Elemen Mesin 2

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 21

BAB II

DASAR TEORI

Untuk melakukan perhitungan pada komponen mesin ini diperlukan dasar-


dasar perhitungan yang sudah menjadi standar internasional. Perhitungan ini akan
memperkecil ketidaksesuaian (error factor) dari material maupun komponen mesin.
Hal-hal yang berkaitan dengan perancangan mesin ini meliputi:
1. Screw Conveyor
Screw Conveyor merupakan suatu alat yang berupa pipa ulir yang disusun
pada pipa atau poros yang berputar di dalam tabung tetap untuk memindahkan
berbagai jenis material yang mempunyai daya alir menurut CEMA Materials
Classification Standart berarti tingkat kebebasan partikel suatu material yang
secara individu bergerak saling mendahului satu partikel yang lainnya.
Karakteristik ini penting dalam operasi screw conveyor.
Dari beberapa jenis penerapan srew conveyor pada dasarnya diambil dari 2
faktor, yaitu karakteristik dari material yang diangkut dan keuntungan dari
penggunaan screw conveyor.
1.1 menentukan ukuran dan kecepatan screw conveyor
Untuk menentukan ukuran dan kecepatan screw conveyor dapat dilihat pada
lampiran 7.
- Kapasitas scew conveyor dalam ft3/jam tiap rpm ( CEMA-screw
conveyor, 1971: 25 ) :

= .........................................( 2.1 )

Dimana :
C = kapasitas screw conveyor dalam ft3 / jam
Ds = diameter scew conveyor dalam inchi
Dp = diameter pipa dalam inchi

4
5

p = pitch dari screw conveyor dalam inchi


K = prosentase dari pembebanan tabung ( % )
- Kecepatan screw conveyor dapat dhitung dengan rumus ( CEMA-screw
conveyor, 1971:25 ) :

N= ..( 2.2 )

Dimana :
N = kecepatan dari ulir ( rpm )
( N tidak boleh lebih dari kecepatan maksimum yang dianjurkan )
- Daya untuk memuter screw conveyor
Daya yang dibutuhkan adalah daya total dari gesekan conveyor ( HPf )
dan daya untuk memindahkan material pada ukuran tertentu ( HPm )
dikalikan dengan faktor beban lebih ( FO ) dan dibagi efisiensi
penggerak total ( e ). ( CEMA-screw conveyor 1971:36 ) :

HPf = ..( 2.3 )

Dimana :
L = panjang dari conveyor dalam ft
N = kecepatan screw conveyor dalam rpm
Fd = diameter conveyor factor
Fb = hanger bearing factor

HPm = ..( 2.4 )


Dimana :
C = kapasitas screw conveyor dalam ft3 / jam
W = berat jenis material dalam lbs / ft3
Ff = flight factor
Fm = material factor
Fp = paddle factor
6

HP = ............................................................( 2.5 )

Dimana :
Fo = over load factor
e = efisiensi penggerak ( % )
HPm = daya untuk memindahkan material ( HP )
HPf = daya total karena gesekan conveyor ( HP )

2. Puli dan Sabuk


Puli merupakan salah satu elemen dalam mesin yang mereduksi putaran dari
motor bensin menuju reducer, ini juga berfungsi sebagai kopling putaran motor
bensin dengan reducer. Puli dapat terbuat dari besi cor, baja cor, baja pres, atau
aluminium.
Sabuk berfungsi sebagai alat yang meneruskan daya dari satu poros ke poros
yang lain melalui dua puli dengan kecepatan rotasi sama maupun berbeda. Tipe
sabuk antara lain: sabuk flat, sabuk V, dan sabuk circular. Faktor-faktor dalam
perencanaan sabuk:
1. Perbandingan kecepatan
Perbandingan antara kecepatan puli penggerak dengan puli pengikut ditulis
dengan persamaan sebagai berikut (Khurmi dan Gupta, 2002):
N 2 D1
= ...( 2.6 )
N1 D2
dengan:
D1 = Diameter puli penggerak (mm)
D2 = Diameter puli pengikut (mm)
N1 = Kecepatan puli penggerak (rpm)
N2 = Kecepatan puli pengikut (rpm)
7

T2

DP1 Dp2
T1

Gambar 2.1. Panjang sabuk dan sudut kontak pada sabuk terbuka
(Khurmi dan Gupta, 2002)
2. Perhitungan panjang sabuk
( Sularso dan Suga,170,1978 )
L = 2C + /2 ( Dp + dp ) + c ( Dp dp ) ( 2.7 )
dengan:
L = panjang sabuk ( cm )
C = jarak sumbu poros ( m )
Dp = diameter puli besar ( m )
dp = diameter puli kecil ( m )
3. jarak antara kedua poros
( Sularso dan Suga,170,1978 )
C = b + b - 8 ( Dp dp )........................................................................( 2.8 )
8
dimana :
b = 2h 3,14 ( Dp dp )............................................................................( 2.9 )
4. Sudut singgung sabuk dan puli
(Khurmi dan Gupta, 2002 )
8

r1 - r2
sin = ...........................................................................................( 2.10 )
X

dengan :
= sudut singgung sabuk dan puli ( )
R = jari-jari puli besar ( m )
r = jari-jari puli kecil ( m )

5. Sudut kontak puli


(Khurmi dan Gupta, 621, 1980 )
q = ( 180 + 2. ) 180 ...............................................................................( 2,11 )
q = sudut kontak puli ( )
6. Kecepatan linier sabuk
p .d .n
V= ( m/s )
60
dengan :
d = diameter puli roll ( m )
n = putaran roll ( rpm )
7. Gaya sentrifugal
(Khurmi dan Gupta, 621,1980 )
Tc = m . ( V )( 2.12 )
dengan :
Tc = tegangan sentrifugal
m = massa sabuk ( kg/m )
V = kecepatan keliling sabuk ( m )
8. Besarnya gaya yang bekerja pada sabuk V
(Khurmi dan Gupta, 621,1980 )
9

Tt1 - Tc
2,3 log = mq .( 2.13 )
Tt 2 - Tc

Tt1 = tegangan total sisi kencang (N)

Tt 2 = tegangan total sisi kendor (N)

m = koefisien geser antara sabuk dan puli


q = sudut kontak puli (rad)
9. Perhitungan Penggunaan Jumlah Sabuk
( Khurmi dan Gupta, 621,1980 )
Ps = ( T1 T2 ) . V....................................................................................( 2.14 )
P = Ps : daya yang ditransmisikan sabuk ( watt )
T1 = F1 : gaya tegang sabuk sisi kencang ( kg )
T2 = F2 : gaya tegang sabuk sisi kendor ( kg )
V = kecepatan linier ( m/s )

10. Jumlah Sabuk Yang Diperlukan


(Sularso dan Suga,173,1987)
Pd
N= ..( 2.15 )
Ps
3. Bantalan
Bantalan adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk menumpu poros
yang berbeban dan mengurangi gesekan pada poros, sehingga putaran poros dapat
berlangsung secara halus. Pelumas digunakan untuk mengurangi panas yang
dihasilkan dari gesekan tersebut. Secara garis besar bantalan dapat
diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu (Sularso dan Suga, 1987):
1. Bantalan Luncur
Pada bantalan ini terjadi gesekan antara poros dengan bantalan yang
dapat menimbulkan panas yang besar sehingga untuk mengatasi hal tersebut
diberikan lapisan pelumas antara poros dengan bantalan.
10

2. Bantalan Gelinding
Pada bantalan gelinding ini terjadi gesekan antara bagian yang berputar
dengan bagian yang diam melalui elemen gelinding, sehingga gesekan yang
terjadi menjadi lebih kecil.Berdasarkan arah beban terhadap poros bantalan
dibagi menjadi 3 macam yaitu (Sularso dan Suga, 1987):
1. Bantalan radial
Pada bantalan ini arah beban adalah tegak lurus dengan sumbu poros.
2. Bantalan aksial
Pada bantalan ini arah beban adalah sejajar dengan sumbu poros.
3. Bantalan gelinding khusus
Bantalan ini dapat menumpu beban yang arahnya sejajar dan tegak lurus
dengan sumbu poros.

Gambar 2.2. Jenis-jenis bantalan gelinding (Sularso dan Suga, 1987)


11

4. Poros
Poros merupakan bagian yang berputar, dimana terpasang elemen pemindah
gaya, seperti roda gigi, bantalan dan lain-lain. Poros bisa menerima beban-beban
tarikan, lenturan, tekan atau puntiran yang bekerja sendiri-sendiri maupun
gabungan satu dengan yang lainnya. Kata poros mencakup beberapa variasi
seperti shaft atau axle (as). Shaft merupakan poros yang berputar dimana akan
menerima beban puntir, lenturan atau puntiran yang bekerja sendiri maupun
secara gabungan. Sedangkan axle (as) merupakan poros yang diam atau berputar
yang tidak menerima beban puntir (Khurmi, R.S., 2002).
Jenis poros yang lain (Sularso, 1987) adalah jenis poros transmisi. Poros ini
akan mentransmisikan daya meliputi kopling, roda gigi, puli, sabuk, atau sproket
rantai dan lain-lain. Poros jenis ini memperoleh beban puntir murni atau puntir
dan lentur.
Untuk merencanakan suatu poros maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut (Sularso dan Suga, 1987):
1. Kekuatan Poros.
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau gabungan
antara puntir dan lentur, juga ada poros yang mendapatkan beban tarik atau
tekan. Oleh karena itu, suatu poros harus direncanakan hingga cukup kuat
untuk menahan beban-beban di atas.
2. Kekakuan Poros.
Meskipun suatu poros mempunyai kekuatan cukup tetapi jika lenturan
puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian atau getaran dan
suara, karena itu disamping kekuatan poros, kekakuannya juga harus
diperhatikan dan disesuaikan dengan macam mesin yang akan dilayani poros
tersebut.
12

3. Korosi.
Baja tahan korosi dipilih untuk poros. Bila terjadi kontak fluida yang
korosif maka perlu diadakan perlindungan terhadap poros supaya tidak terjadi
korosi yang dapat menyebabkan kekuatan poros menjadi berkurang.
4. Bahan Poros.
Poros untuk mesin biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik dingin
dan finishing, baja konstruksi mesin yang dihasilkan dari ingot yang di kill
(baja yang dideoksidasikan dengan ferrosilikon dan dicor, kadar karbon
terjamin). Meskipun demikian, bahan ini kelurusannya agak kurang tetap dan
dapat mengalami deformasi karena tegangan yang kurang seimbang. Poros-
poros untuk meneruskan putaran tinggi dan beban berat umumnya dibuat dari
baja paduan dengan pengerasan kulit yang tahan terhadap keausan.

Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan untuk poros


menggunakan persamaan sebagai berikut (Khurmi dan Gupta, 2002):
1. Torsi
60 . P
T = .................................................................................(2.16)
2.p . N
Keterangan :
T = Torsi maksimum yang terjadi (kg.m).
P = Daya motor (W).
N = Kecepatan putaran poros (rpm).
2. Torsi ekivalen

Te = M 2 + T 2 ...................................................................... ( 2.17 )
Diameter poros :

16 . Te
d =3 ..........................................................................( 2. 18 )
p .ts
13

Keterangan :
Te = Torsi ekivalen (kg.m).
T = Torsi maksimum yang terjadi (kg.m).
M = Momen maksimum yang terjadi (kg.m).
t s = Tegangan geser maksimum yang terjadi (kg/cm2).
d = Diameter poros (cm).
3. Momen ekivalen

Me =
1
2
[
M + M2 + T2 ] ....................................................( 2.19 )

Diameter poros :
32 . M e
d =3 ... ( 2.20 )
p . sb

Keterangan :
Me = Momen ekivalen (kg.m).
s b = Tegangan tarik maksimum yang terjadi (kg/cm2).
5. Statika
Statika adalah ilmu yang mempelajari tentang statika dari suatu beban
terhadap gaya-gaya dan juga beban yang mungkin ada pada bahan tersebut.
Dalam ilmu statika keberadaan gaya-gaya yang mempengaruhi sistem menjadi
suatu obyek tinjauan utama dan meliputi gaya luar dan gaya dalam. Gaya luar
adalah gaya yang diakibatkan oleh beban yang berasal dari luar sistem yang pada
umumnya menciptakan kestabilan konstruksi.
14

Beban

Reaksi

Reaksi Reaksi

Gambar 2.3. Sketsa prinsip statika kesetimbangan ( Popov, 1996 )

Jenis bebannya dibagi menjadi:


1. Beban dinamis adalah beban sementara dan dapat dipindahkan pada
konstruksi.
2. Beban statis adalah beban yang tetap dan tidak dapat dipindahkan pada
konstruksi.
3. Beban terpusat adalah beban yang bekerja pada suatu titik.
4. Beban terbagi adalah beban yang terbagi merata sama pada setiap satuan luas.
5. Beban terbagi variasi adalah beban yang tidak sama besarnya tiap satuan luas.
6. Beban momen adalah hasil gaya dengan jarak antara gaya dengan titik yang
ditinjau.
7. Beban torsi adalah beban akibat puntiran.
15

Beban
(Gaya luar) Gaya dalam

Reaksi
(Gaya luar)

Reaksi Reaksi
(Gaya luar) (Gaya luar)

Gambar 2.4. Sketsa gaya dalam ( Popov, 1996 )

Gaya dalam dapat dibedakan menjadi :


1. Gaya normal (normal force) adalah gaya yang bekerja sejajar sumbu batang.
2. Gaya lintang/geser (shearing force) adalah gaya yeng bekerja tegak lurus
sumbu batang.
3. Momen lentur (bending momen).
Persamaan kesetimbangannya adalah (Popov, E.P., 1996):
-F = 0 atau Fx = 0
Fy = 0 (tidak ada gaya resultan yang bekerja pada suatu benda)
-M = 0 atau Mx = 0
My = 0 (tidak ada resultan momen yang bekerja pada suatu benda)
4. Reaksi.
Reaksi adalah gaya lawan yang timbul akibat adanya beban. Reaksi sendiri
terdiri dari :
16

1. Momen.
Momen (M)= F x s .......................................................................( 2.21 )

di mana :
M = momen (N.mm).
F = gaya (N).
S = jarak (mm).
2. Torsi.
3. Gaya.
Tumpuan
Dalam ilmu statika, tumpuan dibagi atas:
1. Tumpuan roll/penghubung.
Tumpuan ini dapat menahan gaya pada arah tegak lurus penumpu,
biasanya penumpu ini disimbolkan dengan:

Reaksi
Gambar 2.5. Sketsa reaksi tumpuan rol (Popov, 1996 )

2. Tumpuan sendi.
Tumpuan ini dapat menahan gaya dalam segala arah

Reaksi

Reaksi
Gambar 2.6. Sketsa reaksi tumpuan sendi (Popov, 1996 )
17

3. Tumpuan jepit.
Tumpuan ini dapat menahan gaya dalam segala arah dan dapat
menahan momen.
Momen

Reaksi

Reaksi

Gambar 2.7. Sketsa reaksi tumpuan jepit (Popov, 1996 )

4. Diagram gaya dalam.


Diagram gaya dalam adalah diagram yang menggambarkan besarnya
gaya dalam yang terjadi pada suatu konstruksi. Sedang macam-macam
diagram gaya dalam itu sendiri adalah sebagai berikut :
1. Diagram gaya normal (NFD), diagram yang menggambarkan
besarnya gaya normal yang terjadi pada suatu konstruksi.
2. Diagram gaya geser (SFD), diagram yang menggambarkan besarnya
gaya geser yang terjadi pada suatu konstruksi.
3. Diagram moment (BMD), diagram yang menggambarkan besarnya
momen lentur yang terjadi pada suatu konstruksi.

6. Proses Pengelasan
Dalam proses pengelasan rangka, jenis las yang digunakan adalah las listrik
DC dengan pertimbangan akan mendapatkan sambungan las yang kuat. Pada
dasarnya instalasi pengelasan busur logam terdiri dari bagianbagian penting
sebagai berikut (Kenyon, 1985):
1. Sumber daya, yang bisa berupa arus bolak balik (ac) atau arus searah (dc).
2. Kabel timbel las dan pemegang elektroda.
18

3. Kabel balik las (bukan timbel hubungan ke tanah) dan penjepit.


4. Hubungan ke tanah.
Fungsi lapisan elektroda dapat diringkaskan sebagai berikut :
1. Menyediakan suatu perisai yang melindungi gas sekeliling busur api dan
logam cair.
2. Membuat busur api stabil dan mudah dikontrol.
3. Mengisi kembali setiap kekurangan yang disebabkan oksidasi elemenelemen
tertentu dari genangan las selama pengelasan dan menjamin las mempunyai
sifatsifat mekanis yang memuaskan.
4. Menyediakan suatu terak pelindung yang juga menurunkan kecepatan
pendinginan logam las dan dengan demikian menurunkan kerapuhan akibat
pendinginan.
5. Membantu mengontrol (bersamasama dengan arus las) ukuran dan frekuensi
tetesan logam cair.
6. Memungkinkan dipergunakannya posisi yang berbeda.
Dalam las listrik, panas yang akan digunakan untuk mencairkan logam
diperoleh dari busur listrik yang timbul antara benda kerja yang dilas dan kawat
logam yang disebut elektroda. Elektroda ini terpasang pada pegangan atau holder
las dan didekatkan pada benda kerja hingga busur listrik terjadi. Karena busur
listrik itu, maka timbul panas dengan temperatur maksimal 3450oC yang dapat
mencairkan logam.
1. Sambungan las
Ada beberapa jenis sambungan las, yaitu:
Butt join
Yaitu dimana kedua benda kerja yang dilas berada pada bidang yang
sama.
Lap join
Yaitu dimana kedua benda kerja yang dilas berada pada bidang yang
pararel.
19

Edge join
Yaitu dimana kedua benda kerja yang dilas berada pada bidang paparel,
tetapi sambungan las dilakukan pada ujungnya.
T- join
Yaitu dimana kedua benda kerja yang dilas tegak lurus satu sama lain.
Corner join
Yaitu dimana kedua benda kerja yang dilas tegak lurus satu sama lain.
2. Memilih besarnya arus
Besarnya arus listrik untuk pengelasan tergantung pada diameter elektroda
dan jenis elektroda. Tipe atau jenis elektroda tersebut misalnya: E 6010, huruf
E tersebut singkatan dari elektroda, 60 menyatakan kekuatan tarik terendah
setelah dilaskan adalah 60.000 kg/mm2, angka 1 menyatakan posisi
pengelasan segala posisi dan angka 0 untuk pengelasan datar dan horisontal.
Angka keempat adalah menyatakan jenis selaput elektroda dan jenis arus.
Besar arus listrik harus sesuai dengan elektroda, bila arus listrik terlalu kecil,
maka:
- Pengelasan sukar dilaksanakan.
- Busur listrik tidak stabil.
- Panas yang terjadi tidak cukup untuk melelehkan elektroda dan benda
kerja.
- Hasil pengelasan atau rigi-rigi las tidak rata dan penetrasi kurang dalam.
Apabila arus terlalu besar maka:
- Elektroda mencair terlalu cepat.
- Pengelasan atau rigi las menjadi lebih besar permukaannya dan penetrasi
terlalu dalam.
20

7. Proses Permesinan
Proses permesinan adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan elemen-
elemen mesin, yang meliputi proses kerja mesin dan waktu pemasangan.
Pada umumnya mesin-mesin perkakas mempunyai bagian utama sebagai
berikut :
Motor penggerak (sumber tenaga).
1. Kotak transmisi (roda-roda gigi pengatur putaran).
2. Pemegang benda kerja.
3. Pemegang pahat/alat potong.
Macam-macam gerak yang terdapat pada mesin perkakas.
1. Gerak utama (gerak pengirisan).
Adalah gerak yang menyebabkan mengirisnya alat pengiris pada benda kerja.
Gerak utama dapat dibagi :
Gerak utama berputar
Misalnya pada mesin bubut, mesin frais, dan mesin drill.
Mesin perkakas dengan gerak utama berputar biasanya mempunyai gerak
pemakanan yang kontinyu.
Gerak utama lurus
Misalnya pada mesin sekrap.
Mesin perkakas dengan gerak utama lurus biasanya mempunyai gerak
pemakanan yang periodik.
2. Gerak pemakanan.
Gerak yang memindahkan benda kerja atau alat iris tegak lurus pada gerak
utama.
3. Gerak penyetelan.
Menyetel atau mengatur tebal tipisnya pemakanan, mengatur dalamnya pahat
masuk dalam benda kerja
21

Adapun macam-macam mesin perkakas yang digunakan antar lain:


Mesin bubut
Prinsip kerja mesin mesin bubut adalah benda kerja yang berputar dan
pahat yang menyayat baik memanjang maupun melintang. Benda kerja yang
dapat dikerjakan pada mesin bubut adalah benda kerja yang silindris,
sedangkan macam-macam pekerjaan yang dapat dikerjakan dengan mesin ini
adalah antara lain : (Scharkus dan jutz, 1996)
- pembubutan memanjang dan melintang
- pengeboran
- pembubutan dalam atau memperbesar lubang
- membubut ulir luar dan dalam
Perhitungan waktu kerja mesin bubut adalah:
1. Kecepatan pemotongan (v).
V= .D.N ....................................................................................... ( 2.22 )
dimana :
D = diameter banda kerja (mm).
N = kecepatan putaran (rpm).
2. Pemakanan memanjang
waktu permesinan pada pemakanan memenjang adalah :
v .1000
n= .........................................................................................( 2.23 )
p .d
L
Tm = ..........................................................................................( 2.24 )
S r .n
Dimana :
Tm = waktu permesinan memanjang (menit)
L = panjang pemakanan (mm)
S = pemakanan (mm/put)
N = putaran mesin (rpm)
22

d = diameter benda kerja (mm)


v = kecepatan pemakanan (m/mnt)
3. Pada pembubutan melintang
waktu permesinan yang dibutuhkan pada waktu pembubutan melitang
adalah :
r
Tm = .......................................................................................... ( 2.25 )
Sr . n
Dimana :
r = jari-jari bahan (mm)
Mesin Bor
Mesin bor digunakan untuk membuat lubang (driling) serta memperbesar
lubang (boring) pada benda kerja. Jenis mesin bor adalah sebagai berikut:
1. Mesin bor tembak
2. Mesin bor vertikal
3. Mesin bor horisontal
Pahat bor memiliki dua sisi potong, proses pemotongan dilakukan
dengan cara berputar. Putaran tersebut dapat disesuaikan atau diatur sesuai
dengan bahan pahat bor dan bahan benda kerja yang dibor. Gerakan
pemakanan pahat bor terhadap benda kerja dilakukan dengan menurunkan
pahat hingga menyayat benda kerja.
Waktu permesinan pada mesin bor adalah:
L
Tm = ...................................................................................... ( 2.26 )
Sr .n
v .1000
n= ...................................................................................... ( 2.27 )
p .d
L = l + 0,3 . d................................................................................... ( 2.28 )
`Dimana:
d = Diameter pelubangan (mm)
23

8. Pemilihan Mur dan Baut


Pemilihan mur dan baut merupakan pengikat yang sangat penting. Untuk
mencegah kecelakaan, atau kerusakan pada mesin, pemilihan baut dan mur
sebagai alat pengikat harus dilakukan secara teliti dan direncanakan dengan
matang di lapangan. Tegangan maksium pada baut dihitung dengan persamaan di
bawah ini (Khurmi dan Gupta, 621,1980):
F
maks = ........................................................................................ ( 2.29 )
A
F
=
d 2
p .
4
Bila tegangan yang terjadi lebih kecil dari tegangan geser dan tarik bahan,
maka penggunaan mur-baut aman.
Baut berbentuk panjang bulat berulir, mempunyai fungsi antara lain:
Sebagai pengikat
Baut sebagai pengikat dan pemasang yang banyak digunakan ialah ulir profil
segitiga (dengan pengencangan searah putaran jarum jam). Baut pemasangan
untuk bagian-bagian yang berputar dibuat ulir berlawanan dengan arah
putaran dari bagian yang berputar, sehingga tidak akan terlepas pada saat
berputar.
Sebagai pemindah tenaga
Contoh ulir sebagian pemindah tenaga adalah dongkrak ulir, transportir mesin
bubut, berbagai alat pengendali pada mesin-mesin. Batang ulir seperti ini
disebut ulir tenaga (power screw).
Tegangan geser maksimum pada baut
F
tmax = ..............................................................................( 2.30 )
p 2
. d c .n
4
24

Dimana :
tmax = Tegangan geser maksimum (N/mm2)
F = Beban yang diterima (N)
dc = Diameter baut (mm)
r = Jari-jari baut (mm)
n = Jumlah baut
9. Reducer
Fungsi utama dari reducer adalah sebagai pereduksi putaran input dari motor
listrik menjadi putaran yang diinginkan. Sesuai dengan perbandingan reducer
yang digunakan pada mesin pemeras singkong ini, misalnya menggunakan
reducer 1:20, artinya input reducer dari putaran motor 20 rpm maka poros output
reducer menjadi 1 rpm. Adapun bagian dari reducer adalah roda gigi cacing
berpasangan dengan roda gigi miring yang akan membentuk sudut 90.

Anda mungkin juga menyukai