Anda di halaman 1dari 15

Suatu fakta memperlihatkan bahwa senyawa benzen meskipun

memiliki ikatan rangkap dua akan tetapi tidak dapat bereaksi


dengan KMnO4 (dioksidasi) dan mengalami reaksi adisi elektrofilik
seperti halnya senyawa alkena.

Hal ini disebabkan senyawa benzen yang memiliki ikatan rangkap


berselang seling dapat beresonansi sehingga karakter ikatan
rangkapnya menjadi hilang.

Benzene:

Bukti bahwa karakter ikatan rangkap hilang adalah dari panjang


ikatan dari masing-masing ikatan dalam benzen. Jika ikatan
rangkap masih ada panjang ikatan C=C seharusnya adalah 1.34
dan ikatan tunggal 1.54 . Kenyataannya panjang ikatan C-C dari
benzen adalah sama yaitu 1.40

Bukti lain secara termodinamik adalah mengukur panas hidrogenasi.


Seharusnya untuk panas hidrogenasi sikloheksena adalah 28.6 kcal
per mole. Untuk tiga ikatan rangkap dari 1,3,5 sikloheksatriena
seharusnya panas hidrogenasi adalah 85.8 kcal per mole. Akan tetapi
kenyataannya benzen memiliki panas hidrogenasi lebih rendah
sebesar 36 kcal/mole. Dan selisih energi ini disebut energi resonansi
dari benzen yang merupakan karakteristik dari senyawa aromatik

Penggambaran orbital molekul dapat lebih menjelaskan sifat


kearomatisan dari benzen. Benzen memiliki bentuk segi enam planar
yang seluruh atom Cnya berupa sp2 dengan panjang ikatan C-C
semuanya sama. Seperti terlihat pada gambar dibawah, enam orbital
p untuk masing-masing karbon overlaping satu sama lain membentuk
enam orbital molekul yang terbagi tiga orbital ikatan dan tiga orbital
antiikatan. Pada orbital ikatan yang energi paling rendah dimana 12
elektron valensi cincin benzen mengalami overlaping sempurna
sehingga secara termodinamika dan kimia lebih stabil.
orbital molekul benzen

SYARAT SENYAWA AROMATIK

Tidak semua senyawa yang memiliki ikatan rangkap yang


berselangseling dengan ikatan tunggal (memiliki ikatan rangkap
terkonjugasi) dapat digolongkan sebagai senyawa aromatik

Yang termasuk senyawa aromatik syaratnya adalah:

1. Atom-atom sp2 dalam cincin terorientasi dalam bentuk molekul


planar (mendekati planar), yang orbital p paralel satu sama lain
dengan arah yang sama
2. Memenuhi kaidah Huckel yaitu = 4n+2 untuk senyawa
aromatik harga n harus bilangan bulat.
Untuk senyawa siklopentaene meskipun elektron phynya
ada 10, akan tetapi atom Hidrogen yang keluar dari sistim
phy yang planar menyebabkan molekul ini tidak aromatik.
Lain halnya dengan kasus senyawa anulen dibawah ini

Atom H pada senyawa anulen menempati ruang tertentu ditengah-


tengah molekul sehingga tidak mengganggu planariti dari sistim phi
sehingga senyawa ini dikatakan aromatis.

Turunan benzen monosubstitusi dinamai sebagai berikut:


1. Benzen merupakan nama induk, jika benzen tersubstitusi dengan rantai
lain maka benzen dinamakan sebagai fenil.

2. Benzen yang tersubstitusi dengan dua atom lain diberinama menggunakan


awalan orto (terletak pada posisi 1,2) meta (1,3) dan para (1,4).

3. Jika terdapat tiga substituen maka posisi substituen diberi nomor sesuai
dengan prioritasnya menurut alfabet

Beberapa senyawa aromatik memiliki nama trivial seperti:


Beberapa nama trivial diatas dirujuk sebagai induk. Jika terdapat dua atau
substituen dan salah satu dipakai sebagai induk dan yang lain substituen

Contoh lainnya:
REAKSI SUBSTITUSI ELEKTROFILIK PADA CINCIN AROMATIK

Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa senyawa aromatik berbeda


dengan senyawa alkena alifatik seperti terlihat pada contoh dibawah
ini:

Senyawa aromatik bereaksi dengan halogen bukan melalui reaksi


adisi akan tetapi melalui reaksi substitusi (penggantian) dengan
elektrofil sehingga dinamakan substitusi elektrofilik. Reaksi terjadi
dibantu oleh katalis atau penambahan reagen tertentu.
Reaction Type Typical Equation Electrophile E(+)
Halogenation: C6H6 + Cl2 & heat > C6H5Cl + HCl Cl(+) or Br(+)
FeCl3 Chlorobenzene
catalyst
Nitration: C6H6 + HNO3 & > C6H5NO2 + H2O NO2(+)
heat Nitrobenzene
H2SO4
catalyst
Sulfonation: C6H6 + H2SO4 + > C6H5SO3H + H2O SO3H(+)
SO3 Benzenesulfonic acid
& heat
Alkylation: C6H6 + R-Cl & > C6H5-R + HCl R(+)
Friedel-Crafts heat An Arene
AlCl3
catalyst
Acylation: C6H6 + RCOCl & > C6H5COR + HCl RCO(+)
Friedel-Crafts heat An Aryl Ketone
AlCl3
catalyst

MEKANISME REAKSI SUBSTITUSI ELEKTROFILIK

Mekanisme reaksi terjadi melalui dua tahap reaksi. Tahap pertama


berjalan dengan lambat yang merupakan tahap penentu laju reaksi,
dimana elektrofil mulai membentuk ikatan sigma dengan cincin
benzen yang kemudian membentuk keadaan intermediet berupa ion
benzenonium. Tahap kedua, hilangnya proton pada keadaan
intermediet sehingga menghasilkan benzen tersubstitusi.
Beberapa contoh substusi elektrofilik lain:
Klorinasi:

Sulfonasi

Alkilasi dengan pereaksi Friedel-craft


Keterbatasan Reaksi Friedel-Craft
1.
Reaksi terbatas untuk alkil halida, aril atau vinil halida tidak bereaksi
2.
Reaksi tak terjadi jika cincin mengandung substituen yang bersifat
menarik elektron yang kuat seperti NO2, -CN, SO3H, CHO, COR, -COOH,
-COOR, -NR3+
3.
Dapat terjadi multi substituen
4.
Dapat terjadi penataan ulang karbocation terutama alkil halida 1 o

Untuk Reaksi Asilasi


Disubstitusi Elektrofilik pada Cincin Aromatik
Senyawa benzen dapat tersubstitusi lebih lanjut dengan elektrofil lain
membentuk disubstitusi atau trisubstitusi. Pada tahap pembentukkan
disubstitusi, substituen yang terdapat pada cincin benzen dapat
mengarahkan posisi substituen berikutnya. Hal ini tergantung sifat
induksi dari substituen yaitu apakah susbstituen yang ada merupakan
pendonor elektron (I+) atau penarik elektron (I-).

Contoh: pengarah orto-para


Pengarah Meta

Apabila terdapat lebih dari satu substituen pada cincin, atau adanya substituen
pengaktifasi yang kuat, maka reaksi mengarah secara regiochemistry (arah
tertentu).
Orientasi Interaksi Dari Substituen

Antagonis atau Tidak-Cooperative Mendorong atau Cooperative

D = Gugus pendorong elektron (pengarah ortho/para)


W = Gugus Penarik Electron (pengarah meta)

Anda mungkin juga menyukai