga digunakan untuk anestesi setempat dan vasokontriksi pada pengobatan
rinitis dan laringitis dosis : 5-15%
Amidopirin (pyramidon,aminopirin,aminofenazon) mempunyai aktivitas
analgesik serupa dengan antipirin ,awal kerjanya lebih lambat dan masa kerjanya
lebih panjang.adsorbsi obat dalam saluran saluran cerna cepat,dan kurang lebih 25-
15
30%. Efek sampingnya cukup besar dan berakibat fatal sehingga sekarang tidak lagi
digunakan.
Metampiron NA (metamizol Na,antalgin,novalgin,dipiron) merupakan
antipiretik yang cukup populer di indonesia.adsorbsinya sangat cepat dan cepat
termetabolisme di hati. Efek samppingnya sangat berat sehingga di larang beredar di
amerika serika,inggris,jepang,dan australia. Dosis : 500 mg 4dd
Profifenazon ( isopiriin,larodon) digunakan terutama sebagai antirematik. Senyawa
dapat menimbulkan spasma pada otot bergaris dan penggunaannya sering di
kombinasi dengan obat analgesik lain. Dosis : 500mg 4dd
Benorylate adalah kombinasi dari parasetamol dan ester aspirin. Obat ini
digunakan sebagai obat antiinflamasi dan antipiretik. Untuk pengobatan demam pada
anak obat ini bekerja lebih baik dibanding dengan parasetamol dan aspirin dalam
penggunaan yang terpisah. Karena obat ini derivat dari aspirin maka obat ini tidak
boleh digunakan untuk anak yang mengidap Sindrom Reye.
Fentanyl termasuk obat golongan analgesik narkotika. Analgesik narkotika
digunakan sebagai penghilang nyeri. Dalam bentuk sediaan injeksi IM
(intramuskular) Fentanyl digunakan untuk menghilangkan sakit yang disebabkan
kanker. Menghilangkan periode sakit pada kanker adalah dengan menghilangkan rasa
sakit secara menyeluruh dengan obat untuk mengontrol rasa sakit yang
persisten/menetap. Obat Fentanyl digunakan hanya untuk pasien yang siap
menggunakan analgesik narkotika. Fentanyl bekerja di dalam sistem syaraf pusat
untuk menghilangkan rasa sakit. Beberapa efek samping juga disebabkan oleh aksinya
di dalam sistem syaraf pusat. Pada pemakaian yang lama dapat menyebabkan
ketergantungan tetapi tidak sering terjadi bila pemakaiannya sesuai dengan aturan.
Ketergantungan biasa terjadi jika pengobatan dihentikan secara mendadak. Sehingga
untuk mencegah efek samping tersebut perlu dilakukan penurunan dosis secara
bertahap dengan periode tertentu sebelum pengobatan dihentikan.da, paletamat
bromida, pripinium bromida digunakan untuk nyeri saluran cerna.
18
c. Senyawa amin tersier sintetik
Heksahidro adifenin HCl, disiklomin HCl, papaverin, mebeverin HCl, alverin
sitrat, pramiverin mempunyai efek spasmolitik digunakan untuk nyeri saluran
cerna.
Mekanisme kerja belum diketahui secara pasti. Tetapi mempengaruhi relaksasi
otot polos endogen. Efek samping golongan ini antara lain adalah
ketidaknyamanan abdominal, mual, diare, konstipasi, dan mengantuk.
19
Kesimpulan
1. Obat analgetik golongan narkotika ketika dikonsumsi tidak sesuai dengan aturan atau
penempatan pemakaiaan mengakibatkan ketagihan dan merusak kesehatan
masyarakat, maka pemakaian obat ini diatur oleh undang undang dan diawasi ketat
oleh pemerintah.
2. Obat analgetik golongan antipiretik penggunaanya harus sesuai petunjuk dokter karena
apabila dikonsumsi dengan dosis berlebih dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati
dan ginjal
3. Obat golongan analgetik antispasmodik penggunaannya harus sesuai petunjuk
pemakaian,karena apabila disalahgunakan dapat mengakibatkan gangguan pada
saluran cerna.dan efek sampinggnya dapat mengakibatkan ketidaknyamanan
abdominal, mual, diare, konstipasi, dan mengantuk.