Anda di halaman 1dari 14

PROTOZOA

(Laporan Praktikum Avertebrata Akuatik)

Oleh

Rifyal Ibnu Khoir

1614201001

Kelompok 1

Asisten Dosen

Novia Kartika

1414111054

JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2017
PERTANYAAN

1. Ambil sampel air yang telah disediakann lalu amati sediaan dibawah
mikroskop. Gambar dan berilaj keterangan pada kertas gambar!
2. Sebutkan, apa yang anda ketahui tentang cirri umum Filum Protozoa!
3. Filum Protozoa dikelompokan dalam beberapa kelas, apakah dasar
pengelompokan itu?
4. Bagaimanakah sistem/cara reproduksi pada protozoa?
5. Banyak hewan avertebrata berukuran kecil. Bebrapa kelompok mampu
memperbesar ukuran tubuhnya dengan cara mereplikasi segmen-segmen
tubuhnya. Selain itu, hewan kecil dapat memperbesar ukurannya dengan
membentuk koloni sehingga masing-masing individu dapar saling bekerja
sama. Buatlah esai yang membandingkan kedua cara memperbesar ukuran
tubuh tersebut! Berilah contoh filum yang melakukannya dan cantumkan
setiap sumber pustaka (referensi) yang menjadi acuan anda menulis esai ini!

JAWABAN

1. Jawaban ada pada lembar lampiran.


2. Ciri-ciri umum protozoa :
Filum protozoa merupakan hewan yang tubuhnya terdri dari satu sel. Nama
protozoa berasal dari bahasa latin yang berarti hewan yang pertama (proto =
awal, zoon = hewan). Hewan filum ini hidup di daerah lembab, misalnya di air
tawar, air laut, air payau, dan tanah, bahkan di dalam tubuh organisme lain.
Protozoa ada yang hidup bebas, komensal maupun parasit pada hewan lain.
Hewan ini ada yang hidup individual (soliter) dan ada pula yang membentuk
koloni (Yusminah, 2007).

Protozoa adalah organisme-organisme heterotrofik yang ditemukan di semua


habitat utama. Sebagian di antaranya hidup bebas, sedangkan yang lainnya
hidup sebagai parasit di dalam tubuh hewan. Sebagaian protozoa juga
menjalani gaya hidup simbiotik berupa komensalisme dan mutualisme.
Protozoa parasitik menyebabkan beberapa penyakit manusia yang paling
tersebar luas dan membahayakan. Pada umumnya, reproduksi protozoa adalah
aseksual, tetapi terjadi juga pola-pola seksual yang kompleks (Fried H George,
2006).

Protozoa hanya dapat hidup dari zat-zat organik, dan merupakan konsumen
dalam komunitas, mereka memakan bakteri atau mikroorganisme lain/ sisa-
sisa organisme. Di perairan umumnya merupakan zooplankton (Campbell,
2012).

Protozoa adalah hewan-hewan bersel tunggal. Hewan-hewan itu mempunyai


struktur yang lebih majemuk dari sel tunggal hewan multiseluler dan
walaupun hanya terdiri dari satu sel, namun protozoa merupakan organisme
sempurna. Karena sifat struktur yang demikian itu, maka berbagai ahli dalam
zoology menamakan protozoa itu selular tetapi keseluruhan organisme itu
dibungkus dengan satu plasma membrane. Protozoa itu kecil, berukuran
kurang dari sepuluh micron dan, walaupun jarang ada yang mencapai 6
milimeter (Rohmimohtarto, 2007).

Protozoa membentuk suatu subkerajaan dari kerajaan protista dalam


klasifikasi lima kerajaan makhluk-makhluk hidup (Monera, protista, Plantae,
Fungi, dan Animalia). Mereka lebih primitive dari hewan. Bagaimanapun
kompleks badan-badan mereka dan banyak dari mereka sangat kompleks,
semua struktur berbeda tersebut berada di dalam satu sel. Tetapi beberapa
protozoa mempunyai stadium di dalam siklus hidupnya di mana tidak ada
dinding-dinding sel diantara nukleit, dan beberapa spesies membentuk koloni-
koloni yang berenang sebagai satu unit dan berisi organisme somatic dan
reproduktif yang kelihatannya berbeda. Protozoa berukuran mikroskopik,
hanya sedikit yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Beberapa flagelata
berisi klorofil dan oleh beberapa dianggap sebagai algae, banyak species
protozoa yang tidak berwarna, berbeda dari yang hijau karena tidak
mempunyai kromator, namun kehilangan kromator itu dapat dibuat secara
eksperimental (Radiopoetro, 1996).

3. Mulai tahun 1980, oleh Commitee on Systematics and Evolution of the


Society of Protozoologist, mengklasifikasikan protozoa menjadi 7 kelas baru,
yaitu Sarcomastigophora, Ciliophora, Acetospora, Apicomplexa, Microspora,
Myxospora, dan Labyrinthomorpha. Pada klasifikasi yang baru ini, Sarcodina
dan Mastigophora digabung menjadi satu kelompok Sarcomastigophora, dan
Sporozoa karena anggotanya sangat beragam, maka dipecah menjadi lima
kelas. Contoh protozoa yang termasuk Sarcomastigophora adalah genera
Monosiga, Bodo, Leishmania, Trypanosoma, Giardia, Opalina, Amoeba,
Entamoeba, dan Difflugia. Anggota kelompok Ciliophora antara lain genera
Didinium, Tetrahymena, Paramaecium, dan Stentor. Contoh protozoa
kelompok Acetospora adalah genera Paramyxa. Apicomplexa beranggotakan
genera Eimeria, Toxoplasma, Babesia, Theileria. Genera Metchnikovella
termasuk kelompok Microspora. Genera Myxidium dan Kudoa adalah contoh
anggota kelompok Myxospora (Jasin ,1984).

Protozoa adalah organisme uniseluler, hidup di bebas atau parasit, beberapa


diantaranya bersimbiosis dengan mahluk hidup lain. Pencernaan secara
intraseluler di dalam vakuola makanan. Alat gerak berupa psedium, cilia, atau
flagella pengambilan makanan secara holozik, saprozoik dan holophitik.
Umumnya berkembang biak melalui pembelahan sel dan konjugasi. Alat gerak
berupa kaki semu, flagel dan silia. Terdiri atas 4 kelas yaitu 1). Mastigopora
2). Rhizopoda 3). Sprozoa 4). Ciliata (Suwignyo, 2005).

Namun ada yang berpendapat lain bahwa filum protozoa dikelompokkan


dalam 5 kelas. Pengelompokan ini berdasarkan struktur dan alat geraknya.
Menurut Mukayat Djarubito Brotowidjojo (1989) protozoa hidup di dalam air
tawar, dalam air laut, tanah yang lembab, atau dalam tubuh hewan yang lain.
Protozoa terbagi menjadi 5 kelas, yaitu :

a. Kelas Sarcodina (Rhizopoda)


Semua Protozoa yang tergolong kelas Rhizopoda bergerak dengan
penjuluran protoplasma selnya yang membentuk kaki semu
(pseudopodia). Bentuk pseudopodia beragam, ada yang tebal membulat
dan ada yang tipis meruncing. Pseudopodia berfungsi sebagai alat gerak
dan alat memangsa makanan (Rohmimohtarto, 2007).
Bentuk sel Rhizopoda berubah-ubah saat diam dan bergerak, protoplasma
terdiri dari ektoplasma dan endoplasma. Ektoplasma adalah sel bagian luar
yang berbatasan langsung dengan membran plasma. Endoplasma adalah
plasma sel pada bagian dalam sel. Ektoplasma bersifat lebih kental dari
endoplasma. Aliran endoplasma dan ektoplasma tersebut berperan dalam
penjuluran dan penarikan pseudopodia (Rohmimohtarto, 2007).
Rhizopoda berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan biner.
Pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan, misalnya
kekeringan, Rhizopoda tertentu dapat beradaptasi untuk mempertahankan
hidupnya dengan membentuk kista. Contohnya adalah Amoeba
(Rohmimohtarto, 2007).
Rhizopoda umumnya hidup bebas di tanah yang lembab dan di lingkungan
yang berair, baik di darat maupun di laut. Rhizopoda bersifat heterotrof
dengan memangsa alga uniseluler, bakteri atau Protozoa lain. Contoh dari
kelas Rhizopoda yaitu Amoeba, Arcella vulgaris, Difflugia corona,
Foraminifera, Heliozoa, Radiolaria, dll (Rohmimohtarto, 2007).

b. Kelas Infusoria (Ciliata)


Ciliata berasal dari bahasa latin, yaitu cilia yang bearti rambut kecil, atau
ciliophora, dengan phora yang berarti gerakan sehingga dapat diartikan
bahwa ciliata bergerak dengan menggunakan silia (rambut getar). Ciliata
juga disebut Infusoria (infus= menuang) karena hewan ini ditemukan juga
pada air buangan atau air cucuran (Nizkon, 2010).
Ciliata hidup bebas di lingkungan berair, baik air tawar maupun air laut.
Ciliata juga hidup di dalam tubuh hewan lain secara simbiosis maupun
parasit. Bentuk Ciliata seperti sandal (cenela), ada bagian yang tampak
disebelah depan dan meruncing dibagian belakang disana banyak terdapat
silia untuk alat gerak dengan cara bergetar. Terdapat trichocyst, mulut,
rongga makanan dan rongga berdenyut, makronukleus, mikronukleus, dan
sel dubur (Nizkon, 2010).
Respirasi dan ekskresi terjadi melalui permukaan tubuhnya (selaput
plasma) tubuhnya dilindungi oleh pellicle, dibawahnya terdapat trichocyst
yang akan dikeluarkan jika dirangsang (Nizkon, 2010).
Contoh-contoh lain cilliata: (Nizkon, 2010)
1. Didinium nasutum (holotricha),
2. Stentor coeruleus (heterortchicha)
3. Vorticella campanula(peritricha)
4. Stylonychia mytilus (hypotricha)
5. Podophrya collini

c. Kelas Sporozoa

Berasal dari kata sporo yang berarti benih, dan zoion artinya binatang.
Sporozoa tidak memiliki alat gerak. Hewan-hewan ini merupakan hewan
parasit. Siklus hidup Sporozoa sangat rumit karena menyangkut beberapa
spesies hopes, contoh Sporozoa yang paling umum ialah Plasmodium sp
penyebab penyakit malaria, ditemukan oleh Charles Laveran, Roland
Ross, dan Grassi, ditularkan oleh nyamuk anopheles. Berkembang biak
secara vegetatif di dalam tubuh manusia dan generatif di dalam tubuh
nyamuk. Di dalam tubuh manusia, sporozoid akan menyerang sel darah
merah (Schizogony), selanjutnya membiak secara vegetatif menjadi
merozoit yang disebut sporulasi (Nizkon, 2010).

Kelas Sporozoa dibagi atas tiga ordo: (Nizkon, 2010)


a. Ordo Gregarina
Merupakan parasit yang intra dan ekstra seluler pada invertebrata
(insecta) khususnya di saluran pencernaan. Contohnya Leidyana
erratica.
b. Ordo Coccodia
Sporozoa yang seluruh siklus hidupnya dilalui pada hopes tunggal,
contohnya Isospora hominis.
c. Ordo Haemosporidia
Sporozoa yang hidup sebagai parasit dalam darah. Contohnya
Plasmodium malariae.

d. Kelas Suctoria
Bentuk muda hewan ini mempunyai cilia yang oleh karena itu beberapa
ahli memasukkannya dalam kelas ciliata. Bentuk dewasanya hidup
mandiri, mempunyai tentakel dan melekat pada sesuatu benda dengan
tentakelnya. Beberapa jenis bersifat parasitis. Tentakel berguna untuk
menusuk atau menghisap dan tidak mempunyai cilia. Cara makannya
bersifat holozoik. Reproduksi dengan pembentukan tunas-tunas. Adapun
contoh hewan dari kelas ini yaitu : Acineta dan Ephelota (Brotowidjojo,
1989).

e. Kelas Mastigophora (Flagellata)


Flagellata berasal dari kata flagell yang berarti cambuk dan phora yang
berarti gerakan. Sehingga diartikan Flagellata atau Mastigophora bergerak
menggunakan bulu cambuk atau flagellum. Sebagian besar Flagellata
mempunyai dua flagellum (Radiopoetro, 1986).

Flagellata berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan biner


membujur, misalnya pada Trypanosoma. Flagellata ada yang hidup bebas
di lingkungan berair, baik air tawar maupun air laut, dan ada yang hidup
bersimbiosis dalam tubuh hewan. Flagellata yang hidup bersimbiosis,
misalnya Trichonympha campanula hidup pada usus rayap dan kecoa
kayu. Flagellata ini membantu rayap atau kecoa mencerna kayu yang
dimakan serangga tersebut (Radiopoetro, 1986).

Sejumlah Flagellata menginfeksi manusia, menimbulkan penyakit pada


alat kelamin, usus dan penyakit sistemik (Radiopoetro, 1986).

Euglena banyak dijumpai di kolam-kolam dan sering memberikan warna


hijau pada air kolam. Hal in disebabkan hewan tersebut memiliki kloroplas
didalam tubuhnya (Yatim, 2003).

4. System/cara reproduksi pada Protozoa

Reproduksi Protozoa (Protista Mirip Hewan) - Protozoa dapat bereproduksi


secara aseksual (tak kawin) dan secara seksual (kawin). Berikut penjelasan
reproduksi secara aseksual dan seksual antara lain sebagai berikut..

Reproduksi Secara Aseksual : Sebagian besar Protozoa berkembang biak


secara aseksual (vegetatif) dengan cara :

a. Pembelahan mitosis (biner), yaitu pembelahan yang diawali


dengan pembelahan inti dan diikuti pembelahan sitoplasma,
kemudian menghasilkan 2 sel baru.Pembelahan biner terjadi pada
Amoeba. Paramaecium, Euglena. Paramaecium membelah secara
membujur/memanjang setelah terlebih dahulu melakukan
konjugasi.Euglena membelah secara membujur /memanjang
(longitudinal).
b. Spora, Perkembangbiakan aseksual pada kelas Sporozoa
(Apicomplexa) dengan membentuk spora melalui proses sporulasi
di dalam tubuh nyamukAnopheles. Spora yang dihasilkan disebut
sporozoid. Perkembangbiakan secara seksual (Generatif) pada
Protozoa dengan cara :

Reproduksi Secara Seksual : secara seksual adalah dengan cara penyatuan


gamet yang berbeda jenis sehingga dapat menghasilkan zigot atau secara
konjugasi (penyatuan inti vegetatif sel). Namun, ada juga Protozoa yang
tidak melakukan reproduksi secara seksual, seperti Amoeba sp. (Isnaini,
2006).

a. Reproduksi seksual terjadi pada berbagai kelompok protozoa.


Konjugasi, yang merupakan penyatuan fisik sementara antara dua
individu yang dibarengi dengan pertukaran bahan nucleus, hanya
dijumpai pada siliata. Beberapa protozoa mempunyai daur
reproduksi yang rumit, sebagian dari padanya harus berlangsung
dalam inang vertebrata sedangkan sebagian lagi harus terjadi dalam
inang-inang lain (hasanudin, 2011).
b. Peleburan gamet Sporozoa (Apicomplexa) telah dapat
menghasilkan gamet jantan dan gamet betina. Peleburan gamet ini
berlangsung di dalam tubuh nyamuk.

Dalam siklus hidupnya, beberapa protozoa menghasilkan sel tidak aktif


yang disebut kista. Kista diselubungi oleh kapsul polisakarida yang
melindungi protozoa dari lingkungan yang tidak menguntungkan,
misalnya kekeringan (Bunda, 2013) .

5. ESAI (REPLIKASI SEGMEN DAN PEMBENTUKAN KOLONI PADA


AVERTEBRATA)
Avertebrata merupakan hewan tak bertulang belakang yang hidup di perairan
ataupun di darat. Avertebrata mempunyai berbagai cara untuk
mempertahankan dirinya dan beradaptasi terhadap lingkungannya.
Diantaranya adalah dengan memperbesar ukuran tubuhnya. Dalam
memperbesar ukuran tubuhnya, beberapa organisme kecil melakukannya
dengan cara mereplikasikan segmen-segmen disetiap tubuhnya. Replikasi
tersebut merupakan cara atau upaya bagi suatu individu dalam memperbanyak
jumlah sel-sel yang ada dalam tubuhnya untuk memperbanyak diri sehingga
mampu membentuk individu baru atau sebagai upaya dalam memperbesar
ukuran tubuhnya agar bisa beradaptasi terhadap predator ataupun yang
lainnya. Selain itu, upaya organism lain dalam memperbesar ukuran tubuhnya
yaitu dengan membentuk koloni. Koloni tersebut merupakan suatu kumpulan
dari individu-individu yang sejenis yang membentuk kumpulan untuk
mempertahan dirinya dari predator atau yang lain dalam bertahan hidup
(rahmat, 2009).

Segmentasi adalah perkembangbiakan yang berasal dari potongan tubuhnya


sendiri. Segementasi merupakan suatu penggandaan sel tubuh untuk
menjadikan sel tubuhnya memperbanyak diri dan mengahasilkan individu
baru. Segmentasi memiliki berbagai fungsi masing-masing bagi setiap
individu diantaranya, segemntasi berguna bagi individu dalam proses
perbanyakan diri sehingga menghasilkan individu baru, sebagai proses menuju
kedewasan bagi suatu individu, sebagai adaptasi untuk perlindungan diri dari
ancaman predator dan lingkungan, serta sebagai evolusi dari fungsi jaringan
tubuh (Machmud, 2008).

Pada avertebrata, filum yang memperbesar diri dengan cara mereplikasi


segmen-segmen tubuhnya contohnya Filum Annelida. Filum ini mampu
memperbesar dirinya dengan memanjangkan tubuhnya dengan cara
mereplikasi segmen-segmen tubuhnya. Segmentasi pada annelida tidak
hanya membagi otot dinding tubuh saja melainkan menyekat rongga tubuh
dengan sekatan yang disebut septum, yang mengalami segmentasi yaitu
sepanjang sumbu anterior dan posterior (Suwigyo dkk.,1998)
Pembentukan koloni berguna bagi suatu individu dalam beradaptasi terhadap
lingkungannya. Koloni terdiri dari individu yang saling melengkapi satu sama
lain yang memiliki berbagai macam fungsi yang menguntungkan. Contoh dari
pembentukan koloni yaitu, terumbu karang termasuk filum zoantharia, karena
jenis koral merupakan koloni dengan sejumlah besar polip-polip kecil dengan
sejumlah koloni tersebut dapat menjadi besar (Suwigyo dkk.,1998). Koloni
karang batu terdiri dari polip-polip karang yang satu sama lain dihubungkan
oleh jaringan tipis yang dikenal dengan Columella. Perbanyakan polip-polip
karang batu terjadi melalui reproduksi secara aseksual pertunasan (budding).
Pola dan tipe pertunasan sangat khas dan bervariasi pada setiap jenis karang
batu sehingga sangat menentukan bentuk koloninya masing masing. Secara
umum bentuk koloni karang dibedakan atas bentuk bercabang (branching),
massive, Sub massive, lembaran (foliose), merayap (encrusting), merata
seperti meja (tabulate) dan soliter. Koloni karang dari hasil reproduksi
aseksual secara genetic akan identik dengan induknya. Pada kondisi
lingkungan yang sama koloni-koloni ini akan berkembang baik seperti
indukya. Namun pada kenyataannya kondisi lingkungan sangat bervariasi dan
selalu berubah setiap saat. Pada kejadian lingkungan ekstrim seperti kenaikan
suhu air laut akibat El-Nino akan menimbulkan berbagai perubahan seperti
munculnya predator dengan kesukaan makan yang baru, muncul serangan
penyakit, atau muncul kompetitor baru. Pada kondisi seperti ini koloni-koloni
hewan karang dari hasil reproduksi aseksual tidak dapat bertahan hidup karena
tidak adanya variasi genetik yang dimiliki. Selain itu reproduksi secara
aseksual ini sangat membatasi kemampuan pemencaran koloni karang yang
penting bagi kesuksesan populasinya ( Anonim, 2011).

Jadi, bisa kita simpulkan bahwa setiap hewan avertebrata mempunyai berbagai
cara dalam memperbesar ukuran tubuhnya. Baik secara replikasi segmen
maupun pembentukan koloni, masing-masing cara tersebut memiliki
mekanisme sendiri dalam prosesnya. Tetapi meskipun memiliki cara sendiri
dalam memperbesar ukuran tubuhnya, cara tersebut memiliki fungsi yang
sama. Hal ini bertujuan sebagai pertahanan diri dalam melangsungkan
kehidupannya, baik sebagai alat perlindungan dari organisme lain maupun
membantu dalam mencari makan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/466 /BAB


%20II%20Tinjauan%20Pustaka_%202011mab1.pdf?sequence=5. Dicoba
akses pada tanggal 26 Maret 2017.
Bunda, Halang. DKK. 2013. Penuntun Praktikum Zoologi Invertebrata. FKIP
UNLAM Banjarmasin : Banjarmasin.
Brotowidjojo, Mukayat Djarubito. 1989. Zoologi Dasar. Erlangga: Jakarta.
Campbell, Neil A, dkk. 2012. Biologi. Jakarta : Erlangga
George H, Fried. 2006. Biologi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Hasanudin, Akhmad. 2001. PROTOZOA : http://akhmadhasanuddin.blogspot.com
/2011/09/protozoa.html. Diakses pada tanggal 23 Maret 2017.
Isnaini, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Kansius : Yogyakarta.
Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematik Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Surabaya
Sinar Wijaya.
Nizkon. 2010. Zoologi Invertebrata. Palembang: Tunas Gemilang Press.
Machmud. 2008. Segmentasi Hewan : http://machmud.blogspot.com/2008/05/
pola-sementasi -hewan.html. Diakses pada tanggal 23 Maret 2017.
Radiopoetro. 1986. Zoologi Avertebrata. Erlangga : Jakarta.
Rahmat. 2009. Avertebrata: http://rahmatpunya.blogspot.com/2009/07/berbagai-
cara-hidup-avertebrata.html. Diakses pada tanggal 23 Maret 2017.
Rohmimohtarto. 2007. Zoologi Invertebrata. Pustaka: Jakarta.
Suwignyo. S, B. Widigdo, Y. Wardianto, M. Krisanti. 1998. Avertebrata Air Jilid
2. Institut Pertanian Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Bogor.
Suwignyo, Sudiarto . 2005. Avetebrata Air Jilid 1. : Penebar Swadaya: Jakarta.
Yatim, Wildan. 2003. Kamus Biolog. Yayasan Obor Indonesia : Jakarta.
Yusminah, Hala. 2007. Biologi Umum 2. Makassar: UIN Alauddin Press.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai