Laporan Kasus Pasien Abses Peritonsil
Laporan Kasus Pasien Abses Peritonsil
ABSES PERITONSIL
Diajukan Kepada :
Disusun Oleh :
Abses Peritonsil
Disusun Oleh:
Mengesahkan:
Nama : Tn. Ad
Umur : 40 Tahun
Agama : Katholik
Suku : Jawa
Alamat : Ambarawa
No.RM : 038055
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara Autoanamnesis pada tanggal 21 Juni 2013 pada jam 09.30 WIB
Pasien datang ke poli umum dengan keluhan nyeri telan sejak 2 hari yang lalu, nyeri
dirasakan di seluruh tenggorokan. Pasien mengaku nyeri telan seperti bengkak dan seperti
ada cairan yang mengalir pada tenggorokan.
Hipertensi : Disangkal
DM : Disangkal
Alergi : Disangkal
Keluarga DM : Disangkal
Pasien sehari-hari bekerja sebagai karyawan swasta. Biaya pengobatan ditanggung oleh
JAMKESDA. Kesan sosial ekonomi kurang.
PEMERIKSAAN FISIK
Vital Sign
Nadi : 70 x/menit
RR : 18 x/menit
Suhu : 37,50c
STATUS GENERALIS
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V 2 cm medial linea midclavicula sinistra namun tidak
kuat angkat, thrill (-),pulsus epigastrium (-), pulsus parasternal (-), sternal lift (-)
Perkusi :
Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-) SIII (-), SIV (-)
- PARU
Paru Dextra Sinistra
Depan
1. Inspeksi
Simetris, statis, dinamis Simetris, statis, dinamis
2. Palpasi
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Belakang
Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen, ascites (-), pekak hepar (+), tidak
terdapat nyeri ketok ginjal dextra/sinistra
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, ginjal tidak teraba
- Ekstremitas :
Superior Inferior
Akral dingin -/- -/-
Oedem -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Gerakan +/+ +/+
Kekuatan 5/5/5 5/5/5
Tonus Normotoni Normotoni
Refleks Fisiologis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks Patologis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Berat Badan : 60 Kg
- BMI : 22,03
STATUS LOKALIS
Tenggorok
Lidah : Simetris, Spasme (-), Fasikulasi (-), Kotor (-), Stomatitis (-),
Tonsil : Membesar (+), Ukuran Tonsil T4-T1, Hiperemis (+), Detritus (-), Granulasi (-),
kripte melebar (-)
Uvula : Asimetris, Hiperemis (+), Luka (-), retraksi (+) kearah kontralateral
Telinga
Mastoid Nyeri Tekan (-), Masa (-), Nyeri Tekan (-), Masa (-),
Abses (-), fistula (-) Abses (-), fistula (-)
Pre-aurikula Nyeri Tekan (-), Masa (-), Nyeri Tekan (-), Masa (-),
Abses (-), fistula (-), Abses (-), fistula (-),
Retro-aurikula Nyeri Tekan (-), Masa (-), Nyeri Tekan (-), Masa (-),
Abses (-), fistula (-), Abses (-), fistula (-),
Aurikula Nyeri Tekan (-), Masa (-), Nyeri Tekan (-), Masa (-),
Abses (-), fistula (-), nyeri Abses (-), fistula (-), nyeri
tarik aurikula (-) tarik aurikula (-)
Kanalis Eksternus Benda asing (-), sekret (-), Benda asing (-), sekret (-),
serumen (-), darah (-), lessi serumen (-), darah (-), lessi
(-), massa (-), edem (-) (-), massa (-), edem (-)
Membran Timpani
Hidung
Rinoskopi Anterior Discharge (-), Septum deviasi Discharge (-), Septum deviasi
(-), Mukosa Hiperemis (-), (-), Mukosa Hiperemis (-),
Konka Hiperemis (-), Konka Konka Hiperemis (-), Konka
hipertrofi (-), Epistaksis (-), hipertrofi (-), Epistaksis (-),
Massa (-) Massa (-)
Kanan Kiri
Leher Anterior pembesaran tiroid (-), deviasi pembesaran tiroid (-), deviasi
trakhea (-) trakhea (-)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM/PENUNJANG/KHUSUS
Darah Rutin
Hb MCV Monosit
Leukosit MCH Granulosit
Eritrosit MCHC HbsAg
Hematokrit MPV
Trombosit Limfosit
Resume :
Pasien datang dengan keluhan disfagia sejak 2 hari yang lalu. Nyeri dirasakan di seluruh
tenggorokan, terdapat abses. Pada pemeriksaan fisik ditemukan Tonsil membesar (+), Ukuran
Tonsil T4-T1, Hiperemis (+), Detritus (-), Granulasi (-), Kripte melebar (-), Uvula kontra lateral
(+), Trismus (+)
Tonsilits Kronik
Rencana Pengelolaan
IP Dx : Subyektif :-
IP Tx :
- Insisi paratonsil
- Medikamentosa :
Injeksi ceftriaksone 3x1
Injeksi ketorolac 3x1
Injeksi metronodazole 3x1
IP Edukasi :
IP Follow up:
GCS CM CM CM CM CM CM
Keluhan Nyeri telan Nyeri telan Nyeri telan Nyeri telan Nyeri telan Nyeri telan
(-) (-) (-) (-) (-) (-)
Vital
sign:
TD
120/90 120/80 120/80 120/80 120/80 120/80
mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg
Status Darah (-), Darah (-), Darah (-), Darah (-), Darah (-), Darah (-),
Lokalis tonsil tonsil tonsil tonsil tonsil tonsil
asimetris asimetris asimetris simetris simetris simetris
Lab - - - - - -
ABSES PERITONSIL
1. Etiologi
Proses ini terjadi sebagai komplikasi tonsillitis akut atau infeksi yang bersumber
dari kelenjar mucus Weber di kutub atas tonsil. Biasanya kuman penyebab sama dengan
penyebab tonsillitis, dapat ditemukan kuman aerob dan anaerob.
2. Patologi
Daerah superior dan lateral fosa tonsilaris merupakan jaringan ikat longgar, oleh karena
itu infiltrasi supurasi ke ruang potensial peritonsil tersering menempati daerah ini,
sehingga tampak palatum mole membengkak.
Walaupun sangat jarang, abses peritonsil dapat membentuk di bagian inferior.
Pada stadium permulaan (stadium infiltrate), selain pembengkakan tampak
permukaannya hiperemis. Bila proses berlanjut, terjadi supurasi sehingga daerah tersebut
lebih lunak. Pembengkakan peritonsil akan mendorong tonsil dan uvula ke arah
kontralateral.
Bila proses berlangsung terus, peradangan jaringan di sekitarnya akan
menyebabkan iritasi m.pterigoid, sehingga timbul trismus.
Abses dapat pecah spontan, mungkin dapat terjadi aspirasike paru
3. Gejala dan tanda
Selain gejala dan tanda tonsillitis akut, juga terdapat nyeri telan (odinofagia) yang
hebat, biasanya pada sisi yang sama juga terjadi nyeri telinga (otalgia), mungkin terdapat
muntah (regurgitasi), banyak ludah (hipersalivasi), suara gumam ( hot potato voice ) dan
kadang kadang sukar membuka mulut (trismus), serta pembengkakan kelenjar
submandibula dengan nyeri tekan.
4. Pemeriksaan
Kadang kadang sukar memeriksa seluruh faring, karena trismus. Palatum mole
tampak membengkak dan menonjol ke depan, dapat teraba fluktuasi. Uvula bengkak dan
terdorong ke sisi kontra lateral. Tonsil bengkak, hiperemis, mungkin banyak detritus dan
terdorong kea rah tengah, depan dan bawah.
5. Terapi
Pada stadium infitrasi, diberikan antibiotic golongan penisilin atau klindamisin,
dan obat simtomatik. Juga perlu kumur kumur dengan cairan hangat dan kompres
dingin pada leher.
Bila telah terbentuk abses, dilakukan pungsi pada daerah abses, kemudian insisi
untuk mengeluarkan nanah. Tempat insisi adalah di daerah yang paling menonjol dan
lunak, atau pada pertengahan garis yang menghubungkan dasar uvula dengan geraham
atas terakhir pada sisi yang sakit.
6. Komplikasi
Abses pecah spontan, dapat mengakibatkan perdarahan, aspirasi paru atau piemia
Penjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaring, sehingga terjadi abses
parafaring. Pada penjalaran selanjutnya, masuk ke mediastinum, sehingga terjadi
mediatinitis.
Bila terjadi penjalaran ke daerah intracranial, dapat mengakibatkan thrombus
sinus kavernosus, meningitis dan abses otak.
DAFTAR PUSTAKA
Soepardi, E. A., dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher.
Jakarta : FKUI. 2007.