Laporan
Laporan
Disusun Oleh :
TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
LEMBAR PENGESAHAN
1
Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa mahasiswa Jurusan Teknik
Elektro Universitas Brawijaya :
Haris Altamira ( 135060300111046)
Telah melaksanakan Kerja Praktek di PT. Daya Radar Utama Shipyard, Jakarta Utara,
terhitung mulai tanggal 15 Agustus s.d. 16 September 2016 dan telah menyelesaikan laporan
kerja praktek tepat pada waktunya.
Laporan Kerja Praktek ini telah diperiksa dan disetujui.
Mengetahui,
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat
menyusun dan menyelesaikan laporan kerja praktek ini. Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk menuntaskan mata kuliah Kerja Praktek. Kami menyadari bahwa,
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi kami untuk menyelesaikan
laporan ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa berkat kemudahan yang telah diberikan oleh-Nya selama melaksanakan
kegiatan praktek kerja lapangan
2. Bapak M. Aziz Muslim, S.T, M.T., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Universitas
Brawijaya.
3. Bapak Ir. Unggul Wibawa M. Sc selaku pembimbing KKN-P terimakasih atas bimbingan
dan curahan ilmu yang tak ternilai kepada penyusun.
4. Ibu Dipl, -ing. Henny Poerwanti, ST. selaku kordinator kerja praktek dari PT. Bremar
Schifftechnik
5. Bapak Amir Gunawan selaku Presiden Direktur PT. Daya Radar Utama Shipyard Unit 1 Jakarta
6. Ibu Yanti Panggabean selaku Senior Manager SDM & Umum PT. Daya Radar Utama Shipyard
Unit 1 Jakarta
7. Bapak Sudiyanto, Bapak Sugeng Riyanto, ST, dan Bapak Ir. Lukman Idris selaku pembimbing
kerja praktek di PT. Daya Radar Utama.
8. Segenap karyawan PT. Daya Radar Utama yang telah membantu dan membimbing selama
pelaksanaan kerja praktek penulis.
9. Ayah, Ibu, dan semua anggota keluarga penulis yang telah mendukung.
Besar harapan penulis agar laporan ini dapat bermanfaat bagi akademisi maupun masyarakat
umum. Penulis sadar bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Segala saran ataupun kritik yang
membangun terhadap teknik penulisan maupun isi dari laporan sangatlah diharapkan agar laporan ini
bisa lebih baik lagi.
Haris Altamira
Jakarta, 16 September 2016
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN............................................................................................................
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................
1.2 Tujuan...............................................................................................................................
1.3 Batasan Masalah...............................................................................................................
1.4 Metodologi Penulisan.......................................................................................................
1.5 Sistematika Penulisan.......................................................................................................
BAB II : TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN..........................................................................
2.1 Profil Perusahaan..............................................................................................................
2.2 Data Perusahaan................................................................................................................
2.3 Visi dan Misi Perusahaan..................................................................................................
2.4 Motto dan Penerapan Nilai-Nilai......................................................................................
2.5 Struktur Organisasi............................................................................................................
2.6 Kebijakan Mutu Perusahaan.............................................................................................
BAB III : HASIL PELAKSANAAN PKL...................................................................................
3.1 Ringkasan Praktek Kerja Lapangan..................................................................................
3.1.1 Proses Produksi Secara Umum..................................................................................
3.1.2 Tugas Selama PKL....................................................................................................
3.1.3 Keterampilan Baru yang Diperoleh.........................................................................
3.2 Identifikasi Kendala yang Dihadapi................................................................................
3.2.1 Kendala Pelaksanaan Tugas.....................................................................................
3.2.2 Cara Mengatasi Kendala..........................................................................................
3.3 Pembahasan Hasil PKL...................................................................................................
3.3.1 Identifikasi Permasalahan yang Dihadapi Perusahaan dalam Bidang Kerja PKL
31
3.3.2 Identifikasi Alternatif Solusi Atas............................................................................
BAB IV..........................................................................................................................................
4.1 Penutup............................................................................................................................
4.2 Kesimpulan.....................................................................................................................
4.3 Saran................................................................................................................................
LAMPIRAN.................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
PT Daya Radar Utama telah berdiri sejak tahun 1972. Sebagai galangan yang telah
berdiri lebih dari 40 tahun ini, PT Daya Radar Utama telah menjadi salah satu galangan
terbaik di Indonesia yang mampu membangun dan memperbaiki kapal dengan
menawarkan efisiensi dan fleksibilitas secara optimal. Terbukti dengan Divisi Bangunan
Baru yang mampu membangun kapal sampai 17500 DWT sementara Divisi Repair
mampu memperbaiki kapal hingga 40000 DWT. PT Daya Radar Utama percaya bahwa
sangat penting untuk berkomitmen memberikan pelayanan terbaik dan fokus pada mutu
dan waktu pengiriman yang tepat.
Atas dasar tersebut, maka kami mengajukan permohonan kerja Praktek di PT Daya
Radar Utama. Sebagai salah satu perusahaan maritim terbaik di Indonesia, PT Daya Radar
Utama merupakan pilihan yang tepat untuk menimba ilmu dari para pakar yang memiliki
keahlian dan pengalaman.
1
1.2 Tujuan
1. Sebagai prasyarat terselesaikannya mata kuliah KKN Praktik yang nantinya penting
sebagai syarat pengajuan skripsi bagi calon Sarjana Teknik Universitas Brawijaya.
2. Membandingkan teori yang telah didapatkan saat perkuliahan dengan kondisi
sebenarnya yang ada di lapangan.
3. Memahami peralatan utama yang ada di kapal.
4. Memahami sistem pembangkit tenaga listrik pada kapal BC30005
Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, maka penulis memfokuskan masalah
pada sistem pembangkit tenaga listrik pada kapal BC30005.
1. Metode pustaka, yaitu mempelajari buku dan informasi elektronik terkait judul
laporan.
3. Metode observasi, yaitu melihat langsung kegiatan PKL serta pengambilan data terkait
judul laporan.
Sistematika penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini adalah sebagai
berikut:
BAB I : Pendahuluan
Pada bab pertama ini berisi latar belakang masalah yang dibahas, tujuan penulisan, batasan
masalah, metode dan sistematika penulisan laporan.
2
BAB II : Tinjauan Umum Perusahaan
Pada bab kedua ini berisi mengenai pengertian umum, fungsi, latar belakang galangan
kapal, organisasi chart, sistem penyaluran dan hal-hal yang berhubungan dengan keadaan
umum di PT.Daya Radar Utama.
3
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
1 Profil Perusahaan
Dengan pengalaman lebih dari 40 tahun, PT. Daya Radar Utama telah menjadi
salah satu galangan terbaik di Indonesia. Terbukti dari kemampuan, komitmen untuk
memberikan pelayanan terbaik dan fokus pada mutu dan waktu pengiriman yang tepat.
Setelah mengalami masa-masa sulit selama 35 tahun dalam industri perkapalan,
perusahaan ini telah berhasil menawarkan efisiensi dan flexibilitas secara optimal agar
dapat memberikan hasil yang baik dalam hal biaya dan waktu.
Berdiri pada tahun 1972, perusahaan ini telah membangun dan memperbaiki
berbagai macam kapal dari bahan baja, aluminium alloy, dan fiberglass reinforced plastic.
Divisi Bangunan Baru mampu membangun kapal sampai dengan 17500 DWT sementara
Divisi Reparasi mampu memperbaiki kapal sampai ukuran 40000 DWT.
Divisi Reparasi telah memperbaiki berbagai macam kapal Tanker, Ferry, Dredgers,
Tug Boat, Bulk Carriers, Kapal cepat Ferry dan kapal konversi dari kapal container ke
kapal Accomodation Offshore Support dengan kapasitas 200 crew dan heli-deck.
4
2.1 Data Perusahaan
PT. Daya Radar Utama memiliki visi dan misi sebagai berikut :
Visi
Menjadi perusahaan galangan kapal yang unggul di segmen kelas menengah dan
siap bersaing di pasar global.
Misi
5
1 Diakui dan dikenal luas sebagai perusahaan yang handal dalam memenuhi harapan
pelanggan,
2 Meningkatkan kemampuan untuk mewujudkan pertumbuhan yang berkesinambungan,
3 Memberi nilai tambah yang optimal bagi para pemegang saham, karyawan, pelanggan,
dan mitra usaha.
6
2.5 Kebijakan Mutu Perusahaan
PT. Daya Radar Utama adalah sebuah Perusahaan Swasta Nasional yang bergerak
di bidang Pembangunan, Perbaikan dan Konversi Kapal, selalu mengutamakan kepuasan
pelanggan dengan menghasilkan pekerjaan yang berkualitas dan ramah lingkungan,
penyerahan pekerjaan tepat waktu serta hasil yang sesuai yang diharapkan.
7
BAB III
HASIL PELAKSANAAN PKL
3.1 Ringkasan Praktek Kerja Lapangan
8
Gambar 3.1 Kapal BC30005
9
3.1.3 Keterampilan Baru yang Diperoleh
3.1.3.1 Rekapitulasi Daya pada Fast Patrol Boat 38M
Kondisi besarnya beban pada kelistrikan kapal terbagi atas empat bagian, yaitu
keadaan At Harbour, Normal at sea, Abnormal at sea, dan Emergency. Keadaan At
Harbour merupakan keadaan dimana kapal dalam keadaan bersandar di pelabuhan.
10
Peralatan listrik diatas kapal memiliki karakter pembebanan yang spesifik dimana
peralatan bekerja tidak secara terus menerus. Adapun jenis pembebanan dalam operasional
peralatan listrik diatas kapal dibagi menjadi:
Power balance digunakan untuk mengetahui rating kerja dari genset yang
terpasang serta total daya pada peralatan continue dan intermittent untuk kondisi kapal
dengan kebutuhan listrik terbesar.
11
lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui daya minimum dan maksimum yang
dibutuhkan.`
12
dalam tabel tersebut. Sehingga dengan tabel balans daya tersebut dapat diketahui daya
listrik yang diperlukan untuk masing-masing kondisi operasional kapal. Dalam penentuan
electric power balance BKI Vol. IV (Bab I, D.I) mengisyaratkan bahwa :
1. Seluruh perlengkapan pemakaian daya yang secara tetap diperlukan untuk memelihara
pelayanan normal harus diperhitungkan dengan daya kerja penuh.
2. Beban terhubung dari seluruh perlengkapan cadangan harus dinyatakan. Dalam hal
perlengkapan pemakaian daya nyata yang hanya bekerja bila suatu perlengkapan serupa
rusak, kebutuhan dayanya tidak perlu dimasukkan dalam perhitungan.
3. Daya masuk total harus ditentukan, dari seluruh pemakaian daya yang hanya untuk
sementara dimasukkan, dikalikan dengan suatu faktor kesamaan waktu bersama
(common simultancity factor) dan ditambahkan kepada daya masuk total dari seluruh
perlengkapan pemakaian daya yang terhubung tetap. Daya masuk total sebagaimana
telah ditentukan sesusai 1 dan 3.
4. Maupun daya yang diperlukan untuk instalasi pendingin yang mungkin ada, harus
dipakai sebagai dasar dalam pemberian ukuran instalasi generator kapal.
Untuk generator set yang digunakan dalam kapal, genset yang digunakan haruslah
berjenis marine engine. Prinsip kerja dasar mesin diesel baik di darat maupun di kapal
adalah sama. Sedangkan letak perbedaannya antara lain adalah:
13
Material mesin diesel kapal (marine engine) dibuat dari bahan yang lebih kuat
daripada mesin yang berada di darat. Hal itu bertujuan agar mesin tidak mudah mengalami
kerusakan/korosi bila bersinggungan dengan air laut yang memiliki kadar garam sangat
tinggi dan mengandur unsur mineral dan biota laut perusak lainnya.
14
mesin utama kapal tidak cukup hanya dengan pondasi yang rata. Semua harus
diperhitungkan sesuai dengan mesin kapal yang akan dipasang itu sendiri seperti
memperhitungkan titik berat kapal, kelurusan dengan gearbox, propulsi, momen-momen
yang kemungkinan akan terjadi saat kapal telah beroperasi, dan pengendalian mesin kapal
untuk kebutuhan bermanuver. Terlebih bila kapal tersebut menggunakan dua mesin (twin
engine).
Ketika merencanakan sebuah generator untuk kapal maka sifat beban akan dilihat
terlebih dahulu. Generator sering kali bekerja sendiri dan rentan terhadap perubahan beban
yang besar, beban yang menyebabkan distorsi, koneksi dari motor dan koneksi dari elemen
pemanas untuk sistem pendingin udara. Selain memenuhi persyaratan sistem beban, perlu
juga dipertimbangkan persyaratan khusus dari setiap beban yang besar, kebutuhan
kapasitas cadangan dan filosofi sistem operasi.
Peraturan maritim internasional (misalnya SOLAS), menjelaskan bahwa sekurang-
kurangnya dua generator untuk sistem tenaga listrik utama kapal. Generator biasanya
digerakkan oleh mesin diesel yang sudah terintegrasi.
Jika ada dua generator yang tersedia, kegagalan pada salah satu generator dapat
membuat kapal tidak sesuai dengan peraturan internasional. Untuk alasan ini, banyak
pemilik memilih menggunakan tiga generator. Generator satu digunakan untuk beban
normal di laut, generator dua digunakan untuk memenuhi setiap beban meningkat atau
untuk menyediakan keamanan pasokan listrik ketika bermanuver, dan generator tiga di set
pada posisi standby untuk menyediakan daya ketika salah satu dari dua generator yang
beroperasi mengalami kegagalan atau memerlukan pemeliharaan spesifik.
Untuk ketentuan jumlah generator di kapal, sekurang-kurangnya dua agregat yang
terpisah dari mesin penggerak utama harus disediakan untuk pemberian daya instalasi
listrik [BKI, 1996]. Engineer kapal merencanakan bahwa generator set utama pada kapal
BC30005 ini berjumlah dua, dan satu generator set emergency. Alasannya adalah karena
kapal ini merupakan kapal patroli yang bekerja di sekitar garis pantai. Oleh karena itu
penyediaan dua generator utama sudah dianggap mencukupi kebutuhan.
15
Nilai load factor generator tidak boleh kurang dari 60% dan tidak boleh lebih dari
85%. Daya keluaran generator sekurang-kurangnya diperlukan untuk pelayanan di laut
harus 15% lebih tinggi dari kebutuhan daya yang ditetapkan dalam balans daya [BKI,
1996]. Apabila load factor terlalu kecil maka akan berdampak pada segi ekonomis
operasional genset dan apabila load factor terlalu besar maka akan berdampak pada usia
dan efisiensi generator tersebut.
Gambar 3.4 Name plate Generator
Dari data-data yang telah ada, estimasi pemilihan genset dapat dilakukan
berdasarkan perhitungan total beban listrik. Total beban listrik di kapal adalah jumlah
beban continuous dan intermittent untuk setiap kondisi. Sehingga generator set yang
dipilih untuk kapal ini adalah Caterpillar C9 dengan alternator Leroy Somer LSAM 46.
spesifikasi dari generator ini masih memenuhi load factor yang tidak boleh lebih dari 85%
dari beban terbesarnya yaitu 102KW.
16
4. Bidang revolving harus dilindungi terhadap beban lebih oleh limit device dalam regulator
5. Nilai tegangan harus mudah disesuaikan oleh regulator
6. Pembagian beban yang bersifat reaktif harus tepat ketika beberapa generator terhubung
secara paralel.
AVR yang merupakan perangkat pengendali yang mengatur tingkat eksitasi yang diberikan
kepada exciter. AVR merespon sinyal tegangan dari gulungan stator utama. Dengan
mengontrol tegangan eksitasi maka kebutuhan daya keluaran dapat diubah berdasarkan
kebutuhan beban.
AVR mendeteksi tegangan rata-rata dari dua fasa generator untuk menjamin
regulasi tegangan mendekati nilai yang telah ditentukan. Selain itu AVR juga mendeteksi
putaran mesin dan memberikan tegangan jatuh dengan kecepatan, di bawah pengaturan
kecepatan (Hz) yang di tentukan sebelumnya, mencegah eksitasi berlebih pada kecepatan
rendah mesin dan memperkecil harmonisa yang ditimbulkan oleh switching.
Output dari generator berupa tegangan tiga fasa yang melewati sensor dihubungkan
ke potential transformer terlebih dahulu, lalu tegangan tiga fasa keluaran yang telah di
turunkan disearahkan menggunakan rectifier, dan diberikan kapasitor untuk memperkecil
ripple tegangan.
Output tegangan AVR yang digunakan untuk eksitasi berbanding lurus dengan
output tegangan yang dihasilkan oleh generator.
17
3.1.3.4. Proteksi Generator Set
Keandalan suatu generator tidak saja tergantung pada konstruksi dan pembebanan
yang tidak melebihi batas maksimum kapasitasnya, tetapi juga pada sistem pengamannya.
Pengaman generator ini melindungi terhadap gangguan eksternal dan internal sistem.
Generator membutuhkan sistem pengaman yang dapat bekerja cepat dan tepat
dalam mengisolir gangguan agar tidak terjadi kerusakan yang fatal. Proteksi pada mesin
generator ada dua macam, yaitu pengaman alarm dan pengaman trip. Pengaman alarm
bertujuan untuk memberitahukan kepada operator bahwa ada sesuatu yang tidak normal
terjadi pada operasi genset dan operator segera dapat mengambil tindakan.
Bentuk dari peringatan yang terdapat pada generator set di dalam kapal BC30005
dapat dilihat pada tabel berikut:
18
Relay arus lebih digunkan untuk melindungi kerusakan akibat terjadinya hubung
singkat pada jala-jala generator. OCR (Over Current Relay) berfungsi sebagai pengaman
generator set saat terjadi beban lebih. Pada sistem distribusi kapal, OCR dapat difungsikan
sebagai prefential trip yaitu memutus beban non esensial pada saat beban penuh.
2. Over Voltage Relay
Relay tegangan lebih akan bekerja bila tegangan yang dihasilkan generator melebihi
batas nominalnya. Misalnya disebabkan oleh eksitasi yang abnormal yang mengakibatkan
tegangan yang dihasilkan oleh generator melebihi batas nominalnya. Tegangan lebih dapat
dimungkinkan oleh overspeed atau kerusakan pada pengatur tegangan otomatis (AVR)
3. Power Reverse Relay
Relay daya balik berfungsi untuk mendeteksi aliran daya aktif yang masuk ke arah
generator. Perubahan ini disebabkan oleh pengaruh rendahnya daya keluaran dari
generator. Bila daya keluaran tidak dapat mengatasi rugi-rugi yang ada, maka kekurangan
daya akan diperoleh dengan cara menyerap daya aktif dari sistem. Dengan demikian
generator akan berubah fungsi menjadi motor dan daya aktif akan masuk, sementara aliran
daya reaktif dapat masuk dan keluar Selama penguatan masih tetap, maka aliran daya
reaktif generator sama halnya sebelum generator bekerja sebagai motor.
19
bisa diatasi dengan menjalankan generator lain yang kemudian dioperasikan secara paralel
dengan generator yang telah bekerja sebelumnya, pada satu jaringan listrik yang sama.
Keuntungan dari menggabungkan 2 generator atau lebih dalam suatu jaringan listrik adalah
bila salah satu generator tiba-tiba mengalami gangguan, maka generator tersebut dapat
dihentikan serta beban dialihkan pada generator lain, sehingga pemutusan listrik secara
total bisa dihindari.
Ada tiga cara yang digunakan untuk melakukan sinkronisasi yaitu manual, semi
automatic, dan full automatic. Perbedaan dari ketiga cara tersebut terletak pada cara
penghubungan jala-jala dari generator.
Paralel generator dapat diartikan dengan menggabungkan dua buah generator atau
lebih dan kemudian dioperasikan secara bersama-sama dengan tujuan:
1. Mendapatkan daya yang lebih besar.
2. Untuk efisiensi (menghemat biaya mainteneance dan biaya bahan bakar).
3. Untuk memudahkan penentuan kapasitas generator.
4. Menjamin keberlangsungan pasokan daya listrik.
Jika hendak memparalel dua generator atau lebih tentunya ada beberapa syarat
yang harus dipenuhi agar generator dapat bekerja dengan baik. Beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi antara lain:
1. Polaritas dari generator harus sama dan tidak bertentangan setiap saat terhadap satu
dengan lainnya.
2. Urutan fasa kedua generator sama
3. Nilai tegangan yang dimiliki sama.
4. Sudut fasa yang sama.
5. Frekuensi antar generator, dan frekuensi generator dengan jala-jala harus sama.
20
Gambar 3.7 Synchronoscope
Dalam kapal ini, untuk mensinkronisasikan dua generator digunakan Phase
Sequence Indicator / Synchronoscope yang berfungsi sebagai alat untuk membaca sudut
fasa dari generator yang akan di paralel. Penggunaan alat ini juga dibantu dengan
menggunakan voltmeter untuk melihat kesamaan tegangan dan frequencymeter untuk
melihat kesamaaan frekuensi.
Ketepatan sudut fasa dapat dilihat dari synchronoscope. Bila jarum petunjuk
berputar berlawanan arah jarum jam menunjukkan frekuensi generator lebih tinggi.
Sedangkan buka berputar searah jarum jam menunjukkan frekuensi jala-jala lebih tinggi.
Pada saat jarum telah diam dan mengarah ke arah jam 12, maka sudut fasa antara generator
dengan jala-jala telah sama.
Berikut adalah prosedur standar bagi para ABK yang ingin memparalelkan dua
buah generator:
1. Pastikan bahwa breaker dari generator yang akan diparalel (incoming generator) dalam
keadaan terbuka, atau dengan kata lain incoming generator terisolasi dengan sistem.
2. Pastikan AVR (Automatic Voltage Regulator) dalam keadaan automatic.
3. Putar prime mover sampai pada rpm nominal tanpa beban.
4. Gunakan governor control untuk set frekuensi incoming generator agar lebih tinggi
1/10 dari frekuensi jala-jala.
5. Gunakan AVR untuk set tegangan incoming generator dan set frekuensi incoming
generator naik secara perlahan untuk mendekati daerah sinkron pada synchronoscope.
6. Tutup breaker incoming generator saat jarum berada di posisi satu sampai dua derajat
pada synchronoscope sebelum posisi nol. Dengan asumsi breaker mempunyai
21
kelembaman. Dengan demikian penutupan breaker tepat pada angka nol pada
synchronoscope.
7. Matikan synchronoscope.
8. Dengan governor control, buat perpindahan beban ke incoming generator secara
perlahan.
9. Jika power factor yang terbaca antara dua generator atau lebih yang diparalel tidak
sama maka set AVR masing-masing generator sampai power factor setiap generator
mendekati sama.
22
Dari masing-masing bagian tersebut telah dilengkapi dengan komponen
interkoneksi yang menghubungkan antara bagian satu dengan yang lain.
Moulded Case Circuit Breaker (MCCB) yang terpasang pada panel secara
keseluruhan dengan mengacu aturan Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) adalah fixed type.
Untuk instrumentasi dan komponen umum dari masing-masing panel MSB dijelaskan
berikut.
1. Panel Generator
23
Setiap panel generator dilengkapi dengan space heater yang berfungsi untuk
melindungi kumparan dan komponen lain pada generator saat generator tidak bekerja agar
tidak mengalami penurunan kualitas tahanan isolasi. Sistem heater ini interlock dengan
sistem generator, pada saat MCCB generator ditutup, maka sistem heater akan terputus
dengan sendirinya. Komponen lainnya berupa ampere meter, volt meter, kilowatt meter,
frequency meter, dan hour meter.
Adapun pengaman untuk generator terdiri dari reverse power relay, over current
relay 100% dan 110%. Dilengkapi juga dengan pembagi beban atau LSU (Load Sharing
Unit) untuk mengontrol pembagian beban pada saat terjadi paralel generator. Sedangkan
proteksi untuk pengaman bus bar terdiri dari over voltage relay.
Komponen lainnya adalah lampu indikator dengan warna yang berbeda-beda,
tombol tekan dengan lampu, kontaktor magnetik, relay, sekring, terminal, dan lain
sebagainya.
Terdiri dari komponen dan indikator yang berfungsi untuk sistem operasional kerja
paralel generator. Diantaranya adalah Phase Sequence Indicator/Synchronoscope untuk
memonitor perbedaan fasa antara jala-jala dengan generator. Apabila kondisi sinkron
belum tercapai, maka governor secara otomatis akan mengendalikan kecepatan dari prime
mover. Setelah kondisi telah sinkron maka check relay synchronizer akan aktif dan
memberikan sinyal auto on ke breaker generator yang akan diparalel. Kontrol lainnya
24
seperti kontaktor magnetik, switch, MCB, fuse, serta komponen lainnya yang diperlukan
untuk sistem kerja paralel, baik secara manual maupun otomatis.
3. Panel Feeder
Feeder panel di MSB terdiri dari Feeder Panel 380V Bus-A, Feeder Panel 380
Bus-B, dan Feeder Panel 220V. Masing-masing feeder panel tersebut terdiri dari dua
komponen interkoneksi berupa bus-tie, dimana bus-tie tersebut berfungsi sebagai
interkoneksi antara main busbar A dengan main busbar B.
4. Panel Shore Connection
Gambar 3.11 Panel Shore Connection
Panel shore connection adalah panel yang menghubungkan sumber listrik dari luar
kapal. Berkapasitas 100A dan dilengkapi dengan instrumen pengukuran berupa ampere
meter, volt meter, frequency meter dan komponen pendukung lainnya seperti kontaktor
magnetik, fuse, terminal, dan lampu indikator.
25
3.1.3.5 Emergency Power Supply
Emergency power system adalah suatu jenis sistem dimana sistem kelistrikan kapal
dijalankan dengan suplai cadangan ketika pada sistem utama terjadi krisis atau kegagalan
sistem. Suplai darurat akan dipasok dari Emergency Switch Board (ESB) yang
mendistribusikan daya ke sejumlah peralatan kapal.
Automatic Change Over Switch/Automatic Transfer Switch digunakan untuk
menghubungkan suplai darurat dengan beban. Satu sisi terhubung dengan suplai utama
yaitu MSB, dan sisi lain terhubung dengan. Jika tidak ada pasokan listrik yang masuk dari
MSB, transfer switch akan secara otomatis mengalihkan sumber dari generator utama ke
generator darurat.
Automatic transfer switch berada di dalam panel ESB. Panel ini juga berisi
pengaman dari beban yang akan ditanggung oleh genset darurat apabila genset utama
mengalami kegagalan sistem. Beban tersebut antara lain adalah beban penerangan, pompa
sanitasi, lampu sorot, perlengkapan radio, dan pengisian baterai darurat, serta pendingin
ruangan jika diperlukan. Dalam tabel power balance terlihat beban apa saja yang akan di
suplai oleh generator darurat. Besar beban yang ditanggung sekitar 26kW.
Dalam kapal ada beberapa beban yang harus diutamakan kontinuitasnya dan tidak
boleh pada. Dalam peraturan BKI, aptabila terjadi kesalahan pada generator utama untuk
mensuplai listrik maka generator cadangan harus dapat mensuplai tegangan dalam waktu
tidak lebih dari 45 detik. Pada kenyataannya generator set memerlukan waktu untuk
starting awal prime mover sehingga generator dapat menghasilkan tegangan, ditambah
dengan kesiapan ABK yang berjaga untuk menjalankan genset cadangan mengingat tidak
adanya kontrol automatic main failure.
26
Untuk dapat memenuhi kebutuhan beban yang memerlukan kotinuitas tinggi, maka
dari itu diperlukan perangkat yang dapat mensuplai daya ketika generator cadangan belum
bekerja. Perangkat yang digunakan pada kapal ini adalah baterai.
Pada keadaan normal atau semua generator dapat mensuplai daya maka switch
akan berada pada posisinya. Tegangan AC kemudian akan digunakan untuk mensuplai
jala-jala, dan untuk pengisian baterai, tegangan dirubah menjadi DC dengan penyearah.
Ketika terjadi kegagalan pada generator maka generator darurat memerlukan waktu untuk
bekerja. Ketika hal itu terjadi, maka saklar akan langsung berpindah sehingga tegangan di
suplai oleh baterai. Kemampuan baterai disini adalah DC 24V 200mAH.
27
Gambar 3.14 Emergency Battery
Shore connection digunakan ketika kapal sedang berlabuh. Ini merupakan sebuah
suplai dimana sumber listrik diambil dari darat, dalam hal ini adalah PLN. Hal ini
dilakukan atas dasar pertimbangan biaya operasional generator. Apabila kapal sedang
berlabuh di tempat yang menyediakan suplai darat, maka genenerator tidak perlu
dioperasikan sehingga biaya bahan bakar, perawatan, dan umur generator pun dapat di
hemat.
28
3.2 Identifikasi Kendala yang Dihadapi
29
generator set darurat untuk bekerja. Hal ini akan memakan waktu sekitar 3 sampai 6 detik
untuk generator cadangan dapat bekerja. Ketika generator sudah dalam keadaan running,
Emergency Switch Board atau ESB akan mensinkronkan generator dengan jala-jala.
Generator darurat akan mensuplai daya ke beban secara terus-menerus ketika diperlukan.
Pada saat generator utama dapat kembali memasok kebutuhan daya, AMF akan
mendeteksi bahwa suplai utama telah kembali bekerja. AMF akan tetap menjalankan
generator darurat untuk suplai beban antara 5 samapi 6 menit ke depan untuk melihat
apakah suplai utama telah stabil atau belum.
Dengan suplai utama yang telah bekerja stabil, AMF akan mengirim sinyal ke ATS
untuk memindah pemikulan beban ke generator utama. Setalah itu generator darurat akan
dimatikan.
30
BAB IV
PENUTUP
4.1 Penutup
4.2 Kesimpulan
Mahasiswa diajarkan tentang etos kerja yang baik sebagai bekal utama dalam
bekerja.
4.3 Saran
Perlu adanya perhatian serius dalam keselamatan kerja dan koordinasi yang lebih
baik antara pihak perusahaan dan pekerja guna meningkatkan produktivitas pekerja. Perlu
penguasaan alat-alat keselamatan kerja oleh perusahaan, juga perlunya pemeliharaan alat-
alat kerja dengan baik. Serta untuk meningkatkan mutu galangan PT. Daya Radar Utama
Unit 1 Jakarta dibutuhkan fasilitas yang cukup memadai guna menghadapi persaingan
dalam industri perkapalan di masa sekarang ini. Hal terpenting adalah hubungan yang
berkelanjutan antara PT. Daya Radar Utama Unit 1 Jakarta dan Jurusan Teknik Elektro
Universitas Brawijaya untuk tetap bekerjasama demi meningkatkan kualitas produk
galangan kapal di Indonesia.
31
LAMPIRAN
32