Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QURAN


(STIQ)
PENDEKATAN ANTROPOLOGI

Di susun oleh :
Dafi uddin
Syamsul arifin
Mata Kuliah : Metode Study Islam
Dosen : Bpk. Halili
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR.....................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................1

1.1 Pengertian Antropologi....................................................1

1.2 Pengertian pendekatan antropologi..................................1

BAB II PEDEKATAN ANTROPOLOGI DALAM STUDI


ISLAM(AGAMA).....................................................................2

1.3 Pendekatan Antropologi Agama.......................................2

1.4 Kajian Antropologi Agama..............................................3

1.5 Teori Rasionalistik...........................................................4

BAB III PENUTUP.................................................................................5

1.6 Kesimpulan......................................................................5

1.7 Daftar Pustaka..................................................................6


KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah
SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam.

Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui
berbagai sudut pandang. Islam sebagai agama yang telah berkembang selama empat belas abad
lebih menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan pemikiran
keagamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi dan budaya.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang kaitan Etos Kerja Bangsa
Jepang dan Islam, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi,
referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu
yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran
dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Mercu Buana. Saya sadar
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jau dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen
pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang
akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Situbondo, Mei 2017

Penyusun

BAB I

Pendahuluan i

Dewasa ini telah muncul kajian agama yang menggunakan Antropologi sebagai basis
pendekatannya. Berbagai pendekatan dalam memahami agama yang selama ini
digunakan dipandang harus dilengkapi dengan pendekatan antropologis. Pendekatan
dalam memahami agama yang ada selama ini antara lain pendekatan teologis, normatif,
filosofis dan historis. Namun dalam makalah ini hanya akan dibahasa pendekatan
antropologis dalam studi Islam. Melalui pendekatan antropologis sosok agama yang ada
pada dataran empirik akan dapat dilihat serat-seratnya dan latar belakang mengapa agama
tersebut muncul dan dirumuskan. Antropologi berupaya melihat hubungan antara agama
dengan berbagai pranata sosial yang terjadi di masyarakat.

A. Pengertian antropologi
Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti "manusia", dan logos yang berarti
ilmu. Kata antropologi dalam bahasa Inggris yaitu anthropology yang didefinisikan
sebagai the social science that studies the origins and social relationships of human
beings atau the science of the structure and functions of the human body(ilmu sosial
yang mempelajari asal-usul dan hubungan sosial manusia atau ilmu struktur dan fungsi
tubuh manusia).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa antropologi adalah ilmu tentang
manusia khususnya tentang asal usul, aneka warna bentuk fisik, adat istiadat, dan
kepercayaannya pada masa lampau, ilmu tentang organisme manusia dan tentang
manusia sebagai obyek sejarah alam.

B. Pengertian pendekatan antropologi

Dalam dunia ilmu pengetahuan makna dari istilah pendekatan adalah sama dengan
metodologi, yaitu sudut pandang atau cara melihat dan memperlakukan sesuatu yang
menjadi perhatian atau masalah yang dikaji. Bersamaan dengan itu, makna metodologi
juga mencakup berbagai teknik yang digunakan untuk melakukan penelitian atau
pengumpulan data sesuai dengan cara melihat dan memperlakukan masalah yang dikaji.
Dengan demikian, pengertian pendekatan atau metodologi bukan hanya diartikan sebagai
sudut pandang atau cara melihat sesuatu permasalahan yang menjadi perhatian tetapi juga
mencakup pengertian metode-metode atau teknik-teknik penelitian yang sesuai dengan
pendekatan tersebut.
Islam adalah agama samawi yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
melalui malaikat Jibril. Islam tidak hanya diperuntukkan kepada Nabi Saw, tetapi juga
untuk umatnya (manusia). Supaya Islam dapat diterima dan ajarannya dipahami serta
dilaksanakan oleh umat manusia, maka didalam penyampaiannya harus menggunakan
pendekatan atau metodologi yang pas dan sesuai. Jika tidak, maka dikhawatirkan dalam 1
waktu yang tidak lama Islam hanya tinggal namanya saja. Hal ini perlu disadari oleh
para ilmuwan muslim. Dan karena agama itu sangat erat hubungannya dengan manusia,
Maka pendekatan antropologi sangat penting untuk diterapkan didalam studi Islam.
Pendekatan antropologi dapat diartikan sebagai suatu sudut pandang atau cara melihat
dan memperlakukan sesuatu gejala yang menjadi perhatian terkait bentuk fisik dan
kebudayaan sebagai hasil dari cipta, karsa dan rasa manusia.\

BAB II

C. Pendekatan antropologi dalam studi Islam (agama)

Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu
upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh
dan berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini agama nampak akrab dan
dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan
memberikan jawabannya. Dengan kata lain bahwa cara-cara yang digunakan dalam
disiplin ilmu antropologi dalam melihat suatu masalah digunakan dalam disiplin ilmu
agama. Antropologi dalam kaitan ini sebagaimana dikatakan Dawam Raharjo, lebih
mengutamakan pengamatan langsung, bahkan sifatnya partisipatif. Dari sini timbul
kesimpulan-kesimpulan yang sifatnya induktif yang mengimbangi pendekatan deduktif
sebagaimana digunakan dalam pengamatan sosiologis. Penelitian antropologis yang
induktif dan grounded, yaitu turun ke lapangan tanpa berpijak pada, atau setidak-tidaknya
dengan upaya membebaskan diri dari kungkungan teori-teori formal yang pada dasarnya
sangat abstrak sebagaimana yang dilakukan di bidang sosiologi dan lebih-lebih ekonomi
yang menggunakan model-model matematis, banyak juga memberi sumbangan kepada
penelitian historis.

1. Pendekatan Antropologi Agama

Pendekatan yang digunakan oleh para ahli antropolog dalam meneliti wacana keagamaan
adalah adalah pendekatan kebudayaan, yaitu melihat agama sebagai inti kebudayaan.
Kajian antropolog yang bernama Geertz (1963) mengenai agama abangan, santri, dan
priyai adalah kajian mengenai variasi-variasi keyakinan agama dalam kehidupan
(kebudayaan) masyarakat Jawa sesuai dengan konteks lingkungan hidup dan kebudayaan
masing-masing bukannya kajian mengenai teologi agama. Berbeda dengan pendekatan
antropolog, sebagai ilmu sosial pendekatan yang dipakai antropologi agama untuk
menjawab masalah yang menjadi perhatiannya adalah pendekatan ilmiah. Pendekatan
ilmiah yang dikembangkan dari pendekatan ilmu alam bertolak dari kenyataan yang 2
mengandung masalah. Masalah itu diantaranya apa sebab suatu kenyataan jadi demikian,
apa faktor-faktor yang menjadikannya demikian. Sadar bahwa manusia adalah mahluk
budaya, punya kehendak, keinginan, imajinasi, perasaan, gagasan, kajian yang
dikembangkan antropologi tidak seperti pendekatan ilmu alam. Pendekatan yang
digunkan lebih humanitik, berusaha memahami gejala dari prilaku tersebut yang nota
bene punya gagasan, inisiatif, keyakinan, bisa terpengaruh oleh lingkungan dan
mempengaruhi lingkungan. Oleh karena itu, pendekatan antropologi tidak menjawab
bagaimana beragama menurut kitab suci, tetapi bagaimana seharusnya beragama menurut
penganutnya.

2. Kajian Antropologi Agama

Agama yang dipelajari oleh antropologi adalah agama sebagai fenomena budaya, tidak
agama yang diajarkan oleh Tuhan. Maka yang menjadi perhatian adalah beragamanya
manusia dan masyarakat. Sebagai ilmu sosial, antropologi tidak membahas salah
benarnya agama dan segenap perangkatnya, seperti kepercayaan, ritual dan kepercayaan
kepada yang sakral. Harsojo mengungkapkan bahwa kajian antropologi terhadap agama
dari dulu sampai sekarang meliputi empat masalah pokok, yaitu:
Dasar-dasar fundamental dari agama dan tempatnya dalam kehidupan manusia.
Bagaimana manusia yang hidup bermasyarakat memenuhi kebutuhan religius mereka.
Dari mana asal usul agama.
Bagaimana manifestasi perasaan dan kebutuhan religius manusa.
3. Teori Rasionalistik

Teori ini diterapkan pada kajian agama mulai abad ke-19. Secara umum yang dimaksud
dengan teori rasionalistik adalah keyakinan ilmuwan bahwa manusia prasejarah
menjelasakan kepercayaan mereka hampir dekat dengan cara ilmiah, tetapi mereka
sampai kepada kesimpulan salah karena kekurangan pengetahuan dan pengalaman
mereka. Kecendrungan teori ini tampak karena dipengaruhi oleh cara berfikir orang
Barat, khusunya para ahli antropologinya.

4. Teori Linguistik (Bahasa)

Kajian terhadap agama secara ilmiah dimulai sesudah kajian terhadap bahasa mulai
berkembang. Jacob Grimm dan Wilhem Grimm yang memulai penggabungan kajian 3
mitos dengan bahasa. Mereka mnegumpulkan sebagian besar lagenda, cerita rakyat,
khurafa-khurafa, dan pepatah di seantero Eropa. Menurut teori ini keagamaan itu adalah
carita rakyat modern yang semula adalah mitos massa lalu yang telah ditambah,
dikurangi, atau dikorup.

5. Asal Usul Agama

Penelusuran terhadap asal usul agama secara universal tidak akan mungkin dicapai
karena karakteristil ajaran dan umat beragama sangat banyak dan sangat berbeda satu
sama lain Mendasarkan pendapat tentang asal-usul agama kepada data keagamaan
masyrakat primitif sungguh tidak resprentatif, bahkan salah kaprah karena agama-agama
besar dunia sangat berbeda dengan agama masyarakat primitif. Kemudian penelusuran
secara ilmiah terhadap kepercayaan beragama, menuntut bukti yang rasional empirik, dan
berikutnya menuntut kesimpulan yang rasional empirik. Mengatakan agama dari Tuhan
tentu tidak empirik. Karena itu, Emile Durkheim mengatakan bahwa asal-usul agama
adalah masyarakat itu sendiri. M.T Preusz, seorang etnografer Jerman yang ahli tentang
suku Indian di Meksiko, berpendapat bahwa wujud religi tertua merupakan tindakan-
tindakan manusia untuk mewujudkan keperluan hidupnya yang tidak dapat dicapai
dengan akal dan kemampuan biasa. Dia menegaskan bahwa pusat dari tiap sistem religi
adalah ritus dan upacara. Melalui tindakan terhadap kekuatan gaib yang berperan dalam
kehidupan, manusai mengira dapat memenuhi kebutuhan dan tujuan hidupnya. R.R.
Marett berpendapat bahwa kepercayaan beragama berasal dari kepercayaan akan adanya
kekuatan gaib luar biasa yang menjadi penyebab dari gejala-gejala yang tidak dapat
dilakukan manusia biasa.

Selain itu, asal usul agama tidak lah sesuai dengan apa yang ada dalam keyakinan dan
pikiran umat beragama, karena menurut mereka agama adalah ajaran Tuhan. Walaupun
kemudian disampaikan dan dioleh atau diijtihadkan oleh pemuka agama, asal bahan yang
dioleh dan diijtihadkan itu tetap dari wahyu Tuhan. Agama pada umumnya mempunyai
ajaran-ajaran yang diyakini turun kepada manusia melaui wahyu, dalam arti bahwa
ajaran-ajaran itu berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, karena itu bersifat mutlak benar dan
tidak berubah-ubah oleh perkembangan zaman.

BAB III

PENUTUP 4
Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah diuraikan secara panjang lebar, dapat disimpulkan bahwa :
a. Antropologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang manusia dari segi
keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai)
yang dihasilkannya, sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-
beda.
b. Ada 5 fenomena agama yang menjadi obyek kajian dalam Pendekatan antropologi,
yaitu :
1) Scripture atau naskah atau sumber ajaran dan simbol agama.
2) Para penganut atau pemimpin atau pemuka agama, yakni sikap, perilaku dan
penghayatan para penganutnya.
3) Ritus, lembaga dan ibadat, seperti shalat, haji, puasa, perkawinan dan waris.
4) Alat-alat seperti masjid, gereja, lonceng, peci dan semacamnya.
5) Organisasi keagamaan tempat para penganut agama berkumpul dan berperan, seperti
Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, Gereja Protestan, Syiah dan lain-lain.
c. Ada 4 ciri fundamental cara kerja pendekatan antropologi terhadap agama, yaitu :
1) Bercorak descriptive, bukannya normative.
2) Yang terpokok dilihat oleh pendekatan antropologi adalah localpractices , yaitu
praktik konkrit dan nyata di lapangan.
3) Antropologi selalu mencari keterhubungan dan keterkaitan antar berbagai domain
kehidupan secara lebih utuh (connections across social domains).
4) Comparative, artinya studi dan pendekatan antropologi memerlukan perbandingan
dari berbagai tradisi, sosial, budaya dan agama-agama.
d. Ada empat hal yang harus diperhatikan dan diperjelas dalam rancangan
penelitian dengan menggunakan pendekatan antropologi, yaitu: rumusan masalah, arti
penting penelitian, metode penelitian dan literatur yang digunakan.
e. Pendekatan antropologi sangat dibutuhkan dalam memahami ajaran agama, karena
dalam ajaran agama banyak informasi dan uraian yang dapat dijelaskan melalui ilmu
antropologi dengan cabang-cabangnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Ed. Revisi, (Jakarta: Rajawali Pres, 2012).
--------------------------------,Kamus Inggris Indonesia - Indonesian English 5
Abd. Shomad dalam M. Amin Abdullah, dkk., Metodologi Penelitian Agama,
Pendekatan Multidisipliner, (Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga,
2006).
Akbar S. Ahmad, Kearah Antropologi Islam, (Jakarta: Media Dawah).
Amin Abdullah, Urgensi Pendekatan Antropologi Untuk Studi Agama Dan
Bustanuddin Agus, Agama dalam Kehidupan Manusia; Pengantar Antropologi Agama,
(Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2006).
M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1998).
Jack David Eller, Introducing Anthropology of Religion.( New York: Routledge
270 Madison Ave, 2007).
Parsudi Suparlan,Agama Islam: Tinjauan Disiplin Antropologi, Tradisi Baru Penelitian
Agama Islam; Tinjauan antar Disiplin Ilmu, (Bandung: Nuansa bekerja sama dengan
Pusjarlit, Cet. I, 1998).

Anda mungkin juga menyukai