Elemen Mesin 2
Elemen Mesin 2
Elemen Mesin 2
DASAR TEORI
= .........................................( 2.1 )
Dimana :
C = kapasitas screw conveyor dalam ft3 / jam
Ds = diameter scew conveyor dalam inchi
Dp = diameter pipa dalam inchi
4
5
N= ..( 2.2 )
Dimana :
N = kecepatan dari ulir ( rpm )
( N tidak boleh lebih dari kecepatan maksimum yang dianjurkan )
- Daya untuk memuter screw conveyor
Daya yang dibutuhkan adalah daya total dari gesekan conveyor ( HPf )
dan daya untuk memindahkan material pada ukuran tertentu ( HPm )
dikalikan dengan faktor beban lebih ( FO ) dan dibagi efisiensi
penggerak total ( e ). ( CEMA-screw conveyor 1971:36 ) :
Dimana :
L = panjang dari conveyor dalam ft
N = kecepatan screw conveyor dalam rpm
Fd = diameter conveyor factor
Fb = hanger bearing factor
HP = ............................................................( 2.5 )
Dimana :
Fo = over load factor
e = efisiensi penggerak ( % )
HPm = daya untuk memindahkan material ( HP )
HPf = daya total karena gesekan conveyor ( HP )
T2
DP1 Dp2
T1
Gambar 2.1. Panjang sabuk dan sudut kontak pada sabuk terbuka
(Khurmi dan Gupta, 2002)
2. Perhitungan panjang sabuk
( Sularso dan Suga,170,1978 )
L = 2C + /2 ( Dp + dp ) + c ( Dp dp ) ( 2.7 )
dengan:
L = panjang sabuk ( cm )
C = jarak sumbu poros ( m )
Dp = diameter puli besar ( m )
dp = diameter puli kecil ( m )
3. jarak antara kedua poros
( Sularso dan Suga,170,1978 )
C = b + b - 8 ( Dp dp )........................................................................( 2.8 )
8
dimana :
b = 2h 3,14 ( Dp dp )............................................................................( 2.9 )
4. Sudut singgung sabuk dan puli
(Khurmi dan Gupta, 2002 )
8
r1 - r2
sin = ...........................................................................................( 2.10 )
X
dengan :
= sudut singgung sabuk dan puli ( )
R = jari-jari puli besar ( m )
r = jari-jari puli kecil ( m )
Tt1 - Tc
2,3 log = mq .( 2.13 )
Tt 2 - Tc
2. Bantalan Gelinding
Pada bantalan gelinding ini terjadi gesekan antara bagian yang berputar
dengan bagian yang diam melalui elemen gelinding, sehingga gesekan yang
terjadi menjadi lebih kecil.Berdasarkan arah beban terhadap poros bantalan
dibagi menjadi 3 macam yaitu (Sularso dan Suga, 1987):
1. Bantalan radial
Pada bantalan ini arah beban adalah tegak lurus dengan sumbu poros.
2. Bantalan aksial
Pada bantalan ini arah beban adalah sejajar dengan sumbu poros.
3. Bantalan gelinding khusus
Bantalan ini dapat menumpu beban yang arahnya sejajar dan tegak lurus
dengan sumbu poros.
4. Poros
Poros merupakan bagian yang berputar, dimana terpasang elemen pemindah
gaya, seperti roda gigi, bantalan dan lain-lain. Poros bisa menerima beban-beban
tarikan, lenturan, tekan atau puntiran yang bekerja sendiri-sendiri maupun
gabungan satu dengan yang lainnya. Kata poros mencakup beberapa variasi
seperti shaft atau axle (as). Shaft merupakan poros yang berputar dimana akan
menerima beban puntir, lenturan atau puntiran yang bekerja sendiri maupun
secara gabungan. Sedangkan axle (as) merupakan poros yang diam atau berputar
yang tidak menerima beban puntir (Khurmi, R.S., 2002).
Jenis poros yang lain (Sularso, 1987) adalah jenis poros transmisi. Poros ini
akan mentransmisikan daya meliputi kopling, roda gigi, puli, sabuk, atau sproket
rantai dan lain-lain. Poros jenis ini memperoleh beban puntir murni atau puntir
dan lentur.
Untuk merencanakan suatu poros maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut (Sularso dan Suga, 1987):
1. Kekuatan Poros.
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau gabungan
antara puntir dan lentur, juga ada poros yang mendapatkan beban tarik atau
tekan. Oleh karena itu, suatu poros harus direncanakan hingga cukup kuat
untuk menahan beban-beban di atas.
2. Kekakuan Poros.
Meskipun suatu poros mempunyai kekuatan cukup tetapi jika lenturan
puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian atau getaran dan
suara, karena itu disamping kekuatan poros, kekakuannya juga harus
diperhatikan dan disesuaikan dengan macam mesin yang akan dilayani poros
tersebut.
12
3. Korosi.
Baja tahan korosi dipilih untuk poros. Bila terjadi kontak fluida yang
korosif maka perlu diadakan perlindungan terhadap poros supaya tidak terjadi
korosi yang dapat menyebabkan kekuatan poros menjadi berkurang.
4. Bahan Poros.
Poros untuk mesin biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik dingin
dan finishing, baja konstruksi mesin yang dihasilkan dari ingot yang di kill
(baja yang dideoksidasikan dengan ferrosilikon dan dicor, kadar karbon
terjamin). Meskipun demikian, bahan ini kelurusannya agak kurang tetap dan
dapat mengalami deformasi karena tegangan yang kurang seimbang. Poros-
poros untuk meneruskan putaran tinggi dan beban berat umumnya dibuat dari
baja paduan dengan pengerasan kulit yang tahan terhadap keausan.
Te = M 2 + T 2 ...................................................................... ( 2.17 )
Diameter poros :
16 . Te
d =3 ..........................................................................( 2. 18 )
p .ts
13
Keterangan :
Te = Torsi ekivalen (kg.m).
T = Torsi maksimum yang terjadi (kg.m).
M = Momen maksimum yang terjadi (kg.m).
t s = Tegangan geser maksimum yang terjadi (kg/cm2).
d = Diameter poros (cm).
3. Momen ekivalen
Me =
1
2
[
M + M2 + T2 ] ....................................................( 2.19 )
Diameter poros :
32 . M e
d =3 ... ( 2.20 )
p . sb
Keterangan :
Me = Momen ekivalen (kg.m).
s b = Tegangan tarik maksimum yang terjadi (kg/cm2).
5. Statika
Statika adalah ilmu yang mempelajari tentang statika dari suatu beban
terhadap gaya-gaya dan juga beban yang mungkin ada pada bahan tersebut.
Dalam ilmu statika keberadaan gaya-gaya yang mempengaruhi sistem menjadi
suatu obyek tinjauan utama dan meliputi gaya luar dan gaya dalam. Gaya luar
adalah gaya yang diakibatkan oleh beban yang berasal dari luar sistem yang pada
umumnya menciptakan kestabilan konstruksi.
14
Beban
Reaksi
Reaksi Reaksi
Beban
(Gaya luar) Gaya dalam
Reaksi
(Gaya luar)
Reaksi Reaksi
(Gaya luar) (Gaya luar)
1. Momen.
Momen (M)= F x s .......................................................................( 2.21 )
di mana :
M = momen (N.mm).
F = gaya (N).
S = jarak (mm).
2. Torsi.
3. Gaya.
Tumpuan
Dalam ilmu statika, tumpuan dibagi atas:
1. Tumpuan roll/penghubung.
Tumpuan ini dapat menahan gaya pada arah tegak lurus penumpu,
biasanya penumpu ini disimbolkan dengan:
Reaksi
Gambar 2.5. Sketsa reaksi tumpuan rol (Popov, 1996 )
2. Tumpuan sendi.
Tumpuan ini dapat menahan gaya dalam segala arah
Reaksi
Reaksi
Gambar 2.6. Sketsa reaksi tumpuan sendi (Popov, 1996 )
17
3. Tumpuan jepit.
Tumpuan ini dapat menahan gaya dalam segala arah dan dapat
menahan momen.
Momen
Reaksi
Reaksi
6. Proses Pengelasan
Dalam proses pengelasan rangka, jenis las yang digunakan adalah las listrik
DC dengan pertimbangan akan mendapatkan sambungan las yang kuat. Pada
dasarnya instalasi pengelasan busur logam terdiri dari bagianbagian penting
sebagai berikut (Kenyon, 1985):
1. Sumber daya, yang bisa berupa arus bolak balik (ac) atau arus searah (dc).
2. Kabel timbel las dan pemegang elektroda.
18
Edge join
Yaitu dimana kedua benda kerja yang dilas berada pada bidang paparel,
tetapi sambungan las dilakukan pada ujungnya.
T- join
Yaitu dimana kedua benda kerja yang dilas tegak lurus satu sama lain.
Corner join
Yaitu dimana kedua benda kerja yang dilas tegak lurus satu sama lain.
2. Memilih besarnya arus
Besarnya arus listrik untuk pengelasan tergantung pada diameter elektroda
dan jenis elektroda. Tipe atau jenis elektroda tersebut misalnya: E 6010, huruf
E tersebut singkatan dari elektroda, 60 menyatakan kekuatan tarik terendah
setelah dilaskan adalah 60.000 kg/mm2, angka 1 menyatakan posisi
pengelasan segala posisi dan angka 0 untuk pengelasan datar dan horisontal.
Angka keempat adalah menyatakan jenis selaput elektroda dan jenis arus.
Besar arus listrik harus sesuai dengan elektroda, bila arus listrik terlalu kecil,
maka:
- Pengelasan sukar dilaksanakan.
- Busur listrik tidak stabil.
- Panas yang terjadi tidak cukup untuk melelehkan elektroda dan benda
kerja.
- Hasil pengelasan atau rigi-rigi las tidak rata dan penetrasi kurang dalam.
Apabila arus terlalu besar maka:
- Elektroda mencair terlalu cepat.
- Pengelasan atau rigi las menjadi lebih besar permukaannya dan penetrasi
terlalu dalam.
20
7. Proses Permesinan
Proses permesinan adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan elemen-
elemen mesin, yang meliputi proses kerja mesin dan waktu pemasangan.
Pada umumnya mesin-mesin perkakas mempunyai bagian utama sebagai
berikut :
Motor penggerak (sumber tenaga).
1. Kotak transmisi (roda-roda gigi pengatur putaran).
2. Pemegang benda kerja.
3. Pemegang pahat/alat potong.
Macam-macam gerak yang terdapat pada mesin perkakas.
1. Gerak utama (gerak pengirisan).
Adalah gerak yang menyebabkan mengirisnya alat pengiris pada benda kerja.
Gerak utama dapat dibagi :
Gerak utama berputar
Misalnya pada mesin bubut, mesin frais, dan mesin drill.
Mesin perkakas dengan gerak utama berputar biasanya mempunyai gerak
pemakanan yang kontinyu.
Gerak utama lurus
Misalnya pada mesin sekrap.
Mesin perkakas dengan gerak utama lurus biasanya mempunyai gerak
pemakanan yang periodik.
2. Gerak pemakanan.
Gerak yang memindahkan benda kerja atau alat iris tegak lurus pada gerak
utama.
3. Gerak penyetelan.
Menyetel atau mengatur tebal tipisnya pemakanan, mengatur dalamnya pahat
masuk dalam benda kerja
21
Dimana :
tmax = Tegangan geser maksimum (N/mm2)
F = Beban yang diterima (N)
dc = Diameter baut (mm)
r = Jari-jari baut (mm)
n = Jumlah baut
9. Reducer
Fungsi utama dari reducer adalah sebagai pereduksi putaran input dari motor
listrik menjadi putaran yang diinginkan. Sesuai dengan perbandingan reducer
yang digunakan pada mesin pemeras singkong ini, misalnya menggunakan
reducer 1:20, artinya input reducer dari putaran motor 20 rpm maka poros output
reducer menjadi 1 rpm. Adapun bagian dari reducer adalah roda gigi cacing
berpasangan dengan roda gigi miring yang akan membentuk sudut 90.